Anda di halaman 1dari 17

PORTFOLIO BEDAH

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Oleh:

dr. Franky Santoso

Pembimbing:

dr. Totok Mardiyanto,SpB

Pendamping

dr. Yuliawati Soetio

dr. Sofie Giantari

RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN

KABUPATEN PROBOLINGGO

2015

1
Nama Peserta: dr. Franky Santoso
Nama Wahana : RSUD Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo
Topik : Hernia Inguinalis Lateralis
Pendamping : Pembimbing :
dr. Yuliawaty Soetio & dr. Sofie Giantari dr. Totok Mardiyanto, SpB
Tanggal Presentasi : September 2015 Tempat Presentasi : Ruang
Pertemuan
Objektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Ketrampilan □ Penyegaran □Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Anak
Bahan Bahasan : □ Tinjauan □ Riset □ Kasus □ Audit
Pustaka
Cara Membahas : □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ □ Pos
Email
Data Pasien : Nama : Sdr. MA No. Registrasi : 262394

Nama Klinik : RSUD Waluyo Jati Telp : - Terdaftar: -

Data utama untuk bahan diskusi :


LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama pasien : Sdr.MA
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 15 tahun
Alamat : Kalikajar Kulon Dusun Kawitan Kabupten Probolinggo
Suku : Madura Jawa
Pekerjaan : pelajar SMP
MRS : 27 Juni 2015
No Register : 262394

ANAMNESA
1. Keluhan Utama : Benjolan di selangkangan kanan

2
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke polibedah RSUD Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo atas
rujukan dari puskesmas Jabungsisir dengan keluhan utama adanya benjolan di
selangkangan kanan. Benjolan tersebut sudah dirasakan sejak beberapa minggu
dan pasien belum mengeluhkan sakit. Akhir-akhir ini benjolan semakin
membesar namun masih bisa keluar masuk. Benjolan semakin besar terutama
jika pasien mengedan. Pada posisi berbaring bisa masuk kembali. Saat posisi
berdiri benjolan timbu kembali. Nyeri pada benjolan disangkal. Nyeri perut
disangkal. Pasien tidak mengeluhkan mual maupun muntah. Meriang
disangkal. Sakit kepala dan pusing disangkal. Keluhan BAB dan BAK tidak
ditemukan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
pasien sebelumnya tidak mengalami keadaan seperti ini. Riwayat operatif (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
tidak ada keluarga yang mengalami keadaan seperti pasien.
5. Riwayat Sosial Ekonomi
pasien anak pertama. Seorang pelajar SMP dan aktif.

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 50kg
Tinggi Badan : 150 cm

Vital sign
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Heart Rate : 100x/ menit
Respiration Rate : 18x/ menit
Suhu : 36.50C

anemis/ikterus/cianosis/dispnea -/-/-/-

3
pupil bulat isokor 3mm
Kepala leher :
Bentuk simetris
oedema palpebra (-)
Pembesaran KGB leher (-)
Thoraks
simetris, retraksi subkostal (-)
Pulmo : vesikuler wheezing -/- ronchi -/-
Jantung : S1,S2 tunggal, murmur (-)
Abdomen
supel, meteorismus (-) perut kaku (epistotonus) nyeri tekan (-)
bising usus normal turgor cukup
Ekstremitas
akral hangat CRT <2 detik edema ekstremitas (-)
Status neurologis
Dalam batas normal
Status lokalis
Benjolan selangkangan kanan, pasien diminta berdiri dan
mengedan, benjolan keluar masuk ke skrotum, dapat direposisi,
nyeri (-), eritema (-), finger test menyentuh ujung jari (+)

Diagnosis
Hernia Inguinalis Lateralis dd medialis Dekstra
Planning
pro herniotomy KIE pasien setuju
pro foto thoraks PA dan darah lengkap, faal hepar dan ginjal pre op
Penunjang
Foto Thoraks PA, Darah lengkap
Foto Thoraks PA : dalam batas normal

4
Darah Lengkap
WBC 6500
RBC 5.18
HGB 15.4
HCT 43.
PLT 284000
Faal hemostasis
PT 10.3
APPT 28.1
Faal Hepar
SGOT 26
SGPT 20
Faal Ginjal
Urea 20
BUN 9.20
Serum kreatinin 0.5

