Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

Demam Berdarah Dengue

Disusun oleh:

dr. Anum Sasmita

Pembimbing:

dr. Rahmat Akbar

Disusun untuk Memenuhi sebagian syarat Melengkapi Tugas Intership di Instalasi Gawat Darurat RSUD Selasih Kab.
Pelalawan

RSUD SELASIH KAB.PELALAWAN

TAHUN 2020
Nama Peserta : dr. Anum Sasmita
Nama Wahana : RSUD Selasih Pangkalan Kerinci, Pelalawan
Topik : Demam Berdarah Dengue Grade II
Tanggal (kasus) : 20 Desember 2019
Nama Pasien : Nn. Anggy Marsela No. RM : 06 62 30
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Rahmad Akbar
Tempat Presentasi : Ruang diskusi RSUD Selasih Lantai II
Objektif Presentasi :
Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi : Seorang Anak Perempuan berumur 18 tahun datang ke RSUD Selasih Pangkalan Kerinci pada tanggal 20 Desember 2019 dengan
keluhan demam hari ke-3, terdapat bintik-bintik merah pada lengan kanan.
□ Tujuan :
 Mampu mendiagnosis Demam Berdarah Dengue
 Mampu mengetahui penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue
Bahas Bahasan Tinjauan Pustaka □ Riset Kasus □ Audit
Cara Membahas : □ Diskusi Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Daftar Pustaka :
1. Darlan Darwis . 2003. Sari Pediatri, Vol. 4 No. 4 156 – 162 ; Kegawatan Demam Berdarah Dengue pada Anak.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue. http://www.depkes.go.id/downloads/Tata
%20Laksana %20DBD.pdf (diakses pada Januari 2020)
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2014. Pedoman diagnosis dan tatalaksana infeksi dengue pada anak. Jakarta: IDAI; 1-80
4. Siregar, Faziah A. 2004. Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmfazidah3.pdf (diakses pada Januari 2020)
5. Soedarmo S S P, Garna H, Hadinegoro S R S. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi & Penyakit Tropis edisi ke-1. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. p. 187

Portofolio

2
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Nn. A
 Umur : 18 tahun
 Kelamin : Perempuan
 Alamat : Pangkalan Lesung
 Agama : Islam
 Suku : Melayu
 Tanggal pemeriksaan : 20 Desember 2019

ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Demam hari ke-3.

Riwayat Penyakit Sekarang:


 Demam hari ke-3, dirasakan lebih tinggi pada malam hari.
 Terdapat nyeri kepala dan badan terasa pegal-pegal sejak + 2 hari yang lalu.
 Keluhan timbul bintik-bintik merah dilengan kanan sejak 1 hari yang lalu.
 Riwayat nyeri sendi dan nyeri disekitar mata tidak ada.
 Riwayat mimisan, perdarahan gusi tidak ada.
 Buang air besar konsistensi dan warna biasa, riwayat keluar darah tidak ada.
 Buang air kecil jumlah dan warna biasa, riwayat keluar batu / pasir tidak ada, riwayat
keluar darah/ nanah tidak ada.
 Nafsu makan biasa berkurang, makan hanya setengah porsi makanan.
 Riwayat penurunan berat badan tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu:


 Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga:


 Terdapat anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa dengan pasien, riwayat
penyakit di keluarga tidak ada.

STATUS GENERALIS
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
 Frekuensi Nadi : 98 x/menit
 Frekuensi Nafas : 22 x/menit
 Tekanan Darah : 100/70 mmHg
 Suhu : 39,5 0C
 Berat Badan : 58 kg
 Tinggi Badan :152 cm

3
PEMERIKSAAN FISIK :
Kepala :
- Normochepal
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, diameter pupil 2mm/2mm,
refleks pupil +/+, cekung -/-
- Hidung : sumbatan (-), deviasi septum (-), polip (-), sekret (-)
- Telinga : tofus (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)
- Gigi dan mulut: caries (-)
- Tenggorokan: tonsil T1 – T1
Leher :
- KGB tidak teraba membesar
- Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
- Deviasi trakea (-)
Thorax :
- Paru-Paru
Inspeksi : Normochest, gerakan paru simetris kiri dan kanan
Palpasi : taktil fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor kiri dan kanan
Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-)
- Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS VI linea midclavicula sinistra
Perkusi :
o Batas jantung kanan pada ICS V linea sternalis dekstra
o Batas jantung kiri pada ICS VI linea midclavicula sinistra
o Batas pinggang jantung pada ICS II linea parasternalis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal regular, gallop (-) murmur (-)
Abdomen:
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Supel, Hepar/ Lien tidak teraba, Ballotemen ginjal (-), undulasi (-), shifting
dullnes (-), nyeri tekan epigastrium (-).
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Alat Kelamin: tidak dilakukan pemeriksaan
Anus : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstrimitas:
- Superior : Kanan : Pteki (+)
- Refleks fisiologis +/+
- Refleks patologis -/-
- Oedema-/-
- Akral hangat, perfusi baik
Rumple Leed : +

4
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Hasil laboratorium tanggal 20 Desember 2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Hematologi :
- Haemoglobin 11,0 gr/dl
- Leukosit 2.500 /MI
- Trombosit 65.000 /MI
- Hematokrit 35,4 %

DIAGNOSA KERJA:
Demam Berdarah Dengue Grade II

TATALAKSANA
Konsul dr Ratna Karmila, Sp. PD
- IVFD RL  30 tpm
- Paracetamol tablet 500 mg 4x1
- PSIDII syrup 3x1
PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam


Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

HASIL PEMBELAJARAN
Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Demam Berdarah
Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti dan dapat juga ditularkan oleh Aedes albopictus, yang ditandai dengan
: Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7
hari, manifestasi perdarahan, termasuk uji Tourniquet positif, trombositopeni (jumlah
trombosit ≤ 100.000/μl), hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20%), disertai dengan
atau tanpa perbesaran hati.

Epidemiologi
Demam berdarah dengue (DBD) penderitanya banyak ditemukan di sebagian besar
wilayah tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika dan
Karibia. Penularan virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk yang termasuk subgenus
Stegomya yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus sebagai vektor primer dan Ae.

5
polynesiensis, Ae.scutellaris serta Ae (Finlaya) niveus sebagai vektor sekunder, selain itu
juga terjadi penularan transexsual dari nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui perkawinan
serta penularan transovarial dari induk nyamuk ke keturunannya. Ada juga penularan virus
dengue melalui transfusi darah seperti terjadi di Singapura pada tahun 2007 yang berasal dari
penderita asimptomatik. Dari beberapa cara penularan virus dengue, yang paling tinggi
adalah penularan melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti. Masa inkubasi ekstrinsik (di dalam
tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari, sedangkan inkubasi intrinsik (dalam tubuh
manusia) berkisar antara 4-6 hari dan diikuti dengan respon imun.

Penyebab Demam Berdarah Dengue


Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan
virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat
menyebabkan penyakit demam berdarah. Keempat virus tersebut adalah DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. Gejala demam berdarah baru muncul saat seseorang yang pernah
terinfeksi oleh salah satu dari empat jenis virus dengue mengalami infeksi oleh jenis virus
dengue yang berbeda. Seseorang dapat terinfeksi oleh sedikitnya dua jenis virus dengue
selama masa hidup, namun jenis virus yang sama hanya dapat menginfeksi satu kali akibat
adanya sistem imun tubuh yang terbentuk.
Virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor pembawanya,
yaitu nyamuk dari genus Aedes seperti Aedes aegypti betina dan Aedes albopictus. Aedes
aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini. Nyamuk
dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus
tersebut. Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8 - 10 hari, nyamuk yang
terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya.

Cara Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue


Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue,
yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui
nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain
dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan.
Aedes tersebut mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang
mengalami viremia. Viremia adalah keadaan dimana di dalam darah ditemukan virus.
Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari
(extrinsic incubation period) sebelum dapat di tularkan kembali pada manusia pada saat
gigitan berikutnya.
Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk tersebut akan
dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Ditubuh manusia, virus memerlukan
waktu masa tunas 4 – 6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit.
Penularan dari manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang
sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.

Vektor Penyebar Virus Dengue


Virus dengue ditularkan kepada manusia terutama melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Selain itu dapat juga ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis

6
dan beberapa spesies lain yang merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes
aegypti hidup di daerah tropis dan subtropis dengan suhu 28-32 oC dan kelembaban yang
tinggi serta tidak dapat hidup di ketinggian 1000 m. Vektor utama untuk arbovirus bersifat
multiple bitter, antropofilik, dapat hidup di alam bebas, terbang siang hari (jam 08.00-10.00
dan 14.00-16.00), jarak terbang 100 m – 1 km, dan ditularkan oleh nyamuk betina yang
terinfeksi.

Patofisiologi
Fenomena patofisiologi utama DBD adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan
diatesis hemoragik. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari permulaan masa
demam dan mencapai puncaknya pada masa renjatan. Nilai hematokrit meningkat bersamaan
dengan menghilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Meningginya nilai
hematokrit menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke
daerah ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak. Trombositopenia merupakan kelainan
hematologis yang sering ditemukan. Trombositopenia diduga akibat meningkatnya destruksi
trombosit dan depresi fungsi megakariosit. Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit
dianggap sebagai penyebab utama terjadinya pendarahan pada DBD. Selain trombositopenia,
kelainan sistem koagulasi juga berperan dalam perdarahan penderita DBD. Perdarahan kulit
pada penderita DBD umumnya disebabkan oleh faktor kapiler, gangguan fungsi trombosit
dan trombositopenia, sedangkan perdarahan masif terjadi akibat kelainan mekanisme yang
lebih kompleks lagi, yaitu trombositopenia, gangguan faktor pembekuan dan kemungkinan
besar oleh faktor Disseminated Intravascular Coagulation.

Gejala-Gejala Klinik Demam Berdarah Dengue


1. Fase demam
Ditandai dengan demam yang mendadak tinggi, terus menerus , disertai nyeri kepala,
nyeri otot seluruh badan, nyeri sendi, kemerahan pada kulit, khususnya kulit wajah
(flushing). Gejala lain seperti nafsu makan berkurang, mual, dan muntah sering
ditemukan. Pada fase ini sulit dibedakan dengan penyakit bukan dengue, maupun
antara penyakit dengue berat dan yang tidak berat. Bila diperiksa laboratorium darah,
biasanya ada penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan pada awal jumlah
trombosit dan nilai hematokrit (kekentalan darah) sering kali masih dalam batas
normal. Fase ini biasanya berlangsung selama 2–7 hari.
2. Fase kritis
Biasanya terjadi paling sering pada hari ke-4–6 (dapat terjadi lebih awal pada hari ke-
3 atau lebih lambat pada hari ke–7) sejak dari mulai sakit demam. Pada fase ini terjadi
peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler sehingga akan terjadi perembesan
plasma (plasma leakage), sehingga darah menjadi kental, dan apabila tidak mendapat
terapi cairan yang memadai, dapat menyebabkan syok sampai kematian.
Sering disertai tanda bahaya berupa muntah yang terus menerus, nyeri perut,
perdarahan pada kulit, dari hidung, gusi, sampai terjadi muntah darah dan buang air
besar berdarah. Pada fase ini juga dapat ditemukan badan dingin (terutama pada ujung
lengan dan kaki) sebagai tanda syok, tampak lemas, bahkan terjadi penurunan

7
kesadaran. Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan penurunan jumlah trombosit
yang disertai peningkatan nilai hematokrit yang nyata.
Fase ini  terjadi pada saat suhu tubuh mulai mengalami penurunan sampai mendekati
batas normal (defervescence). Hal ini yang sering menyebabkan terlambatnya orang
berobat, karena menganggap bila suhu tubuh mulai turun berarti penyakit akan
mengalami penyembuhan. Pada pasien yang tidak mengalami peningkatan
permeabilitas kapiler akan menunjukkan perbaikan klinis menuju kesembuhan.
3. Fase pemulihan
Biasanya berlangsung dalam waktu 48 – 72 jam yang ditandai oleh perbaikan keadaan
umum, nafsu makan pulih, anak tampak lebih ceria, dan pengeluaran air kemih
(diuresis) cukup atau lebih banyak dari biasanya. Pada pemeriksaan laboratorium
darah nilai hematokrit akan mengalami penurunan sampai stabil dalam rentang
normal dan disertai peningkatan jumlah trombosit secara cepat menuju nilai normal.

Tanda - tanda Perdarahan


Perdarahan pada DBD disebabkan oleh tiga kelainan hemostasis utama, yaitu
vaskulopati, kelainan trombosit, dan penurunan kadar faktor pembekuan. Pada fase
awal demam, perdarahan disebabkan oleh vaskulopati dan trombositopenia,
sedangkan pada fase syok dan syok lama, perdarahan disebabkan oleh
trombositopenia, kemudian diikuti oleh koagulopati, terutama sebagai akibat
koagulasi intravaskuler diseminata (KID) dan peningkatan fibrinolisis. Secara klinis,
vaskulopati bermanifestasi sebagai petekie, uji bendung positif, perembesan plasma,
dan elektrolit serta protein ke dalam rongga ekstravaskuler. Penyebab utama dari
vaskulopati adalah dikeluarkannya zat anafilotoksin C3a dan C5a.
Penurunan produksi trombosit pada fase awal penyakit (hari sakit ke-1 sampai
dengan ke-4) merupakan penyebab trombositopenia. Pada saat itu sumsum tulang
tampak hiposeluler ringan dan megakariosit meningkat dalam berbagai bentuk fase
maturasi. Tampaknya,virus secara langsung menyerang mieloid dan megakariosit.
Pada hari sakit ke-5 sampai dengan ke-8, terjadinya trombositopenia terutama
disebabkan oleh penghancuran trombosit dalam sirkulasi. Kompleks imun yang
melekat pada permukaan trombosit mempermudah penghancuran trombosit oleh
sistem retikuloendotelial dalam hati dan limpa, mengakibatkan trombositopenia .
Tetapi, penghancuran trombosit ini dapat pula disebabkan oleh kerusakan endotel,
antibodi trombosit spesifik, atau koagulasi intravaskular diseminata.

Diagnosis DBD
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO terdiri dari
kriteria klinis dan laboratories. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi
diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).
1. Kriteria Klinis
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7
hari. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan: Uji tourniquet positif.
petechiae, ekimosis, puerpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi,

8
hematemesis, pembesaran hati, syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan
tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak
gelisah (Depkes RI, 2004).
2. Laboratories
Trombositopenia (100.000/uI atau kurang), hemokonsentrasi
Dua kriteria pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau
peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi pleura
dan atau hipoalbumnemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien anemia
dan atau terjadi perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan hemotokrit dan adanya
trombositopenia mendukung diagnosis DBD.

Derajat penyakit Demam Berdarah Dengue dapat diklasifikasikan dalam 4 derajat :


 Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan ialah uji tourniquet.
 Derajat II : Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lainnya.
 Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan
nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kaki
dingin dan lembab dan tampak gelisah.
 Derajat IV : Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan serial darah tepi yang menunjukkan perubahan hemostatik dan
kebocoran plasma merupakan petanda penting dini diagnosis DBD. Peningkatan nilai
hematokrit 20% atau lebih disertai turunnya hitung trombosit yang tampak sewaktu demam
mulai turun atau mulainya pasien masuk ke dalam fase kritis/syok mencerminkan kebocoran
plasma yang bermakna dan mengindikasikan perlunya penggantian volume cairan tubuh. Saat
ini uji serologi Dengue IgM dan IgG seringkali dilakukan. Pada infeksi primer, IgM akan
muncul dalam darah pada hari ke-3, mencapai puncaknya pada hari ke-5 dan kemudian
menurun serta menghilang setelah 60-90 hari. IgG baru muncul kemudian dan terus ada di
dalam darah. Pada infeksi sekunder, IgM pada masa akut terdeteksi pada 70% kasus,
sedangkan IgG dapat terdeteksi lebih dini pada sebagian besar (90%) pasien, yaitu pada hari
ke-2. Apabila ditemukan hasil IgM dan IgG negatif tetapi gejala tetap menunjukkan
kecurigaan DBD, dianjurkan untuk mengambil sampel kedua dengan jarak 3-5 hari bagi
infeksi primer dan 2-3 hari bagi infeksi sekunder. IgM pada sesorang yang terkena infeksi
primer akan bertahan dalam darah beberapa bulan dan menghilang setelah 3 bulan. Dengan
demikian, setelah fase penyembuhan, baik IgM maupun IgG dengue akan tetap terdeteksi
meskipun anak tidak menderita infeksi dengue. Setelah 3 bulan, hanya IgG yang bertahan di
dalam darah. Imunoglobulin G dapat terdeteksi pada pemeriksaan darah seseorang yang telah
terinfeksi oleh salah satu serotipe virus dengue,. Hal itu disebabkan oleh IgG dalam darah
bertahan dalam jangka waktu yang lama bahkan dapat seumur hidup. Untuk itu, interpretasi
serologi tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus dilengkapi dengan anmanesis, pemeriksaan

9
fisis, serta pemeriksaan penunjang lainnya untuk menegakkan diagnosis dengue. Pemeriksaan
serologis terutama berguna untuk membedakan antara infeksi primer dan sekunder.
Diagnosis Banding
Pada hari-hari pertama diagnosis DBD sulit dibedakan dari morbili dan idiapathic
thrombocytopenic purpura (ITP) yang disertai demam. Pada hari ke 3-4 demam,
kemungkinan diagnosis DBD akan lebih besar apabila gejala klinis lain seperti manifestasi
perdarahan dan pembesaran hati menjadi nyata, kadang-kadang sulit dalam membedakan
renjatan pada DBD dengan renjatan karena sepsis.

