Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK LAPORAN

PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA DIABETES MIILITUS TIPE 1

( JUVENILE ) PADA AN.T

Disusun Oleh :

Kelompok 1 :

1. Cicilia Insani Manullang


2. Herawani
3. Ilma Aprilia
4. Khoirul Umam

Program Study S1 Keperawatan Ekstensi

STIKes Ummi Bogor 2022/2033

Jl. Karadenan No.6, Pasir Jambu, Kec. Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16913
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah Diabetes Mellitus (DM).
DM merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah
atau hiperglikemia sebagai akibat dari penurunan sekresi insulin, gangguan aktivitas
insulin atau merupakan gabungan dari keduanya DM juga dikenal sebagai silent killer
karena banyak penderitanya yang tidak menyadari atau tidak menandakan gejala awal
namun saat diketahui sudah terjadi komplikasi Jadi, DM merupakan salah satu
penyakit yang kronik ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh
yang dapat menimbulkan komplikasi (Heriani,2021)
Angka Kejadian DM cukup meningkat dari tahun ke tahun. Diperkirakan
bahwa 5.0 juta kematian di Dunia pada tahun 2015 penyebabnya adalah DM dengan
rata-rata usia 20-79 tahun Sedangkan di Indonesia menduduki peringkat kedua angka
kematian setelah Sri Lanka. Pada tahun 2017, ada sekitar 451 juta jiwa penderita DM
dengan usia 18-99 tahun diperkirakan akan meningkat menjadi 693 juta jiwa pada
tahun. Di Indonesia sendiri dari data Survei Nasional menunjukkan bahwa prevalensi
DM sebesar 5.7% dimana lebih dari 70% kasus tidak Hal tersebut membuktikan
bahwa penyakit DM adalah salah satu penyakit dan penyebab kematian dengan
prevalensi tertinggi di Dunia.
Menurut (Marzel, 2021) Diabetes Mellitus (DM) tipe 1 atau yang dulu
dikenal dengan nama Jueveline terjadi karena kerusakan sel beta pankreas
(reaksi autoimun). Sel beta pankreas merupakan satu-satunya sel tubuh yang
menghasilkan insulin yang berfungsi untuk mengatur kadar glukosa dalam tubuh.
Bila kerusakan sel beta pankreas telah mencapai 80-90% maka gejala DM mulai
muncul. kerusakan sel ini lebih cepat terjadi pada anak-anak daripada dewasa.
Sebagian besar penderita DM tipe 1 sebagian besar oleh karena proses autoimun
dan sebagian kecil non autoimun.
Diabetes mellitus tipe 1 adalah penyakit kronis sistem endokrin yang mana
pada umumnya dimulai pada masa anak-anak dimana terjadi penurunan produksi
insulin sebagai akibat kerusakan sel-sel β pankreas oleh autoimun tubuh yang ditandai
dengan terjadinya hiperglikemia kemudian bermanifestasi sebagai gejala klasik
polidipsia, poliuria dan polifagia
B. Etiologi
Diabetes mellitus tipe 1 sebagai penyakit autoimun sampai saat ini belum
diketahui penyebab secara pastinya. Dahulu, penyakit ini disebut sebagai childhood-
onset diabetes atau juvenile diabetes karena terjadi sejak anak-anak dan untuk
membedakannya dengan diabetes mellitus tipe 2 yang dikenal sebagai adult-onset
diabetes. Namun, perkembangan ilmu pengetahuan terkini menunjukan bahwa
diabetes mellitus tipe 2 juga bisa terjadi pada anak-anak, sehingga penggunaan istilah
tersebut diatas sudah tidak relevan lagi. Walaupun penyebab terbentuknya auto-
antibodi yang merusak sel-sel pankreas masih belum diketahui, namun penelitian
menunjukan bahwa adanya faktor-faktor risiko yang berperan dalam pembentukan
auto-antibodi tersebut. Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 1 Menurut
(Heriani,2021) Sebagai Berikut
1. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe
I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
3. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel pancreas
C. Patofisiologis
Pada diabetes tipe I, sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun,
sehingga insulin tidak dapat diproduksi. Hiperglikemia puasa terjadi karena produksi
glukosa yang tidak dapat diukur oleh hati. Meskipun glukosa dalam makanan tetap
berada di dalam darah dan menyebabkan hiperglikemia postprandial (setelah makan),
glukosa tidak dapat disimpan di hati. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup
tinggi, ginjal tidak akan dapat menyerap kembali semua glukosa yang telah disaring.
Oleh karena itu ginjal tidak dapat menyerap semua glukosa yang disaring. Akibatnya,
muncul dalam urine (kencing manis). Saat glukosa berlebih diekskresikan dalam
urine, limbah ini akan disertai dengan ekskreta dan elektrolit yang berlebihan. Kondisi
ini disebut diuresis osmotik. Kehilangan cairan yang berlebihan dapat menyebabkan
peningkatan buang air kecil (poliuria) dan haus (polidipsia). Kekurangan insulin juga
dapat mengganggu metabolisme protein dan lemak, yang menyebabkan penurunan
berat badan. Jika terjadi kekurangan insulin, kelebihan protein dalam darah yang
bersirkulasi tidak akan disimpan di jaringan. Dengan tidak adanya insulin, semua
aspek metabolisme lemak akan meningkat pesat. Biasanya hal ini terjadi di antara
waktu makan, saat sekresi insulin minimal, namun saat sekresi insulin mendekati,
metabolisme lemak pada DM akan meningkat secara signifikan. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah pembentukan glukosa dalam darah, diperlukan
peningkatan, jumlah insulin yang disekresikan oleh sel beta pankreas. Pada penderita
gangguan toleransi glukosa, kondisi ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan,
dan kadar glukosa akan tetap pada level normal atau sedikit meningkat. Namun, jika
sel beta tidak dapat memenuhi permintaan insulin yang meningkat, maka kadar
glukosa akan meningkat dan diabetes tipe II akan berkembang (Zulkarnain Et.al 2021)
Pathway

