Anda di halaman 1dari 45

DISCOVER LEARNING

JUVENILE DIABETES

Dose pembimbing :

Ns. Mefrie Puspita, M.Kep., Sp.Kep.An

Disusun oleh :

Julia saputri (1914201005)

Annisa khairani (1914201001)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES HARAPAN IBU JAMBI

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah matakuliah keperawatan anak dalam waktu
yang telah ditentukan. Makalah ini dibuat untuk matakuliah keperawatan anak dengan judul
juvenile diabetes . semua ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang mendukung, oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih, yang sebesar-besarnya.

Penulis berharap makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi penulis sendiri maupun
orang lain yang membacanya serta dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan
pengetahuan kita.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum
sempurna. Oleh sebab itu mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan mohon kritik dan saran untuk kesempurnaan penulisan makalah di masa yang akan dating.

Jambi, 19 oktober 2021

Penulis
A. Gambaran Umum

Didalam jurnal penelitian perawat professional Volume 3 No 1, Februari 2021 Hal 51 – 62


Global Health Science Group menyebutkan Diabetes mellitus ( DM ) adalah suatu kumpulan
penyakit metabolic yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) akkibat
gangguan pada sekresi hormone insulin, kerja insulin atau keduanya. Kasus diabetes melitus di
Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) memperlihatkan peningkatan angka
prevalensi yang cukup signifikan, yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018;
sehingga estimasi jumlah penderita di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta orang (Kementrian
Kesehatan RI, 2018). Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2018 melaporkan ada 1220
anak penyandang DM tipe-1 di Indonesia.
Diabetes tipe 1 merupakan yang tersering diderita anak dan adolesen, terjadi karena
defisiensi absolut pada sekresi insulin akibat proses autoimun pada sel beta pancreas. Tipe ini juga
dapat terjadi secara genetic. Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel beta pankreas (reaksi
autoimun). Sel beta pankreas merupakan satu-satunya sel tubuh yang menghasilkan insulin yang
berfungsi untuk mengatur kadar glukosa dalam tubuh. Bila kerusakan sel beta pankreas telah
mencapai 80-90% maka gejala DM mulai muncul. kerusakan sel ini lebih cepat terjadi pada anak-
anak daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM tipe 1 sebagian besar oleh karena proses
autoimun dan sebagian kecil non autoimun. DM tipe 1 yang tidak diketahui penyebabnya juga
disebut sebagai type 1 idiopathic dan ditemukan insulinopenia tanpa adanya petanda autoimun dan
mudah sekali mengalami ketoasidosis. DM tipe 1 sebagian besar (75% kasus) terjadi sebelum usia
30 tahun dan DM tipe 1ni diperkirakan terjadi sekitar 5-10 % dari seluruh kasus DM yang ada
(American Diabetes Association, 2018).
Diabtes tipe 2 merupakan bentuk tersering (80-90% dari populasi diabetes) dan terjadi
karena kombinasi anatara insulin tidak mencukupi kebutuhan. Umumnya timbul pada usia
menengah dan berkaitan dengan adanya obesitas dan hipertensi.

Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, kerja insulin yang tidak efektif atau keduanya (WHO,
2019).

Insulin adalah hormon penting yang diproduksi di kelenjar pankreas tubuh, dan
mengangkut glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh di mana glukosa diubah menjadi energi.
Kurangnya insulin atau ketidakmampuan sel untuk merespon insulin inilah yang menyebabkan
kadar glukosa darah tinggi, atau hiperglikemia, yang merupakan ciri khas diabetes (IDF, 2017).

Diabetes mellitus alias kencing manis adalahsuatu penyakit, di mana tubuh tidak mampu
menggunakan gula seperti yang seharusnya.Kira-kira 10% dari penyakit ini digolongkan pada
diabetes tipe I, sedangkan 90% disebut diabetestipe II. Latihan-latihan olahraga yang dilakukan
secara teratur dan terukur, berarti cukuptakarannya, sangat penting artinya bagi parapenderita
diabetes.Diabetes Tipe I: Dapat pula disebut JuvenilDiabetes. Pada tipe I ini, tubuh tidak mampu
menggunakan gula darah, karena kelenjarpankreas kurang cukup memproduksi insulin.

B. Etiologi
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite
antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel
pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
sel beta.

C. Klasifikasi
Klasifikasi DM tipe 1, berdasarkan etiologi sebagai berikut :

Pada DM tipe I, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang berbeda

1. Tipe IA, diduga pengaruh genetik dan lingkungan memegang peran utama untuk
terjadinya kerusakan pankreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan fenomena ini.
2. Tipe IB berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok penderita
yang juga sering menunjukkan manifestasi autoimun lainnya, seperti Hashimoto
disease, Graves disease, pernicious anemia, dan myasthenia gravis. Keadaan ini
berhubungan dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia sekitar 30 - 50 tahun.

D. Patofisiologi
Pada diabetes mellitus tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel β pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa
terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati, meskipun tetap berada dalam darah
dan menimbulkan hiperglikemia post prandial (sesudah makan)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam urine, eksresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (polyuria) dan rasa haus (polydipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan.Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(poligafia) akibat menurunnya simpanan kalori.Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan gluconeogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam
amino serta substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu, akan
terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang
merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis
diabetic yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.pemberian insulin bersama
dengan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan
metabolic tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis. Diet dan latihan
disertai pemantauan kadar glukosa darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang-
kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan mereka yang
berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan
suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin dalam
sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua
stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk
memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia dan
peningkatan kadar glukosa darah

E. WOC
Gangguan proses autoimun,
factor lilingkungan

Merusaksel-sel β
pankreas
Sel β
tidakmampumenghasilkan
insulin

Kekurangan Insulin

Glukoneogenesis dan Metabolisme protein dan


glikogenosisterhambat lemak terganggu

Produksiglukosa oleh
hati m dan Msimpanankal Pemecahan lemak
pemakaianglukosa oleh ori
otot m
Pproduksiketon
Komp:
P BB, Polifagia,
Hiperglikemia Neuropatiperifer
Kelemahan dan kelelahan
, penyakit kaki
diabetikum Komp
:Ketoasidosisdiabetik
Mk
Ppenyerapangluk :Ketidakseimba
osa oleh ginjal ngannutrisikur
Mk:
angdarikebutuh
Ketidakpatuh Mk
antubuhb.dkese
anb.dkomplek :Ketidakberdayaanb.dpe
imbangan
Psekresi urine sitas dan resepsiketidakmampuan
insulin,
besertaelektrolit, glukosuria durasipengob untukmencegahkomplik
makanan dan
atan asi
aktivitasjasman
i

