Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

HERNIA SCROTALIS DEXTRA

DISUSUN OLEH :
dr. Khairunnisa Adawiyah

PENDAMPING:
dr. Nurbaiti Okta

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS BOJONG NANGKA
2023

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
HERNIA SCROTALIS DEXTRA
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Program Internsip Dokter Indonesia Rumah Sakit
Pusdikkes TNI AD

Disusun oleh:

dr. Rezki Ramadhan


dr. Rachmat Aminullah
dr.Firstda Augustin

Pembimbing:

_________________________
dr. Satyaningtyas

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan
judul “Hernia Scrotalis Dextra”.Laporan Kasus ini merupakan salah satu tugas dalam
Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI).
Dalam menyelesaikan laporan kasus ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr.Satyaningtyas selaku dokter pendamping yang telah membantu
dalam proses pembuatan laporan kasus ini.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
laporan kasus ini banyak terdapat kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan semua pihak yang
berkepentingan bagi pengembangan ilmu kedokteran. Amin.

Jakarta, 17 Oktober 2020

Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama Pasien : Tn.A
2. Usia : 66 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Suku : -
6. Alamat : Dasana Indah, Bojong Nangka
7. Tanggal Masuk : 09 November 2023

B. ANAMNESIS (allonanamnesis)
1. Keluhan Utama
Terdapat benjolan pada area kemaluan kanan sejak 1 minggu sebelum ke
Puskesmas

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan mulai teraba benjolan yang
muncul pada daerah kemaluan disisi sebelah kanan sejak 1 inggu yang lalu,
keluhan muncul saat pasien sedang berdiri dan mengedan, pasien mengatakan
benjolan dapat masuk dengan sendirinya saat pasien berada diposisi tertidur, saat
benjolan muncul pasien mengatakan tidak terasa nyeri. Pasien mengatakan saat
benjolan muncul pasien merasa mual (+), namun pasien tidak mengeluhkan
adanya keluhan muntah.
Pasien menyangkal adanya keluhan pusing (-), demam (-), batuk (-), pilek (-).
Pasien bercerita tidak adanya gangguan BAB dan BAK.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah menglami keluhan seperti ini sebelumnya, pasien memiliki
adanya riw HT (+), riwayat DM (-), asma (-), dan alergi (-) disangkal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang mengeluhkan sakit serupa

C. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
b. Kesadaran : Komposmentis
c. Tekanan Darah : 130/80 mmhg
d. Frekuensi Nadi : 98 x/menit
e. Frekuensi Napas : 22 x/menit
f. Suhu : 36.7 derajat celcius
2. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala : Normocephali; trauma -/- ; benjolan -/-
b. Mata : Konjungtiva anemis -/- ; sklera ikterik -/- ; pupil
bulat isokor dengan diameter (3mm/3mm)
c. Telinga : Bentuk auricula normal +/+;serumen -/-; sekret -/-.
d. Hidung : Bentuk normal; tidak ada deviasi; sekret -/-.
e. Mulut : Faring hiperemis (-), mukosa bibir tidak kering;
tidak ada sianosis; lidah tidak kotor; uvula ditengah
f. Leher : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah
Bening
Thorax
Paru – paru
a. Inspeksi : Bentuk dada normal laterolateral lebih besar dari ,
pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak ada
deformitas.
b. Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris, tidak ada nyeri
tekan,tidak ada massa, tidak ada krepitasi.
c. Perkusi : Sonor/sonor
d. Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
a. Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : Ictus cordis teraba di intercostae 5 garis midclavicula sinistra
c. Auskultasi: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur -/-, gallop -/-.

