Anda di halaman 1dari 23

A.

KONSEP TEORI
1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena


pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang
mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak
dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya
(World Health Organization, 2016).
2. Klasifikasi Diabetes
Klasifikasi DM menurut Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (PERKENI, 2006) dalam Nur Aini (2016) yaitu :
a. Tipe 1 atau Insulin secara spesifik menyerang infeksi virus tertentu
Dependent Diabetes dan merusak sel-sel berperan dalam prosesnya.
Mellitus/IDDM penghasil insulin yang Sekitar 70-90% sel β
terdapat pada pankreas. hancur sebelum timbul
DM tipe 1 merupakan
Belum diketahui hal apa gejala klinis. Pada pasien
kondisi autoimun yang
yang memicu kejadian DM tipe-1 harus
menyebabkan kerusakan
autoimun ini, namun bukti- menggunakan injeksi
sel β pankreas sehingga
bukti yang ada menunjukan insulin dan menjalankan
timbul defisiensi insulin
bahwa faktor genetik dan diet secara ketat.
absolut. Pada DM tipe ini
faktor lingkungan seperti
sistem imun tubuh sendiri
b. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Non- insulin disertai defisiensi insulin relatif
Insulin Dependent Diabetes sampai defek sekresi insulin disertai
Mellitus/NIDDM resistansi insulin.
Diabetes ini merupakan bentuk diabetes
yang paling umum. Penyebabnya
bervariasi mulai dominan resistansi
3. Penyebab Diabetes Melitus
Berdasarkan penyebab Diabetes Melitus
(DM) dibagi menjadi dua, yaitu:
1. DM TIPE 1 Penderita tidak mewarisi diabetes tipe
itu sendiri tetapi mewarisi sesuatu
a. Faktor Genetik predisposisi atau kecenderungan
genetic. Riwayat keluarga atau faktor
keturunan merupakan unit informasi
pembawa sifat yang berada di dalam
kromosom sehingga mempengaruhi
perilaku.
b. Faktor Imunologi ( autoimun)