Mk
Polidipsia dan
Dehidrasi :Resikoketidakseimbanganelekt
Poliuria
rolitb.dpoliuria dan dehidrasi
F. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM
umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat
komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal, yang sering
ditemukan :

a. Poliuri (banyak kencing)


Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.

b. Polidipsi (banyak minum)


Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.

c. Polifagia (banyak makan)


Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak
makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang


Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah
cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak
sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus

e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa,
sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

f. Ketoasidosis
Anak dengan DMtipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis diabetik yang
disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi dengan
baik.

G. Komplikasi

Komplikasi DM baik pada DM tipe 1 maupun 2, dapat dibagi menjadi 2 kategori,


yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun.
a. Komplikasi Metabolik Akut
1. Ketoasidosis Diabetik (khusus pada DM tipe 1)
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi dan
glukosuria berat, penurunan glikogenesis, peningkatan glikolisis, dan peningkatan
oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukkan benda keton, peningkatan keton
dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ion hidrogen dan asidosis
metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga mengakibatkan diuresis osmotik dengan
hasil akhir dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami
syok yang akhirnya klien dapat koma dan meninggal.

2. Hipoglikemi
Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami hipoglikemia
jika kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia dapat terjadi akibat
lupa atau terlambat makan sedangkan penderita mendapatkan therapi insulin, akibat
latihan fisik yang lebih berat dari biasanya tanpa suplemen kalori tambahan,
ataupun akibat penurunan dosis insulin. Hipoglikemia umumnya ditandai oleh
pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar, palpitasi, berkeringat dingin, mata
berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit kepala yang disebabkan oleh pelepasan
epinefrin, juga akibat kekurangan glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-
gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul, dan pada akhirnya terjadi
penurunan kesadaran dan koma.

b. Komplikasi Vaskular Jangka Panjang (pada DM tipe 1 biasanya terjadi memasuki tahun
ke 5)
1. Mikroangiopaty merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan
arteriola retina (retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik
diabetic/dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1), syaraf-syaraf perifer
(neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa
mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi
perdarahan, neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan
kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan hipetensi jika
hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan menderita insufisiensi
ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak timbul sebagai akibat gangguan jalur
poliol (glukosa—sorbitol—fruktosa) akibat kekurangan insulin. Penimbunan
sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak dan kebutaan. Pada jaringan syaraf
terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar mioinositol yang
menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat menyerang syaraf-syaraf perifer, syaraf-
syaraf kranial atau sistem syaraf otonom.

2. Makroangiopaty
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi
penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa :
a. Penimbunan sorbitol dalam intima vascular.
b. Hiperlipoproteinemia
c. Kelainan pembekun darah

Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan penyumbatan vaskular jika


mengenai arteria-arteria perifer maka dapat menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang
disertai Klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika yang terkena adalah arteria
koronaria, dan aorta maka dapat mengakibatkan angina pektoris dan infark
miokardium.Komplikasi diabetik diatas dapat dicegah jika pengobatan diabetes cukup efektif
untuk menormalkan metabolisme glukosa secara keseluruhan.

H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak jauh berbeda.
a. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e. Elektrolit :
• Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
• Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
• Fosfor : lebih sering menurun
f. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup
SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control
tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
g. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (
asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi
ginjal)
j. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis
akut sebagai penyebab dari DKA.
k. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/
gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody)
l. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.
I. Penatalaksanaan

Didalam jurnal Sari Pediatric, Vol.20 No.6, april 2019 tentang Diabetes Melitus Tipe -1 pada anak
: Situasi di Indonesia dan Tata Laksana dengan sumber UKK Endokrinologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Diagnosis dan tata laksana diabetes mellitus Tipe-1 pada anak dan remaja. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2017,dan Marcdante KJ, Kliegman RM, penyunting. Nelson
Essentials of Pediatrics. Edisi Ke-8. Philadelphia: Elsevier; 2019 menyebutkan bahwa Tatalaksana
pasien dengan DM tipe 1 tidak hanya meliputi pengobatan berupa pemberian insulin. Ada hal-hal
lain selain insulin yang perlu diperhatikan dalam tatalaksana agar penderita mendapatkan kualitas
hidup yang optimal dalam jangka pendek maupun jangka Lima pilar tata laksana DM tipe-1 pada
anak adalah injeksi insulin, pemantauan gula darah, nutrisi, aktivitas fisik, serta edukasi. Dalam
menangani DM tipe-1, dibutuhkan pendekatan holistik dari tim tenaga kesehatan terintegrasi yang
terdiri atas dokter anak endokrinologi, ahli gizi, psikiater atau psikolog dan, edukator DM.

Terdapat 5 pilar manajemen DM tipe 1, yaitu:


