Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn “A” DENGAN DIAGNOSA PNEUMOPERITONEUM

DI RUANG ICU RSUD dr.H RABAIN MUARA ENIM

TAHUN 2021

DOSEN PEMBIMBING :

DETIANA.S.Kep.Ners,M,Kes

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2

TINGKAT II.A

- FEBRINA SUSILO - NABILA AGUSTINA N


- INDAH NURUL LATIF - NIA LAVINIA
- LEFSI ASPIANA - NUR AISYAH
- MARLINDA SAPUTRI - PIA ANGGIE
- MAYCO ALAN SAKTI - PRISKA AGATA SANDA

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PRODI DIII KEPERAWATAN LAHAT

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya yang telah di
limpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ ASUHAN KEPERAWATAN
PNEUMOPERITONEUM “ makalah ini di susun untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan
gadar dan manajemen bencana .

Adapun makalah ini dari buku. Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya
bantuan dari pihak tertentu, oleh karena itu kami tidak lupa mengucapkan banyak trimakasih kepada
dosen pembimbing yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini .

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahanya serta jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu harapan kami agar tulisan ini dapat di terima dan berguna bagi
semua pihak. Untuk itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan yang berjudul : Asuhan keperawatan pada Tn”A” dengan diagnose PNEUMOPERITONEUM

Di ruang ICU tahun 2021

Di susun oleh : kelompok 2

Program studi : D III Keperawatan Lahat

Muara enim, November 2021

Menyetujui,

Pembimbing Pembina

Mengetahui,
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumoperitoneum merupakan keadaan di mana terdapat udara bebas dalamruang


peritoneum. Lebih dari 90% penyebab pneumoperitoneum adalah perforasisaluran pencernaan,
seperti lambung dan duodenum akibat ulkus peptikum.Penyebab lain pneumoperitoneum antara
lain pecahnya divertikulum, traumatumpul abdomen, ulkus jinak, dan tumor (Khan, 2011).

Pneumoperitoneum dapat mengakibatkan berbagai manifestasi klinis, seperti gejala


peritonitis, kaku perut,nyeri epigastrium, bahkan kondisi syok yang parah. Dalam kebanyakan kasus,
pneumoperitoneum memerlukan eksplorasi bedah dan intervensi segera danmendesak. Oleh karena
itu, deteksi segera pneumoperitoneum dan penyebabnyadapat mengurangi angka kesakitan dan
kematian pada pasien (Breenet al., 2008;Dalyet al., 1991).

Deteksi pneumoperitoneum dapat dilakukan dengan pencitraan radiologiyang meliputi foto


polos abdomen, ultrasonography (USG), computed tomography (CT) scan, dan magnetic resonance
imaging (MRI). Gambaran radiologi dari pneumoperitoneum penting karena kadang-kadang jumlah
udara bebas dalamrongga peritoneal yang sedikit sering terlewatkan dan bisa menyebabkan
kematian(Churchill & Begg, 2006)

Pneumoperitoneum adalah istilah yang menggambarkan adanya udara bebas/free


air padaintraperitoneal. Pneumoperitoneum ini bisa merupakan tanda keadaan yang tidak
berbahaya,namun seringkali menggambarkan situasi kegawatdaruratan. Diagnosis dan penanganan
yangcepat adalah kunci untuk menyelamatkan nyawa pasien. Pemeriksaan X- foto polos
abdomenmaupun thoraks merupakan modalitas imaging pilihan pertama untuk mendiagnosis
adanya pneumoperitoneum. Bila secara klinis terdapat tanda perforasi, dan pada X- foto polos
ditemukanadanya pneumoperitoneum, maka keadaan ini merupakan indikasi bedah emergensi.

