DISUSUN OLEH
WINGKI PATRIANSYAH
PO.71.20.5.19.071
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
MENGETAHUI
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
karena pankreas memproduksi insulin yang tidak adekuat bagi tubuh, atau
tubuh tidak dapat secara efektif memakai insulin yang ada, atau keduanya. Hal
tersebut akan membuat kadar glukosa dalam darah meningkat. DM tipe 2 (DM
2) adalah DM yang disebabkan oleh karena tubuh tidak bisa menggunakan
insulin secara efektif atau biasa dikenal dengan resisten insulin (WHO, 2014)
dalam Karamoy dan Dharmadi (2020).
DM merupakan penyakit kronis yang menjadi tantangan di dalam dunia
kesehatan. DM merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang
menyebabkan 1,6 juta kematian di dunia pada tahun 2010 (WHO, 2014)
dalam Istianah, dkk (2020). DM adalah penyakit menahun (kronis) berupa
gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi
batas normal. (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin atau keduanya
(Perkumpulan Endikronologi Indonesia, 2019). DM merupakan penyakit yang
memerlukan pengelolaan berkelanjutan khususnya dalam pengendalian kadar
glukosa untuk mencegah atau memperlambat terjadinya komplikasi. Diabetes
mellitus merupakan suatu hal baru bagi masyarakat Indonesia (Astuti &
Setiarani, 2013) dalam Fitriyani, dkk (2020).
1.2 Etiologi
Etiologi DM menurut (Wijaya & Puteri, 2019) adalah sebagai berikut:
1. DM tipe 1 (DDM/ Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
a. Faktor genetik/ herediter
Peningkatan kerentanan sel-sel beta dan perkembangan antibody
autoimun terhadap penghancuran sel-sel beta
b. Faktor infeksi virus
Infeksi virus coxsackie pada individu yang peka secara genetik
c. Faktor imunologi
Respon autoimun abnormal mengakibatkan antibodi menyerang
jaringan normal yang dianggap jaringan asing.
2. DM tipe II (NIDDM)
a. Obesitas
Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh
tubuh, insulin yang terjadi menjadi kurang efektif dalam mengingatkan
efek metabolik.
b. Usia
Cenderung meningkat diatas usia 65 tahun
c. Riwayat keluarga
DM memiliki hubungan yang sangat erat dengan riwayat keturunan
keluarga.
d. Kelompok etnik
Berdasarkan penelitian terakhir di 10 negara menunjukkan bahwa
bangsa Asia lebih beresiko terserang DM dibanding bangsa barat.
Hasil dari penelitian tersebut mengatakan bahwa secara keseluruhan
bangsa Asia kurang berolahraga dibandingkan bangsa-bangsa dibenua
barat. Selain itu, kelompok etnik tertentu juga berpengaruh terutama
Cina, India dan Melayu lebih beresiko terkena DM
3. DM Malnutrisi
Kekurangan protein kronik menyebabkan hipofungsi pankreas
4. DM Tipe Lain
a. Penyakit Pankreas: pankreatitis, Ca pankreas, dll)
b. Penyakit hormonal: akromegali yang merangsang sekresi sel-sel beta
sehingga hiperaktif dan rusak
c. Obat-obatan: Aloxan, streptozikin: sitotoksin terhadap sel sel beta
Derivit thiazide: menurunkan sekresi insulin
1.4 Patofisiologi
Patofisiologi dari DM menurut (Brunner & Suddart, 2005) dalam Wijaya dan
Puteri (2019).
1. Diabetes tipe I
Pada diabetes I tidak terdapat ketidakmampuan pankreas untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia postpranidial (sesudah makan). Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
diekresikan dalam urin, ekresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektronik yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotic.
Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliura) dan rasa haus
(polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencangkup kelelahan dan kelemahan. Proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang produksi badan keton
yang merupakan produk samping pecahan lemak. Badan keton merupakan
asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda dan gejala seperti nyeri
abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila
tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian.
2. Diabetes tipe II
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel, resistensi insulin
pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.
Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan
dapat mencangkup kelelahan, iritabilitas, poliura, polidipsia, luka yang
lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar
glukosanya saat tinggi). Penyakit diabetes membuat gangguan/ komplikasi
melalui kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut
angiopati diabetic. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu
gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut
makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut
mikroangiopati.
Ada 3 problem utama yang terjadi bila kekurangan atau tanpa insulin:
a. Penurunan penggunaan glukosa
b. Peningkatan mobilisasi lemak
c. Peningkatan penggunaan protein
1.9 Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah
diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan. Desain perencanaan
menggambarkan sejauh mana anda mampu menetapkan cara menyelesaikan
masalah dengan efektif dan efisien (Budiono, 2015) dalam Rafli (2019).