Adanya respon autoimun yang nerupakan respon abnormal dmana antibodi


terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang di anggap sebagai jaringan asing
c. Faktor Lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu autoimun yang menimbulkan ekstrusi sel
beta
2. DM TIPE 2
Faktor Penyebab yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes
melitus tipe 2 adalah:
a. Usia
Pada usia diatas 65 tahun resistensi insulin cenderung meningkat.
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis
menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang
akan berisiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk
memproduksi insulin
b. Obesitas c. Riwayat dalm keluarga
Terjadi karena ketidakseimbangan Pada riwayat keluarga jika salah satu
hormon di dalam tubuh membuat anggota keluarga memiliki riwayat
hormon insulin tidak dapat bekerja diabetes bisa di turunkan sejak
secara maksimal dalam mengatur remaja pada anaknya. Karena pria
glukosa yang ada dalam darah. sebagai penderita sesugguhnya dan
perempuan sebagai pihak pembawa
gen atau keturunan
4. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2011), gejala klasik yang
sering muncul pada penderita Diabetes Melitus:
a. Polidipsia
Peningkatan rasa haus (polidiosia) merupakan salah satu gejala awal yang paling
umum. Mekanisme filtrasi pada ginjal terjadi secara difusi, yaitu filtrasi zat dari
tekanan rendah ke tekanan yang tinggi. Pada penderita DM glukosa dalam darah
yang tinggi menyebabkan kepekatan glukosa dalam pembuluh darah sehingga
proses filtrasi ginjal terjadi secara osmosis, yaitu filtrasi zat dari tekanan tinggi ke
rendah. Akibatnya, kandungan air yang ada dalam pembuluh darah akan terserap
oleh ginjal dan menyebabkan pembuluh darah menjadi kekurangan air sehingga
penderita DM akan merasa cepat haus. Rasa haus yang ekstrem terjadi ketika
tubuh berusaha mengeluarkan semua glukosa dalam aliran darah karena tidak
dapat digunakan (tidak ada insulin yang mengantarnya ke sel).
b. Poliuria c. Polifagia
Poliuri terjadi karena kadar gula darah Dalam tubuh, glukosa yang masuk
> 180 mg/dL, yang melebihi nilai ambang dalam sel akan diubah menjadi glikogen
ginjal sehingga gula tersebut akan keluar dengan bantuan insulin dan disimpan di
bersama urine. Tubuh akan menarik air hati sebagai cadangan energi. Pada
sebanyak mungkin ke dalam urine karena penderita DM, insulin yang dihasilkan oleh
urine yang keluar bersama gula tersebut pankreas untuk mengubah glukosa menjadi
bersifat pekat dengan tujuan urine tidak glikogen tidak dapat bekerja atau bekerja
terlalu pekat. Akibatnya volume urine yang secara lambat sehingga hati tidak
keluar banyak dan kencing menjadi sering mendapatkan glukosa yang adekuat. Oleh
dilakukan. Kencing juga sering dilakukan sebab itu pada penderita DM sering kali
pada malam hari sehingga dapat cepat lapar dan merasa lemas.
mengganggu tidur penderita DM. Tak
jarang pada pagi hari penderita DM bangun
dengan kondisi tidak segar karena kurang
tidur.
Ada juga gejala umum DM yang menahun atau bersifat kronis:
1 Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur
2 Gatal-gatal dan bisul yang biasa terjadi di area lipatan seperti lipatan ketiak, payudara,
dan alat kelamin
3 Gangguan saraf tepi (perifer) seperti kesemutan. Gangguan ini terjadi terutama pada
kaki dan terjadi pada malam hari
4 Rasa tebal pada kulit sehingga terkadang penderita DM tidak memakai alas kaki
5 Gangguan fungsi seksual seperti gangguan ereksi pada pria
6 Keputihan pada wanita sehingga menyebabkan daya tahan menurun
7 Lemah dan cepat lelah
8 Infeksi saluran kemih
9 Luka yang sukar untuk disembuhkan
5. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin asupan glukosa/produksi glukosa yang melebihi
kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel-sel hari dan sel-sel otot. Proses
glikogenesis ini mencegah hiperglikemia. Jika terdapat deficit insulin, akan terjadi 4 perubahan
metabolic yang menimbulkan hipoglikemia: transportasi glukosa yang melintasi membrane sel
berkurang, glikogenesis berkurang dan tetapi terdapat kelebihan glukosa dalam darah, glikolisis
meningkat sehingga dengan glikogen berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke dalam darah
secara terus menerus melebihi kebutuhan glukogenesis meningkat dan lebih banyak lagi
glukosa hati yang ke dalam darah dari asam amino dan lemak. Pada DM tipe 1 terjadi
ketidakmampuan menghasilkan insulin karena sel-sel beta telah dihancurkan oleh autoimun.
Akibatnya produksi glukosa tidak terukur oleh hari. Maka terjadi hiperglikemia. Jika konnsentrasi
glukosa dalam darah tinggi, ginjal tidak dapat menyerab semua glukosa, akibatnya muncul di
urin (glukosuria), ketika glukosa berlebihan dieksresikan dalam urin disertai pengeluaran cairan
dan elektrolit (dieresis osmotic) akibatnya kehlangan cairan berlebihan pasien akan mengalami
peninngkatan berkemih (poliuri) dab rasa haus (polidipsi). Defisiensi urin juga mengganggu
metabolism protein dan lemak yang menyebabkan penurunan BB. Pasien juga mengalammi
peningkatan selera makan (polifagia) akibat penurunan simpanan kalori, gejala lainnya
kelelahan dan kelemahan
Pada tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Resistensi ini disertai
dengan penurununan reaksi insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Pada gangguan sekresi
insulin berlebihan pada glukosa akan mempertahankan pada tingkat Normal
atau sedikit meningkat. Namun jika sel beta tidak mampu menyimbangi
peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glukosa meningkat akibat
intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan prograsif sehingga DM tipe
2 berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya kelemahan, iritabilitas, poliuri,
polifagi, luka pada kulit yang lama sembuh, pandangan kabur (jika glukosa
sangat tinggi) (Nabil, 2012).
6. Penatalaksanaan
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2015) 4 Pilar Penatalaksanaan
DM terdiri dari:
A. Edukasi DM
Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi tingkat lanjutan.
1 Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan Primer, yang
meliputi:
a) Materi tentang perjalanan penyakit DM.
b) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan.
c) Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia.
d) Pentingnya latihan jasmani yang teratur
7.KOMPLIKASI

