Anda di halaman 1dari 6

PORTOFOLIO

Nama Peserta : dr. Gabriele Leona Novianti Singgih


Nama Wahana : Rumkit Tk. II Dr. R. Hardjanto
Topik : Appendicitis Akut
Tanggal (kasus) : 27 Maret 2018
Nama Pasien : An. S No. RM : 521xxx
Tanggal Presentasi : 6 Juni 2018 Nama Pendamping:
1. dr. Yuli Astuti Andriani
2. dr. Helen Morista
Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik Rumkit Tk. II Dr. R. Hardjanto
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Lansia Bumil
Dewasa
Deskripsi :
Seorang anak mengeluh nyeri perut pada bagian kanan bawah sejak 2 hari SMRS. Nyeri seperti ditusuk-
tusuk, dirasakan setiap saat dan bertambah sakit ketika beraktivitas. Sebelumnya pasien juga pernah
merasakan nyeri perut kanan bawah tersebut, pasien mengatakan awalnya ia sudah merasa nyeri pada
seluruh perutnya yang dirasakan hilang timbul. Nyeri tidak dirasakan menjalar ke pinggang kanan.
Pasien juga mengeluh demam dan lemas sejak 1 hari SMRS. Selain itu, pasien mengaku juga merasakan
mual disertai muntah lebih dari 5 kali sejak 1 hari SMRS. BAK dikatakan lancar, sedangkan BAB cair 1x,
tidak ada lendir dan tidak ada darah. Pasien juga merasa nafsu makan menurun.
Tujuan : Memahami diagnosis dan tatalaksana Appendicitis Akut
Bahan Bahasan : √ Tinjauan Pustaka Riset √ Kasus Audit
Cara Membahas : √ Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos
Data Pasien : Nama : An. S Pendidikan : SMP
Umur : 12 thn Pekerjaan : Pelajar
Suku : Jawa Status : Anak
Data Utama untuk bahan diskusi :
1. Gambaran klinis :
Seorang anak mengeluh nyeri perut pada bagian kanan bawah sejak 2 hari SMRS. Nyeri seperti ditusuk-
tusuk, dirasakan setiap saat dan bertambah sakit ketika beraktivitas. Sebelumnya pasien juga pernah
merasakan nyeri perut kanan bawah tersebut, pasien mengatakan awalnya ia sudah merasa nyeri pada
seluruh perutnya yang dirasakan hilang timbul. Nyeri tidak dirasakan menjalar ke pinggang kanan.
Pasien juga mengeluh demam dan lemas sejak 1 hari SMRS. Selain itu, pasien mengaku juga merasakan
mual disertai muntah lebih dari 5 kali sejak 1 hari SMRS. BAK dikatakan lancar, sedangkan BAB cair 1x,
tidak ada lendir dan tidak ada darah. Pasien juga merasa nafsu makan menurun.
2. Riwayat pengobatan : -
3. Riwayat kesehatan/penyakit : -
1
4. Riwayat keluarga :-
5. Riwayat pekerjaan : -
6. Pemeriksaan Fisik :
KU tampak sakit sedang
Kesadaran compos mentis
TTV :
Suhu : 37,6oc
Tekanan Darah : 110/70mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernapasan : 20x/menit

Kepala : dalam batas normal


Paru : dalam batas normal
Jantung : dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : Abdomen datar, simetris; tidak terdapat jaringan parut, striae, pelebaran vena,
massa(-); pointing test (+).
Palpasi : Teraba supel, hepar dan lien tidak teraba
Mc.Burney sign (+), Rovsing sign (-), Blumberg sign (+), Psoas sign (-), Oburator
sign (-), Defens muskular (+), Ballotement -/-, Bimanual -/-, Massa(-)
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen, nyeri ketok CVA -/-
Auskultasi : Bising usus (+) 2x/menit
7. Pemeriksaan Penunjang :
Hasil Laboratorium
● Darah lengkap : Hb 12,2
Leukosit 9100
● USG Abdomen : appendicitis akut
Daftar Pustaka :
1. Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta: EGC.2010.h.755-69
2. Williams B A, Schizas A M P, Management of Complex Appendicitis. Elsevier. 2010. Surgery 28:11.
h.544-48
3. Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2, Alih Bahasa
Kuncara, H.Y, dkk. Jakarta: EGC.2002.h.169-78
4. Soybel D. Appendix. In: Norton JA, Barie PS, Bollinger RR, et al. Surgery Basic Science and
Clinical Evidence. 2nd Ed. New York: Springer. 2008.h.278-81
5. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, et al. Shwartz’s Principles of Surgery. 9th Ed. USA:
McGrawHill Companies. 2010.1241-59
Hasil Pembelajaran :
1. Subyektif.
Seorang anak 12 tahun datang dengan keluhan nyeri perut pada bagian kanan bawah sejak 2 hari SMRS.
Nyeri seperti ditusuk-tusuk, dirasakan setiap saat dan bertambah sakit ketika beraktivitas. Sebelumnya