Kesimpulan : DL dbn, Faal hepar, dbn, Faal ginjal dbn

Follow Up
29 Juni 2015
Tindakan operatif dilakukan tanggal 29 Juni 2015. Herniotomy. Pre op pasien
dbn. Post op pasien dbn.
TD 110/70 mmHg N 77x/ m T 36.7oC RR 18x/m
Tx post op : RL:D5% 1:2
Inj Cefoperazon 2x1
Inj ketorolac 3x1
30 Juni 2015
TD 120/70 mmHg N 82x/ m T 36.6oC RR 20x/m
kondisi pasien membaik. Pasien diperbolehkan pulang dan diharapkan kontrol
kembali 1 minggu post KRS
tx : Cefadroxyl 2x1
ketorolac 2x1
Rawat luka
6Juli 2015
pasien kontrol di poli bedah RSUD Waluyo Jati Kraksaan. Luka post op baik.

5
Nyeri post op berkurang. Pasien dianjurkan untuk tidak mengedan dulu.
Dilakukan rawat luka dan lepas jahitan setengah. Sisa jahitan dilepas 1 minggu
kemudian.
Prognosis
Dubia ad bonam
Daftar Pustaka : terlampir
Tujuan Pembelajaran :
Mengetahui dan menyajikan diagnosis dan tata laksana hernia inguinalis lateralis
Diskusi
Pasien datang dengan keluhan benjolan di selangkangan kanan. Benjolan tersebut dapat
keluar masuk ke kantong skrotum. Pasien tidak mengeluhkan nyeri, mual, dan muntah.
Dalam hal ini, gangguan pasase usus disangkal. Bengkak dan eritema disangkal.
Dengan posisi berdiri, benjolan akan masuk ke skrotum. Dilakukan reposisi masih dapat
kembali ke posisi semula. Dengan finger test, benjolan menyentuh ujung jari saat pasien
diminta mengedan. Risiko jepitan usus dapat disingkirkan.
Dari penunjang tidak ditemukan adanya kontraindikasi dilakukan tindakan operatif. Foto
thoraks PA dbn, darah engkap dbn, fungsi hepar dan ginjal dbn. Tindakan operatif
dilakukan untuk membebaskan usus yang masuk ke dalam kantong hernia. Kemudian
diikat setinggi mungkin dan dijahitkan pada conjoint tendon untuk mencegah terjadinya
relaps. Post op pasien tidak mengalami gangguan. Pasien pulih dengan cepat dan dapat
segera dipulangkan. Pemberian anagesik untuk mengurangi nyeri post operatif. Antibiotik
diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka post operatif. Proses
penyembuhan pasien baik. Prognosis pasien ini dubia ad bonam.
Pasien tetap dianjurkan untuk tidak sering mengedan agar tidak terjadi relaps kembali
mengingat proses penyembuhan belum sempurna. Diet pasien tidak ada halangan,
dianjurkan untuk makan banyak makanan mengandung protein tinggi untuk membantu
proses penyembuhan.

6
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hernia inguinalis


2.1.1. Anatomi
Lapisan dinding kulit abdomen terdiri dari, lemak subkutan, scarpa’s
fascia, peritoneum hesselbach’s triangle, external oblique, internal oblique,
transversus abdominis, transversalis fascia. Dan di batasi oleh artery epigastrika
inferior, ligamentum inguinal dan lateralnya di batasi oleh rectus sheath. 1,2
Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian bawah
dinding anterior abomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Canalis
inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas ligamentum inguinale. Dining canalis
inguinalis di bentuk oleh muskulus obliquus externus abdominis dan di bentuk
oleh facsia abdominalis 2,3
2.1.2 Pengertian Hernia
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang
abnormal ataukelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia
terisi secara normal.4
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus/lateralis menelusurikanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui
anulus inguinalis externa/medialis.4
Komponen yang selalu ada pada hernia adalah: 4
1. Kantong hernia (Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak
semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia
intertitialis)

2. Isi hernia (usus,omentum, organ intra ataupun ekstraperitoneal).

3. Pintu atau leher hernia (cincin hernia, lokus minoris dinding abdomen)

2.1.3. Etiologi Hernia inguinalis


Biasanya tidak ditemukan sebab yang pasti, meskipun kadang sering di
hubungkan dengan angkat berat. Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi karena
anomaly congenital atau sebab yang didapat, hernia inguinalis lateralis dapat di

