Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA PASIEN


PERPORASI GASTER DENGAN DI RUANG ANGGREK RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG

DISUSUN OLEH:

RESI PURNAMASARI,S.Kep
2226050033

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

(Ns.Fernalia,S.Kep,.M.Kep) (Fitrianti Yuliana Widiawati S.Kep,Ns)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2023
PERFORASI GASTER

A. Definisi
Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang komplek
dari lambung, usus halus, usus besar, akibat dari bocornya isi dari usus ke
dalam rongga perut. Perforasi dari usus mengakibatkan secara potensial untuk
terjadinya kontaminasi bakteri dalam rongga perut berkembang menjadi suatu
peritonitis kimia yang di sebabkan karna kebocoran asam lambung ke dalam
rongga perut. Perforasi dalam bentuk apapun yang mengenai saluran cerna
merupakan suatu kasus kegawatan bedah.Perforasi pada saluran cerna sering di
sebabkan oleh penyakit-penyakit seperti ulkus gaster, appendicitis, keganasan
pada saluran cerna, atau trauma.

B. Etiologi
1. Perforasi Non-Trauma, Misalnya :
a. Akibat volvulus gaster karna overdistensi dan iskemia
b. Adanya factor predisposisi : termasuk ulkus peptic.
c. Perforasi oleh malignasi intra abdomen atau limfoma.
d. Benda asing (misalnya jarum pentul) dapat menyebabkan perforasi
esophagus,gaster, atau usus, dengan infeksi antra abdomen, peritonitis,
dan sepsis.
2. Perforasi Trauma (Tajam atau Tumpul), misalnya :
a. Trauma iatrogenik setelah pemasangan, pipa nasogastric saat
endoskopi.
b. Luka penetrasi ke dada bagian bawah atau abdomen (misalnya tusukan
pisau)
c. Trauma tumpul pada gester : trauma sepeti ini lebih umum pada anak
dari pada dewasa
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala perforasi gaster adalah :
1. Kesakitan hebat pada perut dan kram diperut.
2. Nyeri di daerah epigastrium
3. Hipertermi
4. Takikardi
5. Hipotensi
6. Biasanya tampak letargik karna syok toksik.

D. Patofisologi
Dalam keadaan normal, lambung relatif bersih dari bakteri dan
mikroorganisme lain karena kadar asam intraluminalnya yang tinggi.
Kebanyakan orang yang mengalami trauma abdominal memiliki fungsi gaster
normal dan tidak berada dalam resiko kontaminasi bakteri setelah perforasi
gaster. Namun, mereka yang sebelumnya sudah memiliki masalah gaster
beresiko terhadap kontaminasi peritoneal dengan perforasi gaster. Kebocoran
cairan asam lambung ke rongga peritoneal sering berakibat peritonitis kimia
yang dalam. Jika kebocoran tidak ditutup dan partikel makanan mencapai
rongga peritoneal, peritonitis kimia bertahap menjadi peritonitis bakterial.
Pasien mungkin bebas gejala untuk beberapa jam antara peritonitis kimia awal
sampai peritonitis bacterial kemudian. Adanya bakteri di rongga peritoneal
merangsang influks sel-sel inflamasi akut.
Omentum dan organ dalam cenderung untuk melokalisasi tempat
inflamasi, membentuk flegmon (ini biasanya terjadi pada perforasi usus besar).
Hipoksia yang diakibatkan di area memfasilitasi pertumbuhan bakteri anaerob
dan menyebabkan pelemahan aktivitas bakterisid dari granulosit, yang
mengarah pada peningkatan aktivitas fagosit granulosit, degradasi sel,
hipertonisitas cairan membentuk abses, efek osmotik, mengalirnya lebih
E. Gambar