2
pasien juga pernah merasakan nyeri perut kanan bawah tersebut, pasien mengatakan awalnya ia sudah
merasa nyeri pada seluruh perutnya yang dirasakan hilang timbul. Nyeri tidak dirasakan menjalar ke
pinggang kanan.
Pasien juga mengeluh demam dan lemas sejak 1 hari SMRS. Selain itu, pasien mengaku juga merasakan
mual disertai muntah lebih dari 5 kali sejak 1 hari SMRS. BAK dikatakan lancar, sedangkan BAB cair 1x,
tidak ada lendir dan tidak ada darah. Pasien juga merasa nafsu makan menurun.
● Objektif.
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis

Pemeriksaan fisik
TTV
Suhu : 37,6oc
Tekanan Darah : 110/70mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Kepala : dalam batas normal
Thoraks : dalam batas normal
Abdomen :
Inspeksi : Abdomen datar, simetris; tidak terdapat jaringan parut, striae, pelebaran vena,
massa(-); pointing test (+).
Palpasi : Teraba supel, hepar dan lien tidak teraba
Mc.Burney sign (+), Rovsing sign (-), Blumberg sign (+), Psoas sign (-), Oburator
sign (-), Defens muskular (+), Ballotement -/-, Bimanual -/-, Massa(-)
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen, nyeri ketok CVA -/-
Auskultasi : Bising usus (+) 2x/menit

Pemeriksaan laboratorium
● Darah lengkap : Hb 12,2
Leukosit 9100
● USG Abdomen : appendicitis akut
2. Assessment

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh
tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang
terinfeksi. Appendiks besarnya hanya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah dan
mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. Maka, ketika ada sumbatan pada appendiks
mengakibatkan pembengkakan dan peradangan appendiks, yang lama-lama mengakibatkan dinding usus
buntu rapuh dan perforasi / pecah.
Sumbatan lumen dapat disebabkan oleh fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing
usus. Erosi membran mukosa appendiks dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica,

3
Trichuris trichiura,dan Enterobius vermikularis.

Gejala Klinis
Karakter klinis dari appendisitis dapat bervariasi, namun umumnya ditampikan dengan riwayat sakit
perut yang samar-samar, dimana dirasakan pertama kali di ulu hati. Mungkin diikuti mual dan muntah,
demam ringan.
Nyeri biasanya berpindah dari fossa ilaka kanan setelah beberapa jam, sampai dengan 24 jam. Titik
maksimal nyeri adalah pada sepertiga dari umblikus ke fossa ilaka kanan, itu disebut titik Mc Burney.
Nyeri biasanya tajam dan diperburuk dengan gerakan (seperti batuk dan berjalan). Nyeri pada titik Mc
Burney juga dirasakan pada penekanan iliaka kiri, yang biasa disebut tanda Rovsing.
Posisi pasien dipengaruhi oleh posisi dari apendiks. Jika apendiks ditemukan di posisi retrosekal
(terpapar antara sekum dan otot psoas) nyeri tidak terasa di titik Mc Burney, namun ditemukan lebih ke
lateral pinggang. Jika apendiks terletak retrosekal nyeri jika ilaka kiri ditekan tidak terasa. Ketika
apendiks dekat dengan otot psoas, pasien datang dengan pinggul tertekuk dan jika kita coba meluruskan
maka akan terjadi nyeri pada lokasi apendiks (tanda psoas). Ketika apendiks terletak retrosekal maka bisa
menyebabkan iritasi pada ureter sehingga darah dan protein dapat ditemukan dalam urinalisis. Jika
apendiks terletak di pelvis, maka tanda klinik sangat sedikit, sehingga harus dilakukan pemeriksaan rektal,
menemukan nyeri dan bengkak pada kanan pemeriksaan. Jika apendiks terletak di dekat otot obturator
internus, rotasi dari pinggang meningkatkan nyeri pada pasien (tanda obturator). Jika apendiks terletak di
depan ileum terminal dekat dengan dinding abdominal, maka nyeri sangat jelas. Jika apendiks terletak di
belakang ileum terminal maka diagnosa sangat sulit, tanda-tanda yang ada samar dan nyeri terletak tinggi
di abdomen.