7
jumpai pada semua usia, lebih banyak pada pria dari pada wanita. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk pada annulus internus yang
cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu
diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia untuk melewati pintu
yang cukup lebar tersebut. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah, adanya
prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan dalam rongga perut dan
kelemahan otot dinding perut karena usia.
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis, pada neonatus kurang
lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun
sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup. Tapi kejadian hernia inguinalis
lateralis pada anak usia ini hanya beberapa persen. Umumnya disimpulkan bahwa
adanya prosesus vaginalis yang patent bukan merupakan penyebab tunggal
terjadinya hernia inguinalis lateralis, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus
inguinalis yang cukup besar.
Sebagian besar tipe hernia inguinalis adalah hernia inguinalis lateralis, dan
laki-laki lebih sering terkena dari pada perempuan (9:1), hernia dapat terjadi pada
waktu lahir dan dapat terlihat pada usia berapa pun. Insidensi pada bayi populasi
umum 1% dan pada bayi-bayi prematur dapat mendekati 5 %, hernia inguinal
dilaporkan kurang lebih 30% kasus terjadi pada bayi laki-laki dengan berat badan
1000 gr atau kurang.
Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya
struktur muskulus oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis
internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi
trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada
mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis. (Jong,
2004).
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis
lateralis, antara lain: kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis, prosesus
vaginalis yang terbuka (baik kongenital maupun didapat), tekanan intra abdomen
yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites, kelemahan

8
otot dinding perut karena usia, defisiensi otot, dan hancurnya jaringan
penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit sistemik.
Secara umum Penyebab hernia inguinalis adalah sebagai berikut
a. Kelemahan otot dinding abdomen.

1. Kelemahan jaringan

2. Adanya daerah yang luas diligamen inguinal

3. Trauma

b. Peningkatan tekanan intra abdominal

1 Obesitas

2. Mengangkat benda berat

3. Mengejan à Konstipasi

4. Kehamilan

5. Batuk kronik

6. Hipertropi prostate
2.1.4. Klasifikasi Hernia Inguinalis
Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena
keluar dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak
lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam
kanalis inguinalis, dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari annulus
inguinalis ekternus. Apabial hernia inguinalis lateralis berlanjut, tonjolan akan
sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada dalam
muskulus kremaster terlatak anteromedial terhadap vas deferen dan struktur lain
dalam funikulus spermatikus. Pada anak hernia inguinalis lateralis disebabkan
oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum
sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum. Hernia inguinalis indirek
(lateralis) merupakan bentuk hernia yang paling sering ditemukan dan diduga
mempunyai penyebab kongenital. 2

9
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastric inferior, menyusuri kanalis
inguinalis dan keluar dari rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus.1,2
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,
umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini
tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dahulu maka kanalis kanan lebih
sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang terbuka ini akan menutup
pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi),
akan timbul hernia inguinalis kongenital. Pada orang tua, kanalis tersebut telah
menutup namun karena lokus minoris resistensie maka pada keadaan yang
menyebabkan peninggian tekanan intra abdominal meningkat, kanal tersebut
dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.1
Penampilan khas seorang bayi dengan hernia inguinalis lateralis kanan.
Kantung buah zakar kanan diperbesar dan berisi loop gamblang dan cairan usus.
Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol
langsung kedepan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi ligamentum
inguinal dibagian inferior, pembuluh epigastrika inferior dibagian lateral dan tepi
otot rektus dibagian medial. Dasar segitiga hasselbach dibentuk oleh fasia
transversal yang diperkuat oleh serat aponeurisis m.tranversus abdominis yang
kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi
lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak
keskrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.2
Hernia inguinalis direk terjadi sekitar 15% dari semua hernia inguinalis.
Kantong hernia inguinalis direk menonjol langsung ke anterior melalui dinding
posterior kanalis inguinais medial terhadap arteria, dan vena epigastrika inferior,
karena adanya tendo conjunctivus (tendo gabungan insersio musculus obliquus
internus abdominis dan musculus transversus abdominis) yang kuat, hernia ini

10
biasanya hanya merupakan penonjolan biasa, oleh karena itu leher kantong hernia
lebar.1
Hernia inguinalis direk jarang pada perempuan, dan sebagian besar
bersifat bersifat bilateral. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki tua dengan
kelemahan otot dinding abdomen.3

2.1.5. Embriologi dan Patogenesis


Mayoritas hernia inguinalis pada anak adalah hernia inguinalis lateralis
akibat dari prosesus vaginalis yang patent. Pada janin gonad mulai berkembang
selama 5 minggu kehamilan, ketika sel benih primordial berpindah dari kantung
telur (yolk sac) ke rigi gonad. Gubernakulum ligamentosa terbentuk dan turun
pada salah satu sisi abdomen pada kutub inferior gonad dan melekat pada
permukaan dalam lipatan labium-skrotum. Selama perjalanan turun,
gubernakulum melalui dinding anterior abdomen pada tempat cincin inguinalis
interna dan kanalis inguinalis. Prosesus vaginalis merupakan penonjolan di
vertikulum peritoneum yang terbentuk tepat sebelah ventral gubernakulum dan
berherniasi melalui dinding abdomen dengan gubernakulum kedalam kanalis
inguinalis. Testis yang pada mulanya terletak didalam rigi urogenital di
retroperitoneum, turun ke daerah cincin dalam pada sekitar umur kehamilan 28
minggu. Penurunan testis melalui kanalis inguinalis diatur oleh hormon androgen
dan faktor mekanis (meningkatkan tekanan abdomen), testis turun kedalam
skrotum pada umur kehamilan 29 minggu. Setiap testis turun melalui kanalis
inguinalis eksterna ke prosesus vaginalis. 1,5
Ovarium juga turun kedalam pelvis dari rigi urogenital tetapi tidak keluar
dari rongga abdomen. Bagian kranial gubernakulum berdiferensiasi menjadi
ligamentum ovarii, dan bagian inferior gubernakulum menjadi ligamentum teres
uteri, yang masuk melalui cincin dalam, ke dalam labia mayor, prosesus vaginalis
pada anak wanita meluas kedalam labia mayor melalui kanalis inguinalis, yang
juga dikenal sebagai kanal nuck 2,3
Selama beberapa minggu terakhir kahamilan atau segera setelah, lapisan
prosesus vaginalis secara normal berfusi bersama dan berobliterasi masuk ke

11
dalam saluran inguinal di sekitar cincin interna. Kegagalan obliterasi
mengakibatkan berbagai anomali inguinal. Kegagalan total obliterasi akan
menghasilkan hernia inguinalis total. Obliterasi distal dengan bagian distal patensi
akan menghasilkan hernia inguinalis lateralis 1

2.1.6. Manifestasi Klinis


Hernia inguinalis lateralis biasanya terlihat sebagai benjolan pada daerah
inguinal dan meluas ke depan atau ke dalam skrotum. Kadang-kadang, anak akan
datang dengan bengkak skrotum tanpa benjolan sebelumnya pada daerah inguinal.
Orang tuanya biasanya sebagai orang pertama yang melihat benjolan ini, yang
mungkin muncul hanya saat menangis atau mengejan. Selama tidur atau apabila
pada keadaan istirahat atau santai, hernia menghilang spontan tanpa adanya
benjolan atau pembesaran skrotum. Riwayat bengkak pada pangkal paha, labia,
atau skrotum berulang-ulang yang hilang secara spontan adalah tanda klasik untuk
hernia inguinalis lateralis 4,5
Inspeksi
 Tampak benjolan dilipatan paha simetris atau asimetris pada posisi berdiri.
Apabila tidak didapatkan benjolan, penderita kita minta untuk melakukan
manuver valsava. Benjolan berbentuk lonjong (HIL) atau bulat (HIM)
 Tanda-tanda radang ada atau tidak, pada hernia inguinalis biasanya tanda
radang .
Palpasi
 Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bila tidak tampak benjolan
penderita diminta mengejan atau melakukan manuver valsava.
 Tentukan konsistensinya
 Lakukan reposisi (bisa masuk atau tidak)
 Kompresable umumnya (+)
 Untuk membedakan antara hernia inguinalis lateralis dan medialis dapat
dilakukan beberapa macam test (provokasi test)
Auskultasi
Ditemukan suara bising usus (diatas benjolan)