Menurut Aini (2016) diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik dapat
menimbulkan komplikasi akut dan kronis.
a. Komplikasi yang bersifat akut
1) Koma hipoglikemi
2) Krisis hiperglikemia
b. Komplikasi yang bersifat kronis
1) Makorangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung,
pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak
2) Mikorangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik, nefropati
diabetik dan neuropati. Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskular pada
struktur dan fungsi ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal.
3) 3) Retinopati (perubahan dalam retina) terjadi karena penurunan protein dalam
retina dan kerusakan endotel pembuluh darah. Perubahan ini dapat berakibat
gangguan dalam penglihatan.
4) Rentan infeksi seperti TB paru, gingivitis, dan infeksi saluan kemih.
5) Kaki diabetik
Perubahan mikroangiopati, makroangiopati dan retinopati menyebabkan perubahan
pada ekstremitas bawah. Komplikasinya dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi
infeksi, ganggren, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik. Hal ini
dapat menunjang terjadinya trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang akhirnya
menjadi ganggren.
2. Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan materi edukasi pada
tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan Sekunder dan atau
Tersier, yang meliputi:
a) Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.
b) Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain.
c) Rencana untuk kegiatan khusus (contoh: olahraga prestasi).
d) Kondisi khusus yang dihadapi (contoh: hamil, puasa, hari-hari sakit)
e) Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir
tentang DM.
b. Terapi Gizi Medis

Pada umumnya, diet untuk penderita diabetes diatur berdasarkan 3J yaitu:


1. Kalori Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri
dari:
Faktor yang menentukan kebutuhan kalori
antara lain jenis kelamin, umur, aktivitas fisik ✓ Karbohidrat.
atau pekerjaan dan berat badan.
✓ Lemak tidak jenih ganda.
2. Jadwal
✓ Protein
Keteraturan dalam jadwal dan jenis makanan
✓ Natrium
3. Kalori
Terutama pada pasien yang menggunakan
obat yang meningkatkan sekresi insulin atau
terapi insulin itu sendiri
C. . Latihan Jasmani.
Olahraga berfungsi untuk menjaga kebugaran tubuh, selain itu olahraga juga dapat
menurunkan dan memperbaiki sensivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali
glukosa.

D. Terapi Farmakologis.
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis ini terdiri dari obat oral dan bentuk
suntikan. Obat Antihiperglikemia Oral (OHO) berdasarkan cara kerjanya, obat
antihiperglikemia oral
8. Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosa diabetes melitus dilakukan dengan pengukuran kadar
gula darah. Pemeriksaan gula darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan
secara enzimatik dengan menggunakan bahan plasma darah vena. Kriteria
diagnosis diabetes melitus meliputi 4 hal menurut Kemenkes RI (2020),
yaitu:
a. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi
tidak ada asupan kalori selama minimal 8 jam.
b. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.
c. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan
klasik.
d. Pemeriksaan HbAc ≥6,5%.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan Utama
Pasien dengan keluhan utama yang berbeda-beda. Pada
umumnyasering datang den kerumah sakit dengan gejala khas berupa
polifagia,poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Dahulu
2 Riwayat Penyakit Sekarang
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
d. Pola Aktivitas
1) Pola Nutrisi
2) Pola Eliminasi
3) Pola Istirahat dan Tidur
4) Pola persepsi dan konsep diri
5) Pola sensori dan kognitif
6) Pola seksual dan reproduksi
7) Pola mekanisme stres dan koping
e. Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
2 Head to Toe
a) Kepala Leher
b) Sistem integument
c) Sistem pernafasan
d) Sistem kardiovaskuler
e) Sistem urinary
f) Sistem musculoskeletal
g) Sistem neurologis
f. Pemeriksaan Laboratorium

1). Pemeriksaan darah


2). Urine
3). Kultur pus

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut
2) Defisit Nutrisi
3) Intoleransi Aktivitas
4) Gangguan Pola Tidur
5) Defisit Pengetahuan
6) Resiko Ketidakseimbangan Kadar Glukosa Darah
7) Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif
8) Resiko Ketidakseimbangan Cairan
9) Resiko Infeksi

Anda mungkin juga menyukai