Pemeriksaan Penunjang
● Laboratorium: Leukosit akan ditemukan adanya peningkatan neutrofil dengan jumlah lebih dari
75%. Nilai leukosit yang normal dapat ditemukan pada 10% pasien. Jumlah leukosit yang sangat tinggi
(>20.000/ml) mengarahkan kecurigaan apendisitis dengan komplikasi baik gangrene maupun perforasi.
Pemeriksaan urinalisis dapat menyingkirkan kemungkinan pda nefrolitiasis.2,3
● Radiografi : Pemeriksaan USG dikerjakan jika tanda-tanda klinik tidak jelas, memiliki sensitivitas
85% dan spesifisitas 90% untuk mendiagnosis apendisitis akut. Pada pemeriksaan USG, terlihat
penebalan dinding dan terdapat pembesaran lebih dari 7 mm pada apendiks. Pada keadaan yang lebih
berat dapat ditemukan cairan peripendiks.

Diagnosis
Kemungkinan apendisitis dapat diyakinkan dengan menggunakan skor Alvarado. Sistem skor dibuat
untuk meningkatkan cara mendiagnosis apendisitis.

4
The Modified Alvarado Score Skor
Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati 1
ke perut kanan bawah
Mual-Muntah 1

Anoreksia 1

Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2


Nyeri lepas 1

Demam diatas 37,5 ° C 1

Pemeriksaan Leukositosis 2
Lab
Hitung jenis leukosit shift to 1
the left
Total 10

Interpretasi dari Modified Alvarado Score:


1-4 : sangat mungkin bukan apendisitis akut
5-7 : sangat mungkin apendisitis akut
8-10 : pasti apendisitis akut

Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis, untuk menentukan letak
apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini dan terasa nyeri,
maka kemungkinan apendiks yang meradang terletak didaerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan
kunci diagnosis pada apendisitis pelvika. Rectal toucher : nyeri tekan pada jam 9-12.Pemeriksaan
USG dikerjakan jika tanda-tanda klinik tidak jelas

Tatalaksana

Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam waktu 48 jam
harus dilakukan untuk menurunkan resiko perforasi. Penderita diobsevarsi, istirahat dalam posisi fowler,
diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi
diberikan drain diperut kanan bawah.
Dasar terapi apendisitis yaitu: rehidrasi, antibiotik dan apendektomi. Dipasang infus dan resusitasi
dengan cairan isotonik untuk mencapai tujuan dari rehidrasi yaitu produksi urine minimal 1 cc/kg

5
BB/jam.Antibiotik diberikan untuk mengurangi infeksi luka operasi dan pembentukan abses intra
peritoneal. Sebagai obat pilihan yaitu: ampicillin, gentamisin, klindamicin.Teknik operasi yang
digunakan, apendektomi terbuka ataukah laparoskopik apendektomi disesuaikan dengan ketrampilan
operator dan kondisi penderita. Bila sudah terjadi peritonitis maka dilakukan laparotomi.
Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau
dengan laparoskopi. Penggunaan ligasi ganda setelah appendektomi terbuka dilakukan dengan jahitan
yang mudah diserap tubuh. Ligasi yang biasa dilakukan pada apendektomi adalah dengan purse string (z-
stich / tobacco sac) dan ligasi ganda. Pada keadaan normal, digunakan jahitan purse string. Ligasi ganda
digunakan pada saat pembalikkan tunggul tidak dapat dicapai dengan aman, sehingga yang dilakukan
adalah meligasi ganda tunggul dengan dua baris jahitan.
● Plan
● Diagnosis: Appendicitis Akut
● Medika Mentosa:
o Infus RL 1000cc/24jam
o Ceftriaxon drip 2x1gr
o Ranitidine IV 2x1amp
● Non medika mentosa
o Tirah baring
● Operatif
o Appendectomy

Anda mungkin juga menyukai