D. Manisfestansi Klinis
Menurut ( Zulkarnain Et.al 2021)Gejala dari penyakit DM yaitu antara lain:
1. Poliuri (sering buang air kecil) Buang air kecil lebih sering dari biasanya terutama
pada malam hari (poliuria), hal ini dikarenakan kadar gula darah melebihi ambang
ginjal (>180mg/dl), sehingga gula akan dikeluarkan melalui urine. Guna
menurunkan konsentrasi urine yang dikeluarkan, tubuh akan menyerap air
sebanyak mungkin ke dalam urine sehingga urine dalam jumlah besar dapat
dikeluarkan dan sering buang air kecil. Dalam keadaan normal, keluaran urine
harian sekitar 1,5 liter, tetapi pada pasien DM yang tidak terkontrol, keluaran
urine lima kali lipat dari jumlah ini. Sering merasa haus dan ingin minum air putih
sebanyak mungkin (poliploidi). Dengan adanya ekskresi urine, tubuh akan
mengalami dehidrasi atau dehidrasi. Untuk mengatasi masalah tersebut maka
tubuh akan menghasilkan rasa haus sehingga penderita selalu ingin minum air
terutama air dingin, manis, segar dan air dalam jumlah banyak.
2. Polifagi (cepat merasa lapar) Nafsu makan meningkat (polifagi) dan merasa
kurang tenaga. Insulin menjadi bermasalah pada penderita DM sehingga
pemasukan gula ke dalam sel-sel tubuh kurang dan energi yang dibentuk pun
menjadi kurang. Ini adalah penyebab mengapa penderita merasa kurang tenaga.
Selain itu, sel juga menjadi miskin gula sehingga otak juga berfikir bahwa kurang
energi itu karena kurang makan, maka tubuh kemudian berusaha meningkatkan
asupan makanan dengan menimbulkan alarm rasa lapar.
3. Berat badan menurun Ketika tubuh tidak mampu mendapatkan energi yang cukup
dari gula karena kekurangan insulin, tubuh akan bergegas mengolah lemak dan
protein yang ada di dalam tubuh untuk diubah menjadi energi. Dalam sistem
pembuangan urine, penderita DM yang tidak terkendali bisa kehilangan sebanyak
500 gr glukosa dalam urine per 24 jam (setara dengan 2000 kalori perhari hilang
dari tubuh). Kemudian gejala lain atau gejala tambahan yang dapat timbul yang
umumnya ditunjukkan karena komplikasi adalah kaki kesemutan, gatal-gatal, atau
luka yang tidak kunjung sembuh, pada wanita kadang disertai gatal di daerah
selangkangan (pruritus vulva) dan pada pria ujung penis terasa sakit (balanitis)
(Simatupang, 2017).
E. Komplikasi
DM tipe-1 dapat menimbulkan komplikasi jangka pendek dan jangka panjang.
Komplikasi jangka pendek dapat berupa hipoglikemia dan KAD saat pertama kali
terdiagnosis atau akibat pemakaian insulin yang salah. Risiko KAD meningkat antara
lain pada kontrol metabolik buruk, riwayat KAD, masa remaja, anak dengan
gangguan makan, keadaan sosio-ekonomi kurang, dan tidak ada asuransi kesehatan.
Komplikasi jangka panjang terjadi akibat perubahan mikrovaskular berupa retinopati,
nefropati, dan neuropati. Retinopati merupakan komplikasi yang sering didapat dan
lebih sering dijumpai pada pasien DM tipe-1 lebih dari 8 tahun. Komplikasi
makrovaskular lebih jarang didapatkan pada anak dan remaja.1
F. Pemeriksaan
Dalam Pemeberiksaan DM Tipe 1 Dapat dilakukan Pemeriksaan Sebagai Berikut
(Zulkarnain et.al 2021) :
1. Gula darah sewaktu (GDS)
2. Pemeriksaan gula darah puasa (GDP)
3. Pemeriksaan gula darah 2 jam prandial (GD2PP)
4. Pemeriksaan hBa1c.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.T