12
PEMERIKSAAN KHUSUS
Zieman’s Test 4
Penderita dalam keadaan berdiri atau.Bilamana kantong hernia terisi, kita
masukkan dulu kedalam kavum abdomen.Untuk memeriksa bagian kanan digunakan
tangan kanan dan sebaliknya. Test ini dapat dikerjakan pada penderita laki-laki
ataupun perempuan.
Dengan jari kedua tangan pemeriksa diletakkan diatas annulus inguinalis
internus ( ± 1,5 cm diatas pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum), jari ketiga
diletakkan pada annulus inguinalis ekternus dan jari keempat pada fossa ovalis.
Penderita disuruh mengejan maka timbul dorongan pada salah satu jari tersebut
diatas.Bilamana dorongan pada jari kedua berarti hernia inguinalis lateralis, bila pada
jari ketiga berarti hernia inguinalis medialis dan bila pada jari keempat berarti hernia
femoralis.
Finger Test4
Test ini hanya dilakukan pada penderita laki-laki. Dengan menggunakan jari telunjuk
atau kelingking skrotum diinvaginasikan menyelusuri annulus eksternus sampai dapat
mencapai kanalis inguinalis kemudian penderita disuruh batuk, bilamana ada
dorongan atau tekanan timbul pada ujung jari maka didapatkan hernia inguinalis
lateralis, bila pada samping jari maka didapatkan suatu hernia inguinalis medialis.
Thumb Test4
Penderita dalam posisi tidur telentang atau pada posisi berdiri. Setelah benjolan
dimasukkan kedalam rongga perut, ibu jari kita tekankan pada annulus
internus.Penderita disuruh mengejan atau meniup dengan hidung atau mulut tertutup
atau batuk.Bila benjolan keluar waktu mengejan berarti hernia inguinalis medialis dan
bila tidak keluar berarti hernia inguinalis lateralis.
Kadang sulit membedakan hernia inguinalis total dengan hidrokel murni.
Dua keadaan ini biasanya dapat di bedakan dengan anamnesis yang cermat. Pada
bayi dengan hernia inguinalis total pembengkakan skrotum bervariasi selam satu
hari, biasanya cukup besar apabila bayi menangis atau mengejan, dan menghilang
atau kembali menjadi kecil selama relaksasi. Hidrokel murni tidak berubah
besarnya selam sehari tetapi bisa secara bertahap menghilang selama usia tahun
pertama. Hidrokel dan hernia inguinalis total ini keduanya tembus pandang dan

13
mungkin sulit dibedakan satu sama lain karena kadang-kadang hernia inguinalis
total tidak dapat berkurang secara manual karena penyempitan di dalam kanalis
inguinalis kecil. Pada keadaan ini, anamnesis sangat di perlukan untuk melakukan
operasi. Pada beberapa keadaan anak dengan hernia inguinalis, benjolan inguinal
atau pembengkakan skrotum mungkin tidak ada pada saat pemeriksaan fisik, dan
satu-satunya temuan mungkin penebalan funikulus spermatikus dengan disertai
tanda ”sutra”. Tanda sutra ini di dapat dengan meraba funikulus spermatikus di
atas tuberkulum pubis. Dua lapisan peritoneum yang melekat satu sama lain akan
terasa seperti sutra. Tanda sutra yang di temukan, serta anamnesis yang baik dapat
membantu mendiagnosis hernia ingunalis. Kadang-kadang, kandung kemih yang
penuh akan mengoklusi cincin inguinal eksterna sehingga henia tidak dapat
ditunjukkan. Pengosongan kandung kencing mungkin membantu pada keadaan
ini.2
Sejumlah keadaan disertai dengan kenaikan risiko terjadinya hernia
inguinalis lateralis. Meningkatnya insiden hernia inguinalis lateralis terlihat pada
keluarga dengan riwayat keluarga positif hernia inguinalis lateralis, kistik fibrosis,
dislokasi pinggul kongenital, testis tidak turun, kelamin tidak jelas (shochat,
2000). Bayi wanita dengan hernia inguinalis lateralis seharusnya dicurigai
menderita feminisasi testikuler, karena lebih dari 50% penderita dengan
feminisasi testikuler akan menderita hernia inguinalis. Sebaliknya, insiden
feminisasi testikuler pada wanita sulit ditentukan tetapi ada sekitar 1%. Diagnosis
feminisasi testikuler dapat di buat pada saat operasi dengan mengenali kelainan
gonad dalam kantung hernia atau dengan melakukan pemeriksaan rektum, dengan
meraba uterus. Pada bayi wanita normal, uterus dengan mudah diraba sebagai
struktur linea mediana yang terpisah di bawa simfisis pubis pada pemeriksaan
rektum.2
2.1.7. Penatalaksanaan
Terapi pililihan untuk hernia inguinalis lateralis adalah operasi, karena
hernia inguinalis lateralis tidak bisa sembuh secara spontan. Operasi ini harus
segera dilakukan secera elektif setelah diagnosis di tentukan, karena akan beresiko
tinggi terjadinya inkarserata di kemudian hari setelah terutama selama tahun