Penatalaksanaan
Pada pasien DBD, cairan intravena harus diberikan dengan seksama sesuai kebutuhan
agar sirkulasi intravaskuler tetap memadai. Apabila cairan yang diberikan berlebihan maka
kebocoran terjadi ke dalam rongga pleura dan abdominal yang selanjutnya menyebabkan
distres pernafasan. Tetesan intravena harus disesuaikan berkala dengan mempertimbangkan
tanda vital, kondisi klinis (penampilan umum, pengisian kapiler), laboratoris (hemoglobin,
hematokrit, lekosit, trombosit), serta luaran urin.
Tata laksana dengue sesuai dengan perjalanan penyakit yang terbagi atas 3 fase.
1. Fase demam
Yang diperlukan hanya pengobatan simtomatik dan suportif. Parasetamol merupakan
antipiretik pilihan pertama dengan dosis 10mg/kg/dosis selang 4 jam apabila suhu
>380C. Pemberian aspirin dan ibuprofen merupakan kontraindikasi. Kompres hangat
kadang membantu apabila anak merasa nyaman dengan pemberian kompres.
Pemberian antipiretik tidak mengurangi tingginya suhu, tetapi dapat memperpendek
durasi demam. Pengobatan suportif lain yang dapat diberikan antara lain larutan
oralit, larutan gula-garam, jus buah, susu, dan lain-lain. Apabila pasien
memperlihatkan tanda dehidrasi dan muntah hebat, koreksi dehidrasi sesuai
kebutuhan. Apabila cairan intravena perlu diberikan, maka pada fase ini biasanya
kebutuhan sesuai rumatan. Semua pasien tersangka dengue harus diawasi dengan
ketat sejak hari sakit ke-3. Selama fase demam, belum dapat dibedakan antara DD
dengan DBD. Ruam makulopapular dan mialgia/artralgia lebih banyak ditemukan
pada pasien DD. Setelah bebas demam selama 24 jam tanpa antipiretik, pasien demam
dengue akan masuk dalam fase penyembuhan, sedangkan pasien DBD memasuki fase
kritis.
2. Fase kritis
Hati yang membesar dan lunak merupakan indikator fase kritis. Pasien harus diawasi
ketat dan dirawat di rumah sakit. Leukopenia 40 kg, cairan cukup diberikan dengan
tetesan 3-4 ml/kg/jam. Pemantauan tanda vital pada fase kritis bertujuan untuk
mewaspadai gejala syok. Kegagalan tata laksana pada fase ini biasanya disebabkan
oleh penggunaan cairan hipotonik dan kertelambatan penggunaan koloid selama fase
kritis. Setelah masa kritis terlampaui pasien akan masuk dalam fase penyembuhan.

10
3. Fase penyembuhan
Cairan yang dibutuhkan pada fase kritis setara dengan dehidrasi sedang yang
berlangsung tidak lebih dari 48 jam. Tanda pasien masuk ke dalam fase penyembuhan
adalah keadaan umum membaik, meningkatnya nafsu makan, tanda vital stabil, Ht
stabil dan menurun sampai 35-40%, dan diuresis cukup. Pada fase penyembuhan
dapat ditemukan confluent petechial rash (30%) atau sinus bradikardi akibat
mikokarditis yang umumnya tidak memerlukan pengobatan. Cairan intravena harus
dihentikan segera apabila memasuki fase ini.
Apabila nafsu makan tidak meningkat dan dan perut terlihat kembung dengan atau
tanpa penurunan atau menghilangnya bising usus, kadar kalium harus diperiksa
karena sering terjadi hipokalemia (fase diuresis). Buah-buahan, jus buah atau larutan
oralit dapat diberikan untuk menanggulangi gangguan elektrolit

Dengue berat harus dipertimbangkan apabila ditemui bukti adanya kebocoran plasma,
perdarahan bermakna, penurunan kesadaran, perdarahan saluran cerna, atau gangguan organ
berat. Tata laksana dini pemberian cairan untuk penggantian plasma dengan kristaloid dapat
mencegah terjadinya syok sehingga menghindari terjadinya penyakit berat.
Apabila terjadi syok, maka berikan cairan sebanyak-banyaknya 10-20 ml/kgBB atau tetesan
lepas selama 10-15 menit sampai tekanan darah dan nadi dapat diukur, kemudian turunkan
sampai 10 ml/kg/jam. Berikan oksigen pada kasus dengan syok. Enam sampai 12 jam

11
pertama setelah syok, tekanan darah dan nadi merupakan parameter penting untuk
menentukan tetesan cairan, tetapi kemudian perhitungkan semua parameter sebelum
mengatur tetesan. Setelah resusitasi awal, pantau pasien 1 sampai 4 jam. Apabila tetesan tidak
dapat dikurangi menjadi 10% volume darah total. (T\total volume darah= 80 ml/kg). Berikan
darah sesuai kebutuhan. Setelah 6 jam, apabila Ht menurun, meski telah diberikan sejumlah
besar cairan pengganti dan tetesan tidak dapat diturunkan sampai < 10 ml/kg/jam
pertimbangkan untuk pemberian transfusi darah segera.
Apabila syok masih berkepanjangan meski telah diberikan cairan memadai dan
didapatkan penurunan Ht, maka mungkin terdapat perdarahan bermakna yang memerlukan
transfusi darah. Pasien dengan perdarahan tersembunyi dicurigai apabila ada penurunan Ht
dan tanda vital yang tidak stabil meski telah diberi cairan pengganti dengan volume cukup
banyak. Pada keadaan demikian, berikan packed red cell (PRC) 5 ml/kg/kali. Apabila tidak
tersedia, dapat diberikan sediaan darah segar 10 ml/kg/kali. Transfusi trombosit hanya
diberikan pada perdarahan masif untuk menghentikan perdarahan yang terjadi. Dosis
transfusi trombosit adalah 0,2 U/kg/dosis. Pemberian trombosit sebagai upaya pencegahan
perdarahan atau untuk menaikkan jumlah trombosit tidak dianjurkan.12 Perdarahan masif
dengue disebabkan terutama oleh syok berkepanjangan atau syok berulang. Meski jumlah
trombosit rendah, dengan pemberian cairan pengganti yang seksama dalam fase kritis,
perdarahan masif sangat jarang terjadi. Koreksi gangguan metabolit dan elektrolit, seperti
hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia dan asidosis harus diperhatikan. Penggantian
volume cairan harus dipantau dengan ketat bergantung beratnya derajat kebocoran plasma
yang dapat dilihat dari nilai Ht, tanda vital, dan luaran urin, untuk menghindari kelebihan
cairan (kebocoran lebih cepat pada 6-12 jam pertama). Apabila pasien mengalami syok
berkepanjangan atau syok berulang maka peluang untuk terjadinya perdarahan semakin
besar. Hindari tindakan prosedur yang tidak perlu, seperti pemasangan pipa nasogastrik pada
perdarahan saluran cerna.
Penderita dapai dipulangkan apabila paling tidak dalam 24 jam tidak terdapat demam tanpa
antipiretik, kondisi klinis membaik, nafsu makan baik, nilai Ht stabil, tiga hari sesudah syok
teratasi, tidak ada sesak napas atau takipnea, dan jumlah trombosit >50.000/mm3.
Kegagalan tata laksana umumnya disebabkan oleh kegagalan untuk memantau tetesan dan
jumlah cairan pengganti selama fase kritis. Pemberian cairan yang berkelebihan atau lebih
lama dari masa kebocoran plasma, kegagalan mengenal perdarahan internal/tersembunyi,
pemberian transfusi trombosit yang tidak perlu, serta kegagalan memantau pasien berobat
jalan, dan penggunaan pipa lambung (nasogastric tube) untuk menentukan adanya perdarahan
seringkali menjadi penyebab tata laksana yang tidak tepat.
Jenis cairan resusitasi Cairan kristaloid isotonik efektif mengisi ruang intersisial,
mudah disediakan, tidak mahal, tidak menimbulkan reaksi alergik; namun hanya seperempat
bagian bolus tetap berada di ruang intravaskular, sehingga diperlukan volume yang lebih
besar 4-5 kali defisit dengan risiko terjadi edema jaringan terutama paru. Contoh cairan
kristaloid isotonik adalah garam fisiologik (NaCl 0.9%), ringer laktat dan ringer asetat.
Cairan koloid berada lebih lama di ruang intravaskular, mampu mempertahankan tekanan
onkotik, namun selain lebih mahal, dapat menyebabkan reaksi sensitivitas dan komplikasi
lain. Contoh cairan koloid adalah albumin 5%, hetastarch, dextran 40% dan gelatin. Darah,
fresh frozen-plasma dan komponen darah lain diberikan untuk mempertahankan Hb,

12
menaikkan daya angkut oksigen, memberikan faktor pembekuan untuk mengoreksi
koagulopati. Produk darah perlu dihangatkan terlebih dahulu sebelum diberikan. Risiko
penggunaan darah dalam jumlah besar dan cepat adalah infeksi blood-borne, hipotermia dan
hipokalsemia, karena clearance sitrat tidak adekuat sehingga dapat mengganggu fungsi
miokard.15 Cairan yang mengandung glukosa tidak diberikan dalam bentuk bolus karena
dapat menyebabkan hiperglikemia, diuresis osmotik dan memperburuk cedera serebral
iskemik. Hiperglikemik yang sering terdapat pada pasien syok akan terkontrol tanpa insulin
oleh perbaikan fungsi homeostatik apabila syok teratasi.

Pemberantasan Demam Berdarah Dengue


Untuk memberantas penyakit DBD, seluruh masyarakat harus menjaga kebersihan
agar rumah dan lingkunganya bebas dari nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegypti
suka berkembang di tempat penampungan air seperti bak mandi, bak WC, tempayan, drum
dan barang barang yang memungkinkan air tergenang seperti tempat minum burung, pot
tanaman air, vas bunga, ban bekas, kaleng kaleng bekas, plastik bekas, tempurung kelapa dan
lain lain yang dibuang sembarangan. Dalam pemberantasan penyakit DBD ini yang paling
penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularannya di tempat perindukannya
dengan melakukan kegiatan 3M yaitu: mengubur, menutup dan mendaur ulang sampah.
Selain itu dengan cara:
1. Perlindungan Diri
Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari gigitan nyamuk Aedes aegypti
dengan cara memakai lotion nyamuk, obat anti nyamuk bakar, maupun kelambu.
2. Pengendalian Biologis
Upaya pengendalian biologis contohnya dengan memelihara ikan pemakan jentik.
3. Pengendalian dengan Bahan Kimia
Cara ini dapat dilakukan untuk nyamuk dewasa maupun larva. Untuk nyamuk dewasa
saat ini dilakukan dengan cara pengasapan (thermal fogging) atau pengagutan (colg
Fogging = Ultra low volume). Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan
menggunakan cara penyemprotan pada dinding (resisual spraying) karena nyamuk
Ae.aegypti tidak suka hinggap pada dinding, melainkan pada benda-benda yang
tergantung seperti kelambu dan pakaian yang tergantung. Untuk pemakaian di rumah
tangga dipergunakan berbagai jenis insektisida yang disemprotkan yang disemprotkan
kedalan kamar atau ruangan misalnya, golongan organophospat atau pyrethroid
synthetic. Untuk pemberantasan larva dapat digunakan abate 1 % SG. Cara ini
biasannya digunakan dengan menaburkan abate kedalam bejana tempat penampungan
air seperti bak mandi, tempayan, drum dapat mencegah adanya jentik selama 2-3
bulan.

13
Daftar Pustaka

1. Darlan Darwis . 2003. Sari Pediatri, Vol. 4 No. 4 156 – 162 ; Kegawatan Demam
Berdarah Dengue pada Anak.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Tata Laksana Demam Berdarah
Dengue. http://www.depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksana %20DBD.pdf
(diakses pada Januari 2020)
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2014. Pedoman diagnosis dan tatalaksana infeksi
dengue pada anak. Jakarta: IDAI; 1-80
4. Siregar, Faziah A. 2004. Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Indonesia.
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmfazidah3.pdf (diakses pada Januari
2020)
5. Soedarmo S S P, Garna H, Hadinegoro S R S. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak : Infeksi & Penyakit Tropis edisi ke-1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. p. 187

14

Anda mungkin juga menyukai