1. Insulin
5. Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada penderita DM Tipe 1. Dalam
pemberian insulin perlu diperhatikan jenis insulin, dosis insulin, regimen yg digunakan, cara
menyuntik serta penyesuaian dosis yang diperlukan. Didalam jurnal Sari Pediatric, Vol.20
No.6, april 2019 tentang Diabetes Melitus Tipe -1 pada anak : Situasi di Indonesia dan Tata
Laksana dengan sumber Danne T, Phillip M, Buckingham BA, Jarosz-Chobot P, Saboo B,
Urakami T. ISPAD Clinical Practice Concensus Guidelines 2018: Insulin treatment in children
and adolescents with diabetes. Pediatric Diabetes 2018;19:115-35 menyebutkan bahwa
Insulin diklasifikasikan berdasarkan lama kerjanya yaitu cepat, pendek atau reguler,
menengah, dan panjang. Regimen insulin bersifat individual, yaitu menyesuaikan usia, berat
badan, lama menderita, target kontrol glikemik, pola hidup, dan komorbiditas. Regimen yang
disarankan adalah basal bolus yang diberikan dengan pompa atau insulin subkutan minimal 2
kali/hari dengan menggunakan insulin basal dan insulin kerja cepat atau pendek karena paling
menyerupai sekresi insulin fisiologis.8 Kebutuhan insulin basal harian adalah berkisar antara
30% (jika menggunakan insulin reguler) sampai 50% (jika menggunakan insulin kerja cepat)
dari total kebutuhan insulin. Pada pasien dengan insulin reguler, perbandingan insulin basal
lebih kecil karena insulin reguler juga memberikan efek basal. Dosis insulin sisanya
disesuaikan untuk dosis preprandial dengan insulin kerja cepat atau reguler. Penentuan dosis
insulin kerja cepat dapat menggunakan rasio insulin terhadap karbohidrat yang dihitung
dengan menggunakan rumus 500, yaitu 500 dibagi dosis insulin harian total. Hasil yang
didapatkan adalah berapa jumlah gram karbohidrat yang dapat dicakup oleh 1 unit
insulin.Penyesuaian dosis insulin selanjutnya ditentukan berdasarkan pola kadar gula darah
sewaktu harian. Pada pemberian insulin kerja cepat disarankan untuk dilakukan pemeriksaan
gula darah sewaktu 1-2 jam setelah makan untuk menentukan efikasi insulin. Peningkatan gula
darah sebelum sarapan memerlukan penyesuaian dosis insulin kerja menengah sebelum makan
malam atau sebelum tidur atau insulin kerja panjang. Peningkatan gula darah setelah makan
memerlukan peningkatan dosis insulin kerja cepat atau reguler. Jika peningkatan gula darah
terjadi sebelum makan siang atau makan malam, perlu dilakukan penyesuaian dosis insulin
basal atau insulin kerja cepat/ pendek sebelum makan. Dosis insulin sebaiknya ditentukan
berdasarkan konsumsi makanan atau karbohidrat dan hasil pemeriksaan GDS.

Jenis insulin dan profil kerja (Didalam jurnal Sari Pediatric, Vol.20 No.6, april 2019 tentang
Diabetes Melitus Tipe -1 pada anak : Situasi di Indonesia dan Tata Laksana dengan sumber
Batubara JRL, Tridjaja B, Pulungan AP. Buku Ajar Endokrinologi. Edisi Kedua. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2017).

jenis insulin Awitan kerja puncakl kerja durasi kerja waktu


pemberian
Kerja cepat 0,15 – 0,35 1-3 3-5 15-20 m3nit
(aspart, glulisin, sebelum makan
lispro) kecuali pada
anak bayi atau
balita yang sulit
makan
diberikan
setelah makan
Kerja pendek 0,5 - 1 2-4 5-8 30 menit
(reguler/soluble) sebelum makan

Kerja menengah
NPH 2-4 4-12 30 menit
sebelum makan

Kerja panjang

Ultralent 4-8 12-24


30 menit
sebelum makan
diberikan 1-2
kali perhari
Basal analog

Pendek- 0,5 1-12


menengah

2. Diet
Secara umum diet pada anak DM tipe 1 tetap mengacu pada upaya untuk
mengoptimalkan proses pertumbuhan. Untuk itu pemberian diet terdiri dari 50-55%
karbohidrat, 15-20% protein dan 30% lemak. Pada anak DM tipe 1 asupan kalori
perhari harus dipantau ketat karena terkait dengan dosis insulin yang diberikan selain
monitoring pertumbuhannya. Kebutuhan kalori perhari sebagaimana kebutuhan pada
anak sehat/normal. Ada beberapa anjuran pengaturan persentase diet yaitu 20% makan
pagi, 25% makan siang serta 25% makan malam, diselingi dengan 3 kali snack
masing-masing 10% total kebutuhan kalori perhari. Pemberian diet ini juga
memperhatikan regimen yang digunakan. Pada regimen basal bolus, pasien harus
mengetahui rasio insulin:karbohidrat untuk menentukan dosis pemberian insulin.

3. Aktivitas fisik/exercise
Anak DM bukannya tidak boleh berolahraga. Justru dengan berolahraga akan
membantu mempertahankan berat badan ideal, menurunkan berat badan apabila
menjadi obes serta meningkatkan percaya diri. Olahraga akan membantu menurunkan
kadar gula darah serta meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Namun perlu
diketahui pula bahwa olahraga dapat meningkatkan risiko hipoglikemia maupun
hiperglikemia (bahkan ketoasidosis). Sehingga pada anak DM memiliki beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjalankan olahraga, di antaranya adalah
target gula darah yang diperbolehkan untuk olahraga, penyesuaian diet, insulin serta
monitoring gula darah yang aman.
Apabila gula darah sebelum olahraga di atas 250 mg/dl serta didapatkan adanya
ketonemia maka dilarang berolahraga. Apabila kadar gula darah di bawah 90 mg/dl,
maka sebelum berolahraga perlu menambahkan diet karbohidrat untuk mencegah
hipoglikemia
4. Edukasi
Didalam jurnal Sari Pediatric, Vol.20 No.6, april 2019 tentang Diabetes Melitus
Tipe -1 pada anak : Situasi di Indonesia dan Tata Laksana dengan sumber Phelan H,
Lange K, Cengiz E, Gallego P, Majaliwa E, Pelicand J, dkk. ISPAD clinical practice
consensus guidelines 2018: diabetes education in children and adolescents. Pediatric
Diabetes 2018;19(Suppl.27): 75- 83.menyebutkan bahwa Edukasi memiliki peran
penting dalam penangan DM tipe-1 karena didapatkan bukti kuat berpengaruh baik
pada kontrol glikemik dan keluaran psikososial. Edukasi dilakukan oleh tim
multidisiplin yang terdiri atas paling tidak dokter anak endokrinologi atau dokter
umum terlatih, perawat atau edukator DM, dan ahli nutrisi. Edukasi tahap pertama
dilakukan saat pasien pertama terdiagnosis atau selama perawatan di rumah sakit yang
meliputi pengetahuan dasar mengenai DM tipe-1, pengaturan makan, insulin (jenis,
dosis, cara penyuntikan, penyimpanan, dan efek samping), serta pertolongan pertama
kedaruratan DM tipe-1 (hipoglikemia, pemberian insulin saat sakit), sementara tahap
kedua dilakukan saat berkonsultasi di poliklinikLangkah yang tidak kalah penting
adalah edukasi baik untuk penderita maupun orang tuanya. Keluarga perlu diedukasi
tentang penyakitnya, patofisiologi, apa yang boleh dan tidak boleh pada penderita
DM, insulin (regimen, dosis, cara menyuntik, lokasi menyuntik serta efek samping
penyuntikan), monitor gula darah dan juga target gula darah ataupun HbA1c yang
diinginkan.

5. Monitoring kontrol glikemik


Monitoring ini menjadi evaluasi apakah tatalaksana yang diberikan sudah baik
atau belum. Kontrol glikemik yang baik akan memperbaiki kualitas hidup pasien,
termasuk mencegah komplikasi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pasien
harus melakukan pemeriksaan gula darah berkala dalam sehari. Setiap 3 bulan
memeriksa HbA1c. Di samping itu, efek samping pemberian insulin, komplikasi yang
terjadi, serta pertumbuhan dan perkembangan perlu dipantau
J. Fungsi Hormon Kontragulasi

Efinefrin

- Menghambat pemasukan glukosa oleh otot


- Mengaktifkan glikogenolisis dan gluconeogenesis
- Mengaktifkan lipolysis, yang menyebabkan pelepasan asam lemak dan gliserol.

Glukagon

- Meningkatkan produksi glukosa melalui glikogenolisis dan gluconeogenesis

Kortisol

- Membatasi penggunaan glukosa dengan mengambat asupan ke otot.


- Meningkatkan produksi glukosa dengan merangsang gluconeogenesis

Hormon Pertumbuhan

- Menghalang asupan glukosa

Diabetes mellitus tergantung insulin ditegakkan berdasarkan riwayat klinis pasien, hasil
laboratorium, dan gejala-gejala awal. Penyebabnya tidak diketahui, meskipun secara umum
dikatakan bahwa adanya antigen limfosit manusia berhubungan dengan penyakit ini. Adanya
antigen ini memberi kesan bahwa anak tersebut mungkin memiliki predisposisi untuk memiliki
defek genetik dalam system respons imunoligisnya, yang menyebabkan hancurnya sel-sel beta
pancreas. Bukti lain menunjukkan bahwa infeksi berperan sebagai pemicu, (mis, koksakivirus).

Insidens

1. 15% penderita diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tergantung insulin.


2. 97% pasien yang baru didiagnosis diabetes juvenilis mendertita diabetes mellitus tergantng
insulin.
3. Usia rerata awitan penyakit ini adalah 11 tahun pada anak perempuan dan 13 tahun pada
anak laki-laki.
4. Rentang usia puncak insidensi adalah 5 sampai 7 tahun dan pubertas.
5. Pada anak-anak usia pra sekolah , penyakit ini lebih banyak terdapat pada laki-laki.
6. Pada anak-anak usia 5 sampai 10 tahun, penyakit ini lebih banyak anak perempuan.
7. Penyakit ini lebih sering didiagnosis pada musim dingin dari pada musim panas.
8. Ketoasidosis diabetikum sering menjadi penyebab morbiditas dan terkadang kematian.

Tanda- Tanda Ketoasidosis Diabetikum

- Pernapasan kussmaul ( pernapasan panjang dan dalam)


- Hiperglikemia ( kadar glukosa serum lebih dari 300 mg/dl.
- Ketonuria (sedang sampai berat: ketokstix positif)
- Asidosis metabolic (ph <7,3; peningkatan tekanan karbon dioksida parsial (PCO)
penurunan tekanan oksigen parsial (PO) natrium bikorbinat (NaHCO) < 15 mEq/l)
- Dehisrasi sebagai akibat dari polyuria dan polidipsi.
- Napas berbau buah
- Gangguan keseimbangan elektrolit (kadar kalium dan natrium meningkat semua)
- Potensian aritmia jantung yang mengancam kehidupan ( akibat ketidakseimbangan
elektrolit)
- Edema serebri ( disebabkan oleh infus cairan yang berlebihan
- Koma ( disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit dan asidosis)
- Kematian ( jarang )

Periode waktu aktivitas insulin

- Pagi : kerja biasa mulai dari sarapan sampai makan siang


- Pagi : kerja neutral protamine hagedom (NPH) mulai dari sarapan sampai makan malam.
- Malam : kerja bisa mulai dari makan malam sampai waktu tidur
- Malam : kerja NPH mulai dari waktu tidur sampai pagi berikutnya.

Efek jangka panjang

1. Gagal tumbuh dengan kecepatan normal dan maturasi terhambat


2. Neuropati
3. Infeksi berulang
4. Penyakit miskovakuler pada retina dan/ atau ginjal
5. Penyakit jantung iskemik atau obstruksi arteri.

Beban diabetes
Dalam jumlah prevalensi penduduk dunia dengan DM diperhitungkan mencapai 125 jt
pertahun dengan prediksi berlipat ganda mencapai 250 jt dalam 10 tahun mendatang ( tahun 2010
). Peningkatan pravalensi akan lebih menonjol perkembangannya di Negara berkembang
dibandingkan dengan Negara maju. Prevalensi DM di Indonesia besarnya 1,2 % - 2,3 % dari
penduduk usia lebih 15 tahunn.