DENGAN DIAGNOSA DM JUVENILE

A. Pengkajian
1. Identiitas
Nama : An. T
Umur : 15 Tahun
Jenis Kelamin : Laki Laki
2. Keluhan Utama
Subjektif : OT Pasien Mengatakan Jika Anaknya Lemas Sering Merasa Haus,
Makan Banyak Namun Tak Kunjung Kenyang, Sering Kencing Setelah Minum
dan Terdapat Sedikit Luka dikaki kanan Namun Pasien Cenderung Biasa Saja
Pasien Mengatakan Jika Dirinya Serang Merasa Haus Berlebih Walapun Sudah
Minum Banyak, Dan Terkadang Lapar Padahal Baru saja Makan, Sehari Bisa
Minum 4000 ML Liter Air dan Bisa 6x Makan,Namun Berat Badannya Menurun
Luka dikaki kanan tidak Merasa Nyeri Kesemutan Saja.
Objektif : An.T Terlihat Berkeringan Dingin , Terdapat Luka Dikaki Kanan Baru
Tampak Bersih dan Tidak Berbau Dengan Hasil Pemerisaan Fisik
TD : 100/80 mmHg
N : 115 x/Menit
RR : 20x/Menit
SH : 36 C
SPO2 : 98 Room Air
BB : 24 Kg Sekarang
BB Sebelumnya : 27 Kg.
GDS : 178 mg/dl
3. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada
4. Riwayat Kesehatan Sekarang : Diabetes Militus Tipe 1
5. Hasil Laboratorium : -
B. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Mata
a. Posisi mata : (O) Simetris ( ) Asimetris
b. Kelopak mata : (O) Normal ( ) Ptosis
c. Pergerakan Bola mata : (O) Normal ( ) Abnormal

