FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
ALKHAIRAAT
REFLEKSI KASUS
Menurut Agen
Menurut sumber
infeksi bakteri
Peritonitis Sekunder
PATOFISIOLOGI
Paparan bakteri pada cavum Infeksi akut atau perforasi Trauma Penetrasi
peritoneum traktus GI
Menyebar ke
Peritoneum
Riwayat pengobatan
Pengobatan dari RS. Al Khairaat dengan terapi :
Inj. Cefoperazone 1 gr/12 jam IV
Drips Metronidazole 500 mg/8 jam IV
Status generalisata : Sakit berat, compos mentis, GCS : E4M6V5
Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 94 kali/menit
Pernafasan : 30 kali/menit
Suhu aksilla : 37,5 oC (Suhu Axilla) ; 38,2 C (Suhu Rectal)
Kepala : Bentuk : Normochepal
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Pemeriksaan Thorax :
Paru paru :
Inspeksi : Tampak Simetris Bilateral (+/+)
tekan (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru (+/+)
midclavivula sinistra
Perkusi : batas kanan jantung pada ICS III linea
Medikamentosa :
IVFD RL 20 tpm
Terapi Operatif/Definitif :
Pro Laparotomi
PROGNOSIS
Dubia et Malam
PEMBAHASAN
Pasien Teori Peritonitis
1. Keluhan penyerta : Tidak BAB selama 5 - Akibat adanya toksin dari bakteri sehingga
hari terjadi blok saraf pada plexus myenterikus
sehingga Peristaltik usus menurun sampai
hilang akibat kelumpuhan sementara usus
yang menyebabkan penurunan kontraksi
usus dalam mengeluarkan sisa metabolisme
yaitu feses.
Pasien Teori Peritonitis
1. Pada Auskultasi : Peristaltik (+) kesan - Akibat adanya toksin dari bakteri sehingga
menurun terjadi blok saraf pada plexus myenterikus
sehingga Peristaltik usus menurun sampai
hilang akibat kelumpuhan sementara usus.
Pasien Teori Peritonitis
1. Pada Perkusi : Nyeri ketok pada Adanya peningkatan permeabilitas kapiler
permukaan abdomen (+) sehingga terjadi kebocoran yang
menyebabkan akumulasi serta penumpukan
cairan didalam rongga peritoneum yang
memberikan tanda rangsangan peritoneum
yang menimbulkan nyeri pada setiap
gerakan yang menyebabkan pergeseran
peritonium dengan peritonium. Nyeri
subjektif berupa nyeri waktu penderita
bergerak seperti jalan, bernafas, batuk, atau
mengedan. Nyeri objektif berupa nyeri yang
jika digerakkan seperti palpasi serta perkusi.
Penyebab peritonitis pada kasus ini
Pada pasien ini direnacanakan terapi Observasi keadaan umum dan vital sign,
Pasang NGT dan Kateter, Puasa, IVFD RL 20 tpm, Inj. Cefoperazone 1 gr / 12
jam IV, Drips Metronidazole 500 mg / 8 jam IV, dan Laparatomi Eksplorasi.
Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang
dilakukan secara intravena karena peradangan yang menyeluruh pada membran
peritoneum menyebabkan perpindahan cairan ekstraseluler ke dalam cavum
peritoneum dan ruang intersisial, pemberian antibiotika yang sesuai, dekompresi
saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal, pembuangan fokus
septik (apendiks, dsb) atau penyebab radang lainnya
Terapi antibiotik harus diberikan sesegera diagnosis peritonitis bakteri dibuat.
Antibiotik berspektrum luas diberikan secara empiris, dan kemudian dirubah
jenisnya setelah hasil kultur keluar.
Terapi primer dari peritonitis adalah tindakan operasi. Operasi biasanya
dilakukan untuk mengontrol sumber dari kontaminasi peritoneum. Tindakan ini
berupa penutupan perforasi usus, reseksi usus dengan anstomosis primer atau
dengan exteriorasi.
Risiko Komplikasi