Susu formula menurut WHO (2004) yaitu susu yang diproduksi oleh industri untuk
keperluan asupan gizi yang diperlukan bayi. Susu formula kebanyakan tersedia dalam bentuk
bubuk. Perlu dipahami susu cair steril sedangkan susu formula tidak steril.
Pemberian susu formula diindikasikan untuk bayi yang karena sesuatu hal tidak
mendapatkan ASI atau sebagai tambahan jika produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi.
Penggunaan susu formula ini sebaiknya meminta nasehat kepada petugas kesehatan agar
penggunaannya tepat (Nasar, dkk, 2005).
Walaupun memiliki susunan nutrisi yang baik, tetapi susu sapi sangat baik hanya
untuk anak sapi, bukan untuk bayi. Oleh karena itu, sebelum dipergunakan untuk makanan
bayi, susunan nutrisi susu formula harus diubah hingga cocok untuk bayi. Sebab, ASI
merupakan makanan bayi yang ideal sehingga perubahan yang dilakukan pada komposisi
nutrisi susu sapi harus sedemikian rupa hingga mendekati susunan nutrisi ASI (Khasanah,
2011).
Jenis Susu Formula
Ada beberapa jenis susu formula menurut Khasanah (2011), yaitu:
1. Susu Formula Adaptasi atau Pemula
Susu formula adaptasi (adapted) atau pemula adalah susu formula yang biasa
digunakan sebagai pengganti ASI oleh bayi baru lahir sampai umur 6 bulan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya (Kodrat, 2010).
Susu formula adaptasi ini disesuaikan dengan keadaan fisiologis bayi.
Komposisinya hampir mendekati komposisis ASI sehingga cocok diberikan kepada
bayi yang baru lahir hingga berusia 4 bulan (Bambang, 2011).
Tabel 2.1 Perbandingan komposisi susu formula dengan komposisi ASI
Keterangan: Susu formula yang dimaksud dalam tabel adalah susu formula
selain yang berbahan dasar susu sapi, terdiri dari susu formula berbahan dasar kedelai
dan susu formula hidrolisa.