d. Konjungtiva : ( ) Merah (O) Anemis ( ) Sangat Merah

e. Sklera : ( ) Ikerik (O) Anikerik

f. Pupil : (O) Isokor ( ) Anisokor


g. Otot – Otot mata : ( ) Midriasi (O) Normal

( ) Jugling kedalam ( ) Juling

2. Pemeriksaan Jalan Nafas


a. Jalan Nafas : (O) Berisih ( ) Sumbatan ( )
Sputum
b. Pernafasan : ( ) Sesak (O) Tidak Sesak
c. Menggunakan Alat bantu nafas : ( ) Ya (O ) Tidak

d. Frekuensi : 20x/Menit

e. Irma : (O) Teratur ( ) Tidak Teratur

f. Kedalaman : (O) Dalam ( ) Dangkal

g. Batuk : ( ) Ya (O) Tidak


3. Pemriksaan Sistem Kardiovaskuler
a. Nadi : 115 x/Menit
b. Irama : (O) Teratur ( ) Tidak Teratur
c. Denyut : ( ) Lemah (O) Kuat
d. Tekanan Darah : 100/80 mmHg

e. Distensi Vena Junglaris : ( ) Ya (O) Tidak

f. Temprature Kulit : (O) Hangat ( ) Dingin

g. Warna Kulit : (O) Normal ( ) Cynosis

4. Pola Kebiasan Sehari Hari

a. Pola Nutrisi :

1) Frekuensi Makan : 5x Dalam Sehari

2) Nafsu Makan : Baik


b. Pola Eliminasi

BAK :

1) Frekuensi : 8 – 10x dalam Sehari.

2) Warna : Putih Jernih

3) Keluhan Saat BAK : Tidak ada

BAB :

1) Frekuensi : 4x Dalam Sehari


2) Warna : Kecoklatan
3) Konsitensi : Padat
4) Keluhan Saat BAB : TIdak ada
C. Analisa Data

NO Hari/ Tanggal Data Etiologi Masalah


1 Rabu 16/10/22 Data Subjektif : DM Tipe 1 Kekurangan Volume
OT Pasien Mengatakan Jika Anaknya Lemas Sering Merasa Haus, Ciaran Kurang Dari
Sering Kencing Setelah Minum Kebutuhan
Penurunan Pemakaian
Pasien Mengatakan Jika Dirinya Serang Merasa Haus Berlebih
Glukosa
Walapun Sudah Minum Banyak 4000 ml Liter Air

Data Objektif : Pasien Terlihat Lemas Dengan Berkeringat Dingin


Hiperglikemia
Dengan Pemeriksaan Fisik
TD : 100/80 mmHg
N : 115 x/Menit Glyosuria
RR : 20x/Menit
SH : 36 C
Osmotic Diuresis
SPO2 : 98 Room Air
BB : 24 Kg
Urine Sebelum Masuk RS : 3500 CC Poliuria
GDS : 176 mg/dl

Dehidrasi
Kekurangan Volume
Ciaran Kurang Dari
Kebutuhan
2. Rabu 26/10/22 Data Subjektif : OT Pasien Mengatakan Jika Anaknya Lemas, Makan DM Tipe 1 Ketidakseimbangan
Banyak Namun Tak Kunjung Kenyang, Nutrisi Kurang dari
Pasien Mengatakan Jika Dirinya Sering Merasa Terkadang Lapar Kebutuhan
Defisiensi Insulin
Padahal Baru saja Makan, Bisa 6x Makan Dalam Sehari dan
Penurunan Berat badan