Gambar penyakit diabetes bersama dengan kelompok “ High Blood Glucose”

Risiko Diabetes
A. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
1. Pemeriksaan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut Panjang Bdan
(Bb/Pb) Atau Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Untuk Anak Umur 0 - 60
Bulan.
Hasil Pengukuran Status Gizi Tindakan
Z-score (BB/TB atau BB/PB)
> 2 SD Gemuk 1. Tentukan penyebab utama
anak kegemukan
2. Konseling gizi sesuai
Ukur berat dan penyebab
panjang badan, lalu Klasifikasi
beri titik pada kurva kan -2 SD sampai Normal Berikan pujian kepada ibu
berat badan status gizi dengan 2 SD dan anak
menurut panjang
badan 1. Tentukan penyebab utama
-3 SD sampai Kurus anak kurus
dengan -2 SD 2. Konseling gizi sesuai
penyebab
Di bawah -3 SD Sangat Kurus Segera rujuk ke PKM dengan
TFC atau ke RS

2. Pengukuran Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur
(IMT/U)

Untuk Anak Umur 60 - 72 Bulan


Hasil Pengukuran Status Gizi
Tindakan
Z-score (IMT/U)
Di atas 2SD Obesitas Segera rujuk ke Rumah Sakit

Asupan Gizi disesuaikan


Ukur berat dan panjang badan, lalu hitung >1 SD sampai
Gemuk dengan kebutuhan dan
indeks Klasifikasikan masa tubuh anak, lalu dengan 2 SD
aktivitas anak
tinggi badan
plot pada grafik IMTmenurut menurut -2SD sampai Normal Berikan pujian kepada
umur anak umur dengan 1 SD ibu dan anak
Asupan Gizi ditingkatkan
-3SD sampai
Kurus dan Jadwalkan
dengan < -2SD
kunjungan berikutnya
Di bawah -3 Segera rujuk ke Puskesmas
Sangat Kurus dengan TFC atau ke RS

Cara menghitung IMT

IMT dihitung dengan cara membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi
badan (dalam meter) (kg/m2).

3. Pemeriksaan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Panjang / Tinggi Badan


Menurut
Untuk Anak Umur Usia 0 – 60 Bulan
Hasil
Status Gizi Tindakan
Pengukuran
Diatas 2 SD Jadwalkan kunjungan
Ukur panjang badan anak, lalu (>2SD) Tinggi berikutnya
plot pada Klasifikasikan
-2SD sampai Jadwalkan kunjungan
dengan 2 SD Normal berikutnya
grafik panjang badan status gigi

Asupan Gizi ditingkatkan


-3SD sampai dan Jadwalkan
dengan < -2SD kunjungan berikutnya
Pendek

Di bawah
kurva z-score Segera rujuk ke fasilitas
Sangat layanan kesehatan
-3 (< -3SD) Pendek

4. Pemeriksaan Lingkar Kepala Untuk Anak Usia 0 - 72 Bulan

Hasil
Klasifikasi Tindakan
Pengukuran
Rujuk ke
Ukur lingkar kepala, lalu beri titk Di atas kurva +2 Makrosefali
Rumah Sakit
Klasifikasikan pada kurva
Beri pujian
hasil Antara kurva +2
Normal kepada ibu dan
pertumbuhan pengukuran dan -2
anak
lingkar kepala Di bawah Rujuk ke
Makrosefali
kurva -2 Rumah Sakit
B. Deteksi Dini Penyimpangan
Perkembangan

Algoritme Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)


Hasil Pemeriksaan Interpretasi Tindakan
Jawaban “Ya” Sesuai umur Puji keberhasilan orang
9 atau 10 tua/pengasuh. Lanjutkan
stimulasi sesuai umur.
Jadwalkan kunjungan
berikutnya.

Jawaban “Ya” Meragukan Nasehati Ibu/pengasuh


Tanyakan kepada 7 atau 8 untuk melakukan stimulasi
orang tua/pengasuh Hitung lebih sering dengan penuh
atau periksa anak jawaban kasih sayang. Jadwalkan
sesuai petunjuk “Ya” kunjungan ulang untuk 2
pada instrumen minggu lagi. Apabila hasil
KPSP
pemeriksaan selanjutkany
juga meragukan, rujuk ke
Rumah Sakit rujukan
tumbuh kembang level 1.
Jawaban “Ya” Penyimpangan Rujuk ke Rumah Sakit
6 atau kurang rujukan tumbuh kembang
level 1.

MEMERIKSA STATUS GIZI


Periksa tanda-tanda Gizi BurukLIHAT
dan RABA :

 Lihat dan raba adanya pembengkakan di kedua


punggung kaki.
 Tentukan berat badan (BB) menurut panjang
badan (PB) atau tinggi badan (TB) berdasarkan
umur jeniskelamin.BB/PB (TB) < - 3 SD
BB/PB (TB) ≥ - 3 SD - < - 2 SD
BB/PB (TB) antara - 2 SD - + 2 SD
Ukur LiLA pada anak umur ≥
6bulan.
Jika BB / PB (TB) < -3 SD ATAU LiLA < 11,5
cm,maka :

 Periksa salah satu atau lebih dari tanda-


tanda komplikasi medis berikut:
 Apakah ada tanda bahayaumum
 Apakah ada klasifikasiberat

 Jika tidak ada komplikasi medis, lakukan


penilaian pemberian ASI pada anak umur <
6 bulan, apakah ada masalah
pemberianASI?
Terlihat sangat kurus  Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai Tangani anak untuk
ATAU  mencegah turunnya kadar gula darah
Edema pada kedua kaki Hangatkan badan RUJUK
ATAU  SEGERA
BB/PB (TB) < - 3 SD 
ATAU LiLA <11,5cm
DAN salah satu dari:
- ada tanda bahaya
umum atau
- ada klasifikasi berat GIZI BURUK
atau DENGAN
- ada masalah KOMPLIKASI
pemberianASI


Beri antibiotik yang sesuai selama 5 hari

Tangani anak untuk mencegah turunnya kadar gula darah Hangatkan
Terlihat sangat kurus badan
Berikan makanan rehabilitasi/pemulihan gizi sesuai kebutuhan anak gizi
buruk yaitu 150-220 kkal/kgBB/hr, protein 4-6 g/kgBB/hr
Edema minimal (kedua Lakukan pemeriksaan kemungkinan adanya penyakit penyerta
(misalnya TB, malaria, HIV, cacingan dll) Nasihati kapan kembali segera
punggung tangan/kaki) atau GIZI BURUK Kunjungan ulang 7 hari
tidak tampak edema BB/PB TANPA 
(TB) < - 3 SD KOMPLIKASI
ATAU LiLA < 11,5 cm
DAN tidak ada

komplikasi medis

Lakukan Penilaian Pemberian Makan pada anak dan nasihati sesuai


“Anjuran Makan Untuk Anak Sehat Maupun Sakit”. Bila ada masalah
BB/PB (TB) pemberian makan, kunjungan ulang 7 hari.
≥ - 3 SD - < - 2 SD ATAU GIZI Lakukan penilaian kemungkinan infeksi TB. Kunjungan ulang
LiLA antara 11,5 cm -<12,5 KURANG 30 hari.
cm

BB/PB (TB)antara  Jika anak berumur kurang dari 2 tahun, lakukan penilaian pemberian
- 2 SD - + 2 SDATAULiLA makan dan nasihati sesuai “anjuran Makan Untuk Anak sehat Maupun
≥ 12,5 cm Sakit”.Bila ada masalah pemberian makan kunjungan ulang 7 hari
GIZI BAIK
GRAFIK BERAT BADAN MENURUT PANJANG BADAN (BB/PB)
ANAK LAKI-LAKI USIA 2-5 TAHUN

• BB/PB atau BB/TB < - 3SD GIZI BURUK


• LiLA <11,5cm DENGAN
KOMPLIKASI
• BB/PB atau BB/TB < - 3SD GIZI BURUK
• LiLA <11,5cm TANPA
KOMPLIKASI
• BB/PB atau BB/TB - 3 SD - < -2SD GIZI
• LiLA 11,5 cm - <12,5cm KURANG
GRAFIK BERAT BADAN MENURUT PANJANG BADAN (BB/PB)
ANAK PEREMPUAN USIA 2-5 TAHUN

• BB/PB atau BB/TB < - 3SD GIZI BURUK


DENGAN
• LiLA <11,5cm
KOMPLIKASI
• BB/PB atau BB/TB < - 3SD GIZI BURUK
LiLA <11,5cm TANPA

KOMPLIKASI
• BB/PB atau BB/TB - 3 SD - < -2SD GIZI
• LiLA 11,5 cm - <12,5cm KURANG
Cuci tangan
sebelum
makan

Batasi gula,
garam dan
minyak
Basahi tangan seluruhnya Gosok sabun ke telapak, Bersihkan bagian bawah
dengan air bersih mengalir. punggung tangan dan sela
jari- kuku-kuku.
jari.

Bilas dengan air bersih Keringkan tangan dengan


mengalir. handuk/tisu atau keringkan dengan
udara/dianginkan.

KASUS

Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun datang ke rumah sakit Medistra dengan keluhan :
anak mengatakan bahwa ia banyak makan, banyak minum, banyak kencing, berat badannya turun,
enuresis. Ia juga mudah tersinggung, tidak bisa perhatian lama ketika mengikuti pelajaran sekolah,
merasa lelah, penglihatan kabur, sakit kepala, kalau ada luka sukar sembuh dan mudah terserang
flu.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB: 25 kg, PB: 135 cm, suhu: 37,50C, nadi:
92x/menit. Respirasi: 24x/menit, TD: 110/70 mmHg. Turgor kulit kembali segara, kulit kering,
membrane mukosa kering. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan: Hb: 11,2gr/dl,
Hematokrit: 30%, eritrosit: 4,0(x106/uL), trombosit: 210000/mm3, leukosit: 9.500/uL, glukosa
darah 300mg/dl.
Pasien mengatakan sangat cemas dengan keadaannya. Keluarga mengatakan ibu pasien
menderita diabetes melitus. Orang tua pasien khawatir memikirkan masa depan anaknya.
Terapi/instruksi medis yang diberikan saat ini : cek gula darah 2x/hari, insulin 2 unit dari U 100
sebelum makan.

1. Biodata
- Nama : An.L
- Usia : 10 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Pekerjaan : Tidak ada
- Alamat : Bekasi
- Suku : jambi
- Status pernikahan : Belum Menikah
- Agama : Islam
- Diagnosa medis : Diabetes Melitus Tipe 1
- No.RM : 004
- Tanggal masuk : 01-11-2021
- Tanggal pengkajian : 01-11-2021

2. Penanggung jawab
- Nama : Ny.A
- Usia : 32 Tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : PNS
- Hubungan dengan klien : Ibu Kandung

I. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan bahwa ia banyak makan, banyak minum, banyak kencing, berat
badannya turun, suka mengompol (enuresis).

II. RIWAYAT KESEHATAN


1. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu pasien juga mengatakan anaknya mudah tersinggung, tidak bisa perhatian lama
ketika mengikuti pelajaran sekolah, merasa lelah, penglihatan kabur, sakit kepala, kalau
ada luka sukar sembuh dan mudah terserang flu.
2. Riwayat penyakit dahulu
Ibu pasien megatakan anaknya tidak pernah mengalami hal yang serupa
sebelumnya.
3. Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa dirinya mempunyai riwayat penyakit DM.

III. ANALISA DATA


NO DATA PROMBLEM ETIOLOGI
1. DS :
1. Pasien mengatakan bahwa ia banyak makan
dan berat badannya turun
2. Ibu pasien mengatakan bahwa dirinya
mempunyai riwayat penyakit DM
3. Pasien mengatakan pola makannya berubah,
setelah sakit pasien makan 1 porsi 4x sehari
ditambah makanan ringan saat disekolah. Dan
juga minum air putih 8-10 gelas/hari. Ketidakseimbangan
Peningkatan
Nutrisi Kurang
Kebutuhan
DO : Dari Kebutuhan
Metabolisme
1. Keadaan umum : Composmentis Tubuh
GCS : 15
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37,50C
Respirasi : 24x/menit
3. BB sebelum sakit : 30 kg
BB saat sakit : 25 Kg.
4. Mulut :
Inspeksi : mukosa bibir kering

