JUVENILE DIABETES
Dose pembimbing :
Disusun oleh :
Penulis berharap makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi penulis sendiri maupun
orang lain yang membacanya serta dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan
pengetahuan kita.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum
sempurna. Oleh sebab itu mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan mohon kritik dan saran untuk kesempurnaan penulisan makalah di masa yang akan dating.
Penulis
A. Gambaran Umum
Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, kerja insulin yang tidak efektif atau keduanya (WHO,
2019).
Insulin adalah hormon penting yang diproduksi di kelenjar pankreas tubuh, dan
mengangkut glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh di mana glukosa diubah menjadi energi.
Kurangnya insulin atau ketidakmampuan sel untuk merespon insulin inilah yang menyebabkan
kadar glukosa darah tinggi, atau hiperglikemia, yang merupakan ciri khas diabetes (IDF, 2017).
Diabetes mellitus alias kencing manis adalahsuatu penyakit, di mana tubuh tidak mampu
menggunakan gula seperti yang seharusnya.Kira-kira 10% dari penyakit ini digolongkan pada
diabetes tipe I, sedangkan 90% disebut diabetestipe II. Latihan-latihan olahraga yang dilakukan
secara teratur dan terukur, berarti cukuptakarannya, sangat penting artinya bagi parapenderita
diabetes.Diabetes Tipe I: Dapat pula disebut JuvenilDiabetes. Pada tipe I ini, tubuh tidak mampu
menggunakan gula darah, karena kelenjarpankreas kurang cukup memproduksi insulin.
B. Etiologi
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite
antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel
pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
sel beta.
C. Klasifikasi
Klasifikasi DM tipe 1, berdasarkan etiologi sebagai berikut :
1. Tipe IA, diduga pengaruh genetik dan lingkungan memegang peran utama untuk
terjadinya kerusakan pankreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan fenomena ini.
2. Tipe IB berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok penderita
yang juga sering menunjukkan manifestasi autoimun lainnya, seperti Hashimoto
disease, Graves disease, pernicious anemia, dan myasthenia gravis. Keadaan ini
berhubungan dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia sekitar 30 - 50 tahun.
D. Patofisiologi
Pada diabetes mellitus tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel β pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa
terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati, meskipun tetap berada dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemia post prandial (sesudah makan)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam urine, eksresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (polyuria) dan rasa haus (polydipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan.Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(poligafia) akibat menurunnya simpanan kalori.Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan gluconeogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam
amino serta substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu, akan
terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang
merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis
diabetic yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.pemberian insulin bersama
dengan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan
metabolic tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan
disertai pemantauan kadar glukosa darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang-
kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan mereka yang
berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan
suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin dalam
sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua
stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk
memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia dan
peningkatan kadar glukosa darah
E. WOC
Gangguan proses autoimun,
factor lilingkungan
Merusaksel-sel β
pankreas
Sel β
tidakmampumenghasilkan
insulin
Kekurangan Insulin
Produksiglukosa oleh
hati m dan Msimpanankal Pemecahan lemak
pemakaianglukosa oleh ori
otot m
Pproduksiketon
Komp:
P BB, Polifagia,
Hiperglikemia Neuropatiperifer
Kelemahan dan kelelahan
, penyakit kaki
diabetikum Komp
:Ketoasidosisdiabetik
Mk
Ppenyerapangluk :Ketidakseimba
osa oleh ginjal ngannutrisikur
Mk:
angdarikebutuh
Ketidakpatuh Mk
antubuhb.dkese
anb.dkomplek :Ketidakberdayaanb.dpe
imbangan
Psekresi urine sitas dan resepsiketidakmampuan
insulin,
besertaelektrolit, glukosuria durasipengob untukmencegahkomplik
makanan dan
atan asi
aktivitasjasman
i
Mk
Polidipsia dan
Dehidrasi :Resikoketidakseimbanganelekt
Poliuria
rolitb.dpoliuria dan dehidrasi
F. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM
umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat
komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal, yang sering
ditemukan :
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa,
sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
f. Ketoasidosis
Anak dengan DMtipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis diabetik yang
disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi dengan
baik.
G. Komplikasi
2. Hipoglikemi
Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami hipoglikemia
jika kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia dapat terjadi akibat
lupa atau terlambat makan sedangkan penderita mendapatkan therapi insulin, akibat
latihan fisik yang lebih berat dari biasanya tanpa suplemen kalori tambahan,
ataupun akibat penurunan dosis insulin. Hipoglikemia umumnya ditandai oleh
pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar, palpitasi, berkeringat dingin, mata
berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit kepala yang disebabkan oleh pelepasan
epinefrin, juga akibat kekurangan glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-
gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul, dan pada akhirnya terjadi
penurunan kesadaran dan koma.
b. Komplikasi Vaskular Jangka Panjang (pada DM tipe 1 biasanya terjadi memasuki tahun
ke 5)
1. Mikroangiopaty merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan
arteriola retina (retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik
diabetic/dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1), syaraf-syaraf perifer
(neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa
mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi
perdarahan, neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan
kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan hipetensi jika
hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan menderita insufisiensi
ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak timbul sebagai akibat gangguan jalur
poliol (glukosa—sorbitol—fruktosa) akibat kekurangan insulin. Penimbunan
sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak dan kebutaan. Pada jaringan syaraf
terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar mioinositol yang
menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat menyerang syaraf-syaraf perifer, syaraf-
syaraf kranial atau sistem syaraf otonom.
2. Makroangiopaty
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi
penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa :
a. Penimbunan sorbitol dalam intima vascular.
b. Hiperlipoproteinemia
c. Kelainan pembekun darah
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak jauh berbeda.
a. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e. Elektrolit :
• Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
• Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
• Fosfor : lebih sering menurun
f. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup
SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control
tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
g. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (
asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi
ginjal)
j. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis
akut sebagai penyebab dari DKA.
k. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/
gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody)
l. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.
I. Penatalaksanaan
Didalam jurnal Sari Pediatric, Vol.20 No.6, april 2019 tentang Diabetes Melitus Tipe -1 pada anak
: Situasi di Indonesia dan Tata Laksana dengan sumber UKK Endokrinologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Diagnosis dan tata laksana diabetes mellitus Tipe-1 pada anak dan remaja. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2017,dan Marcdante KJ, Kliegman RM, penyunting. Nelson
Essentials of Pediatrics. Edisi Ke-8. Philadelphia: Elsevier; 2019 menyebutkan bahwa Tatalaksana
pasien dengan DM tipe 1 tidak hanya meliputi pengobatan berupa pemberian insulin. Ada hal-hal
lain selain insulin yang perlu diperhatikan dalam tatalaksana agar penderita mendapatkan kualitas
hidup yang optimal dalam jangka pendek maupun jangka Lima pilar tata laksana DM tipe-1 pada
anak adalah injeksi insulin, pemantauan gula darah, nutrisi, aktivitas fisik, serta edukasi. Dalam
menangani DM tipe-1, dibutuhkan pendekatan holistik dari tim tenaga kesehatan terintegrasi yang
terdiri atas dokter anak endokrinologi, ahli gizi, psikiater atau psikolog dan, edukator DM.
Jenis insulin dan profil kerja (Didalam jurnal Sari Pediatric, Vol.20 No.6, april 2019 tentang
Diabetes Melitus Tipe -1 pada anak : Situasi di Indonesia dan Tata Laksana dengan sumber
Batubara JRL, Tridjaja B, Pulungan AP. Buku Ajar Endokrinologi. Edisi Kedua. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2017).