Metabolisme Protein
Data Objektif : Pasien Terlihat Berkeringan Dingin Dengan Hasil
Menurun
Pemerisaan Fisik
TD : 100/80 mmHg
N : 115 x/Menit Merangsang
RR : 20x/Menit Hipotalamus
SH : 36 C
SPO2 : 98 Room Air
Perut lapar dan Haus
BB Sekarang : 24 Kg
BB Sebelumnya : 27 Kg
GDS : 176 mg/dl Polidipsi dan Polipagi
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan
3 Rabu 26/10/22 Data Subjektif : DM Tipe 1 Kerusakan Intergritas
OT Pasien Mengatakan Sedikit Luka dikaki kanan Namun Pasien Kulit
Cenderung Biasa Saja
Defisiensi Insulin
An. T Terdapat Luka dikaki kanan tidak Terasa Nyeri Kesemutan
Saja.
Data Objektif : Anabolisme Protein
An.T Terlihat Berkeringan Dingin , Terdapat Luka Kecil Dikaki
Kanan Baru Tampak Bersih dan Tidak Berbau Dengan Hasil
Pemerisaan Fisik Kerusakan Antibodi
TD : 100/80 mmHg
N : 115 x/Menit
Kekebalan Tubuh
RR : 20x/Menit
Menurun
SH : 36 C
SPO2 : 98 Room Air
BB : 24 Kg Neuropati Sensori
GDS : 176 mg/dl Perifer
Kien Merasa Tidak Sakit
Saat Luka

Keursakan Intergritas
Kulit

D. Diagnosa Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan
1 Kekurangan Volume Ciaran Kurang Dari Kebutuhan Berhubungan Dengan Kegagalan Mekanisme Regulasi ditandai Dengan Merasa Haus
Berlebih
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Berhubungan Dengan Peningkatan Kebutuhan Metabolisme ditandai dengan Sering Merasa
Lapar dan Merasa Kenyang Ketika Makan dan Penurunan Berat badan
3. Kerusakan Intergritas Kulit Berhubungan Dengan Neuropati Perifer ditandai Dengan Terdapat Luka Kecil dibagian Kanan Kanan
E. RENCANA KEPERAWATAN

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI)

Kekurangan Volume Ciaran Kurang Dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 Observasi:
Kebutuhan Berhubungan Dengan Jam diharapkan Status Cairan Membaik dengan kriteria 1. Periksan tanda dan gejala
Kegagalan Mekanisme Regulasi ditandai hasil: hipovolemias (mis. Nadi meningkat,
Dengan Merasa Haus Berlebih 1. Turgor kulit meningkat nadi teraba lemah, tekanan darah
2. Frekuensi nadi membaik menurun, tekanan nadi menyempit,
3. Tekanan darah membaik turgor kulit menurun, membrane
4. Tekanan nadi membaik mukosa kering, urine menurun,
5. Membran mukosa membaik hematokrit meningkat, haus, lemah)
6. Rasa Haus Berlebih 2. Monitor intake dan output cairan

Terapeutik :

1. Hitung kebutuhan cairan


2. Berikan posisi Berikan asuhan
cairan oral

Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian cairan IV


isotonis (mis. NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis. Albumin, Plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah
Jika dibutuhkan.

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 Observasi
Kebutuhan Berhubungan Dengan Jam diharapkan status nutrisi membaik dengan kriteria
1. Identifikasi status nutrisi
Peningkatan Kebutuhan Metabolisme hasil :
2. Identitifikasi alergi dan intoleransi
ditandai dengan Sering Merasa Lapar dan 1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat.
makanan
Merasa Kenyang Ketika Makan 2. Kekuatan otot pengunyah meningkat
3. Identifikasi makanan yang disukai
3. Kekuatan otot menelan meningkat
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
4. Serum albumin meningkat jenis nutrient
5. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan 5. Identifikasi perlunya penggunaan
nutrisi meningkat selang nasogastric
6. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang 6. Monitor asupan makanan
sehat meningkat 7. Monitor berat badan
7. Pengetahuan tentang standard asupan nutrisi 8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik

1. Lakukan oral hygiene sebelum


makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan yang tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika
perlu
7. Hentikan pemnerian makanan
melalui selang nasogastric jika
asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi :

1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu


2. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian medikasi


sebelum makan (mis. Pereda
nyeri,antiemetic), jika perlu.
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

Kerusakan Intergritas Kulit Berhubungan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 Observasi
Dengan Neuropati Perifer ditandai Dengan jam, maka Integritas Jaringan meningkat dengan kriteria 1. Identifikasi penyebab gangguan
Terdapat Luka Kecil dibagian Kanan hasil: integritas kulit (misalnya perubahan
Kanan 1. Kerusakan integritas jaringan menurun sirkulasi, perubahan status nutrisi,
2. Perdarahan menurun Jika ada penurunan kelembaban, suhu
3. Kemerahan menurun lingkungan ekstrim, penurunan
mobilitas)
Terapeutik

1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah


baring
2. Lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang, jika perlu
3. Gunakan produk berbahan
petroleum dan minyak pada kulit
kering
4. Hindari produk berbahan dasar
alcohol pada kulit kering

Edukasi

1. Anjurkan menggunakan pelembab


(misalnya lotion serum)
2. Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
3. Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrem
4. Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO Hari Tanggal No DP IMPLEMENTASI Paraf


1 Rabu Tgl 1
1. Pemeriksaan Tanda Tanda Vital Didapatkan Hasil :
26/10/22
TD : 110/80 mmHg
N : 100x/Menit , Teraba Kuat
RR : 20x/Menit
SPO2 : 98 RA
2. Memonitor intake dan output cairan
Respon Pasien : OT Pasien Mengatakan Jika Hari ini Minum +/- 2000 CC Dan
BAK -/+ 1500 CC
3. Memberikan Posisi Nyaman Pasien
Resepon Pasien : Pasien Mengatakan Jika Posisi Setengah Duduk Nyma
3. Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Respon Pasien : OT Pasien Mengatakan Jika Nanti akan diberikan Edukasi
Banyak Minum
4. Mengaanjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Resepon Pasien : OT Pasien Mengatakan Jika Nanti dia akan Memantau
anaknya dikamar Tidur
5. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
Saat ini Pasien Terpasang Infus RL.2
2 Rabu 26/10/22 2
1. Mengidentifikasi status nutrisi
Resepon Pasien : OT Pasien Mengatakan Jika Saat ini Baru Makan 2x Sesuai
Jam diberikan makan dirumah Sakit.
2. Mengidentitifikasi alergi dan intoleransi makanan
Respon Pasien : OT Pasien Mengatakan Jika tidak ada alergi
3. Mengidentifikasi makanan yang disukai
Respon Pasien : Pasien Mengatakan Jika Suka Dengan Mie Ayam
4. Memonitor Berat Badan
Berat Badan Saat ini : 24 Kg
5. Menganjurkan Oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Resepon Pasien : OT Mengatakan Jika Nanti akan Sikat Gigi dahulu Sebelum
Makan
6. Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
Respon Pasien : Pasien Mengatakan Jika Mampu Untuk Duduk
7. Kolaborasi Dengan Ahli Gizi Dengan Diet Diabetes Melitus
3 Rabu 26/10/22 3
1. MengIdentifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Respon Pasien : Pasien Mengatakan Jika Dikaki Kanan Terjadi Karna Jatuh
dari Sepeda
2. Menganjurkan Mengubah Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Respon Pasien : OT Pasien Mengatkan Jika Nanti Akan Ubah Posisi Setiap 2
Jam
3. Menganjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
Respon Pasien : OT Pasien Mengatakan Jika Sementara ini pasien Cenderung
ditempat tidur terus
4. Menganjurkan Mandi dengan Sabun Secukupnya Dan Hindari Terkena Daerah
Luka
Respon Pasien : OT Pasien Mengatakan Jika Nanti Akan Mengikuti Saran yang
diberikan.