Penyebab paling umum pneumoperitoneum adalah perforasi organ berongga abdomen yan
g dapatdisebabkan oleh karena trauma, perforasi ulkus peptikum, divertikulitis, maupun
tumor maligna.Sekitar 70 % perforasi dari ulkus akan memperlihatkan adanya udara
bebas.Pemeriksaan X- foto polos konvensional yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
adanya pneumoperitoneum adalah X– foto thorax posisi tegak, X- foto polos abdomen 3 posisi
tegak(erek), supine, dan left lateral dekubitus (LLD). Beberapa hal yang penting menyangkut
teknik pemeriksaan dan persiapannya perlu diperhatikan, agar dapat mendeteksi adanya udara
bebasmeskipun dalam jumlah sedikit.Pneumoperitonem dalam jumlah sedikit dapat dengan mudah
terlihat dibawah domediafragma pada X- foto polos posisi erek. Namun, seringkali pasien
dalamkondisiemergensi hanya memungkinkan untuk menjalani foto abdomen posisi supine,
sehingga perlu perhatian dalam interpretasi tanda -  tanda pneumoperitoneum pada posisi
abdomensupine. Pada 56 % kasus dengan pneumoperitoneum, adanya free air dapat
dideteksidengan foto abdomen posisi supine
B. Batasan masalah
Refarat ini akan memahas tentang pneumoperitoneum khususnya dari segi gambaran
radiologi

C. Tujuan penulis
1. Mengetahui tentang pneumoperitoneum dari definisi, etiologic,manifestasi klinis,
penegakkan diagnose, dan pengobatannya.
2. Mengetahui gambaran radiologis pada pneumoperitoneum
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

Nama pengkaji :

Tanggal pengkajian : 18 November 2021

Ruang pengkajian : ICU

Jam : 14.00 WIB

A. BIODATA PASIEN
Nama : Tn.”A”
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Serabutan
Usia : 48 Tahun
Status pernikahan : Belum menikah
No RM : 142108
Diagnosa medis : Pneumoperitoneum
Tanggal masuk RS : 16 November 2021
Alamat : Tanjung Enim

B. BIODATA PENAGGUNG JAWAB


Nama : Tn”Y”
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Sopir
Hubungan dengan klien : keponakan
Alamat : Tanjung Enim

C. PENGKAJIAN PRIMER
Airways ( jalan nafas )
Sumbatan :
( ) benda asing
( ) brondocopasme
( ) darah ( ) sputum
( ) lendir
Suara nafas :
( ) snowring ( ) gurgling
Breathing ( pernafasan )
Sesak dengan :
(  ) aktivitas
( ) tanpa aktivitas
( ) menggunakan obat tambahan
Frekuensi : 27x/menit
Irama :
( ) teratur ( ) tidak
( ) dalam ( )Dangkal
Reflek batuk :
(  ) ada ( ) tidak
Batuk :
(  ) produktif ( ) non produktik
Sputum :
(  ) ada ( ) tidak
Warna : Kuning
Konsistensi :Sedikit

Bunyi nafas :
( ) ronchi ( ) creakless
( ) wheezing
BGA :
Circulation ( sirkulasi )
Sirkulasi perifer :
Nadi : 133 x/ menit
Irama : ( ) teratur ( ) tidak
Denyut : ( ) lemah (  ) kuat ( ) tidak kuat
TD : 149/90 mmHg
Ekstermitas :
( ) hangat ( ) dingin
Warna kulit :
( ) cyanosis ( ) pucat ( ) kemerahan
Karakteristik nyeri dada :
( ) menetap ( ) menyebar
( ) seperti di tusuk tusuk
( ) seperti di timpa benda berat
Capillary refill : Normal
Edema : Abdomen
( ) ya ( ) tidak
Lokasi edema :
( ) muka ( ) tangan
( ) tungkai ( ) anasarka
Disability
(  ) alert/perhatian
( ) voice respons / respon terhadap suara
( ) pain respons / respon terhadap nyeri
( ) unrespons/ tidak berespon
( ) reaksi pupil
D. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Keluhan utama
Pasien megatakan Sesak nafas,nyeri pinggang ,abdomen acites+
2. Alergi terhadap obat,makanan tertentu

Tidak ada

3. Medikasi/pengobatan terakhir

Seminggu yang lalu

4. Last meal ( makan terakhir )

Jam 11.00 wib dengan jenis makanan Bubur Rendah Garam ( BBRG)

5. Pengalaman pembedahan

Pasien mengatakan tidak pernah mengalami pembedahan sebelumnya

6. Riwayat penyakit sekarang

7. Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan sesak + 1 tahun

Pemeriksaan Head to Toe

1. Kepala kesimetrisan
Wajah : oval
Rambut : Lurus
Warna : Hitam dan sedikit warna putih
Distribusi :
Tekstur : Bergelombang
tengkorak/kulit kepada : Bersih
Sensori :
Mata
inspeksi :
bola mata : Hitam
kelopak mata : Normal
konjungtiva : Animes
sclera :
pupil : Sonor
reaksi pupil terhadap cahaya : Peka tehadap rangsangan cahaya

Telinga
Letak : Simetris
Bentuk : Normal
Serumen : Tidak ada
Kemampuan mendengar : Baik

Hidung
Deviasi septum nasi :
Kepatenan jalan nafas lewat hidung : Dibantu dengan nasal kanul dengan saturasi 5 liter

Mulut
Bibir sumbing : Tidak
Mukosa mulut : Lembab
Tonsil : Tidak Ada
Gigi : Bersih
Gusi : Bersih
Lidah : Bersih
Bau mulut : Tidak ada bau mulut
Leher
Deviasi / simetris, cidera cervical : Tidak ada
Kelenjar thypoid : Tidak ada
Kelenjar limfe : Tidak ada
Trakea : Tidak ada
JVP : Tidak ada

2. Dada
I :
P :
P :
A :

4. Abdomen : IAPP

Elasitas

Kembung asites

Auskultasi bising usus

Palpasi :

Perkusi :

5. Ektermitas / mus

Rentang gerak :

Kekuatan otot :

Deformitas :

Kontaktur :
Edema nyeri :

Krepitasi :

6.Kulit/Integumen

Turgor kulit :kering

Mukosa Kulit :

Kelainan Kulit :

E.PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan radiologi :

Pemeriksaan darah/urin/feses :Pemeriksaan Urine setiap 6 Jam Sekali

500 cc warna kuning pekat

Pemeriksaan lain-lain

F.TERAPI MEDIS

Omeprazolle 1×1

Foramid 1×2

Salbotamol 3×2

G.ANALISA DATA

NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM


1. DO:KU/Lemah ,perut tampak Ansietas Nyeri Akut
membesar Perut tanpak
DS:Pasien Mengatakan Nyeri perut membesar
Dibagian kiri skala nyeri :5 Nyeri akut

2. DO:KU/Lemah,tidak bisa duduk dan Defisisit perawatan diri Intoleransi aktivitas


berdiri secara mandiri Gangguan mobilitas fisik
DS:pasien mengatakan tidak bisa Intoleransi aktivitas
beraktivitas seperti berjalan ke wc
3. DO:KU/Lemah Gangguan mobilitas fisik Gangguan pola istirahat
DS:pasien mengatakan sulit tidur Gangguan rasa nyaman tidur
dikarenakan nyeri yang dialaminya Gangguan pola istirahat
tidur
H.DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITASNYA :

1.Nyeri akut b.d Perut yang membesar

2.Intoleransi Aktivitas b.d Gangguan mobilitas fisik

3.Gangguan istirahat tidur b.d Gangguan rasa nyaman

I.RENCANA KEPERAWATAN

NO TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONALISASI


DX

J.IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO JAM NO IMPLEMENTASI RESPON TT


DX

K.EVALUASI

NO HARI/TGL JAM EVALUASI TT

Anda mungkin juga menyukai