2. DS :
1. Pasien mengatakan banyak minum, banyak
kencing
2. Pasien mengatakan bahwa suka mengompol
dimalam hari
3. Pasien mengatakan terjadi perubahan
frekuensi BAK, pasien BAK 7-10 x sehari
Penurunan
kemampuan
DO :
menyadari tanda-
1. Keadaan umum : Composmentis Gangguan
tanda gangguan
GCS : 15 Eliminasi Urin
kandung kemih
2. Tanda-tanda Vital
(enuresis)
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37,50C
Respirasi : 24x/menit
3. Integumen :
Inspeksi : kulit pasien kering
4. Hematokrit: 30%,
5. Glukosa darah 300mg/dl.
3. DS :
1. Pasien mengatakan sangat cemas dengan
keadaannya
2. Pasien mengatakan menjadi takut karena
teman-temannya menjauhinya karena pasien
mudah marah dan tersinggung
3. Orang tua pasien mengatakan
anaknyamengalami gangguan pola tidur,
pasien menjadi sulit tidur karena cemas akan
penyakitnya. Pasien tidur 5-6 jam perhari.
4. Pasien mengatakan bahwa mudah tersinggung
dan tidak bisa perhatian lama ketika
Factor keturunan
mengikuti pelajaran sekolah
(tempramen
Ansietas
mudah teragitasi
DO :
sejak kecil)
5. Keadaan umum : Composmentis
GCS : 15
6. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37,50C
7. Respirasi : 24x/menit Mata
Inspeksi :
pasien tidak dapat mengartikan objek dengan
benar, mata pasien terlihat sayu
8. Neurologis (Status mental dan emosi) : mudah
tersinggung bila sedang kelelahan

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Peningkatan Kebutuhan Metabolisme
2. Gangguan eliminasi urin b.d Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan
kandung kemih (enuresis)
3. Ansietas b.d Factor keturunan (tempramen mudah teragitasi sejak kecil)
V. INTERVENSI

NO DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
Nutrisi Kurang dari keperawatan selama 3x24 jam 1. Diskusikan dengan pasien
Kebutuhan Tubuh b.d diharapkan sejauh mana nutrisi mengenai hubungan antara
Peningkatan Kebutuhan dapat dicerna dan diserap untuk asupan makanan, olahraga,
Metabolisme memenuhi kebutuhan metabolic peningkatan dan penurunan
sehari-hari pasien dengan KH : berat badan.
1. Tidak terjadi penurunan 2. Kaji motivasi pasien untuk
BB (25 kg) mengubah pola makannya.
2. Pasien dapat 3. Dorong pasien untuk
mempertahankan Berat mengkonsumsi air yang
Badan cukup dalam setiap harinya.
3. Intake cairan, kalori, 4. Bantu pasien membuat
nutrisi yang sesuai perencanaan dan konsistensi
dengan kebutuhan dengan jumlah energi yang
metabolic. dibutuhkan setiap harinya.
4. Keseimbangan asupan, 5. Timbang BB secara berkala
olahraga dan berat (sebelum dan sesudah
badan. makan)
6. Tentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan
untuk memenuhi persyaratan
gizi.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk pengaturan diit sehari-
hari.
2. Gangguan Eliminasi Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
Urine b.d Penurunan keperawatan selama 3x24 jam 1. Wawancara pasien untuk
kemampuan menyadari diharapkan pasien dapat mendapatkan data mengenai
tanda-tanda gangguan mengendalikan pengumpulan, riwayat toilet training, pola
kandung kemih pembuangan dan eliminasi urine berkemih, infeksi saluran
(enuresis) dikandung kemih dengan KH : kemih.
1. Pasien dapat mengenali 2. Identifikasi faktor apa saja
keinginan untuk penyebab pada pasien (mis.
berkemih. Urine output, pola berkemih,
2. Berkemih pada tempat fungsi kognitif, dll)
yang tepat 3. Batasi intake cairan 2-3 jam
3. Pola eliminasi sebelum tidur.
normal(5-6x sehari). 4. Kaji frekuensi, durasi, dan
4. Pasien dapat pola enuresis.
mengosongkan 5. Diskusikan Teknik yang
kandung kemih biasa dilakukan untuk
sepenuhnya. mengurangi enuresis(mis.
Cahaya redup, membatasi
intake cairan, menjadwalkan
ke kamar mandi secara rutin)
6. Jelaskan penyebab
terjadinya dan rasional dari
setiap tindakan yang
dilakukan.
7. Monitor eliminasi urine,
volume, frekuensi,
konsistensi, dan bau.
Kolaborasi :
1. Dorong keluarga untuk
menunjukjan kasih sayang
dan penerimaannya
dirumah jika si anak diejek
oleh temannya.
2. Berikan obat-obatan yang
sesuai untuk sementara jika
dibutuhkan.
3. Ansietas b.d Factor Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keturunan (tempramen keperawatan selama 2x24 jam 1. Gunakan pendekatan yang
mudah teragitasi sejak diharapkan tidak terjadi tenang dan meyakinkan.
kecil) keparahan dari tanda-tanda 2. Berikan informasi factual
ketakutan, ketegangan, atau terkait diagnosis, perawatan
kegelisahan yang berasal dari dan prognosis.
sumber yang tidak dapat 3. Dorong keluarga untuk
diidentifikasi dengan KH : mendampingi klien dengan
1. Pasien tidak mengalami cara yang tepat.
kesulitan dalam belajar 4. Dorong verbalisasi perasaan,
atau memahami sesuatu. persepsi dan ketakutan.
2. Pasien dapat 5. Instruksikan klien untuk
menyampaikan rasa menggunakan Teknik
takut dan cemasnya relaksasi.
secara lisan. 6. Bantu pasien untuk
3. Pasien dapat menyelesaikan masalah
beristirahat. dengan cara yang
4. Pasien dapat produktiv konstruktif.
kembali.

VI. IMPLEMENTASI

Waktu NO DX IMPLEMENTASI
Tgl Jam
17-10-2021 07.00- 1 Mandiri :
10.00
1. Mendiskusikan dengan pasien mengenai hubungan antara
asupan makanan, olahraga, peningkatan dan penurunan
berat badan.

2. Mengkaji motivasi pasien untuk mengubah pola makannya.

3. Mendorong pasien untuk mengkonsumsi air yang cukup


dalam setiap harinya.

4. Membantu pasien membuat perencanaan dan konsistensi


dengan jumlah energi yang dibutuhkan setiap harinya.
5. Menimbang BB secara berkala (sebelum dan sesudah
makan)

6. Menententukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan


untuk memenuhi persyaratan gizi.

Kolaborasi :

1. Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk pengaturan diit


sehari-hari.

17-10 -2021 13.00- 2 Mandiri :


15.00
1. Wawancara pasien untuk mendapatkan data mengenai
riwayat toilet training, pola berkemih, infeksi saluran
kemih.

2. Identifikasi faktor apa saja penyebab pada pasien (mis.


Urine output, pola berkemih, fungsi kognitif, dll)
3. Batasi intake cairan 2-3 jam sebelum tidur.

4. Kaji frekuensi, durasi, dan pola enuresis.

5. Jelaskan penyebab terjadinya dan rasional dari setiap


tindakan yang dilakukan.

6. Monitor eliminasi urine, volume, frekuensi, konsistensi,


dan bau.

Kolaborasi :
1. Dorong keluarga untuk menunjukkan kasih sayang dan
penerimaannya dirumah jika si anak diejek oleh temannya.

2. Berikan obat-obatan yang sesuai untuk sementara jika


dibutuhkan.
17-10-2021 16.00- 3 Mandiri :
18.00 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.

2. Berikan informasi factual terkait diagnosis, perawatan dan


prognosis.

3. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara


yang tepat.

4. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan ketakutan.


5. Instruksikan klien untuk menggunakan Teknik relaksasi.

6. Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara


yang konstruktif

VII. EVALUASI

Waktu
DX SOAP
Tgl Jam
17-10- 10.00 Ketidakseimbangan Nutrisi S :
2021 Kurang dari Kebutuhan Tubuh - Pasien mengatakan paham akan
b/d Peningkatan Kebutuhan hubungan anatar asupan makan,
Metabolisme olahraga.
- Pasien mengatakan akan
mengubah pola makannya
menjadi lebih sehat.
- Pasien mengatakan minum air
yang cukup setiap harinya.
- Pasien mengatakan belajar
membuat perencanaan terhadap
energi yang dibutuhkan setiap
harinya.
- Pasien mengatakan BBnya
tidak naik dan tidak turun.
- Pasien sudah dapat menentukan
jumlah kalori yang
dibutuhkannya
O:
- Pasien mendapatkan penjelasan
tentang hubungan antara
makanan dan olahraga.
- Pasien mendapatkan motivasi
untuk mengubah pola
makannya.
- Pasien mendapatkan air 8 gelas
sehari.
- Pasien mendapatkan bantuan
untuk membuat perencanaan
terhadap energinya.
- BB pasien tetap dalam batas
normal 25 kg.
- Pasien mendapatkan makanan
seimbang kalori dan nutrisi
untuk memenuhi gizinya.
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi di hentikan
17-10- 15.00 Gangguan Eliminasi Urine b/d S :
2021 Penurunan kemampuan - Pasien mengatakan tidak
menyadari tanda-tanda minum 2 jam sebelum tidur.
gangguan kandung kemih - Pasien mengatakan mengetahui
(enuresis) tentang setiap tindakan yang
dilakukan tim kesehatan
- Ibu pasien mengatakan anaknya
mendapatkan obat-obatan
sesuai yang diresepkan
- Pasien mengakan ibunya sangat
menyayanginya dan selalu
menyemangatinya untuk tetap
dan sembuh.
O:
- Pola berkemih pasien kurang
dari batas normal.
- Klien mengeluh jika melakukan
aktivitas secara berlebih
(mencuci, mengepel dsb)
- Pasien dapat membatasi intake
cairan sebelum tidur.
- Pola berkemih pasien mulai
membaik dapam batas normal
4-5 dalam sehari.
- Pasien tampak mengerti saat
dijelaskan tentang setiap
tindakan yang dilakukan tim
kesehatan.
- Eliminasi pasien tampak
membaik kembali dalam batas
normal.
- Keluarga pasien tampak
menyayangi pasien dan
menjaga pasien berganti-
gantian.
- Pasien terlihat meminum
obatnya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

17-10- 18.00 Ansietas b.d Factor keturunan Mandiri :


2021 (tempramen mudah teragitasi S :
sejak kecil) - Pasien menanyakan tentang
penyakitnya
- Pasien mengatakan
menyelesaikan masalahnya
dengan bercerita kepada ibunya
- Pasien mengtakan dapat lebih
tenang setelah melakukan
Teknik relaksasi
- Ibu pasien mengatakan anaknya
mulai mampu menjelaskan
tentang perasaanya
- Ibu pasien mengatakan menjaga
anaknya secara bergantian
O:
- Pasien terlihat tenang dari
sebelumnya.
- Perawat memberikan
penejelaskan tentang
penyakitnya dengan kalimat
yang mudah dipahami
- Tampak keluarga pasien
bergantian menjaga pasien
- Pasien tampak bercerita kepada
ibunya
- Pasien mendapatkan arahan
untuk Teknik relaksasi yang
baik.
- Pasien tampak bercerita kepada
ibunya.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan.

DAFTAR PUSTAKA

Yati,Niken Prita dkk.2017. Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe-1 Pada Anak
danRemaja.Surabaya:UKK,
JURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 20 Nomor 78 Tahun XX Desember 2014

Jaffe M: insulin dependent diabetes melitus. In Sullivan M, editor: pediatric nursing care
plans, rev ed 2, Englewood, cool, 1998, skidmore-Roth.

Institute of medicine. Dietary Reference intakes. The Essential Guide to Nutrients


Requirements. Washington, DC. National Academies Press, 2006.

Kemenkes RI, (2015). Buku Bagan: Manajemen terpadu balita sakit


(MTBS). Jakarta

Kemenkes RI,(2016). Buku Pintar Kesehatan & Gizi : Pertemuan


Peningkatan Keluarga (P2K2) Program keluarga Harapan (PkH)
Kemenkes RI, (2016). Buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, Dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak

Didalam jurnal Sari Pediatric, Vol.20 No.6, april 2019 tentang Diabetes Melitus Tipe -1 pada
anak : Situasi di Indonesia dan Tata Laksana dengan sumber Phelan H, Lange K, Cengiz E,
Gallego P, Majaliwa E, Pelicand J, dkk. ISPAD clinical practice consensus guidelines 2018.

Marzel (2021) Jurnal Penelitian Perawat Professional Volume 3 No 1, Februari 2021 Hal 51
– 62 Global Health Science Group

Anda mungkin juga menyukai