Abdomen
a. Inspeksi : Perut tampak datar, pelebaran vena (-), warna dalam batas
normal
b. Auskultasi : Bising usus (+) normal.
c. Palpasi : Supel, hepar tidak teraba membesar, limpa tidak teraba
membesar ,nyeri tekan epigastrium (+) saat inspirasi dalam.
d. Perkusi : timpani di seluruh region, Dalam batas normal

Kulit dan Kelamin


Warna kulit sawo matang . kuning pada permukaan kulit (-). Genitalia dalam batas
normal.
Look : Terdapat benjolan di inguinal dextra. Benjolan berwarna sama dengan
kulit sekitar yang turun sampai ke scrotum berbentuk lonjong dengan
batas tidak tegas. (Valsava maneuver)
Auskultasi : Terdengar suara bising usus pada benjolan
Feel : Tidak ada nyeri tekan, permukaan perabaan lunak dan licin.
Finger Test : +

Ekstremitas
Akral dingin, CRT <2 detik, edema (-)

D. RESUME
Laki-laki 66 tahun datang dengan keluhan muncul benjolan sekitar 1 minggu yang
lalu, namun saat tiba di rs keluhan sudah masuk kembali, os bercerita keluhan
hilang timbul sejak 4 bulan yang lalu, keluhan muncul saat pasien BAB dan
berdiri namun dapat masuk kembali saat pasien sedang tiduran.
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Komposmentis
c. Tekanan Darah : 130/78 mmhg
d. Frekuensi Nadi : 100 x/menit
e. Frekuensi Napas : 22 x/menit
f. Suhu : 36.7 derajat celcius

Pemeriksaan Khusus
a. Abdomen: bentuk datar, bising usus (+) normal, timpani, nyerti tekan
epigastrium (+) saat inspirasi dalam.
Pemeriksaan Laboratorium
14/10/20
GDS dan EKG : Dalam Batas Normal

E. DIAGNOSIS KERJA
Hernia scrotalis dextra.

F. DIAGNOSIS BANDING
1. Hernia inguinalis
2. Varicoccel

G. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
o IVFD : RL 20 TPM
o Rujuk ke Sp.B untuk herniotomi

2. Nonmedikamentosa
o Edukasi penyakit, plan tatalaksana, dan rujukan ke Sp.B
o Kurangi berdiri dan aktivitas mengedan
o Observasi tanda-tanda vital dan nyeri

H. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Fungsionam : ad malam
Ad Sanactionam : ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hernia scrotalis

2.1 Definisi1,2
Secara umum, hernia adalah protrusi atau penonjolan suatu organ melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia scrotalis, isi perut (usus) menonjol
melalui defek pada lapisan musculo-aponeurotik dinding perut melewati canalis inguinalis
dan turun hingga ke rongga scrotum. Dengan kata lain, hernia scrotalis adalah hernia
inguinalis lateralis (indirek) yang mencapai rongga scrotum. Ada beberapa macam hernia
yang terdapat pada dinding abdomen yaitu:
2.2 Klasifikasi1,2
Menurut sifat atau keadaannya, hernia dibedakan menjadi:
1. Hernia Reponibel
Disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat kembali ke dalam rongga perut dengan
sendirinya. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk ke perut, tidak ada keluhan nyeri ataupun gejala obstruksi usus.
2. Hernia Ireponibel
Disebut hernia ireponibel bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.
Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia Inkarserata
Disebut hernia inkarserata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan
pasase seperti muntah, tidak bisa flatus maupun buang air besar. Secara klinis, hernia
inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase.
4. Hernia Strangulata
Disebut hernia strangulata bila telah terjadi gangguan vaskularisasi. Pada keadaan
sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai
tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.