G. EVALUASI KEPERAWATAN

NO Hari/Tanggal No EVALUASI ( SOAP ) Paraf


DP
1 Kamis 27/10/22 1 S:

OT Pasien Mengatakan Jika Saat ini Minum Lumayan Banyak +/- 1500 CC
Hari ini, Dan Sekarang Cenderung Tidak Sering Kencing.

Pasien Mengatakan Jika Saat ini Badannya Tidak Lemas, Tidak Selalu Merasa
Haus Terus Menerus, Frekuensi Kencing Sudah Membaik Dari Sebelumnya
O:
1. Pasein Terliat Baik, Dengan Akral Hangat
2. Didapatkan Hasil Pemeriksaan Fisik Dan Wanwancara OT Sebagai Berikut:
TD : 113/80 mmHg
N : 100x/Menit
RR : 20x/Menit
SH : 36.5 C
SPO2 : 98 RA
GDS : 165 mg/dld
Total Minum : 1500 CC Hari
Total Urine Output : 1000 CC Hari.

A : Masalah Teratasi

P : Intervensi dihentikan.
2 Kamis 27/10/22 2 S:

OT Pasien Mengatakan Jika Saat Makannya Terkontrol 3x Dalam Sehari,


Sesuai Diet Dirumah Sakit, Dan Tidak Makan Makan Yang Mengandung Gula

Pasien Mengatakan Jika Sekarang Tidak Mudah Lapar Jika Setelah Makan,
Dan Tidak Lemas Lagi
O:
1. Pasein Terliat Baik, Dengan Akral Hangat
2. Nafsu Makan Membaik, Muntah Tidak, Mual Tidak
3. Didapatkan Hasil Pemeriksaan Fisik Dan Wanwancara OT Sebagai Berikut
:
a. TD : 113/80 mmHg
b. N : 100x/Menit
c. RR : 20x/Menit
d. SH : 36.5 C
e. SPO2 : 98 RA
f. GDS : 165 mg/dld
g. Total Minum : 3x Hari
h. Total BAB : 1x Hari ini..

A : Masalah Teratasi

P : Intervensi dihentikan.
3 Kamis 27/10/22 3 S:

OT Pasien Mengatakan Jika Luka dikaki Kanannya Membaik dari awalnya


Terlihat Sedikit Darah, Kemerahan Sekarang Bersih dan Terawat

Pasien Mengatakan jika Lukanya Hanya Berasa Kesemutan saja, Nyeri Tidak.
O:
1. Pasein Terliat Baik, Dengan Akral Hangat
2. Luka Dibagian Kaki Kanan Baik, Tidak Terlihat Nekrosis Atau Kehitaman
3. Didapatkan Hasil Pemeriksaan Fisik Dan Wanwancara OT Sebagai Berikut :
a. TD : 113/80 mmHg
b. N : 100x/Menit
c. RR : 20x/Menit
d. SH : 36.5 C
e. SPO2 : 98 RA
f. GDS : 165 mg/dld
g.
A : Masalah Teratasi

P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA.

HERIANI, H. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. R USIA 5 TAHUN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS TYPE 1 (Doctoral dissertation, universitas
Hasanuddin).

Lestari, L., & Zulkarnain, Z. (2021, November). Diabetes Melitus: Review etiologi,
patofisiologi, gejala, penyebab, cara pemeriksaan, cara pengobatan dan cara pencegahan.
In Prosiding Seminar Nasional Biologi (Vol. 7, No. 1, pp. 237-241).

Adelita, M., Arto, K. S., & Deliana, M. (2020). Kontrol Metabolik pada Diabetes Melitus
Tipe-1. Cermin Dunia Kedokteran, 47(3), 227-232.

Marzel, R. (2021). Terapi pada DM Tipe 1. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 3(1), 51-
62.

Anda mungkin juga menyukai