1.10 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria
hasil yang anda buat pada tahap perencanaan. (Budiono,2015) dalam (Rafli,
2019)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Nama : Ny “ S “
b. Tempat /tgl lahir : Boyolali, 17 November 1959
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status Perkawinan : Menikah
e. Agama : Islam
f. Suku : Jawa
5. Pola Fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan : Pola tidur
Ketergantungan terhadap obat : Tidak ada
b. Nutrisi metabolic
Frekuensi Makan : 2x sehari
Nafsu Makan : Kurang baik
Jenis makanan : Karbohidrat, protein
Makanan yang tidak disukai : Tidak ada
Alergi terhadap makanan : Tidak ada
Pantangan makanan : Tidak ada
c. Eliminasi
BAK : 9x/ hari
h. Pola Peran-Hubungan
Peran ikatan ;
Kepuasan :
Pekerjaan : Klien tidak berkerja karena klien tinggal dipanti
sosial/hubungan perkawinan : Klien sudah menikah tetapi tidak
memiliki anak dan klien mengatakan suaminya sudah meninggal
dunia.
i. Sexualitas
Riwayat reproduksi, kepuasan sexual, masalah : Tidak ada
j. Koping-Pola Toleransi Stress
Apa yang menyebabkan stress pada lansia, bagaimana
penanganan terhadap masalah : klien mengeluh masih sering
teringat akan almarhum suaminya
k. Nilai-Pola Keyakinan
Klien mengatut agama islam dan klien jarang melakukan ibadah
karena klien tidak mampu untuk berdiri atau beraktivitas,tetapi
klien yakin dengan takdirnya dan selalu berdoa kepada Allah SWT
agar senantiasa diberikan kesehatan dan umur yang panjang.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Composmetis
b. TTV : 130/70 mmhg
c. BB/TB : Tidak terkaji
d. Kepala
Rambut : Keriting
Mata : ikterik
Telinga : Kedua telinga simetris dan tidak
memakai alat bantu pendengaran
Mulut, gigi dan bibir : Kebersihan mulut baik, gigi
ompong dan mukosa bibir kering
e. Dada : Normal , suara nafas vesikuler
f. Abdomen : Bentuk simetris tidak ada nyeri
tekan
g. Kulit : Elastis
h. Ekstremitas Atas : Kuku bersih, CRT < 3 detik,
kekuatan otot 4/4
i. Ekstremitas bawah : Kuku bersih, CRT < 3 detik,
kekuatan otot 2/2
7. Pengkajian Khusus
Analisis hasil :
Analisis hasil :
Analisis hasil
Hasil pemeriksaan :
Nilai : 25
d.APGAR keluarga
Hasil pemeriksaan :
Nilai 6 : disfungsi keluarga sedang
e. Skala Depresi
(SKALA DEPRESI )
NO PERTANYAAN YA TIDAK
.
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan
Anda?
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak
Kegiatan dan minat/kesenangan anda
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong?
4. Apakah anda sering merasa bosan?
5. Apakah anada mempunyai semangat yang baik
Setiap saat?
6. Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk
Akan terjadi pada anda?
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian
Besar hidup anda?
8. Apakah anda merasa sering tidak berdaya?
9. Apakah anda lebih sering dirumah dari pada pergi
Keluar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah
Dengan daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang ?
11. Apakah anda pikir bahwa kehidupan anda
Sekarang menyenangkan?
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti
Perasaan anda saat ini?
13. Apakah anda merasa penuh semangat?
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak
Ada harapan?
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain, lebih baik
Keadaannya dari pada anda?
f. Screening Fall
FUNGTIONAL REACH (FR) TEST
NO. LANGKAH
1. Minta pasien berdiri di sisi tembok dengan tangan direntangkan kedepan
2. Beri tanda letak tangan i
3. Minta pasien condong kedepan tanpa melangkah selama 1-2 menit, dengan tangan
direntangkan ke depan
4. Beri tanda letak tangan ke ii pada posisi condong
5. Ukur jarak antara tanda tangan i & ke ii
Interpretasi :
NO. LANGKAH
1. Posisi pasien duduk dikursi
2. Minta pasien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3meter), kembali ke
kursi, ukur waktu dalam detik.
INTERPRETASI :
Score:
Skor total
B. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Nokturia Insomnia
- Klien mengatakan dirinya
mengalami kesulitan tidur,
gelisah tetapi tidak banyak
pikiran
DO :
- Klien tampak gelisah dan
tampak tidur di siang hari
- Terdapat kantung mata pada
klien
DS : Penurunan BB Perubahan
- Klien mengatakan bahwa ia Nutrisi Kuraang
lemas Dari Kebutuhan
- Klien mengatakan kurang Tubuh
nafsu makan
DO :
- Klien tampak lemas dan kurus
C. PRIORITAS MASALAH
1. Kekurangan Volume Cairan Tubuh berhubungan dengan osmotic
diuresis
2. Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
Penurunan BB
3. Insomnia berhubungan dengan nokturia dan proses penyakit
D. INTERVENSI
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Kekurangan Volume Setelah dilakukan 1. Berikan penkes
Cairan Tubuh tindakan 2x12 jam, pada klien untuk
diharapkan masalah pentingnya
insomnia Ny “ S “ dapat makan dan
teratasi, dengan kriteria minum
hasil : 2. Monitor masuk
1. dan keluarnya
cairan
3. Kolaborasi
dengan tim gizi
memberikan
snack ( buah
segar atau jus
buah )