Epidemiologi2,3
Hampir 75% dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Hernia inguinalis
dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis (indirek) dan hernia ingunalis medialis (direk)
dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingunalis.
Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis.
Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, sedangkan pada wanita
lebih sering terjadi hernia femoralis. Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia
ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh umur.
Hernia inguinalis lateralis lebih sering terjadi pada bayi prematur daripada bayi aterm
di mana sebanyak 13,7% berkembang pada bayi yang lahir pada usia kandungan di bawah 32
minggu.
Etiologi dan Faktor Resiko1,5
Hernia inguinal dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu acquired dan kongenital.
Umumnya, hernia inguinal disebabkan oleh berbagai faktor dan yang paling utama adalah
kelemahan otot abdomen, karena itu biasanya penyebabnya acquired. Sementara pada hernia
kongenital, pada saat fetus terjadilah penurunan testis dari dalam abdomen (intraabdominal)
ke skrotum pada trimester ketiga. Penurunan testis ini melalui gubernaculum dan
diverticulum peritoneum yang menembus melalui inguinal canal dan terjadilah prosesus
vaginalis. Pada antara minggu ke-36 sampai ke-40, prosesus vaginalis menutup dan
menghilangkan bukan peritoneal pada internal inguinal ring. Jika tidak menutup dengan
sempurna maka akan menimbulkan hernia.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menimbulkan hernia:
1. Batuk
2. Obese
3. Mengejan
4. Merokok
5. Mengangkat barang berat
6. Ascites
7. Pregnancy

Patofisiologi4
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior gonad ke
permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati dinding abdomen yang
mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis merupakan
evaginasi diverticular peritoneum yang membentuk bagian ventral gubernaculum bilateral.
Pada pria testis awalnya terletak retroperitoneal dan dengan adanya processus vaginalis, testis
akan turun melewati canalis inguinalis ke scrotum akibat adanya kontraksi pada ligamentum
gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga angka
kejadiannya lebih banyak pada sebelah kanan.
Proses selanjutnya yang terjadi adalah menutupnya processus vaginalis. Jika processus
vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis lateralis akan terjadi. Akan
tetapi tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan menutupnya processus
vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia ingunalis lateralis proseccus
vaginalisnya telah menutup sempurna.

Manifestasi Klinis2
Pada hernia yang reponibel bisa saja tidak ditemukan gejala apapun termasuk penonjolan
pada lokasi hernia, sedangkan pada hernia ireponibel penonjolan jelas terlihat pada lokasi
hernia akan tetapi tidak menimbulkan keluhan seperti nyeri dan defans muskular.
Pada hernia inkarserata, tampak penonjolan pada lokasi hernia dengan disertai rasa nyeri dan
tanda-tanda obstruksi saluran cerna seperti muntah, sulit flatus, sulit buang air besar, dan
peningkatan bising usus.
Pada hernia strangulata tampak gejala seperti pada hernia inkarserata namun pasien tampak
lebih toksik. Keadaan toksik ini kemungkinan disebabkan oleh isi hernia yang telah
mengalami iskemia atau bahkan nekrosis.

Diagnosis5
Diagnosis hernia scrotalis dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Inspeksi Daerah Inguinal
Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian
daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di
daerah inguinal. Biasanya impuls hernia lebih jelas dilihat daripada diraba.
Pasien disuruh memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukan inspeksi
daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang
dapat menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi
dan bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri
selama batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.
Pemeriksaan Hernia Inguinalis
Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakan jari pemeriksa di dalam skrotum di atas
testis kiri dan menekan kulit skrotum ke dalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup banyak
untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku menghadap ke
luar dan bantal jari ke dalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan
pasien untuk sokongan yang lebih baik.
Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika di lateral masuk ke
dalam kanalis inguinalis sejajar dengan ligamentum inguinalis dan digerakkan ke atas ke arah
cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin
eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanalis
inguinalis, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan.
Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantal jari
penderita. Jika ada hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia
itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus-menerus pada massa itu. Jika
pemeriksaan hernia dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini tidak akan menimbulkan
nyeri.
Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan
untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan
untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien.
Cobalah kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang anda rasakan lebih nyaman.
Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia
inguinal indirek mungkin ada di dalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk
menentukan apakah ada bunyi usus di dalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk
menegakkan diagnosis hernia inguinal indirek.
Transluminasi Massa Skrotum
Jika anda menemukan massa skrotum, lakukanlah transluminasi. Di dalam suatu ruang yang
gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor,
darah, hernia dan testis normal tidak dapat ditembus sinar. Transmisi cahaya sebagai
bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel atau
spermatokel.
Diagnosis Banding5
Adapun diagnosis banding dari hernia scrotalis seperti yang terlihat pada tabel di bawah
ini.

