Anda di halaman 1dari 12

PPT DIABETES JOUVENIL

KELOMPOK 12

HADI GALIH HANISSYAM


OKTIN REKSA SIWI
VIFI OKTAVIANA
A. Pengertian
Diabetes  Melitus Tipe-1(Diabetes Juvenile) merupakan
kelainan sistematik akibat gangguan metabolisme glukosa
yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini
disebabkan oleh kerusakan sel-β pankreas baik oleh
proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi
insulin berkurang atau berhenti. dahulu disebut insulin-
dependent diabetes (IDDM, diabetes yang bergantung
pada insulin), dicirikan dengan rusaknya sel-β penghasil
insulin pada pulau-pulau Langerhans sehingga terjadi
kekurangan insulin pada tubuh.Diabetes tipe ini dapat
diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Penderita diabetes tipe-1 hanya memproduksi insulin dalam
jumlah yang sangat sedikit atau bahkan tidak sama sekali.
Akibatnya glukosa dalam darah semakin meningkat
(hiperglikemia) dan sel-sel tubuh tidak mendapatkan asupan
energi yang cukup. Kondisi tersebut dapat menyebabkan :
1. Dehidrasi
Tingginya kadar gula dalam darah akan meningkatkan
frekuensi urinasi (buang air kecil) sebagai reaksi untuk
mengurangi kadar gula.
2. kehilangan berat badan
Gula dalam darah (glukosa) merupakan sumber energi bagi
tubuh.Glukosa yang terbuang bersama urin juga
mengandung banyak nutrisi dan kalori yang diperlukan
tubuh manusia.
3. Kerusakan tubuh
Tingginya level gula dalam darah akan menyebabkan kerusakan
pada jaringan tubuh. Kondisi ini juga akan merusak pembuluh
darah kecil pada mata, ginjal dan jantung. Penderita diabetes
beresiko tinggi mengalami serangan jantung dan stroke.

B. Etiologi

1. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite
antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab
atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing,
yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen.

3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun
yang menimbulkan destruksi sel beta.
C. Patofosiologi

Diabetes tipe-1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang


menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan
predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang
menyerang antigen sel B pankreas. Faktor ekstrinsik yang diduga
mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang disebabkan oleh
virus, seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4,
oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan
antibodi yang dirilis oleh imunosit yang disensitisasi. Suatu kerusakan
genetis yang mendasari yang berhubungan dengan  replikasi atau fungsi
sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B
setelah infeksi virus. Gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan
kerentanan terhadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan
gen-gen yang merespon sistem imun tertentu yang menyebabkan
terjadinya predisposisi pada pasien sehingga terjadi respon autoimun
terhadap sel-sel pulaunya (islets of Langerhans) sendiri atau yang dikenal
dengan istilah autoregresi.
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan
dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati.Diabetes ini muncul
ketika pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu
memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada
sama sekali. Penurunan jumlah insulin menyebabkan gangguan jalur
metabolik antaranya penurunan glikolisis (pemecahan glukosa menjadi
air dan karbondioksida), peningkatan glikogenesis (pemecahan
glikogen menjadi glukosa), terjadinya glukoneogenesis.
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi
kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang  non
obesitas dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak
pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan
katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin
dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas
gagal merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu,
diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki
katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia
dan peningkatan kadar glukosa darah
D. PATHWAY
E. Diagnosa keperawatan
1. Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan DM type
1 meliputi:
2. Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan dengan
penyakit diabetes mellitus
3. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy
metabolic ditandai dengansering lelah, lemah, pucat, klien tampak
letargi/tidak bergairah.
4. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan
karena faktor-faktor biologi (defisiensi insulin) ditandai dengan lemas,
berat badan pasien menurun walaupun intake makanan adekuat, mual dan
muntah, konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS>200
mg/dL
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat
(penurunan fungsi limfosit).
6.Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori
F. Rencana Intervensi

1. Resiko ketidakseimbangan kadar gula darah dengan penyakit diabetes mellitus


Intervensi :
a. Monitor kadar gula darah
b. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia
c. Monitor tanda-tanda vital
d. Berikan terapi insulin sesuai program
e. Instruksikan kepada pasien dan keluarga mengenai pencegahan dan pengenalan
tanda- tanda hiperglikemia dan hipoglikemia dan managemen hiperglikemia dan
hipoglikemia
f. Intruksikan kepada keluarga pasien untuk selalu patuh terhadap diit pasien

2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik ditandai


dengan sering lelah, lemah, pucat, klien tampak letargi/tidak bergairah
Intervensi :
a. Diskusikan dengan pasien dan keluarga kebutuhan aktivitas
b. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari
c. Monitor TTV
3. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu dalam
mengabsorbsi makanan karena faktor-faktor biologi (defisiensi
insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasien menurun
walaupun intake makanan adekuat, mual dan muntah, konjungtiva
tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS>200 mg/dL
Intervensi :
a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit
b. Monitor berat badan tiap hari
c. Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makanan sesuai
dengan indikasi
d. Berikan terapi insulin sesuai dengan program
e.Ciptakan lingkungan yang optimal saat mengkomsumsi makanan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak
adekuat (penurunan fungsi limfosit)
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan cara cuci tangan teruntuk
semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien
sendiri
c. Pertahankan konsep aseptic pada prosedur invasive
 
5. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori
Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Orientasikan pasien dengan lingkungan sekitarnya
3. Pantau adanya keluhan paresteria, nyeri atau kehilangan sensori

Anda mungkin juga menyukai