F. Penatalaksanaan
Penderita yang lambungnya mengalami perforasi harus diperbaiki keadaan
umumnya sebelum operasi. Pemberian cairan dan koreksi elektrolit,
pemasangan pipa nasogastrik, dan pemberian antibiotik mutlak diberikan. Jika
gejala dan tanda-tanda peritonitis umum tidak ada, kebijakan nonoperatif
mungkin digunakan dengan terapi antibiotik langsung terhadap bakteri gram-
negatif dan anaerob.
G. Pemeriksaan diagnostic / Penunjang
Sejalan dengan penemuan klinis, metode tambahan yang dapat dilakukan
adalah :
1. foto polos abdomen pada posisi berdiri.
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi adalah metode awal untuk kebanyakan kondisi akut
abdomen. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi cairan bebas dengan
berbagai densitas, yang pada kasus ini adalah sangat tidak homogen karena
terdapat kandungan lambung..
3. CT-scan
CT scan abdomen adalah metode yang jauh lebih sensitif untuk
mendeteksi udara setelah perforasi, bahkan jika udara tampak seperti
gelembung dan saat pada foto rontgen murni dinyatakan negatif. Oleh
karena itu, CT scan sangat efisien untuk deteksi dini perforasi gaster
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Diri Klien
Meliputi tanggal pengkajian, ruangan,nama ( inisial ),nomor
RM,Umur, pekerjaan, agama , jenis kelamin, alamat, tanggal masuk rumah
sakitr,alasan masuk rumah sakit,penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pada klien dengan BPH keluhan utamanya yaitu nyeri ketika
miksi, tidak bisa miksi,miksi sedikit.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengalami nyeri ketika miksi,tidak dapat miksi.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji penyebab BPH pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap
peyakit seperti ini .
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya di kelurga pasien terdapat penyakit yang serupa
Pengkajian Sebelum Operasi
a. Data Subyektif
1. Klien mengatakan nyeri saat berkemih
2. Sulit kencing
3. Frekuensi berkemih meningkat
4. Sering terbangun pada malam hari untuk miksi
5. Keinginan untuk berkemih tidak dapat ditunda
6. Nyeri atau terasa panas pada saat berkemih
7. Pancaran urin melemah
8. Merasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong
dengan baik
9. Kalau mau miksi harus menunggu lama
10. Jumlah urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
11. Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
12. Urin terus menetes setelah berkemih
13. Merasa letih, tidak nafsu makan, mual dan muntah
14. Klien merasa cemas dengan pengobatan yang akan dilakukan
b. Data Obyektif
1. Ekspresi wajah tampak menhan nyeri
2. Terpasang kateter
1. Sesudah Operasi
a. Data Subyektif
1. Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi
2. Klien mengatakan tidak tahu tentang diet dan pengobatan setelah
operasi
b. Data Obyektif
1. Ekspresi tampak menahan nyeri
2. Ada luka post operasi tertutup balutan
3. Tampak lemah
4. Terpasang selang irigasi, kateter, infus
B. Pemeriksaan Fisik.
1. Keadaan Umum Klien
 Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis
 Berat badan : Biasanya normal
 Tinggi badan : Biasanya normal
2. Tanda-Tanda Vital
 TD : Biasanya menurun (< 120/80mmHg)
 Nadi : Biasanya menurun (<90x/i)
 RR : Biasanya normal (18-24 x/i)
 Suhu : Biasanya meningkat (>37.5 °C)
3. Pemeriksaan Head to Toe
 Kepala
Inspeksi : Bentuk, karakteristik rambut serta kebersihan kepala
Palpasi : Adanya massa, benjolan ataupun lesi
 Mata
Inspeksi : Sklera, conjungtiva, iris, kornea serta reflek pupil dan
tanda-tanda iritasi
 Telinga
Inspeksi : Daun telinga, liang telinga, membran tympani, adanya
serumen serta pendarahan
 Hidung
Inspeksi : Lihat kesimetrisan, membran mukosa, tes penciuman serta
alergi terhadap sesuatu
 Mulut
Inspeksi : Kebersihan mulut, mukosa mulut, lidah, gigi dan tonsil
 Leher
Inspeksi : Kesimetrisan leher, pembesaran kelenjar tyroid dan JVP
Palpasi : Arteri carotis, vena jugularis, kelenjar tyroid, adanya
massa atau benjolan
 Thorax / Paru
Inspeksi : Bentuk thorax, pola nafas dan otot bantu nafas
Palpasi : Vocal remitus
Perkusi : Batas paru kanan dan kiri
Auskutasi : Suara nafas
 Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis
Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri
Auskultasi : Batas jantung I dan II
 Abdomen
Inspeksi : Asites atau tidak
Palpasi : Adanya massa atau nyeri tekan
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus
 Kulit
Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit, adanya jaringan parut atau lesi
dan CRT. Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di
suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan
bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d’orange).
Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan
(vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.
 Ekstremitas
Kaji nyeri, kekuatan dan tonus otot
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Nyeri akut berhubungan agen Pencedera fisik di buktikan dengan
mengeluh nyeri(D.0077)
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
di buktikan dengan nyeri abdomen
3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit di buktikan dengan kulit
terasa hangat
4. Risiko perfusi gastrointestinal tidak efektif di tandai dengan perdarahan
gastrointestinal akut
Rencana keperawatan

A. Perencanaan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)
berhubungan agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Pencedera fisik di 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi karakteristik, durasi,
buktikan dengan menurun kualitas, intensitas nyeri
mengeluh Kriteria Hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
nyeri(D.0077) 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
1. Keluhan nyeri menurun
memperingan nyeri
2. Meringis menurun
4. Monitor efek samping penggunaan analgetik
3. Gelisah menurun
Terapeutik
4. Kesulitan tidur menurun
5. Berikan tekhnik nonfrmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis, hypnosis,
akupresur, terapi music, terapi pijat,
aromaterapi, tekhnik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin)
6. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis, suhu ruanganan, pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi
7. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
8. Jelaskan strategi meredakan nyeri
9. Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Defisit Nutrisi Status Nutrisi ( L.03030 ) Manajemen nutrisi (I. 03119 )


berhubungan Setelah di lakukan intervensi Observasi :
dengan faktor keperawatan di harapkan status nutris 1. Identifikasi status nutrisi
fsikologis di membaik dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
buktikan dengan 1. Porsi makan yang di habiskan 3. Identifikasi makanan yang di sukai
berat badan membaik 4. Monitor asupan makanan
menurun 10% di 2. Kekuatan otot pengunyah membaik 5. Monitor berat badan
bawah rentan 3. Verbalisasi untuk meningkatkan Terapeutik
ideal (D.0019 ) nutrisi membaik 6. Lakukan oral hygine sebelum makan
4. Pengetahuan tentang pemilihan 7. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
makanan membaik yang sesuai
8. Berikan suplemen makanan
Edukasi
9. Ajarkan posisi dusuk,jika mampu
10. Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang di butuhkan
3 Hipertermi Termoregulasi membaik ( 14134 ) Manajemen Hipertermia ( I.15506 )
berhubungan Setelah di lakukan intervensi Observasi
dengan proses keperawatan di harapkan status 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis:
penyakit di termoregulasi membaik dengan kriteria dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
buktikan dengan hasil penggunaan inkubator)
kulit terasa hangat 1. Menggigil menurun 2. Monitor suhu tubuh
( D.0130 ) 2. Suhu tubuh membaik 3. Monitor kadar elektrolit
3. Suhu kulit membaik 4. Monitor haluaran urin
5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
6. Sediakan lingkungan yang dingin
7. Longgarkan atau lepaskan pakaian
8. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
9. Berikan cairan oral
10. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih)
11. Lakukan pendinginan eksternal (mis: selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen, aksila)
12. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
13. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
14. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

4 Risiko perfusi Perfusi gastrointestinal meningkat Manajemen perdarahan ( l. 02040 )


gastrointestinal ( L.02010 ) Observasi
tidak efektif di Setelah di lakukan intervensi 1. Identifikasi penyebab perdarahan
tandai dengan keperawatan di harapkan perfusi 2. Periksa adanya darah pada muntah, sputum,
perdarahan gastrointestinal meningkat dengan feses, urin, pengeluaran NGT, dan drainase
gastrointestinal kriteria hasil luka, jika perlu
akut (D.0013 ) 1. Mual menurun 3. Periksa ukuran dan karakteristik hematoma,
2. Muntah menurun jika ada
3. Bising usus membaik 4. Monitor terjadinya perdarahan (sifat dan
jumlah)
5. Monitor nilai hemoglobin dan hematokrit
sebelum dan setelah kehilangan darah
6. Monitor tekanan darah dan parameter
hemodinamik (tekanan vena sentral dan
tekanan baji kapiler atau arteri pulmonal),
jika ada
7. Monitor intake dan output cairan
8. Monitor koagulasi darah (prothrombin time
(PT), partial tromboplastin time (PTT),
fibrinogen, degradasi fibrin, dan jumlah
trombosit), jika ada
9. Monitor deliveri oksigen jaringan (mis:
PaO2, SaO2, hemoglobin, dan curah jantung)
10. Monitor tanda dan gejala perdarahan masif
Terapeutik
11. Istirahatkan area yang mengalami perdarahan
12. Berikan kompres dingin, jika perlu
13. Lakukan penekanan atau balut tekan, jika
perlu
14. Tinggikan ekstremitas yang mengalami
perdarahan
15. Pertahankan akses IV
Edukasi
16. Jelaskan tanda-tanda perdarahan
17. Anjurkan melapor jika menemukan tanda-
tanda perdarahan
18. Anjurkan membatasi aktivitas
Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian cairan, jika perlu
20. Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika
peru
DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC : Jakarta, 2004. Hal. 541-59.
Corwin, Elizabeth J, (2001), Buku saku Patofisiologi, Edisi bahasa Indonesia,
EGC, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan,  Edisi 8, EGC,
Jakarta.
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines
for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M,
Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993.
Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, editor : Mansjoer, Arif.,
Suprohalta., Wardhani,
Pieter, John, editor : Sjamsuhidajat,R. dan De Jong, Wim, Bab 31 : Lambung dan
Duodenum,
Wahyu Ika., Setiowulan, Wiwiek., Fakultas Kedokteran UI, Media Aesculapius,
Jakarta : 2000
Suprihatin, Titin (2000), Bahan Kuliah Keperawatan Gawat Darurat PSIK
Angkatan I,   Universitas Airlangga, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai