Disusun Oleh :
Adissa Sauri Ichsan Putri 1102012005
Akbar Palmaesaza 1102012014
Anum Sasmita 1102012025
Pembimbing :
Kombes Pol dr. Yahya, Sp.P
dr. Dian Yulianti, Sp.P
dr. Andi Nurjihad, Sp.P
dr. A Mayasari Kardjito, Sp.P
BAB I
0
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medik : 8706**
Nama : Tn. D
Usia : 65 tahun
Alamat : Ciracas
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
b. Keluhan tambahan
Pasien mengeluh nafsu makan berkurang, keringat malam, tubuh kuning dan
batuk 2 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengeluhkan keringat malam dan batuk kering sejak 2 bulan sebelum
masuk rumah sakit. Pasien merasa mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan
1
berat badan sekitar 10 kg selama 2 bulan terakhir. Pasien mengaku sedang dalam
pengobatan paru yaitu isoniazid, rifampisin dan ethambutol selama 3 minggu. Demam
disangkal. Sesak nafas dan nyeri dada disangkal. Pasien belum pernah merasakan hal
ini sebelumnya.
DM disangkal
Hipertensi disangkal
Alergi tidak tahu
Kepala : Normosephal.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+), pupil
bulat isokor +/+, diameter 3mm, refleks cahaya
langsung +/+, refleks cahaya tak langsung +/+
Mulut : Mukosa basah, sianosis (-), lidah kotor (-), perdarahan
gusi (-).
2
Leher : Deviasi trakea (-), tidak teraba pembesaran tiroid, KGB
tidak teraba membesar.
Paru
Inspeksi :
Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris, pelebaran sela iga
(-), penggunaan otot bantu pernapasan (-) Barrel chest (-)
Palpasi :
Tidak terdapat massa, Tidak terdapat nyeri tekan, krepitasi (-)
Perkusi :
Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi :
Suara napas vesikuler +/+ menurun, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi :
Pulsasi ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :
Pulsasi ictus cordis teraba
Perkusi :
batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
batas kiri : ICS V linea mid-klavikula sinistra
Auskultasi :
BJ I & II reg, Gallop (-/-), Murmur (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar simetris
Palpasi : nyeri tekan (-), tidak terdapat pembesaran organ.
Perkusi : Timpani diseluruh kuadran abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Akral hangat, edema (-), CTR < 2 detik
3
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium
Pemeriksaan
5 Mei 2017 14.59 WIB
Hasil Nilai rujukan
Hematologi
Hemoglobin 13,3 g/dl 13-16
Hematokrit 37 % 40 – 48
Leukosit 11.100 u/l 5.000 – 10.000
Trombosit 642.000 /ul 150.000 – 400.000
Kimia klinik
*SGOT 45,6 Ul/l <37
*SGPT 28,4 U/l <40
*Ureum 30 mg/dl 10-50
*Creatinine 0,7 mg/dl 0,5-1,5
*GDS 121 mg/dl <200
4
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hematologi
7 Hemoglobin 12,7 g/dl 13-16
Hematokrit 37 % 40 – 48
Leukosit 23.700 u/l 5.000 – 10.000
Trombosit 552.000 /ul 150.000 – 400.000
Hitung Jenis Leukosit
*Basofil 0 % 0–1
*Eosinofil 0 % 1–3
*Batang 0 % 2–6
*Segmen 96 % 50 – 70
*Limfosit 1 % 20 – 40
*Monosit 3 % 2–8
Laju Endap Darah 14 mm/jam < 15
Eritrosit 4,91 juta/ul 4,5 – 5,5
Kimia klinik
*bilirubin total 15,45 mg/dl Dws <1,5 Neo <12
*bilirubin direk 11,59 mg/dl <0,5
*Bilirubin indirek 3,86 mg/dl <1,0
*Elektrolit
Natrium 120 mmol/l 135-145
Kalium 3,7 mmol/l 3,5-5,0
Chlorida 88 mmol/l 98-108
Serologi / Immunologi
HBs Ag (Penyaring) Non reaktif Non reaktif
Anti HCV (Penyaring) Non reaktif Non reaktif
V. RESUME
Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara Tk.I Raden Said Sukanto dengan
keluhan mual dan muntah sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien
mengatakan frekuensi mual dan muntah 2-3 kali/hari. Pasien mengatakan badan
menguning sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien merasa penurunan
nafsu makan dan penurunan berat badan sekitar 10 kg selama 2 bulan terakhir.
VI. DIAGNOSIS
TB paru dengan Drug Induced Hepatitis
6
Inj Ranitidin 3x1 mg
Inpepsa 3x7
HP Pro 3x/hr
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Faktor resiko
Umur > 35 tahun
Sudah ada penyakit hepar sebelumnya
Tuberkulosis luas
Konsumsi alkohol berlebih
Malnutrisi dan hipoalbumin
Mengkonsumsi obat hepatotoksik
Efek samping pada terapi TB yang sering ditemukan adalah hepatitis imbas
OAT. Hepatitis ini biasanya terjadi setelah 2-3 minggu mengkonsumsi OAT.
Gejalanya berupa mual, muntah, ikterik.untuk mengatasi gejalanya dapat
dilakukan hal-hal seperti ini :
Bila gejala klinik (+), ikterik (+), mual-muntah (+) = OAT dihentikan
Bila gejala klinik (+), dan SGOT/SGPTnya (> 3 x lipat dari normal) =
OAT dihentikan.
Bila gejala klinik (-), dan hasil laboratorium terdapat kelainan :
a. Bilirubin (> 2 x normal) = OAT dihentikan
b. Peningkatan SGOT/SGPT (< dua kali normal) = Lanjutkan obat
anti-TB, lakukan cek setelah 2 minggu
c. Peningkatan SGOT/SGPT (>dua kali normal) = Lanjutkan obat
anti-TB, cek liver function tests mingguan untuk 2 minggu
d. SGOT/SGPT (> 5 x normal) = OAT dihentikan
e. SGOT/SGPT (> 3 x normal) = bisa diteruskan terapi dengan
pengawasan ketat.
Jika kultur sputum (-) : tunggu liver function test normal, lanjutkan
pengobatan
Jika kultur sputum (+) : mulai ethambutol, streptomycin dan obat lainnya
hingga liver function tests normal
Jika lier function tests normal : mulai isoniazid, rifampisin, pyrazinamide.
8
Setelah OAT yang hepatotoksik dihentikan, umumnya beberapa hari
kemudian gejala klinik kembali membaik. Evaluasi SGOT/SGPT dan bilirubin.
Bila sudah kembali normal berikan lagi INH dosis kecil secara desensitisasi
hingga dosis penuh (300 mg). Bila secara klinik tetap stabil, tambahkan lagi
Rifampisin dosis kecil secara desensitisasi juga hingga dosis penuh.
9
Meskipun ada keterbatasan data tentang keamanan dan penggunaan jangka
panjang fluoroquinolones (cycloserine, para-aminosalicylic acid (PAS) dan
amoxicillin / clavulanate) pada kehamilan, mereka dianggap sebagai obat pilihan
untuk pengobatan TB-MDR selama kehamilan.
Jika agen injeksi, ethinamide/ prothionamide, atau obat lain ditunda karena
kehamilan, mereka dapat ditambahkan kembali pasca persalinan untuk
melakukan rejimen yang lebih lengkap. Mungkin tidak ada transisi yang jelas
antara fase intensif dan fase lanjutan, dan agen suntik dapat diberikan selama tiga
sampai enam bulan pasca persalinan bahkan di tengah pengobatan. Sebagai
alternatif, jika pasien melakukannya dengan baik dan melewati periode delapan
bulan normal untuk agen suntik, tidak perlu ditambahkan. Setiap penambahan
obat harus memperhatikan prinsip tidak menambahkan obat tunggal ke rejimen
yang gagal.
Anak tersebut harus menerima vaksinasi Bacillus Calmette-Guérin (BCG) saat
lahir sesuai dengan kebijakan WHO.
4. Pasien TB pada Ibu Menyusui dan Anaknya
Pada ibu menyusui yang sedang menjalani pengobatan, sebagian besar obat
anti-TB akan ditemukan di dalam ASI dalam konsentrasi yang sama dengan
sebagian kecil dosis terapeutik yang digunakan pada bayi. Namun, efek apapun
pada bayi yang terpajan selama pengobatan TB resistan terhadap obat yang
belum ditetapkan. Oleh karena itu, lebih baik memberi susu formula sebagai
alternatif untuk menyusui. Seorang wanita yang sedang menyusui dan memiliki
TB yang resistan terhadap obat aktif harus menerima pengobatan anti-TB secara
penuh.
Ibu dan bayinya tidak boleh terpisah sama sekali. Saat ibu dan bayi bersama,
waktu yang umum ini harus dihabiskan di area yang berventilasi baik atau di luar
rumah. Ibu dengan kultur sputum positif harus menggunakan masker hingga
kultur sputum negative.
Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Seorang ibu menyusui yang
menderita TB harus mendapat OAT secara adekuat. Pemberian OAT yang tepat
merupakan cara terbaik untuk mencegah penularan kuman TB pada bayinya.
Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi tersebut sesuai
dengan berat badannya.
10
Untuk pasien dengan TB mono- dan poli- resisten tetapi rentan terhadap
rifampisin, penggunaan rifampisin berinteraksi dengan obat kontrasepsi sehingga
menurunkan efektivitas perlindungan terhadap kehamilan. Seorang wanita
dengan kontrasepsi oral saat menerima pengobatan rifampisin dapat memilih
antara dua pilihan setelah berkonsultasi dengan dokter: penggunaan kontrasepsi
oral yang mengandung dosis estrogen yang lebih tinggi (50 μg) atau penggunaan
bentuk kontrasepsi lain. Solusi yang paling baik untuk menghindari efek
samping adalah menggunakan kondom. Suntikan intramuskular
Medroxyprogesterone dan metode kontrasepsi lainnya juga dapat
dipertimbangkan
11
dikontraindikasikan. Tingkat kreatinin dan kalium harus dipantau lebih sering,
setidaknya setiap bulan untuk melihat efek ginjal aminoglikosida. Pada pasien
DM sering terjadi komplikasi retinopathy diabetika, oleh karena itu hati-hati
dengan pemberian Etambutol, karena dapat memperberat kelainan tersebut.
9. Pasien TB Anak-anak
Ada sedikit penelitian tentang penggunaan obat lini kedua untuk waktu yang
lama pada anak-anak. Risiko dan manfaat setiap obat harus dipertimbangkan
dengan cermat saat merancang rejimen. Anak-anak yang telah menerima
pengobatan untuk TB yang resistan terhadap obat umumnya dapat obat golongan
kedua dengan baik. Meskipun fluoroquinolones telah terbukti menghambat
perkembangan tulang rawan pada anak anjing beagle, efek serupa pada manusia
belum ditunjukkan. Manfaat fluoroquinolones dalam mengobati TB yang resistan
terhadap obat pada anak-anak telah terbukti lebih besar daripada risiko apapun.
Selain itu, Ethionamide, Asam Para-Aminosalicylic (PAS) dan Sikloserin telah
digunakan secara efektif pada anak-anak dan dapat ditoleransi dengan baik.
12
Secara umum, obat anti-TB harus diobati sesuai dengan berat badan.
Pemantauan berat badan secara bulanan sangat penting dalam kasus anak-anak,
dengan penyesuaian dosis seiring bertambahnya berat badan.
Pendapat ahli adalah bahwa semua obat, termasuk fluoroquinolones, harus
diberikan pada ujung yang lebih tinggi dari kisaran yang direkomendasikan bila
memungkinkan, kecuali etambutol. Etambutol harus diberikan pada 15 mg / kg,
dan tidak pada 25 mg / kg seperti yang kadang-kadang digunakan pada orang
dewasa dengan TB yang resistan terhadap obat, karena lebih sulit untuk
memantau neuritis optik pada anak-anak.
Pada anak-anak, pemantauan mikrobiologis terhadap respons terhadap
pengobatan seringkali sulit dilakukan (karena alasan yang sama sulit untuk
mendapatkan diagnosis mikrobiologis). Hal ini membuat sulit untuk
mendiagnosis kegagalan pengobatan pada anak-anak. Pada anak-anak, penurunan
berat badan atau, yang lebih umum, kegagalan untuk menambah berat badan
secara memadai dengan adanya asupan gizi yang tepat, menjadi perhatian khusus
dan seringkali merupakan salah satu tanda kegagalan pengobatan pertama. Ini
adalah alasan lain untuk memantau berat badan dengan hati-hati pada anak-anak.
Indikasi Operasi
Pasien-pasien yang perlu mendapat tindakan operasi (reseksi paru), adalah:
1. Untuk TB paru:
Pasien batuk darah berat yang tidak dapat diatasi dengan cara
konservatif.
Pasien dengan fistula bronkopneumonia dan empiema yang tidak dapat
diatasi secara konservatif.
Pasien MDR TB dengan kelainan paru yang terlokalisir.
2. Untuk TB ekstra paru:
Pasien TB ekstra paru dengan komplikasi, misalnya : pasien TB tulang
yang disertai kelainan neurologik.
13
Bingung (curiga hepatitis) Hampir semua OAT Hentikan OAT
Gangguan penglihatan E Hentikan Ethambutol
Syok, purpura, gagal S Hentikan Streptomisin
ginjal akut
Minor Lanjutkan OAT, Periksa
dosis OAT
Anoreksia, mual, nyeri Z,R,H Berikan OAT sebelum
perut tidur, telan perlahan
dengan sedikit air, bila
menetap segera rujuk.
Nyeri sendi H Aspirin, Parasetamol,
NSAID
Kesemutan tangan dan H Piridoxin 50-70 mg/hari
kaki
Rasa mengantuk H Beri OAT-nya sebelum
tidur
Urin warna merah R Beritahu pasien hal ini
normal saja
Sindrom flu/malaise R Intermiten Ubah pemberian R jadi
tiap hari
14
DAFTAR PUSTAKA
Babalik A, Arda H, Bakirci N, et al. Management of Tuberculosis and risk factors
related to hepatotoxicity during Tuberculosis treatment. Tuberk Toraks 2012;60(2).
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis: Pedomen Nasional
Pengendalian TB, Jakarta,Indonesia : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
2011.
Setiati S, Alwi I, Sudoyo A.W, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam;Tuberkulosis
Paru;863-884. Jakarta. InternalPublishing : 2015
15