Gambar 3. Diagnosis banding pembesaran scrotum yang lazim dijumpai

Penatalaksanaan 1,2,3,6,7,8
1. Konservatif
a. Reposisi Spontan
- Berikan analgesik dan sedativa untuk mencegah nyeri dan merelaksasikan pasien. Pasien
harus istirahat untuk mengurangi tekanan intraabdomen.
- Pasien tidur dengan posisi telentang dan letakkan bantal di bawah lutut pasien.
- Tempat tidur pasien dimiringkan 15⁰ - 20⁰, di mana kepala lebih rendah daripada kaki
(Trandelenburg).
- Kaki yang ipsi lateral dengan tonjolan hernia diposisikan fleksi dan eksternal rotasi
maksimal (seperti kaki kodok).
- Tonjolan hernia dapat dikompres menggunakan kantong es atau air dingin untuk
mengurangi nyeri dan mencegah pembengkakan.
- Ditunggu selama 20-30 menit, bila berhasil operasi dapat direncanakan secara elektif

b. Reposisi Bimanual
- Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap sampai terjadi
reposisi. Penekanan tidak boleh dilakukan pada apeks hernia karena justru akan
menyebabkan isi hernia keluar melalui cincin hernia. Konsultasi dengan dokter spesialis
bedah bila reposisi telah dicoba sebanyak 2 kali dan tidak berhasil.

2. Pembedahan
Indikasi pembedahan:
- Reduksi spontan dan manual tidak berhasil dilakukan
- Adanya tanda-tanda strangulasi dan keadaan umum pasien memburuk
- Ada kontraindikasi dalam pemberian sedativa misal alergi
Pada pria dewasa, operasi cito terutama pada keadaan inkarserata dan strangulasi. Pada
pria tua, ada beberapa pendapat bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka
mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito surgery. Pada anak-anak
pembedahan dilakukan dengan memotong cincin hernia dan membebaskan kantong hernia
(herniotomy). Sedangkan pada orang dewasa dilakukan herniotomy dan hernioraphy, selain
dilakukan pembebasan kantong hernia juga dilakukan pemasangan fascia sintetis berupa
mesh yang terbuat dari proline untuk memperbaiki defek. Kedua tindakan herniotomy dan
hernioplasty disebut juga dengan hernioraphy.
Manajemen Operasi Hernia
Anestesi. Anestesi dapat general, epidural (spinal) atau lokal. Anestesi epidural atau lokal
dengan sedasi lebih dianjurkan.
Insisi. Oblique atau tranverse, 0,5 inchi diatas titik midinguinal (6-8 cm). Setelah memotong
fascia scarpa dan vena superfisialis, insisi diperdalam hingga mencapai aponeurosis musculus
obliquus eksternus.
Membuka canalis inguinalis. Identifikasi ring eksterna yang terletak pada aspek superior dan
lateral dari tuberculum pubicum. Dinding anterior dari kanalis inguinalis dibuka sejajar serat
dari aponeursis musculus obliquus eksternus, lakukan preservasi N. Iliohipastric dan
N.ilioinguinal. Lakukan identifkasi dan mobilisasi spermatic cord, dimulai dari bagian
tuberculum pubicum, mobilisasi secara sirkular, dan retraksi dengan penrose drain atau
kateter foley.
Identifikasi kantong hernia. Kantong hernia indirek ditemukan pada aspek anteromedial dari
spermatic cord. Setelah dijepit dengan klem, kantong diotong ke arah proksimal. Pada hernia
direk, kantong hernia ditemukan di trigonum Hesselbach.
Eksisi kantong hernia. Pada kantong hernia indirek, setelah kantong dibuka semua isi
kantong hernia, dapat berupa usus atau omentum, dimasukkan ke dalam intra-abdomen.
Kemudian leher hernia dijahit dan diligasi. Kantong dieksisi dibagian distal dari ligasi.
Sementara pada hernia direk kantong dapat diinsersikan ke rongga peritoneum, namun pada
kantong yang besar diakukan eksisi pada kantong.
Pada bayi dan anak-anak, operasi hernia terbatas dengan memotong kantong hernia. Tidak
diperlukan repair pada hernia bayi dan anak. Hal ini didasarkan bahwa sebagian besar hernia
pada anak tidak disertai dengan kelemahan dinding abdomen.

Teknik Hernia Repair


Bassini repair. Teknik ini mulai diperkenalkan pada
tahun 1889, merupakan teknik yang simple dan cukup
efektif. Prinsipnya adalah approksimasi fascia
tranversalis, otot tranversus abdominis dan otot
obliqus internus (ketiganya dinamai the bassini triple
layer) dengan ligamentum inguinal. Approksimasi
dilakukan dengan menggunakan jahitan interrupted.
Teknik dapat digunakan pada hernia direk dan hernia indirek.
Shouldice Repair. Teknik ini dipopulerkan di Kanada, merupakan modifikasi dari Bassini
repair. Pada tenik ini jahitan yang digunakan adalah running sutures/countinues. Jahitan
pertama dimulai dari tuberculum pubicum kemudian ke lateral untuk aproksimasi otot
obliqus internus, otot tranversus abdominis dan fascia tranversalis (bassini triple layers)
dengan ligamentum inguinal. Jahitan diteruskan hingga ke arah ring interna. Jahitan yang
sama kemudian dilanjutkan dengan berbalik arah, dari ring interna ke tuberculum pubicum.
Jahitan kedua dilakukan aproksimasi antara otot obliqus internus dengan ligamentum inguinal
dimulai dari tuberculum pubicum. Karena jahitan aproksimasi pada teknik ini yang berlapis,
kejadian rekurensi dari teknik ini jarang dilaporkan.
McVay (Cooper Ligament) repair. Pada teknik ini terdapat dua komponen penting; repair
dan relaxing incision. Repair dilakukan dengan approksimasi fasia tranversalis ke
ligamentum Cooper. Repair menggunakan benang nonabsorbable, 2.0 atau 0. Repair dimulai
dari tuberculum pubicum dan berjalan ke arah lateral. Jahitan pertama merupakan jahitan
terpenting karena pada bagian tersebut sering terjadi rekurensi. Langkah kedua adalah
relaxing incision secara vertikal pada fascia anterior musculus rectus. Teknik ini dapat
digunakan untuk hernia inguinalis dan femoralis.
Tension-Free Herniorrhaphy/ Lichtenstein. Teknik ini menggunakan mesh prostetik untuk
untuk mencegah terjadinya tension. Dapat dilakukan dengan anastesi lokal. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa teknik ini memberikan outcome yang lebih baik; pasien lebih
cepat untuk kembali berkerja, nyeri pasca operasi yang lebih minimal, pasien lebih nyaman
dan rekurensi yang lebih minimal. Teknik ini dapat digunakan baik pada hernia direk maupun
hernia indirek.
Variasi teknik dengan menggunakan mesh telah berkembang hingga menggunakan mesh
plug, disamping mesh patch seperti tenik diatas. Mesh plug digunakan untuk mengisi defek
pada hernia. Mesh patch ini dapat dikombinasikan dengan mesh plug, dan teknik ini cukup
berkembang saat ini. Teknik ini juga dapat digunakan pada kasus-kasus hernia rekuren.
Repair Dengan Laparoskopi. Terdapat tiga teknik yang berkembang untuk repair hernia
dengan laparoskopi yaitu; transabdominal preperitoneal (TAPP), intraperitoneal onlay mesh
(IPOM), totally ekstraperitoneal (TEP).