Kerja menengah
NPH 2-4 4-12 30 menit
sebelum makan
Kerja panjang
2. Diet
Secara umum diet pada anak DM tipe 1 tetap mengacu pada upaya untuk
mengoptimalkan proses pertumbuhan. Untuk itu pemberian diet terdiri dari 50-55%
karbohidrat, 15-20% protein dan 30% lemak. Pada anak DM tipe 1 asupan kalori
perhari harus dipantau ketat karena terkait dengan dosis insulin yang diberikan selain
monitoring pertumbuhannya. Kebutuhan kalori perhari sebagaimana kebutuhan pada
anak sehat/normal. Ada beberapa anjuran pengaturan persentase diet yaitu 20% makan
pagi, 25% makan siang serta 25% makan malam, diselingi dengan 3 kali snack
masing-masing 10% total kebutuhan kalori perhari. Pemberian diet ini juga
memperhatikan regimen yang digunakan. Pada regimen basal bolus, pasien harus
mengetahui rasio insulin:karbohidrat untuk menentukan dosis pemberian insulin.
3. Aktivitas fisik/exercise
Anak DM bukannya tidak boleh berolahraga. Justru dengan berolahraga akan
membantu mempertahankan berat badan ideal, menurunkan berat badan apabila
menjadi obes serta meningkatkan percaya diri. Olahraga akan membantu menurunkan
kadar gula darah serta meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Namun perlu
diketahui pula bahwa olahraga dapat meningkatkan risiko hipoglikemia maupun
hiperglikemia (bahkan ketoasidosis). Sehingga pada anak DM memiliki beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjalankan olahraga, di antaranya adalah
target gula darah yang diperbolehkan untuk olahraga, penyesuaian diet, insulin serta
monitoring gula darah yang aman.
Apabila gula darah sebelum olahraga di atas 250 mg/dl serta didapatkan adanya
ketonemia maka dilarang berolahraga. Apabila kadar gula darah di bawah 90 mg/dl,
maka sebelum berolahraga perlu menambahkan diet karbohidrat untuk mencegah
hipoglikemia
4. Edukasi
Didalam jurnal Sari Pediatric, Vol.20 No.6, april 2019 tentang Diabetes Melitus
Tipe -1 pada anak : Situasi di Indonesia dan Tata Laksana dengan sumber Phelan H,
Lange K, Cengiz E, Gallego P, Majaliwa E, Pelicand J, dkk. ISPAD clinical practice
consensus guidelines 2018: diabetes education in children and adolescents. Pediatric
Diabetes 2018;19(Suppl.27): 75- 83.menyebutkan bahwa Edukasi memiliki peran
penting dalam penangan DM tipe-1 karena didapatkan bukti kuat berpengaruh baik
pada kontrol glikemik dan keluaran psikososial. Edukasi dilakukan oleh tim
multidisiplin yang terdiri atas paling tidak dokter anak endokrinologi atau dokter
umum terlatih, perawat atau edukator DM, dan ahli nutrisi. Edukasi tahap pertama
dilakukan saat pasien pertama terdiagnosis atau selama perawatan di rumah sakit yang
meliputi pengetahuan dasar mengenai DM tipe-1, pengaturan makan, insulin (jenis,
dosis, cara penyuntikan, penyimpanan, dan efek samping), serta pertolongan pertama
kedaruratan DM tipe-1 (hipoglikemia, pemberian insulin saat sakit), sementara tahap
kedua dilakukan saat berkonsultasi di poliklinikLangkah yang tidak kalah penting
adalah edukasi baik untuk penderita maupun orang tuanya. Keluarga perlu diedukasi
tentang penyakitnya, patofisiologi, apa yang boleh dan tidak boleh pada penderita
DM, insulin (regimen, dosis, cara menyuntik, lokasi menyuntik serta efek samping
penyuntikan), monitor gula darah dan juga target gula darah ataupun HbA1c yang
diinginkan.