14
pertama kehidupan. Perbaikan elektif hernia inguinalis lateralis dapat dilakukan
pada penderita rawat jalan. 1
Ada kontroversi tentang kapan dilakukan eksplorasi pangkal paha
kontralateral pada bayi dan anak dengan hernia inguinalis lateralis unilateral.
Insiden prosesus vaginalis yang terbuka sekitar 60% pada bayi 2 bulan dan sekitar
40% pada umur 2 tahun. Prosesus vaginalis yang terbuka di temukan pada 30%
populasi umum. Setelah perbaikan hernia unilateral pada anak, hernia
kontralateral menjadi 30% kasus. Jika perbaikan unilateral pada sisi kiri, peluang
terjadinya hernia sisi kanan 40%, kemungkinan karena penurunan testis pada sisi
kanan lebih lambat. Resiko terjadinya inkarserata lebih tinggi pada anak umur 1
tahun tahun, biasanya terjadi pada umur 6 bulan. 1,2
Berdasarkan data ini, kebanyakan ahli bedah anak menganjurkan
eksplorasi inguinal bilateral pada semua anak laki-laki kurang dari 1 tahun, anak
wanita dengan umur kurang dari 2 tahun. Anak laki-laki dan wanita yang datang
dengan hernia inguinalis sisi kiri beresiko terjadi hernia kontralateral dan harus
dilakukan eksplorasi sisi kanan.1
Pembedahan efektif untuk hernia inguinalis lateralis di anjurkan pada saat
kondisi anak dalam keadaan baik, dan koreksi pada sisi asimptomatis sering
dilakukan pada anak berusia kurang dari 2 tahun, terutama pada perempuan.
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan kemudian
direposisi. Kantong diajahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Pada herniaplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis .Strangulasi di tangani dengan
nasogastric suction, rehisdrasi, perbaikan defisiensi elektrolit, dan operasi dapat di
lakukan setelah kondisi pasien stabil.
2.1.8. Komplikasi
Komplikasi hernia inguinalis lateralis bergantung pada keadaan yang
dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia inguinalis
lateralis, pada hernia ireponibel: ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar,
misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal atau merupakan hernia

15
akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali benjolan. Dapat pula terjadi isi
hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata/ inkarserasi
yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Bila cincin hernia
sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia hernia femoralis dan
hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jepitan cincin hernia
inguinalis lateralis akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong
hernia akan berisi transudant berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri
usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel,
atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Akibat penyumbatan
usus terjadi aliran balik berupa muntah-muntah sampai dehidrasi dan shock
dengan berbagai macam akibat lain.
Hernia inkarserata ini dapat terjadi apabila isi kantong hernia tidak dapat
kembali lagi ke rongga abdomen. Organ yang terinkarserasi biasanya usus, yang
ditandai dengan gejala obstruksi usus, yang disertai muntah, perut kembung,
konstipasi, dan terlihat adanya batas udara-air pada saat foto polos abdomen.
Setiap anak dengan gejala obstruksi usus yang tidak jelas sebabnya harus
dicurigai hernia inkarseta. Pada anak wanita organ yang sering terinkarserasi
adalah ovarium. Apabila aliran darah ke dalam organ berkurang, terjadilah hernia
strangulasi, yang menjadi indikasi pasti untuk operasi. 4,5,6
2.1.9. Prognosis
Prognosis hernia inguinalis lateralis pada bayi dan anak sangat baik.
Insiden terjadinya komplikasi pada anak hanya sekitar 2%. Insiden infeksi pascah
bedah mendekati 1%, dan recurent kurang dari 1%. Meningkatnya insiden
recurrent ditemukan bila ada riwayat inkarserata atau strangulasi.1

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdus Sjukur, Soetamto Wibowo, Harun Al Rasjid, Soetrisno Alibasah, A.H


Hamami, Poerwadi, Kustiyo. 1994., Hernia Inguinalis dan Femoralis. Dalam :
Pedoman Diagnosis dan Terapi Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo, Surabaya :
Lab/UPF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Umum Universitas Airlangga Rumah
Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya. 83-85
2. Fitzgibbons R J, Ahluwalia H S. 2006. Inguinal Hernia. Schwartz Manual of
Surgery, eigth edition. USA: McGraw-Hills Companies. 920-942
3. Gray Henry, 2000. gray’s anatomy of human body XII. Surface anatomy and
surface markings, Bartleby. Philadelphia.350-351
4. Lutfi Achmad, Thalut Kamardi. 2007. Dinding Perut, Hernia, Retroperitonium, dan
Omentum. Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi 3. EGC. 615-641
5. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
6. W. Steve Eubanks M. D. 2004. Hernia. Sabiston Textbook of Surgery. 16th Edition.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 783-800

17

Anda mungkin juga menyukai