Komplikasi
Komplikasi saat pembedahan antara lain:
- Perdarahan, arteri-vena epigastrika inferior atau arteri vena spermatika.
- Lesi nervus ileohypogastrika,ileoinguinalis.
- Lesi vas defferens, buli buli, usus
Komplikasi segera setelah pembedahan:
- Hematome
- Infeksi
Komplikasi lanjut:
- Atrofi Testis
- Hernia residif

Prognosis
Umumnya sebanyak 1-3% tindakan operasi yang dilakukan oleh dokter bedah yang
expert dapat terjadi hernia rekuren dalam waktu 10 tahun yang mungkin dapat diakibatkan
karena kurangnya jaringan dan tidak kuatnya hernioplasty yang dilakukan.
BAB III
ANALISIS KASUS

Pada kasus di atas, didapatkan diagnose hernia scrotalis dextra atas dasar
anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesa didapatkan keluhan utama terdapat benjolan
pada daerah skrotum kanan sejak 4 bulan SMRS. Benjolan tersebut hilang timbul, hal tersebut
menggambarkan hernia reponibel. Benjolan tersebut dirasakan sedikit nyeri, hal tersebut
menggambarkan belum terjadi strangulasi pada hernia. Pasien mengatakan BAB tidak ada
keluhan, muntah namun terdapat keluhan mual, hal ini menandakan tidak ada tanda- tanda
obstruksi pada pasien ini.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan adanya tanda- tanda vital yang stabil dan compos
mentis dengan GCS 15. Pada status generalis didapatkan dalam batas normal. Pada status lokalis,
daerah inguinal dextra didapatkan benjolan berwarna sama dengan kulit yang turun sampai ke
scrotum berbentuk lonjong dengan batas tidak tegas pada inspeksi dengan menggunakan valsava
maneuver. Pada auskultasi terdengar suara bising usus pada benjolan. Pada palpasi didapatkan
perabaan lunak dan licin, nyeri tekan negative, finger test positif, teraba pada ujung jari. Tes ini
merupakan tes yang dapat membedakan hernia inguinalis indirek/ direk. Pada hernia ingunalis
direk akan teraba benjolan pada bagian median jari. Pada hernia inguinalis indirek akan teraba
benjolan pada ujung jari. Pada pasien ini terdapat hernia inguinalis indirek sehingga hal inilah
yang membuat hernia pasien turun ke scrotum.
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan tes laboratorium dan foto thorax untuk persiapan
operasi. Pemeriksaan penunjang seperti USG, CT scan ataupun laparoskopi tidak dilakukan
karena dari anamesa dan pemeriksaan fisik sudah dapat mendiagnosa hernia. Sehingga
penatalaksanaan yang tepat adalah dilakukan operasi herniorafi yang meliputi herniotomi dan
hernioplasti dengan persiapan operasi puasa 6- 8 jam sebelum operasi dan ceftriaxon sebagai
profilaksis. Selain itu juga dilakukan pengisian informed consent dan konsul ke bagian anastesi.
Setelah operasi dilakukan follow up perhari dan didapatkan kondisi pasien tampak baik
dan stabil sehingga pada hari kedua dapat direncanakan untuk pulang. Sebelum dipulangkan
pasien diberikan edukasi seperti, kurangi aktifitas yang dapat menyebabkan meningkatnya
tekanan intra abdomen seperti, mengangkat berat dan mengedan kurang lebih selama 6- 8
minggu. Aktifitas dapat ditingkatkan secara perlahan. Hal ini dapat mengurangi rekurensi hernia.
Merawat luka dan menjaga kebersihannya agar tidak terjadi infeksi, diharapkan luka akan
sembuh 6- 8 mg. selalu meminum obat dengan teratur. Tidak ada makanan yang pantang,
tingkatkan gizi. Kontrol ke poli 1 mg setelah keluar dari RS

Anda mungkin juga menyukai