Efinefrin
Glukagon
Kortisol
Hormon Pertumbuhan
Diabetes mellitus tergantung insulin ditegakkan berdasarkan riwayat klinis pasien, hasil
laboratorium, dan gejala-gejala awal. Penyebabnya tidak diketahui, meskipun secara umum
dikatakan bahwa adanya antigen limfosit manusia berhubungan dengan penyakit ini. Adanya
antigen ini memberi kesan bahwa anak tersebut mungkin memiliki predisposisi untuk memiliki
defek genetik dalam system respons imunoligisnya, yang menyebabkan hancurnya sel-sel beta
pancreas. Bukti lain menunjukkan bahwa infeksi berperan sebagai pemicu, (mis, koksakivirus).
Insidens
Beban diabetes
Dalam jumlah prevalensi penduduk dunia dengan DM diperhitungkan mencapai 125 jt
pertahun dengan prediksi berlipat ganda mencapai 250 jt dalam 10 tahun mendatang ( tahun 2010
). Peningkatan pravalensi akan lebih menonjol perkembangannya di Negara berkembang
dibandingkan dengan Negara maju. Prevalensi DM di Indonesia besarnya 1,2 % - 2,3 % dari
penduduk usia lebih 15 tahunn.
Risiko Diabetes
A. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
1. Pemeriksaan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut Panjang Bdan
(Bb/Pb) Atau Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Untuk Anak Umur 0 - 60
Bulan.
Hasil Pengukuran Status Gizi Tindakan
Z-score (BB/TB atau BB/PB)
> 2 SD Gemuk 1. Tentukan penyebab utama
anak kegemukan
2. Konseling gizi sesuai
Ukur berat dan penyebab
panjang badan, lalu Klasifikasi
beri titik pada kurva kan -2 SD sampai Normal Berikan pujian kepada ibu
berat badan status gizi dengan 2 SD dan anak
menurut panjang
badan 1. Tentukan penyebab utama
-3 SD sampai Kurus anak kurus
dengan -2 SD 2. Konseling gizi sesuai
penyebab
Di bawah -3 SD Sangat Kurus Segera rujuk ke PKM dengan
TFC atau ke RS
2. Pengukuran Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur
(IMT/U)
IMT dihitung dengan cara membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi
badan (dalam meter) (kg/m2).
Di bawah
kurva z-score Segera rujuk ke fasilitas
Sangat layanan kesehatan
-3 (< -3SD) Pendek
Hasil
Klasifikasi Tindakan
Pengukuran
Rujuk ke
Ukur lingkar kepala, lalu beri titk Di atas kurva +2 Makrosefali
Rumah Sakit
Klasifikasikan pada kurva
Beri pujian
hasil Antara kurva +2
Normal kepada ibu dan
pertumbuhan pengukuran dan -2
anak
lingkar kepala Di bawah Rujuk ke
Makrosefali
kurva -2 Rumah Sakit
B. Deteksi Dini Penyimpangan
Perkembangan
Beri antibiotik yang sesuai selama 5 hari
Tangani anak untuk mencegah turunnya kadar gula darah Hangatkan
Terlihat sangat kurus badan
Berikan makanan rehabilitasi/pemulihan gizi sesuai kebutuhan anak gizi
buruk yaitu 150-220 kkal/kgBB/hr, protein 4-6 g/kgBB/hr
Edema minimal (kedua Lakukan pemeriksaan kemungkinan adanya penyakit penyerta
(misalnya TB, malaria, HIV, cacingan dll) Nasihati kapan kembali segera
punggung tangan/kaki) atau GIZI BURUK Kunjungan ulang 7 hari
tidak tampak edema BB/PB TANPA
(TB) < - 3 SD KOMPLIKASI
ATAU LiLA < 11,5 cm
DAN tidak ada
komplikasi medis
BB/PB (TB)antara Jika anak berumur kurang dari 2 tahun, lakukan penilaian pemberian
- 2 SD - + 2 SDATAULiLA makan dan nasihati sesuai “anjuran Makan Untuk Anak sehat Maupun
≥ 12,5 cm Sakit”.Bila ada masalah pemberian makan kunjungan ulang 7 hari
GIZI BAIK
GRAFIK BERAT BADAN MENURUT PANJANG BADAN (BB/PB)
ANAK LAKI-LAKI USIA 2-5 TAHUN
Batasi gula,
garam dan
minyak
Basahi tangan seluruhnya Gosok sabun ke telapak, Bersihkan bagian bawah
dengan air bersih mengalir. punggung tangan dan sela
jari- kuku-kuku.
jari.
KASUS
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun datang ke rumah sakit Medistra dengan keluhan :
anak mengatakan bahwa ia banyak makan, banyak minum, banyak kencing, berat badannya turun,
enuresis. Ia juga mudah tersinggung, tidak bisa perhatian lama ketika mengikuti pelajaran sekolah,
merasa lelah, penglihatan kabur, sakit kepala, kalau ada luka sukar sembuh dan mudah terserang
flu.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB: 25 kg, PB: 135 cm, suhu: 37,50C, nadi:
92x/menit. Respirasi: 24x/menit, TD: 110/70 mmHg. Turgor kulit kembali segara, kulit kering,
membrane mukosa kering. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 11,2gr/dl,
Hematokrit: 30%, eritrosit: 4,0(x106/uL), trombosit: 210000/mm3, leukosit: 9.500/uL, glukosa
darah 300mg/dl.
Pasien mengatakan sangat cemas dengan keadaannya. Keluarga mengatakan ibu pasien
menderita diabetes melitus. Orang tua pasien khawatir memikirkan masa depan anaknya.
Terapi/instruksi medis yang diberikan saat ini : cek gula darah 2x/hari, insulin 2 unit dari U 100
sebelum makan.
1. Biodata
- Nama : An.L
- Usia : 10 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Pekerjaan : Tidak ada
- Alamat : Bekasi
- Suku : jambi
- Status pernikahan : Belum Menikah
- Agama : Islam
- Diagnosa medis : Diabetes Melitus Tipe 1
- No.RM : 004
- Tanggal masuk : 01-11-2021
- Tanggal pengkajian : 01-11-2021
2. Penanggung jawab
- Nama : Ny.A
- Usia : 32 Tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : PNS
- Hubungan dengan klien : Ibu Kandung
I. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan bahwa ia banyak makan, banyak minum, banyak kencing, berat
badannya turun, suka mengompol (enuresis).
2. DS :
1. Pasien mengatakan banyak minum, banyak
kencing
2. Pasien mengatakan bahwa suka mengompol
dimalam hari
3. Pasien mengatakan terjadi perubahan
frekuensi BAK, pasien BAK 7-10 x sehari
Penurunan
kemampuan
DO :
menyadari tanda-
1. Keadaan umum : Composmentis Gangguan
tanda gangguan
GCS : 15 Eliminasi Urin
kandung kemih
2. Tanda-tanda Vital
(enuresis)
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37,50C
Respirasi : 24x/menit
3. Integumen :
Inspeksi : kulit pasien kering
4. Hematokrit: 30%,
5. Glukosa darah 300mg/dl.
3. DS :
1. Pasien mengatakan sangat cemas dengan
keadaannya
2. Pasien mengatakan menjadi takut karena
teman-temannya menjauhinya karena pasien
mudah marah dan tersinggung
3. Orang tua pasien mengatakan
anaknyamengalami gangguan pola tidur,
pasien menjadi sulit tidur karena cemas akan
penyakitnya. Pasien tidur 5-6 jam perhari.
4. Pasien mengatakan bahwa mudah tersinggung
dan tidak bisa perhatian lama ketika
Factor keturunan
mengikuti pelajaran sekolah
(tempramen
Ansietas
mudah teragitasi
DO :
sejak kecil)
5. Keadaan umum : Composmentis
GCS : 15
6. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37,50C
7. Respirasi : 24x/menit Mata
Inspeksi :
pasien tidak dapat mengartikan objek dengan
benar, mata pasien terlihat sayu
8. Neurologis (Status mental dan emosi) : mudah
tersinggung bila sedang kelelahan
VI. IMPLEMENTASI
Waktu NO DX IMPLEMENTASI
Tgl Jam
17-10-2021 07.00- 1 Mandiri :
10.00
1. Mendiskusikan dengan pasien mengenai hubungan antara
asupan makanan, olahraga, peningkatan dan penurunan
berat badan.
Kolaborasi :
Kolaborasi :
1. Dorong keluarga untuk menunjukkan kasih sayang dan
penerimaannya dirumah jika si anak diejek oleh temannya.
VII. EVALUASI
Waktu
DX SOAP
Tgl Jam
17-10- 10.00 Ketidakseimbangan Nutrisi S :
2021 Kurang dari Kebutuhan Tubuh - Pasien mengatakan paham akan
b/d Peningkatan Kebutuhan hubungan anatar asupan makan,
Metabolisme olahraga.
- Pasien mengatakan akan
mengubah pola makannya
menjadi lebih sehat.
- Pasien mengatakan minum air
yang cukup setiap harinya.
- Pasien mengatakan belajar
membuat perencanaan terhadap
energi yang dibutuhkan setiap
harinya.
- Pasien mengatakan BBnya
tidak naik dan tidak turun.
- Pasien sudah dapat menentukan
jumlah kalori yang
dibutuhkannya
O:
- Pasien mendapatkan penjelasan
tentang hubungan antara
makanan dan olahraga.
- Pasien mendapatkan motivasi
untuk mengubah pola
makannya.
- Pasien mendapatkan air 8 gelas
sehari.
- Pasien mendapatkan bantuan
untuk membuat perencanaan
terhadap energinya.
- BB pasien tetap dalam batas
normal 25 kg.
- Pasien mendapatkan makanan
seimbang kalori dan nutrisi
untuk memenuhi gizinya.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi di hentikan
17-10- 15.00 Gangguan Eliminasi Urine b/d S :
2021 Penurunan kemampuan - Pasien mengatakan tidak
menyadari tanda-tanda minum 2 jam sebelum tidur.
gangguan kandung kemih - Pasien mengatakan mengetahui
(enuresis) tentang setiap tindakan yang
dilakukan tim kesehatan
- Ibu pasien mengatakan anaknya
mendapatkan obat-obatan
sesuai yang diresepkan
- Pasien mengakan ibunya sangat
menyayanginya dan selalu
menyemangatinya untuk tetap
dan sembuh.
O:
- Pola berkemih pasien kurang
dari batas normal.
- Klien mengeluh jika melakukan
aktivitas secara berlebih
(mencuci, mengepel dsb)
- Pasien dapat membatasi intake
cairan sebelum tidur.
- Pola berkemih pasien mulai
membaik dapam batas normal
4-5 dalam sehari.
- Pasien tampak mengerti saat
dijelaskan tentang setiap
tindakan yang dilakukan tim
kesehatan.
- Eliminasi pasien tampak
membaik kembali dalam batas
normal.
- Keluarga pasien tampak
menyayangi pasien dan
menjaga pasien berganti-
gantian.
- Pasien terlihat meminum
obatnya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA
Yati,Niken Prita dkk.2017. Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe-1 Pada Anak
danRemaja.Surabaya:UKK,
JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 78 Tahun XX Desember 2014
Jaffe M: insulin dependent diabetes melitus. In Sullivan M, editor: pediatric nursing care
plans, rev ed 2, Englewood, cool, 1998, skidmore-Roth.
Didalam jurnal Sari Pediatric, Vol.20 No.6, april 2019 tentang Diabetes Melitus Tipe -1 pada
anak : Situasi di Indonesia dan Tata Laksana dengan sumber Phelan H, Lange K, Cengiz E,
Gallego P, Majaliwa E, Pelicand J, dkk. ISPAD clinical practice consensus guidelines 2018.
Marzel (2021) Jurnal Penelitian Perawat Professional Volume 3 No 1, Februari 2021 Hal 51
– 62 Global Health Science Group