Anda di halaman 1dari 15

Nama Peserta :

Nama Wahana : RSUD Selasih Pangkalan Kerinci, Pelalawan


Topik : Hernia Inguinalis Lateralis Reponible Sinistra
Tanggal (kasus) : 05 Desember 2019
Nama Pasien : No. RM :
Tanggal Presentasi : Pendamping :
Tempat Presentasi : Ruang diskusi RSUD Selasih Lantai II
Objektif Presentasi :
Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi : Seorang Laki-laki berumur 47 tahun datang ke RSUD Selasih Pangkalan Kerinci pada tanggal 05 Desember 2019 dengan keluhan
adanya benjolan pada lipatan paha kiri yang hilang timbul kurang lebih 1 tahun yang lalu.
□ Tujuan :
 Mampu mendiagnosis hernia inguinalis lateralis reponible
 Mampu mengetahui penatalaksanaan hernia inguinalis lateralis reponible
Bahas Bahasan Tinjauan Pustaka □ Riset Kasus □ Audit
Presentasi dan
Cara Membahas : □ Diskusi □ E-mail □ Pos
Diskusi
Daftar Pustaka :
1. Amrizal. 2015. Hernia Inguinalis. Syifa’MEDIKA. Vol.6 (No.1)
2. Dunphy, J.E, M.D, F.A.C.S. dan Botsford. Pemeriksaan Fisik Bedah. edisi ke-4, 145-146. Yayasan Essentia Medika : Yogyakarta.
3. Fadjriansyah Wahid, Isnaniah, Jenny Sampe, Alfreth Langitan. 2019. HERNIA INGUINALIS LATERALIS. Vol.1 No.1. Jurnal Medical Profession
(MedPro)
4. Karnadihardja, W. 2004. Dinding Perut, Hernia, Retroperitoneum, Omentum. edisi ke 2 Hal. 519-540 Buku Ajar Ilmu Bedah : Jakarta.
5. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah. edisi revisi. 706- 710. EGC : Jakarta.

Portofolio
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn.B

2
 Umur : 47 tahun
 Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Telayap
 Agama : Islam
 Suku : Melayu
 Tanggal pemeriksaan : 05 Desember 2019

ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Pasien mengeluhkan adanya benjolan pada lipatan paha kiri yang hilang timbul kurang lebih 1 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang:


 Adanya benjolan di lipat paha kiri yang timbul sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu.
 Jika pasien sedang batuk atau mengedan maka benjolan akan keluar, dan hilang pada saat pasien berbaring atau dimasukkan dengan cara
didorong.
 Awalnya benjolan tidak terlalu besar namun lama kelamaan benjolan tersebut membesar.
 Pasien merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut.
 Riwayat mengangkat beban yang berat karena pekerjaan pasien sebagai buruh.
 Keluhan demam disangkal.
 Keluhan nyeri disangkal.
 Buang angin ada, riwayat buang air besar dengan konsistensi keras dan warna biasa.
 Buang air kecil jumlah dan warna biasa, riwayat keluar batu / pasir tidak ada, riwayat keluar darah/ nanah tidak ada.
 Nafsu makan biasa.
 Riwayat penurunan berat badan tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu:


 Pasien pernah merasakan keluar benjolan seperti ini namun belum terasa mengganggu pasien.

3
 Pasien menyangkal adanya riwayat DM, hipertensi, asma, dan penyakit jantung.

Riwayat Penyakit Keluarga:


 Riwayat DM (-), Hipertensi(-), asma (-), penyakit jantung (-).
 Tidak ada dikeluarga pasien yang mengalami gejala sama seperti pasien.

STATUS GENERALIS
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
 Frekuensi Nadi : 88 x/menit
 Frekuensi Nafas : 20 x/menit
 Tekanan Darah : 110/70 mmHg
 Suhu : 37 0C
 Berat Badan : 70 kg
 Tinggi Badan :168 cm

PEMERIKSAAN FISIK:
Kepala:
 Normochepal
 Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, diameter pupil 2mm/2mm, refleks pupil +/+
 Hidung : sumbatan (-), deviasi septum (-), polip (-), sekret (-)
 Telinga : tofus (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)
 Gigi dan mulut : caries (-)
 Tenggorokan : tonsil T1 – T1

Leher:
 KGB tidak teraba membesar

4
 Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
 Deviasi trakea (-)
Thorax:
 Paru-Paru
Inspeksi : Normochest, gerakan paru simetris kiri dan kanan
Palpasi : taktil fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor kiri dan kanan
Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-)
 Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS VI linea midclavicula sinistra
Perkusi :
a. Batas jantung kanan pada ICS V linea sternalis dekstra
b. Batas jantung kiri pada ICS VI linea midclavicula sinistra
c. Batas pinggang jantung pada ICS II linea parasternalis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal regular, gallop (-) murmur (-)

Abdomen:
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Supel, Hepar/ Lien tidak teraba, Ballotemen ginjal (-), undulasi (-), shifting dullnes (-), nyeri tekan epigastrium (-).
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Punggung:
Nyeri tekan CVA -/-
Nyeri ketok CVA -/-

Ekstrimitas:
 Refleks fisiologis +/+

5
 Refleks patologis -/-
 Oedema-/-
 Akral hangat, perfusi baik
Status Lokalis
Regio : Inguinal sinistra
Inspeksi : Tidak tampak benjolan , warna sama dengan kulit sekitar, dan tidak terdapat tanda-tanda radang.
Palpasi : Teraba massa kecil, konsistensi kenyal yang keluar saat pasien disuruh mengedan, batas atas tidak jelas, dapat
dimasukan kembali, nyeri tekan (-).
Auskultasi : Tidak terdengar bunyi peristaltik usus.
Finger Test : (+) Lateralis

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Hasil laboratorium tanggal 05 Desember 2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Hematologi :
- Haemoglobin 12,2 gr/dl
- Leukosit 12.800 /MI
- Trombosit 170.000 /MI
- Hematokrit 40,4 %

DIAGNOSA KERJA:
Hernia Inguinalis Lateralis Reponible Sinistra

TATALAKSANA :
 IVFD RL  20 tpm
 Injeksi ceftriaxone 1 gr/12 jam (skin test)
 Rencana Herniotomi tanggal 06 Desember 2019

6
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam

HASIL PEMBELAJARAN
Definisi Hernia
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin,
kantong, dan isi hernia.

Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk, indirek serta hernia femoralis; hernia insisional
10%, hernia ventralis 10%, hernia umbilikus 3% dan hernia lainnya sekitar 3%. Pada hernia inguinalis lebih sering pada laki-laki daripada
perempuan.

Etiologi

Penyebab terjadinya hernia adalah :


a) Lemahnya dinding rongga perut. Dapat sejak lahir atau didapat kemudian dalam hidup.
b) Akibat dari pembedahan sebelumnya
c) Kongenital
 Hernia kongenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.
 Hernia kongenital tidak sempurna

7
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa
bulan (0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal
(mengejan, batuk, menangis)
d) Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia,
antara lain:
 Tekanan intra abdominal yang tinggi, yaitu pada pasien yang sering mengejan pada saat buang air besar atau buang air kecil.
 Konstitusi tubuh. Pada orang kurus terjadinya hernia karena jairngan ikatnya yang sedikit, sedangkan pada orang gemuk
disebabkan karena jaringan lemak yang banyak sehingga menambah beban jaringan ikat penyokong.
 Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal
 Penyakit yang melemahkan dinding perut
 Merokok
 Diabetes mellitus

Bagian Hernia
Bagian-bagian dari hernia :
1) Kantong hernia.
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa,
hernia internalis.

2) Isi hernia.
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
3) Pintu hernia.
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4) Leher hernia.
Bagian tersempit kantong hernia.

8
Klasifikasi Hernia
Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi :
 Hernia Reponibel
Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
 Hernia Ireponibel
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia.
 Hernia inkarserata atau strangulata
Bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya,
terjadi gangguan vaskularisasi. Reseksi usus perlu segera dilakukan untuk menghilangkan bagian yang mungkin nekrosis.

Klasifikasi hernia yang dibagi berdasarkan regionya, yaitu :


 Hernia Inguinalis
Kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan suatu jaringan lemak atau omentum.
Predisposisi terjadinya hernia inguinalis adalah terdapat defek atau kelainan berupa sebagian dinding rongga lemah. Penyebab pasti
hernia inguinalis terletak pada lemahnya dinding, akibat perubahan struktur fisik dari dinding rongga (usia lanjut), peningkatan tekanan
intraabdomen (kegemukan, batuk yang kuat dan kronis, mengedan akibat sembelit, dll).

9
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hernia inguinalis :
a. Usia
Usia adalah salah satu penentu seseorang mengalami hernia inguinalis, sebagaimana pada hernia inguinalis direk lebih sering
pada laki-laki usia tua yang telah mengalami kelemahan pada otot dinding abdomen. Sebaliknya pada dewasa muda yang berkisar
antara 20-40 tahun yang merupakan usia produktif. Pada usia ini bisa terjadi peningkatan tekanan intraabdominal apabila pada
usia ini melakukan kerja fisik yang berlangsung terus-menerus yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hernia inguinalis
indirek.
b. Pekerjaan
Pekerjaan yang dapat menimbulkan risiko terjadinya hernia inguinalis ialah pekerjaan fisik yang dilakukan secara terus-menerus
sehingga dapat meningkatan tekanan intraabdominal dan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya hernia inguinalis.
Aktivitas (khususnya pekerjaan) yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen memberikan predisposisi besar terjadinya
hernia inguinalis pada pria. Dan apabila terjadi pengejanan pada aktivitas fisik maka proses pernapasan terhenti sementara
menyebabkan diafragma berkontraksi sehingga meningkatkan kedalaman rongga torak, pada saat bersamaan juga diafragma dan
otot-otot dinding perut dapat meningkatkan tekanan intraabdomen sehingga terjadi dorongan isi perut dinding abdomen ke kanalis
inguinalis.
c. Batuk Kronis
Proses batuk terjadi didahului inspirasi maksimal, penutupan glotis, peningkatan tekanan intratoraks lalu glotis terbuka dan
dibatukkan secara eksplosif untuk mengeluarkan benda asing yang ada pada saluran respiratorik. Inspirasi diperlukan untuk
mendapatkan volume udara sebanyak-banyaknya sehingga terjadi peningkatan intratorakal. Selanjutnya terjadi penutupan glotis
yang bertujuan mempertahankan volume paru pada saat tekanan intratorakal besar. Pada fase ini terjadi kontraksi otot ekspirasi
karena pemendekan otot ekspirasi sehingga selain tekanan intratorakal yang meninggi, intraabdomen pun ikut tinggi. Apabila
batuk berlangsung kronis maka terjadilah peningkatan tekanan intraabdominal yang dapat menyebabkan terbuka kembali kanalis
inguinalis dan menimbulkan defek pada kanalis inguinalis sehingga timbulnya hernia inguinalis.
 Hernia Femoralis
Suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui kanalis femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.
Penyebab hernia femoralis sama seperti hernia inguinalis.

 Hernia Umbilikus

10
Suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu organ abdominal masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba, posterior oleh
fasia umbilicus, dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari dinding abdomen di area umbilicus mengalami kelemahan.
 Hernia Skrotalis
Hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam skrotum secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel atau
elevantiasis skrotum.

Patofisiologi hernia inguinalis lateralis


Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari kehamilan, terjadi desensus vestikulorum melalui kanal
tersebut. Penurunan testis akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis pritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis
yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka sebagian, amka timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena rosesus tidak berobliterasi maka akan timbul
hernia inguinalis lateral kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena dengan bartambahnya umur, organ dan jaringan
tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namuan karena daerah ini merupakan locus minoris
resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan

11
mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat
trauma, hipertrofi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin.
Potensial komplikasi terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah, konstipasi. Bila inkaserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan
terjadi nekrosis.

Diagnosis
a. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan Finger test  menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5, dimasukkan lewat skrotum melalui
anulus eksternus ke kanal inguinal, penderita disuruh batuk. Bila impuls diujung jari berarti hernia
ingunalis lateralis, bila impuls disamping jari hernia inguinalis medialis.

 Pemeriksaan Ziemen test  posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu, hernia kanan diperiksa
dengan tangan kanan, penderita disuruh batuk bila rangsangan pada jari ke-2 hernia ingunalis lateralis,
jari ke-3 hernia inguinalis medialis, jari ke-4 hernia femoralis.

 Pemeriksaan Thumb test  anulus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan, bila keluar
benjolan berarti hernia inguinalis medialis, bila tidak keluar benjolan berarti hernia inguinalis lateralis.

12
b. Pemeriksaan penunjang
 Leukosit > 10.000 – 18.000/mm3
 Serum elektrolit meningkat
 Pemeriksaan radiologis
 Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia incaserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab
lain dari suatu massa yang teraba di inguinal.
 CT scan dapat digunakan untuk mngevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia obturator.

Diagnosis banding
a. Keganasan : limfoma, retroperitoneal sarcoma, metastasis, tumor testis
b. Penyakit testis primer: varicocele, epididimitis, torsio testis, hidrokel, testis ectopic, undescenden testis
c. Aneurisma artery femoralis
d. Nodus limfatikus
e. Kista limfatikus
f. Kista sebasea
g. Psoas abses
h. Hematoma
Penatalaksanaan
Operasi elektif dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi seperti inkeserasi dan strangulasi. Pngobatan non
operatif direkomendasikan hanya pada hernia yang asimptomatik. Prinsip utama operasi hernia adalah herniotomy: membuka dan
memotong kantong hernia. Herniorraphy: memperbaiki dinding posterior abdomen kanalis ingunalis.
Herniotomy
Insisi 1-2 cm diatas ligamentum inguinal dan aponeurosis obliqus eksterna dibuka sepanjang canalis inguinalis eksterna. Kantong hernia
dipisahkan dari m.creamester secara hati-hati sampai ke kanalis inguinalis internus, kantong hernia dibuka, lihat isinya dan kembalikan ke
kavum abdomen kemudian hernia dipotong. Pada anak-anak cukup hanya melakukan herniotomy dan tidak memerlukan herniorrhapy.1,2
Herniorrhapy

13
Dinding posterior di perkuat dengan menggunakan jahitan atau non-absorbable mesh dengan tekhnik yang berbeda-beda. Meskipun tekhnik
operasi dapat bermacam-macam tekhnik bassini dan shouldice paling banyak digunakan. Teknik operasi liechtenstein dengan menggunakan
mesh diatas defek mempunyai angka rekurensi yang rendah.

Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus
segera ditangani. Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca herniorraphy, atrofi testis dan rekurensi hernia umumnya dapat diatasi.

Daftar Pustaka

1. Amrizal. 2015. Hernia Inguinalis. Syifa’MEDIKA. Vol.6 (No.1)

14
2. Dunphy, J.E, M.D, F.A.C.S. dan Botsford. Pemeriksaan Fisik Bedah. edisi ke-4, 145-146. Yayasan Essentia Medika : Yogyakarta.

3. Fadjriansyah Wahid, Isnaniah, Jenny Sampe, Alfreth Langitan. 2019. HERNIA INGUINALIS LATERALIS. Vol.1 No.1. Jurnal Medical
Profession (MedPro)

4. Karnadihardja, W. 2004. Dinding Perut, Hernia, Retroperitoneum, Omentum. edisi ke 2 Hal. 519-540 Buku Ajar Ilmu Bedah : Jakarta.

5. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah. edisi revisi. 706- 710. EGC : Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai