Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus

Peritonitis TB

Oleh : Elfath Rahmaweny


Pembimbing : dr. Tafsil, Sp.P
Identitas
• Nama : Tn. I
• Agama : Kristen
• Umur : 44 tahun
• Alamat : baloi
• Jenis Kelamin : laki-laki
• Status : Menikah
• Pekerjaan : swasta
• Tgl. Masuk : 26 Mei 2019
Anamnesa
Keluhan Utama :
Nyeri pada seluruh bagian perut

Keluhan Tambahan :
Bab 1x seminggu, perut terasa penuh, mual, muntah,
demam, nyeri uluhati, bb menurun cukup banyak sejak
2 bulan belakangan, berkeringat malam hari tanpa
penyebab yang jelas, riwayat TB Paru 1 th yg lalu
namun sudah dinyatakan sembuh oleh dokter.
Lanjutan ...
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSBP Batam dengan keluhan sakit di seluruh perut
sejak 2 hari SMRS. Pasien mengaku sakit perut sudah berlangsung sejak ± 2
bulan yang lalu dan semakin lama semakin parah terutama sejak 2 hari SMRS
setelah dipijat di tukang urut.

Sakit perutnya terjadi tiba-tiba dan terus-menerus, sakit dirasakan seperti mules dan
begah di seluruh perut. Pasien mengaku hanya BAB 1x dalam 1 minggu terakhir ini,
tetapi bisa kentut. Selain itu pasien turut mengeluhkan terdapat mual muntah, muntah
terjadi selepas tiap kali makan sehingga kurang asupan makanan tetapi pasien masih
dapat minum. Sakit perut turut disertai dengan demam dan perut kembung.

Pasien menyangkal terdapatnya keluhan nyeri ulu hati tetapi terdapat sesak nafas sejak
1 hari SMRS. Pasien mengaku berat badan semakin turun sejak berapa bulan ini. Pasien
sering berkeringat malam hari tanpa penyebab yang jelas. Pasien pernah menjalani
pengobatan flek paru atau TB paru pada tahun 2018 dan telah dinyatakan sembuh oleh
dokter.
• Riwayat Penyakit Dahulu
Tb Paru tahun 2018

• Riwayat penyakit keluarga


Dikeluarga tidak ada yang menderita penyakit
seperti ini
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Vital :
 TD: 110/70 mmHg
HR : 75 x/i
RR : 17 x/I
BB : 65 Kg
Kepala : terdapat kelainan kulit
Mata : terdapat kelainan kulit
Telinga : tak tampak kelainan
Leher : tak tampak kelainan
Thorax : tak tampak kelainan
Abdomem : status lokalis
Ekstremitas : tak tampak kelainan
Status Lokalis

• Inspeksi : Simetris, membuncit, striae (-),


pelebaran vena (-)
• Palpasi : Nyeri tekan di seluruh lapangan perut,
defens muskular (+),
• Hati : Tidak dapat dinilai
• Limpa : Tidak dapat dinilai
• Ballotemen : Tidak dapat dinilai.
• Perkusi : Timpani, terdaat nyeri ketok pada
seluruh lapangan perut
• Auskultasi : Bising usus negatif
Pemeriksaan Penunjang
• Leukosit : 22000 /ul (5.000-10.000)
• Hemoglobin : 10.5 g/dl (P:14-18, W:12-16)
• Hematokrit : 31 % (P:43-51, W:38-46)
• Trombosit : 722.000 ribu/mm3 (150-400)
• SGOT : 22 µu/dl
• SGPT : 18 µu/dl
• Ureum : 47 mg/dl
• Kreatinin : 0.77 mg/dl
• Glukosa sewaktu : 140 mg/dl
• Natrium (Na) : 127 mmol/L
• Kalium (K) : 3.8 mmol/L
• Clorida (Cl) : 89 mmol/L
Resume…
Seorang laki-laki, 44 tahun datang dengan keluhan nyeri di seluruh
lapangan abdomen sejak ± 2 bulan yang lalu dan semakin parah sejak
2 hari SMRS setelah pijat. Nyeri terus-menerus disertai mual muntah
selepas makan, demam, perut kembung dan hanya bisa BAB 3x
dalam 2 minggu terakhir.
Sesak nafas dirasakan sejak 1 hari SMRS pasien Pasien mengaku
berat badan semakin turun sejak berapa bulan ini. Pasien sering
berkeringat malam hari tanpa penyebab yang jelas. Pasien pernah
batuk lama lebih dari tiga minggu dan pernah batuk di sertai darah
pasien tetapi pasien tidak pernah memeriksakan diri untuk keluhan
batuknya.
Pemeriksaan fisik: TD 110/60 mmHg, N 88x/menit, S 37̊C, RR
60x/menit. Mata CA(+/+), abdomen : inspeksi tampak buncit, palpasi
DM(+) , NT (+), BU (-). Laboratorium Hb 10.5 g/dl, Leukosit
22ribu/ul, Trombosit 722ribu/ul, GDS :140 mg/dl, Na :127
mmol/L, Cl :89 mmol/L
Diagnosis Kerja
Peritonitis TB
Penatalaksanaan Non farmakologi
Farmakologi  Menjelaskan kepada penderita dan
 Pemberian Cairan ( Ringer keluarga penderita bahwa penderita
mengalami infeksi pada bagian
Laktat 20 tpm )
perut.
 Inj. Cefotaxime 2x1gr / iv  Menjelaskan tentang perlunya foto
 Inj. Ketorolac 3x30 mg / iv rontgen untuk melihat letak sumber
 Pengobatan OAT infeksi dan derajat infeksi.
 Menjelaskan mengenai komplikasi
yang mungkin terjadi.
Operatif  Menjelaskan kepada penderita
untuk perlunya nutrisi yang adekuat
Laparatomy ekslorasi
untuk menunjang proses
penyembuhannya.
Follow Up Tanggal 27 Mei 2019
Pronosis
• Ad Vitam : Bonam
• Ad Sanationam : Dubia at bonam
• Ad Fungsionam : Bonam
Pembahasan…
Pada kasus ini ditegakkan diagnose Suspek
peritonitis ec TB berdasarkan dari anamnesa,
pemeriksaan fisik dan dibantu oleh hasil pemeriksaan
penunjang. Dari anamnesa didapatkan pasien
mengeluhkan terdapatnya nyeri perut yang berterusan
sejak 2 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan seperti mules
dan tidak dinyatakan terdapat nyeri yang spesifik
disesuatu region di perut yang dapat merujuk kepada
diagnosa seperti appendik dan sebagainya.
Selain itu pasien turut mengeluhkan terdapatnya
keluhan-keluhan lain seperti perut kembung, anoreksia,
dan konstipasi yang mendukung adanya keterlibatan
kelainan usus. Pasien turut mengeluhkan terdapat
demam yang menunjukkan adanya suatu proses
inflamasi. Adanya riwayat Keluhan batuk yang lebih
dari tiga minggu. keringat di malam hari tanpa
penyebab yang jelas dan adanya dirasa penurunan berat
badan. Yang merupakan cirri khas pada pasien TB,
Pasien juga berasa sesak nafas akibat dari tekanan
Riwayat TB paru dan keluarag yang menderita TB
tidak ditanyakan. Dari pemeriksaan fisik yang
mendukung didapatkan anemis tanpa adanya
perdarahan yang menunjukkan pasien menderita
penyakit yang kronis. Pada status lokalis didapatkan
perut yang terlihat buncit, defens muscular, nyeri pada
seluruh lapang abdomen, dan bising usus yang negatif
menunjukkan pasien telah mengalami peritonitis.
Penatalaksanaan darurat yang dilaksanakan pada
kasus ini berupa laparatomi ekplorasi menurut saya
suatu tindakan yang sudah benar berdasarkan
terdapatnya perforasi, obstruksi dan asites yang
berkemungkinan berupa nanah yang harus dikeluarkan
dengan segara untuk mengelakkan pasien dari menjadi
sepsis dan untuk laparatomi diagnostic dengan
mengambil cairan asites dan dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
TINJAUAN PUSTAKA
Tuberkulosis peritoneal merupakan suatu
peradangan peritoneum parietal atau visceral yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis,
dan terlihat penyakit ini juga sering mengenai seluru
peritoneum, system gastrointestinal, mesenterium dan
organ genetalia interna.
Penyakit ini biasanya merupakan kelanjutan proses
tuberkulosa di tempat lain terutama dari tuberkulosa
paru, namun sering ditemukan bahwa pada waktu
diagnosa ditegakkan proses tuberkulosa di paru sudah
tidak kelihatan lagi, karena proses tuberkulosa di paru
mungkin sudah menyembuh terlebih dahulu sedangkan
Peritoneum dapat dikenai oleh
tuberculosis melalui beberapa cara:
1. Melalui penyebaran hematogen
terutama dari paru
2. Melalui dinding usus yang terinfeksi
3. Dari kelenjar limfe mesenterium
4. Melalui tuba falopi yang terinfeksi
Patologi :
1.Bentuk Eksudatif
Disebut juga bentuk basah atau ascitess
yang banyak, jarang terjadi perlengketan
usus, karena dijumpai tuberkel kecil dan
hanya terlihat besar pada organ yg ada di
dalam peritoneum, ascitess kadang
bercampur darah dan kemerahan hingga
dicurigai keganasan, Omentum dapat terkena
hingga terjadi penebalan dan teraba seperti
tumor.
2. Bentuk Adhesif
Disebut juga bentuk kering atau plastik
dimana cairan tidak banyak dibentuk, lebih
banyak terjadi perlengketan. Perlengketan
yang luas antara usus dan peritoneum sering
memberikan gambaran seperti tumor, kadang
terbentuk fistel, dan bisa terjadi necrosis.

3. Bentuk Campuran
Klinis..
Gejala klinis bervariasi, umumnya timbul perlahan-
lahan, sering penderita tidak menyadari keadaan ini.
Pada pemeriksaan fisik yang sering dijumpai asites,
demam, pembengkakan perut, nyeri perut, pucat dan
kelelahan, tergantung lamanya keluhan. Keadaan umum
pasien bisa masih cukup baik sampai keadaan kurus dan
kahexia, pada wanita sering dijumpai disertai oleh
proses tuberculosis pada ovarium atau tuba, sehingga
pada alat genital bisa ditemukan tanda peradangan yang
sering sukar dibedakan dengan kista ovarii.
Penunjang…
Ultrasonografi

Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat


dilihat adanya cairan dalam rongga peritoneum
yang bebas atau terfiksasi (dalam bentuk
kantong-kantong).
Pengobatan…

Pada dasarnya pengobatan sama dengan


pengobatan tuberculosis paru, seperti
streptomisin, INH, Etambutol, Ripamficin dan
pirazinamid memberikan hasil yang baik, dan
perbaikan akan terlihat setelah 2 bulan
pengobatan dan lamanya pengobatan biasanya
mencapai sembilan bulan sampai 18 bulan atau
lebih. Beberapa penulis berpendapat bahwa
kortikosteroid dapat mengurangi perlengketan
peradangan dan mengurangi terjadinya asites.
Prognosis…

Peritonitis tuberkulosa akan sembuh jika dapat


segera ditegakkan dan mendapat pengobatan
pengobatan yang adekuat.

Anda mungkin juga menyukai