Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Disusun oleh :
dr. Pascal Adventra Tandiabang

Pendamping :
dr. Andry Hamdani, Sp.B
dr. Astri Rahmawati

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA PALU
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah appendicitis.
Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan
masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam penanganannya dan hilangnya
tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah
operasi di Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika
Serikat.[1]
Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500
sebelum Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan seiring bertambahnya
pengetahuan struktur anatomi pada regio inguinal.[1]
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Untuk memahami
lebih jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis inguinalis. Hernia
inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis dimana
hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingunalis.
Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis. Hernia lebih dikarenakan kelemahan
dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria
daripada wanita, untuk hernia femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada
wanita.Sedangkan jika ditemukan hernia ingunalis pada pria kemungkinan adanya hernia
ingunalis atau berkembangnya menjadi hernia ingunalis sebanyak 50 %. Perbandingan
antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria
dipengaruhi oleh umur. [1]
Hernia merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui
lubang yang abnormal. Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskolo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi
hernia.[1]
Pada tulisan ini akan disajikan kasus seorang laki-laki dengan HIL Dextra yang
mendapatkan perawatan rawat inap di RS Bhayangkara Palu.
B. Tujuan
Pada laporan kasus ini disajikan kasus ”Seorang Laki-laki 50 tahun dengan ” HIL
Dextra” Penyajian kasus ini bertujuan untuk mempelajari lebih dalam tentang cara mendiagnosis
dan mengelola penderita dengan penyakit tersebut diatas.

C. Manfaat
Penulisan portofolio ini diharapkan dapat membantu para dokter untuk dalam
menegakkan diagnosis dan melakukan pengelolaan kasus HIL.
BAB 2
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS

Nama : Tn. Y
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Alamat : ds lolu

B. SUBYEKTIF – ANAMNESIS
autoanamnesis dilakukan pada tanggal 06 Juli 2022 pk 12.00 WITA di IGD RS
Torabelo

Keluhan Utama: Nyeri Buah Zakar Kanan


Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Rujukan masuk RS Bhayangkara dengan keluhan nyeri pada buah zakar
kanan yang dirasakan sejak 8 jam sebelum masuk RS. Keluarga pasien mengatakan
pasien usus turun karena bah zakar pasien membesar dan Pasien sudah pernah seperti ini
sebelumnya namun dapat masuk kembali dengan dilakukan pengurutan, tetapi saat ini
sudah tidak bisa naik kembali dan terasa nyeri. Mual (-), muntah (-) BAB terakhir tadi
pagi flatus (+) BAK (+). Pasien riwayat mengangkat berat.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Sakit Jantung : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat Sakit Jantung : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien seorang petani yang biasa bekerja dikebun orang dan juga ikut kerja bangunan.
C. OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Sedang, kompos mentis


Vital Sign : Tensi : 150/70mmHg Respiratory Rate : 22x/menit
Nadi : 80x/menit Suhu : 36,5 C
VAS : 6
Kepala : bentuk normocephal
Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), mata cekung (-/-),sklera ikterik (-/-)
Telinga : discharge -/-
Hidung : discharge -/-
Mulut : bibir kering (-),bibir sianosis (-)
Leher : Pembesaran nnll -/-,trachea di tengah
Thorak : retraksi (-)
Cor : I : iktus cordis tidak tampak
P : iktus cordis teraba di SIC 5 2cm dari linea medioclavicularis sinistra
P : Batas jantung kanan SIC 5 linea sternalis dextra
Batas jantung kiri SIC 5 linea medioclavicularis sin dan SIC 5 linea
parasternalis sinistra
Batas jantung atas SIC 2 Linea parasternalis sinistra
Pinggang jantung SIC 3 Linea Parasternalis sinistra
A : bunyi jantung I-II reguler, bising (-), gallop (-)

Pulmo : I : simetris saat statis dan dinamis


P : stem fremitus kanan = kiri
P : sonor seluruh lapangan paru
A : Suara Dasar Vesikuler (+/+), Suara tambahan (-/-)

Abdomen: I : Tampak Datar


A : Peristaltik (+)
Pe : Timpani (+) di seluruh lapangan abdomen
Pa : Nyeri tekan (-) epigastrium, defans (-)
Extremitas : superior inferior
Oedema : -/- -/-
Sianosis : -/- -/-
Akral dingin : -/- -/-
Status Lokalis : Scrotum dextra membesar, warna sama dengan kulit, pada auskultasi
tidak dijumpai bising usus.

2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb :14.4 gr/dL
Hematokrit : 42.9%
Trombosit : 351.000/mm3
Leukosit : 9.30 x 103/mm3
Eritrosit : 5.2 juta/mm3
RT-Ag Sars-COV-2 : Negatif
GDS : 282 mg/dL

D. ASSESSMENT
Hernia Inguinalis Lateralis Dextra

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien Rujukan masuk RS Bhayangkara dengan keluhan nyeri pada buah zakar
kanan yang dirasakan sejak 8 jam sebelum masuk RS. Keluarga pasien mengatakan
pasien usus turun karena bah zakar pasien membesar dan Pasien sudah pernah seperti ini
sebelumnya namun dapat masuk kembali dengan dilakukan pengurutan, tetapi saat ini
sudah tidak bisa naik kembali dan terasa nyeri. Mual (-), muntah (-) BAB terakhir tadi
pagi flatus (+) BAK (+). Pasien riwayat mengangkat berat.
Pada pemeriksaan fisik tanggal 07 Juli 2021 didapatkan keadaan umum pasien
tampak sedang dengan tanda vital: tekanan darah 150/70 mmHg, nadi 80 kali/menit
reguler, frekuensi pernafasan 22x/ menit dan suhu 36,50C (axiller). Pada pemeriksaan
fisik didapatkan nyeri tekan peristaltik usus (+), Scrotum dextra membesar, warna sama
dengan kulit, pada auskultasi tidak dijumpai bising usus..
Berdasarkan, anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien
didiagnosis Hernia Inguinalis Lateralis Dextra

E. PLAN

Pengobatan : - Infus RL 20 tpm


- Inj. Ketorolac 30mg/8 jam
- Injeksi Ranitidine 50 mg/12 jam/iv
- Konsul Bedah

Edukasi : memberikan kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang diderita
pasien, pengobatan dan perlunya dilakukan konsultasi lebih lanjut pada dokter bedah.
Konsultasi : dijelaskan secara rasional perlunya konsultasi dengan spesialis Bedah
untuk pemeriksaan lebih lanjut dan tindakan operasi yang akan dilakukan.
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu
penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi
oleh dinding.[1]

2. Anatomi
Region inguinal harus dipahami, pengetahuan tentang region ini penting untuk terapi
operatif dari hernia. Sebagai tambahan, pengetahuan tentang posisi relative dari saraf,
pembuluh darah dan struktur vas deferen, aponeurosis dan fascia.[2]
a. Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak
2-4 cm kearah caudal ligamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin internal
dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau
ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster,
pleksus pampiniformis, arteri testicularis n ramus genital nervus genitofemoralis,
ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis. [2]
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi.
Kanalis inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke caudal.
Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian superficial,
dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar. Dinding
posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transfersalis dan aponeurosis
transverses abdominis. Dasar kanalis inguinalils adalah bagian paling penting dari
sudut pandang anatomi maupun bedah. [2]
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum
Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus, dan
ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum
Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral dari
trigonum adalah hernia indirect. [2]
b. Aponeurosis Obliqus External
Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial dan
profunda. Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan transversus
abdominis, mereka membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba. external
oblique aponeurosis menjadi batas superficial dari kanalis inguinalis. Ligamentum
inguinal terletak dari spina iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum. [2]

Gambar 3.1 Otot Oblique


c. Otot Oblique internus
Otot obliq abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis . bagian
medial dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dari aponeurosis
transversus abdominis dekat tuberculum pubicum untuk membentuk conjoined
tendon. adanya conjoined tendon yang sebenarnya telah banyak diperdebatkan, tetapi
diduga oleh banyak ahli bedah muncul pada 10% pasien. [2]
d. Fascia Transversalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari otot transversalis dan
aponeurosisnya. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2 lapisan:
"The fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak sedikit
sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia keluar dari tendon
otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan ke linea
semulunaris. [2]

Gambar 3.2 Fascia Transversalis


e. Ligamentum Cooper
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan dibentuk
oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik fixasi yang penting
dalam metode perbaikan laparoscopic sebagaimana pada teknik McVay. [2]

f. Preperitoneal Space
Preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh darah
dan saraf. Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah nervus
cutaneous femoral lateral dan nervus genitofemoral. nervus cutaneous femoral lateral
berasal dari serabut L2 dan L3 dan kadang cabang dari nervus femoralis. Nervus ini
berjalan sepanjang permukaan anterior otot iliaca dan dibawah fascia iliaca dan
dibawah atau melelui perlekatan sebelah lateral ligamentum inguinal pada spina iliaca
anterior superior. [2]
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2 dan
kadang dari L3. Nervus ini turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi cabang
genital dan femoral. Cabang genital masuk ke kanalis inguinalis melalui cincin dalam
sedangkan cabang femoral masuk ke hiatus femoralis sebelah lateral dari arteri.
ductus deferens berjalan melalui preperitoneal space dari caudal ke cepal dan medial
ke lateral ke cincin interna inguinal. Jaringan lemak, lymphatics, ditemukan
di preperitoneal space, dan jumlah jaringan lemak sangat bervariasi. [2]

3. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia [3]:
a) Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian dalam
hidup.
b) Akibat dari pembedahan sebelumnya.
c) Congenital
1) Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat – tempat
tertentu.
2) Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai defek
pada tempat – tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah
lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
d) Aquisial adalah hernia yang buka disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :
 Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang sering
mengejan yang baik saat BAB maupun BAK.
 Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya yang
sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena
banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan
ikat penyokong pada LMR.
 Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
 Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.
 Sikatrik.
 Penyakit yang melemahkan dinding perut.
 Merokok
 Diabetes mellitus[3]

4. Klasifikasi
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan
Hernia Ingunalis Medialis (HIM). Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu
hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen.
Selain hernia indirek nama yang lain adalah Hernia oblique yang artinya Kanal yang
berjalan miring dari lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri
mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah lateral Vasa epigastrica inferior.
Hernia inguinalis lateralis dikarenakan kelainan kongenital meskipun ada yang didapat. [4]
Tabel. 3.1. Perbedaan HIL dan HIM. [4]
Tipe Deskripsi Hubungan Dibungkus Onset
dengan oleh fascia biasanya
vasa spermatica pada waktu
epigastrica interna
inferior
Hernia Penojolan melewati Lateral Ya Congenital
ingunalis cincin inguinal dan Dan bisa
lateralis merupakan kegagalan pada waktu
penutupan cincin dewasa.
ingunalis interna pada
waktu embrio setelah
penurunan testis
Hernia Keluar langsung Medial Tidak Dewasa
ingunalis menembus fascia dinding
medialis abdomen
 Casten membagi hernia menjadi tiga stage, yaitu: [4]
Stage 1 : hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
Stage 2 : hernia direk dengan pembesaran atau distorsi cincin interna.
Stage 3 : semua hernia direk atau hernia femoralis.
 Klasifikasi menurut Halverson dan McVay, hernia terdapat terdapat 4 kelas: [4]
Kelas 1 : hernia indirek yang kecil.
Kelas 2 : hernia indirek yang medium.
Kelas 3 : hernia indirek yang besar atau hernia direk.
Kelas 4 : hernia femoralis.
 Sistem Ponka membagi hernia menjadi 2 tipe: [4]
a. Hernia Indirek
Hernia inguinalis indirek yang tidak terkomplikasi dan hernia inguinalis indirek
sliding.
b. Hernia Direk
Suatu defek kecil di sebelah medial segitiga Hesselbach, dekat tuberculum
pubicum. hernia divertikular di dinding posterior. Hernia inguinalis direk dengan
pembesaran difus di seluruh permukaan segitiga Hesselbach.
 Gilbert membuat klasifikasi berdasarkan 3 faktor: [4]
a. Ada atau tidak adanya kantung peritoneal.
b. Ukuran cincin interna.
c. Integritas dinding posterior dan kanal.

Gilbert membagi hernia menjadi 5 tipe. Tipe 1, 2, and 3 merupakan hernia indirek,
sedangkan tipe 4 and 5 merupakan hernia direk. [4]

Hernia tipe 1 mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin  Ny


interna yang berdiameter
Hernia tipe 2 (hernia indirek yang paling sering) mempunyai kantung hu
peritoneal yang melewati cincin interna yang berdiameter s
≤ 2 cm
Hernia tipe 3 hernia mempunyai kantung peritoneal yang melewati
cincin interna yang berdiameter > 2 cm
menjadi hernia komplit dan sering menjadi slidinhernia.
Hernia tipe 4 mempunyai robekan dinding posterior atau defek
posterior multipel. Cincin interna yang intak dan tidak ada
kantung peritoneal.
Hernia tipe 5 merupakan hernia divertikuler primer. Pada hernia ini
tidak terdapat kantung peritoneal.
membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin
Tipe 1 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
Tipe 2 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang membesar.
Tipe 3a adalah hernia inguinalis indirek.
Tipe 3b adalah hernia indirek yang menyebabkan kelemahan dinding posterior.
Tipe 3c adalah hernia femoralis.
Tipe 4 memperlihatkan semua hernia rekuren.

Bagian – bagian hernia :


a. Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki
kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis.
b. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus,
ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
c. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
d. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
e. Locus minoris resistence (LMR) [4]

5. Patofisiologi Hernia Inguinalis


a. Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)
Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh faktor
peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
Hesselbach*. Jalannya langsung (direct) ke ventral melalui annulus inguinalis
subcutaneous. Hernia ini sama sekali tidak berhubungan dengan pembungkus tali
mani, umumnya terjadi bilateral, khususnya pada laki-laki tua. Hernia jenis ini jarang,
bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi. [5]

Gambar 3.3 Hernia Inguinalis direct

b. Hernia Inguinalis Indirekta (lateralis)


Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan
tampak tonjolan berbentuk lonjong. Dapat terjadi secara kongenital atau akuisita: [5]

c. Hernia inguinalis indirekta congenital.

Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama
sekali tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga
tunika vaginalis propria testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah masuk ke
dalam kantong peritoneum tersebut. [5]

d. Hernia inguinalis indirekta akuisita.

Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian
saja. Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis
yang tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kantung peritonei ini
dapat terisi dalaman perut, tetapi isi hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis
propria testis. [5]

Gambar 3.4 hernia inguinais indirect[5]

6. Gejala Dan Tanda Klinik


a. Gejala
Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha , pada beberapa orang adanya nyeri
dan membengkak pada saat mengangkat atau ketegangan. Seringnya hernia
ditemukan pada saat pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum
masuk kerja. Beberapa pasien mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar
biasanya pada hernia ingunalis lateralis, perasaan nyeri yang menyebar hingga ke
scrotum. Dengan bertambah besarnya hernia maka diikuti rasa yang tidak nyaman dan
rasa nyeri, sehingga pasien berbaring untuk menguranginya. [6]
Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit
dibandingkan hernia ingunalis lateralis.dan juga kemungkinannya lebih berkurang
untuk menjadi inkarserasi atau strangulasi. [6]

b. Tanda
Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan
berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit untuk
dilihat.kita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari
ke annulus jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akan
sangat sulit untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain
halnya pada cincin yang lebar hernia dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissue
dapat dirasakan pada tonjolandi kanalis ingunalis pada saat batuk dan hernia dapat
didiagnosa. [6]
Perbedaan hil dan him pada pemeriksaan fisik sangat sulit dilakukan dan ini
tidak terlalu penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat jenisnya.
Hernia ingunalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan gambaran
yang sama. hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia
ingunalis lateralis. Pada inspeksi pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct
kebanyakan akan terlihat simetris, dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna.
Tonjolan akan menghilang pada saat pasien berbaring, sedangkan pada hernia
ingunalis lateralis akan terlihat tonjolan yang yang bebentuk elip dan susah
menghilang pada saat berbaring. [6]
Pada palpasi dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya
tahanan pada hernia inguinalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan
terasa dan tidak adanya tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien
diminta untuk batuk pada pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan terasa
pada sisi jari maka itu hernia direct. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia
ingunalis lateralis. Penekanan melalui cincin interna ketika pasien mengedan juga
dapat membedakan hernia direct dan hernia inguinalis lateralis. Pada hernia direct
benjolan akan terasa pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbach’s dan
kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka pembedaanya
dan hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis inguinalis sulit dibedakan.
Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat ditegakkan secara akurat
sebelum dilakukan operasi. [6]
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
- Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
- Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi
dehidrasi.
- Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius
yang menyebabkan nyeri lipat paha. [7]
b. Pemeriksaan Radiologis
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha
atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis. Pada
pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya
suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous Reduction of
Hernia En Masse. Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan
kantong hernia beserta isinya ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian
reduction of hernia en masse :
 Retropubic
 Intra abdominal
 Pre peritoneal
 Pre peritoneal locule[7]

8. Diagnosa Banding
Tabel 2.1 Diagnosis Banding[8]

9. Penatalaksanaan Hernia
a. Penanganan DI IGD
 Mengurangi hernia.
 Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien
harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
 Menurunkan tegangan otot abdomen.
 Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
 Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap hernia
inguinalis.
 Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan
menimbulkan proses analgesia.
 Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral (seperti
kaki kodok)
 Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang
berlanjut selama proses reduksi penonjolan
 Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu
mengembalikan isi hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks akan
menyebabkan isis hernia keluar dari pintu hernia.
 Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaan
 Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam analgetik yang adekuat dan
posisikan Trendelenburg, dan kompres dingin selama 20-30 menit. [7]

Konsul bedah jika :


 Reduksi hernia yang tidak berhasil
 Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang memburuk
 Hernia ingunalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa kontraindikasi .
penanganan ini teruntuk semua pasien tanpa pandang umur inkarserasi dan
strangulasi hal yang ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya.
 Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan
saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan.
Operasi yang cito mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.
 Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana apabila dilakukan
penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko
infeksi traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.
 Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada hernia
maka operasi yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk
mengurangi hernia inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul
dielevasikan dan di beri .analgetik dan obat sedasi untuk merelaxkan otot-otot.
 Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan tidak ada
gejala strangulasi.
 Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus
masih hidup, ada tanda-tanda leukositosis.
 Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.
[7]

Indikasi operasi :
 Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif tanpa
penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata,
strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya
peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
 Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan
inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-
Madsen, Gavrilenko) bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka
mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito surgery. [9]

1) Konservatif :
 Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan
lambat dan menetap sampai terjadi reposisi.
 Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,
pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil,
anak boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
 Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan
harus dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena
merusak kulit dan otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih
mengancam. [7]
2) Operatif
 Anak-anak : Herniotomy : Karena masalahnya pada kantong hernia, maka
dilakukan pembebasan kantong hernia sampai dengan lehernya, dibuka dan
dibebaskan isi hernia, jika ada perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong
hernia dijahit setinggi-tinggi mungkin lalu dipotong. Karena herniotomi pada
anak-anak sangat cepat dan mudah, maka kedua sisi dapat direparasi sekaligus
jika hernia terjadi bilateral.
 Dewasa :Herniorrhaphy :Perawatan kantung hernia dan isi hernia
 Penguatan dinding belakang (secara Bassini, Marcy Ferguson, Halsted /
Kirchner, Lotheissen-McVay (Cooper’s ligament repair), Shouldice, Tension free
herniorrhaphy)
 Berliner repair
 The Lichtenstein repair
 The Wilkinson Technique
 Abrahamson Nylon Darn Repair
 Lichtenstein Plastic Screen Reinforcement[7]

Klasifikasi dan terapi menurut Gilbert tipe I-IV


 Rutkow Mesh-plug hernioplasty
 Rives Prosthetic Mesh Repair
 Stoppa Gerat Prosthetic for Reinforcement of the Visceral Sac
 Minimally Invasive Surgery (Laparoscopy)
TAPP = Trans Abdominal Pre Peritoneal
TEP = Total Extra Peritoneal

b. Teknik-Teknik Operasi Hernia


Tujuan operasi adalah menghilangkan hernia dengan cara membuang kantung
dan memperbaiki dinding abdomen. Adapun teknik-teknik operasi hernia ada
beberapa cara, yaitu :
 Marcy dikenal dengan ligasi sederhana dengan diangkat tinggi
kantungnya.melewati ingunal yang dikombinasi dengan pengikatan cincin interna.
Lebih sering digunakan pada anak-anak.
 Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara conjoint
tendon didekatkan dengan ligamentum Poupart’s dan spermatic cord diposisikan
seanatomis mungkin di bawah aponeurosis muskulus oblikuus eksterna.
 Halsted, menempatkan muskulus oblikuus eksterna diantara cord kebalikannya
cara Bassini.
 Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint tendon
lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper. [9]

Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat dikelompokkan


dalam 4 kategori utama:
a. Kelompok 1 : Open Anterior Repair
Kel. 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dan membebaskan
funnikulus spermatikus. Fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan
inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia diligasi dan
dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
Teknik Bassini
Komponen utama dari teknik ini adalah :
- Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis
inguinalis hingga ke cincin eksternal.
- Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia
indirect sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari
hernia direct.
- Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia
transversalis)
- Melakukan ligasi kantong hernia seproksimal mungkin.
- Rekonstruksi dinding posterior dengan menjahit fascia transversalis, otot
transversalis abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum inguinalis
lateral. [7]

-
Gambar 3.5 Bassini technique[7]

Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekonstruksi,


tetapi semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia disekitarnya
dan memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis. Kelemahannya adalah tegangan yang
terjadi akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi
nekrosis otot yang akan menyebabkan jahitan terlepas dan mengakibatkan
kekambuhan.
Gambar 3.6 McVay open anterior repair. [7]
b. Kelompok 2 : Open Posterior Repair
Posterior repair (iliopubic repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan
membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk
ke properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis
inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior adalah
rekonstruksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan
pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi
sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau
anastesi umum. [7]

c. Kelompok 3: Tension-free repair with Mesh


Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow) menggunakan
pendekatan awal yang sama dengan teknik open anterior. Akan tetapi tidak
menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuah
prostesis, yaitu Mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek
hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan di sekitar fascia. Hasil
yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan
kurang dari 1 persen. Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka
panjang penggunaan implant prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau
penolakan. Akan tetapi pengalaman yang luas dengan mesh telah mulai
menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus populer. Teknik ini dapat
dilakukan dengan anastesi lokal, regional atau general.
Gambar 3.7 Setelah pemasangan Mesh[7]

d. Kelompok 4 : Laparoscopic
Operasi hernia laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir,
tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini,
hernia diperbaiki dengan menempatkan potongan mesh yang besar di regio
inguinal diatas peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi
usus halus dan pembentukan fistel karena paparan usus terhadap mesh. Saat ini
kebanyakan teknik laparoscopic herniorhappies dilakukan menggunakan salah
satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal
(TEP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoskopik
dalam cavum abdomen dan memperbaiki regio inguinal dari dalam. Ini
memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum.
Sedangkan pendekatan TEP adalah prosedur laparokopik langsung yang
mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya,
usus atau pembuluh darah bisa cedera selama operasi. [7]

Gambar 3.8 Laparoscopic mesh repair[7]


10. Komplikasi
a. Hernia inkarserasi :
 Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
 Tidak dapat direposisi
 Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus. [10]
b. Hernia strangulasi :
 Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
 Adanya gangguan sistemik pada usus. [10]
11. Algoritma Tatalaksana Hernia Inguinalis Lateralis
BAB 4
PEMBAHASAN

Pasien Rujukan masuk RS torabelo dengan keluhan nyeri pada buah zakar kanan yang
dirasakan sejak 8 jam sebelum masuk RS. Keluarga pasien mengatakan pasien usus turun
karena bah zakar pasien membesar dan Pasien sudah pernah seperti ini sebelumnya namun
dapat masuk kembali dengan dilakukan pengurutan, tetapi saat ini sudah tidak bisa naik
kembali dan terasa nyeri. Mual (-), muntah (-) BAB terakhir tadi pagi flatus (+) BAK (+).
Pasien riwayat mengangkat berat.
Pada pemeriksaan fisik tanggal 06 Juli 2022 didapatkan keadaan umum pasien tampak
sedang dengan tanda vital: tekanan darah 150/70 mmHg, nadi 80 kali/menit reguler, frekuensi
pernafasan 22x/ menit dan suhu 36,50C (axiller). Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri
tekan peristaltik usus (+), Scrotum dextra membesar, warna sama dengan kulit, pada
auskultasi tidak dijumpai bising usus..
Berdasarkan, anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien
didiagnosis Hernia Inguinalis Lateralis Dextra
Pengelolaan pada pasien ini adalah dengan pemberian infus RL 20 tetes per menit untu
mengganti cairan dan elektrolit yang hilang. Pemberian Ketorolac sebagai antinyeri dan
ranitidin untuk profilaksis dyspepsia.
Edukasi yang dilakukan adalah memberikan kepada pasien dan keluarganya mengenai
penyakit yang diderita pasien, pengobatan dan perlunya dilakukan konsultasi lebih lanjut
pada dokter bedah. Juga dijelaskan secara rasional perlunya konsultasi dengan spesialis
Bedah untuk pemeriksaan lebih lanjut dan tindakan operasi yang akan dilakukan.
Menurut teori pada kasus hernia sebaiknya dilakukan pemeriksaan tambahan seperti
Ultrasonografi, tetapi pada kasus ini tidak dilakukan. Ultrasonografi dapat digunakan untuk
membedakan adanya massa pada lipat paha atau dinding abdomen dan juga membedakan
penyebab pembengkakan testis. Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang
tidak biasa terjadi, yaitu adanya suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan
Spontaneous Reduction of Hernia En Masse. Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya
secara spontan kantong hernia beserta isinya ke rongga extraperitoneal.
Tatalaksana terhadap kasus hernia menjadi 2 yaitu penanganan awal saat pasien di IGD
dan penangan lanjut. Penanganan di IGD bertujuan untuk mengurangi efek dari hernia seperti
mencegah nyeri dan mereduksi hernia dengan cara memberikan sedasi yang adekuat dan
analgetik untuk mencegah nyeri. Setelah itu pasien diposisikan berbaring terlentang dengan
bantal di bawah lutut. Pasien berada pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20°
terhadap hernia inguinalis. Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi
unilateral (seperti kaki kodok). Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah
penonjolan yang berlanjut selama proses reduksi penonjolan. Usahakan penekanan yang tetap
pada sisi hernia yang bertujuan untu mengembalikan isi hernia ke atas. Jika dilakukan
penekanan ke arah apeks akan menyebabkan isi hernia keluar dari pintu hernia. Konsul ke
ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaan.
Pada pasien ini diberikan tatalaksan pemmberian analgetic seperti ketorolac ampul 30
mg/8jam untuk mencegah nyeri. Pada pasien ini juga diberikan obat ranitidine 50mg/12jam,
untuk menurunkan produksi asam lambung.
Pada pasien ini, reduksi hernia tidak berhasil dilakukan sebanyak 2x, sehingga
dikonsulkan kepada dokter spesialis bedah. Dan diputuskan untuk dioperasi. Karena pada
pasien ini terdapat adanya tanda adanya incarcerata dan strangulasi, keadaan umum pasien
yang memburuk, dan pasien juga merupakan pasien geriartri.
Indikasi operasi hernia terbagi menjadi dua yaitu hernia inguinalis lateralis pada anak-
anak harus diperbaiki secara operatif tanpa penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang
besar terutama inkarserata, strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus),
testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
Dan pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan inkarserata
dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-Madsen, Gavrilenko) bahwa
lebih baik melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan morbiditas lebih rendah
jika dilakukan cito surgery.
Tujuan operasi adalah menghilangkan hernia dengan cara membuang kantung dan
memperbaiki dinding abdomen. Operasi hernia terbagi menjadi dua yaitu herniotomy dan
herniorrhaphy. Herniotomy adalah tindakan dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada perlekatan lakukan reposisi,
kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi mungkin lalu dipotong. Sedangkan
herniorrhaphy adalah tindakan yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti pada tindakan ini
dilakukan perawatan kantung hernia isi hernia penguatan daerah defek. Berdasarkan
pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat dikelompokkan dalam 4 kategori utama
yaitu, 1. Open anterior repair, 2. Open posterior repair, 3. Tension-free repair with mesh, 4.
Laparoscopic.
Pada pasien ini dilakukan operasi herniorraphy dengan tehnik open posterior repair.
Posterior repair (iliopubic repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan membelah lapisan
dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi
kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini
dan teknik open anterior adalah rekonstruksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair
sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari
operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi
umum.
DAFTAR PUSTAKA

1. Townsend, Courtney M. 2014. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17 th Edition.


Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
2. Brunicardi, F Charles. 2015. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of Surgery. Eighth
edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
3. Inguinal Hernia: Anatomy and Management
http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
4. Manthey, David. Hernias. 2017. http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
5. Norton, Jeffrey A. 2011. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science
and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
http://www.hernia.tripod.com/inguinal.html
6. Way, Lawrence W. 2013. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall. Current
Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc Graw-Hill. 783-789.
http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia
7. Bland, Kirby I. 2012. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New York. WB
Saunders Company. 795-801. http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-
Hernia-Symptoms
8. Cook, John. 2016. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital. Switzerland. WHO.
151-156.

Anda mungkin juga menyukai