DOSEN PENGAMPU
Detiana,S.Kep,Ners,M.Kes
a.PENGERTIAN
. Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau
obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten. Adapun tanda dan
gejala yang ditimbulkan seperti, batuk tidak efektif, sputum berlebih, suara napas mengi atau
wheezing dan ronkhi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Tanda obyektif dapat diketahui dengan tiga pengamatan look, listen and feel. Look
berarti melihat adanya gerakan pengembangan dada. Listen adalah mendengarkan suara
pernafasan. Seringkali suara mengorok dan bunyi gurgling (bunyi cairan) menandakan
adanya hambatan jalan nafas . feel adalah merasakan adanya hembusan udara saat klien
melakukan ekspirasi yang bisa kita rasakan pasa pipi maupun punggung tangan penolong.
(Airway)
Bila airway sudah baik belum tentu pernafasan akan baik, sehingga perlu selalu
dilakukan pemeriksaan apakah pernafasan penderita sudah adekuat atau belum. Inspeksi
frekuensi nafas, apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan, adanya sesak nafas, palpasi
pengembangan paru, auskultasi adanya suara nafas tambahan, seperti ronchi, whezzing, kaji
adanya trauma pada dada yang dapat menyebabkan takipnea dan dyspnea.(Breathing)
Pengkajian tentang volume darah dan kardiak output serta adanya perdarahan. Status
hemodinamik, warna kulit, nadi serta produksi urin . Tanda-tanda adanya kehilangan cairan
(darah) dapat di ketahui dari pemeriksaan sederhana seperti nadi, tekanan darah dan
respirasi .Pada perdarahan ringan kurang dari 750 ml biasanya ditemukan tekanan darah
masih normal dan nadi lebih dari 100 kali per menit dan pernafasan meningkat 20 – 30 kali
per menit. Pada perdarahan sedang dan berat , Tekanan darah akan menurun disertai
peningkatan nadi dan respirasi lebih dari perdarahan ringan.(Circulation)
b.TUJUAN
Konsep dan prinsip Resusitasi jantung paru terdiri dari 2 tahap, yaitu :
primer yang Survei dapat dilakukan oleh setiap orang terdiri dari Airway ( jalan napas ),
breathing ( bantuan napas ), circulation ( Bantuan sirkulasi ).
Survei sekunder : dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis dan merupakan lanjutan
survei primer.
Kematian normal, seperti yang biasa terjadi pada penyakit kronik dan akut yang
berat
Stadium terminal suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi
Sebelumnya dengan fungsi vital yang sudah sangat jelek dengan terapi maksimal
Bila menolong korban akan membahayakan penolong
Komplikasi RJP
Inflasi gaster
Regurgitasi
Mengurangi volume paru
Fraktur iga dan sternum
Pneumotoraks
Hematothoraks
Kontusio paru
Laserasi hati dan limpa
Emboli lemak
Mengelolah Pernapasan
Ada tiga gerakan dasar untuk membebaskan sumbatan jalan napas akibat lidah dan
bagian-bagian jalan napas lainnya yaitu : Heal Thil, Chin lief, Jaw Thrus
Head Thilt Posisikan telapak tangan pada dahi sambil mendorong dahi ke belakang
Chin lief Posisikan telapak tangan pada dahi sambil mendorong dahi ke belakang
pada posisi yang sama,ujung jari tangan yang lain mengangkat dagu . Jika ada kecurigaan
trauma leher jangan melakukan head thil
Jaw Thrus Cari sudut siku rahang bawah ( angulus mandibula ) dengan jari telunjuk
dan jari lainnya. Kemudian jari-jari yang diletakan pada rahang bawah di belakang angulus
mendorong rahang bawah ke depan. Dengan kedua ibu jari, bukalah mulut mulut dengan
sedikit mendorong dagu, karena mulut kemudian membuka, cara ini baik untuk pasien
dengan sumbatan hidung, karena tulang leher tidak bantak bergerak, cara ini baik untuk
pasien cedera tulang leher. Pada cedera tulang belakang/ tulang leher, tindakan jaw thrust
harus dibantu seorang asisten untuk menahan kepala pada posisi netral.
Orofariengeal tube
Tahap-tahap memasukan pipa sbb : Buka mulut pasien, periksa tidak ada benda
saing yang dapat terdorong masuk ke laring Masukan pipa ke dalam mulut dengan
lengkungan cembung menghadap ke arah lidah sampai kira-kira lebih dari separuh panjang
pipa berada dalam rongga mulut kemudian pipa diputar 180° hingga bagian cembung
menghadap/menempel langit-langit ( palatum durum ). Jika pasien bereaksi, dengan gerak
agak muntah ( gag ) atau mengejan, pipa harus ditarik keluar. Jika penempatan pipa dan
ukurannya tepat maka bagian datar di ujung pipa akan tepat berada diantara gigi-gigi pasien.
Setelah pipa masuk, periksa dengan ” look, listen, feel ” apakah jalan napas sudah bebas.
Orofarengeal Tube
Nasofaringeal Tube
Alat ini lebih fleksibel daripada pipa oropharyngeal sehingga dapat digunakan
pada pasien yang masih agak sadar, pasien dengan rahang terkatup, trismus ataupun
maxilofacial injuries
Cara memasang : Periksa apakah lubang hidung bebas Pipa diolesi pelicin
Masukan pelan-pelan, bagian cekung menghadap ke arah kaki, dorong lurus kearah belakang
( arah anak telinga ) dan sedikit dipilin. Bila pipa pada waktu dimasukan mengalami
hambatan ( terasa buntu ) maka pindah ke lubang yang lain. Ujung pipa yang melengkung
ini pada akhirnya harus berada di pharynx di belakang pangkal lidah Setelah pipa masuk,
periksa dengan ” look, listen, feel ” apakah jalan napas sudah bebas.
Nasofaringeal Tube
PPPPPP1616PPPPPPPP
Pernapasan Buatan
1616161616Bila airway sudah baik belum tentu pernafasan akan baik, sehingga perlu selalu
dilakukan pemeriksaan apakah pernafasan penderita sudah adekuat atau belum.
Pada pasien yang didapati mengalami henti nafas, maka tindakan yang dilakukan adalah
melakukan pernafasan buatan
Tindakan ini dapat dilakukan melalui mouth to mouth, mulut ke hidung, mulut ke stoma
( lubang yang dibuat pada tenggorokan ) dengan cara memberikan hembusan sebanyak 2 kali
hembusan waktu yang dibutuhkan dalam setiap kali hembusan 1,5-2 detik dan volume udara
yang dihembuskan adalah 700 – 1000 ml atau sampai pada dada korban terlihat
mengembang.
Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai
volume yang cukup. Konsentrasi yang dapat diberikan 16-17 %
Tindakan pemberian napas buatan secara langsung dari mulut ke mulut sudah tidak
dianjurkan karena beresio terjadinya infeksi atau penularan penyakit, karena itu penolong
harus menggunakan barrier device (alat perantara).
Kadang-kadang penolong enggan melakukan napas buatan mouth to mouth kepada pasien,
alat bantu yang digunakan untuk mencegah kontak langsung antara pasien dan penolong
dan mengurangi resiko infeksi silang antara keduanya.
Contoh, dengan pocket mask, penolong meniupkan udara melalui sungkup siletakan diatas
dan melingkupi mulut dan hidung pasien.
Alat ini dapat dilengkapi katup agar udara ekhalasi pasien tidak kembali kearah penolong.
Sungkup ini terbuat dari plastik transparan sehingga muntahan dan warna bibir pasien
terlihat.
Mouth To Mouth
Letakan pasien posisi terlentang, jika ada ganjal kepala dengan bantal tipis
Letakan sungkup pada wajah pasien dipegang dengan kedua ibu jari
Lakukan jaw thrust, tekan sungkup ke muka pasien agar rapat kemudian tiup melalui
lubang sungkup sampai dada terangkat
Hentikan tiupan dan amati turunnya dada
Jika ada oksigen, tambahkan melalui katup dengan aliran 10 lt/menit
Mulut Kesungkup
RJP
STANDAR OPERASIONAL RESUSITASI JATUNG PARU
2.Tujuan Agar nyawa penderita henti jantung dan/atau henti paru segera
bisa diselamatkan dan tidak memberikan gejala sisa.
Nama : ...........................................................................
NIM : ..............................................................................
ASPEK PROFESIONALISME