Anda di halaman 1dari 55

PERITONITIS

CASE REPORT SESSION


NADIA KHAIRINA KAVITHA YUDRI ADRIAN

KETERANGAN UMUM
Nama Umur Alamat : An. A : 10 tahun : Cijotang, Cibeunying,Bandung.

Tanggal masuk RS : 26 November 2013 Tanggal pemeriksaan: 27 November 2013

ANAMNESIS
Keluhan utama: Nyeri di seluruh perut
S Sejak 4 hari SMRS, penderita mengeluh nyeri di seluruh

perut dirasakan hilang timbul namun dirasakan semakin bertambah nyeri. Keluhan tersebut didahului oleh nyeri di daerah ulu hati, yang kemudian nyeri di seluruh abdomen. Keluhan juga diawali dengan demam sejak 3 minggu yang lalu yang muncul terutama pada malam hari. Keluhan juga disertai mual muntah dan diare

ANAMNESIS
S BAK tidak ada kelainan. BAB terakhir 2 hari sebelum masuk

RS. Riwayat keluhan serupa sebelumnya tidak ada. Karena keluhannya penderita berobat ke Cikopi, diberi obat antibiotik dan parasetamol kemudian keluhan berkurang, namun kambuh lagi, lalu pasien berobat ke RSUD Majalaya kemudian dirujuk ke RSHS.

PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis - Kesadaran - Keadaan umum - Tanda vital : Compos mentis : Tampak sakit berat :T N R S - Kulit : 110/70mmHg : 88 x/menit : 20 x/menit : 37,20

: Turgor baik

PEMERIKSAAN FISIK
Kepala Leher : Simetris, konjungtiva tak anemis, sklera tak ikterik, pupil bulat, isokor, 3 mm, RC +/+ : JVP tidak meningkat, KGB tidak membesar

Dada
Paru Jantung

: Bentuk dan gerak simetris


: Sonor, VBS kiri = kanan, Rh -/-, wh -/: BJ murni reguler

Perut

: Cembung lembut, BU (+) N


H/L tidak teraba (lain-lain: pada status lokalis)

Ekstremitas

: Edema -, akral hangat, capilary refill < 2

PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalis (27 November 2013)

a/r abdomen

: BU(+)N, Nyeri Tekan (+), Nyeri Lepas (+),Defence Muskular (+)

a/r Kuadran Bawah Kanan : DM(+), NT(+), nyeri lepas (+)

a/r kuadran bawah kiri


Auskultasi

: DM(+), NT (+), nyeri (+)


: Bising Usus (+) normal

RESUME

Keluhan utama: Nyeri perut kanan bawah

Sejak 4 hari SMRS, penderita mengeluh nyeri di seluruh perut dirasakan hilang timbul namun dirasakan semakin bertambah nyeri. Keluhan tersebut didahului oleh nyeri di daerah ulu hati, yang kemudian nyeri di seluruh abdomen. Keluhan juga diawali dengan demam sejak 3 minggu yang lalu yang muncul terutama pada malam hari. Keluhan juga disertai mual muntah dan diare. BAK tidak ada kelainan. BAB terakhir 2 hari sebelum masuk RS. Riwayat keluhan serupa sebelumnya tidak ada. Karena keluhannya penderita berobat ke Cikopi, diberi obat antibiotik dan parasetamol kemudian keluhan berkurang, namun kambuh lagi, lalu pasien berobat ke RSUD Majalaya kemudian dirujuk ke RSHS.

RESUME
Status lokalis tanggal 27 November 2013:

a/r abdomen : BU(+)N, Nyeri Tekan (+), Nyeri Lepas (+),Defence Muskular (+)
a/r Kuadran Bawah Kanan: DM(+), NT(+), nyeri lepas (+)

a/r kuadran bawah kiri: DM(+), NT (+), nyeri (+)


Auskultasi : Bising Usus (+) normal

DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING

Peritonitis difus e.c typhoid perforasi

Peritonitis difus e.c appendisitis perforasi

DIAGNOSIS KERJA Peritonitis difus e.c typhoid perforasi

PEMERIKSAAN PENUNJANG
26 November 2013
PT APTT INR Hb Ht Leukosit Trombosit Eritrosit MCV MCH MCHC Anti S H paratyphi A Anti S H paratyphi B Anti S H paratyphi C Anti S H typhi H = 18,2 = 29,9 = 1,42 = 9,1 = 26 = 3.100 = 81.000 = 3,26 = 80,4 = 27,9 = 34,7 NR NR NR NR

Anti S O paratyphi A Anti S O paratyphi B Anti S O paratyphi C Anti S typhi O Tubex T Laktat SGOT SGPT Ureum

NR NR NR NR =7 = 1,8 = 149 = 70 = 15

Kreatinin GDS

= 0,22 = 125

CRP kuantitatif = 11,1 Na K pH pCO2 pO2 HCO3 = 125 = 2,8 = 7,461 = 30,0 = 82,5 = 21,1

BE

= -1,2

SaO2 = 96,5
TC02 = 40,5

TATALAKSANA

Laparotomi Ceftriaxon 2x1000mg iv

Ranitidin 2x 1 amp iv
Ketorolac 2x 1 amp iv Diet rendah serat

PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam

: ad bonam

PEMBAHASAN
S Peritonitis adalah inflamasi pada peritoneum, suatu membran

serosa yang melapisi dinding abdominopelvik serta organ-organ di dalamnya. Sedangkan istilah lain adalah abses intra abdomen yang didefinisikan sebagai infeksi yang terlokalisir pada abdomen, lain dengan peritonitis yang bersifat difus atau generalisata. Peritonitis termasuk kasus gawat abdomen atau akut abdomen yang memerlukan penanganan segera dan biasanya berupa tindak bedah. Definisi gawat abdomen adalah gambaran keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama.

DEFINISI & KLASIFIKASI


S Peritonitis adalah proses inflamasi pada peritoneum. Peritoneum

adalah suatu membran serosa yang melapisi dinding abdomen hingga pelvik dan berfungsi melindungi organ-organ di dalamnya.
S Peritonitis termasuk kasus gawat abdomen dan biasanya

memerlukan tindakan bedah. Keputusan untuk mengambil tindak bedah harus segera diambil karena setiap keterlambatan akan menimbulkan penyulit yang berakibat meningkatnya morbiditas dan mortalitas.
S Gerakan peristaltik usus akan menghilang dan cairan tertahan di

usus halus dan usus besar. Cairan juga akan merembes dari peredaran darah ke dalam rongga peritoneum. Terjadi dehidrasi berat dan darah kehilangan elektrolit. Selanjutnya dapat terjadi komplikasi

PERITONITIS PRIMER
S Peritonitis primer atau peritonitis spontan terjadi melalui penyebaran

limfatik dan hematogen. Kejadiannya jarang dan angka insidensinya kurang dari 1 % dari seluruh angka kejadian peritonitis
S Paling umum terjadi peritonitis primer adalah peritonitis bakterial

spontan akibat penyakit liver menahun yang dikarenakan adanya asites sehingga menyebar melalui aliran limfatik.

PERITONITIS SEKUNDER
S Peritonitis Sekunder terjadi akibat proses patologik yang terjadi

dalam abdomen.
S Peritonitis ini tipe yang paling sering terjadi. Berbagai macam jalur

patologis dapat berakibat terjadinya peritonitis sekunder. Yang paling sering mengakibatkan terjadinya tipe ini termasuk perforasi apendisitis, perforasi infeksi lambung dan usus, perforasi usus besar akibat divertikulitis, volvulus, kanker, dan lain-lain.

SOURCE ESOPHAGUS

CAUSES Boerhaave syndrome Malignancy Trauma (mostly penetrating) Iatrogenic* Peptic ulcer perforation Malignancy (eg, adenocarcinoma, lymphoma, gastrointestinal stromal tumor) Trauma (mostly penetrating) Iatrogenic* Peptic ulcer perforation Trauma (blunt and penetrating) Iatrogenic*

STOMACH

DUODENUM

BILIARY TRACT

Cholecystitis Stone perforation from gallbladder (ie, gallstone ileus) or common duct Malignancy Choledochal cyst (rare) Trauma (mostly penetrating) Iatrogenic*
Pancreatitis (eg, alcohol, drugs, gallstones) Trauma (blunt and penetrating) Iatrogenic*

PANCREAS

SOURCES

CAUSES

SMALL BOWEL

Ischemic bowel Incarcerated hernia (internal and external) Closed loop obstruction Crohn disease Malignancy (rare) Meckel diverticulum Trauma (mostly penetrating)
Ischemic bowel Diverticulitis Malignancy Ulcerative colitis and Crohn disease Appendicitis Colonic volvulus Trauma (mostly penetrating) Iatrogenic Pelvic inflammatory disease (eg, salpingooophoritis, tubo-ovarian abscess, ovarian cyst) Malignancy (rare) Trauma (uncommon)

LARGE BOWEL AND APPENDIX

UTERUS, SALPINX, AND OVARIES

PERITONITIS TERSIER
S Peritonitis tersier adalah peritonitis yang sudah ditangani lewat

operasi tetapi mengalami kekambuhan kembali.

PATOFISIOLOGI
S Peritoneum adalah suatu membran serosa yang terdiri dari sel

mesothelial yang melapisi dinding abdomen hingga pelvik dan berfungsi untuk melindungi organ-organ intra abdominal.
S Peritoneum mempunyai flora normal yaitu . Bila terjadi suatu proses

patologis, apakah itu pertambahan jumlah kuman, masuknya kuman baru yang invasif dan jumlah melebihi 105, atau sistem imun tubuh yang kurang atau lemah, maka keseimbangan akan terganggu dan muncul reaksi tubuh seperti proses inflamasi dan bila tidak tertangani akan jatuh ke dalam infeksi.
S Etiologi dari peritonitis bermacam-macam. Pada keadaan normal,

volume intra peritoneum adalah kurang dari 50 mL. Peritoneum terbagi menjadi dua lapis yaitu peritoneum parietal dan peritoneum

PERITONITIS (TYPE)

ETIOLOGIC ORGANISM CLASS TYPE OF ORGANISM

ANTIBIOTIK

PRIMARY

GRAM(-)

E coli (40%) Third-generation K pneumoniae (7%) cephalosporin Pseudomonas species (5%) Proteus species (5%) Streptococcus species (15%) Staphylococcus species (3%) Anaerobic species (<5%) E coli Enterobacter species Klebsiella species Proteus species
Streptococcus species Enterococcus species

SECONDARY

GRAM(-)

GRAM(+)

ANAEROBIC

Bacteroides fragilis Other Bacteroides species Eubacterium species

Second-generation cephalosporin Third-generation cephalosporin Penicillins with anaerobic activity Quinolones with anaerobic activity Quinolone and metronidazole Aminoglycoside and

PERITONITIS (TYPE) TERTIARY

ETIOLOGIC ORGANISM

ANTIBIOTIK

CLASS
GRAM(-)

TYPE OF ORGANISM
Enterobacter species Pseudomonas species Enterococcus species Staphylococcus species Candida species Second-generation cephalosporin Third-generation cephalosporin Penicillins with anaerobic activity Quinolones with anaerobic activity Quinolone and metronidazole Aminoglycoside and metronidazole Carbapenems Triazoles or amphotericin (considered in fungal etiology) (Alter therapy based on culture results.)

GRAM(+) FUNGAL

DIAGNOSIS
S Keluhan utama peritonitis adalah rasa nyeri pada perut. Nyeri ini

awitannya dapat akut atau mendadak. Pada tahap pertama nyeri ini menyebar di seluruh perut dan bersifat tumpul.
S Lalu pada tahap selanjutnya nyeri ini akan bersifat tajam dan

terlokalisir. Tetapi bila proses infeksi tidak tertangani maka nyeri akan tetap bersifat generalisata atau dirasa menyebar di seluruh perut.
S Pada penyakit-penyakit tertentu seperti perforasi lambung,

pankreatitis akut, iskemia usus, nyeri menyebar akan terasa sejak awal.
S Keluhan anoreksia dan nausea sering menyertai keluhan nyeri perut.

Muntah sering terdapat pada pasien dengan obstruksi dan perforasi usus.

DIAGNOSIS
S Pada pemeriksaan fisik biasanya pasien datang dengan kondisi

tampak sakit ringan hingga berat, terlihat menahan sakit. Demam dapat mencapai lebih dari 380 C tetapi harus diwaspadai pasien yang datang dengan sepsis karena suhunya mungkin akan hipotermia.
S Takikardia dapat terjadi dikarenakan agen vasoaktif yang dikeluarkan

tubuh dan reaksi akibat terjadi hipovolemia yang dikarenakan anoreksia, muntah dan demam tinggi.
S Pemeriksaan rektal perlu dilakukan untuk dapat memperkirakan asal

infeksi intra abdomen, misal bila ditemukan massa di regio kanan pada pemeriksaan rektal dapat dicurigai adanya apendisitis atau bila ditemukan tanda fluktuatif di daerah anterior mungkin dapat dicurigai adanya abses di daerah kuldesak atau kavum Douglasi.

DIAGNOSIS
S Pada pasien wanita, diperlukan pemeriksaan vagina dan bimanual

untuk mengeliminir kemungkinan adanya inflamasi pelvik-endometrial seperti endometritis, salfingo-ovaritis, tubo-ovarian, atau bila pasien dalam usia reproduktif, dicurigai kemungkinan ruptur kehamilan ektopik.

PENATALAKSANAAN
S Pada prinsipnya terbagi menjadi dua, yaitu terapi umum dan khusus.

Terapi umum diantaranya adalah terapi suportif seperti : oksigenisasi jaringan, dekompresi, resusitasi cairan dan elekrolit. Terapi khusus terbagi menjadi dua yaitu terapi non bedah dan terapi bedah. Terapi non bedah

PROGNOSIS
S Prognosis dari peritonitis tergantung dari berapa lamanya proses

peritonitis sudah terjadi. Semakin lama orang dalam keadaan peritonitis akan mempunyai prognosis yang makin buruk.
S Kurang dari 24 jam : prognosisnya > 90 %
S 24 48 Jam : prognosisnya 60 % S > 48 jam : prognosisnya 20 %

S Adanya beberapa faktor juga dapat memperparah prognosis suatu

peritonitis, diantaranya adalah adanya penyakit penyerta, usia, dan adanya komplikasi.

APPENDISITIS
S Apendisitis adalah suatu peradangan dari appendiks

vermiformis yang oleh masyarakat awam sering disebut sebagai radang usus buntu dan ini merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai.
S Meskipun sebagian besar pasien dengan apendisitis akut

dapat dengan mudah didiagnosis tetapi tanda dan gejalanya cukup bervariasi sehingga diagnosis secara klinis dapat menjadi sulit untuk ditegakkan, untuk itu dokter harus mempunyai pengetahuan yang baik untuk mengenal apendisitis.

S Pada tahun 1736, apendektomi pertama kali dilaporkan oleh Amyand,

seorang ahli bedah di Westminster dan St. Georges Hospitals yang mengangkat appendiks yang telah mengalami perforasi dari suatu kantong hernia dari anak laki-laki yang berusia 11 tahun.
S Sampai akhir abad ke 19 peradangan dan perforasi pada appendiks diberi

istilah typhlitis dan pertyphlitis, namun pada tahun 1886 oleh Reginald Fitz seorang professor dari Harvard University memperkenalkan istilah apendisitis dan deskripsi yang lebih akurat tentang appendicitis serta terapi pembedahannya

S Setelah itu Mc Burney menjabarkan manifestasi klinis dari appendicitis akut

dini sebelum mengalami rupture, termasuk titik maksimal dari nyeri tekan abdomen dan suatu insisi dibuat pada dinding abdomen pada kasus appendiks.
S Appendicitis merupakan penyebab tersering dari nyeri abdomen yang

progresif dan menetap pada semua golongan umur. Kegagalan menegakkan diagnosa dan keterlambatan penatalaksanaannya akan menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas

ETIOLOGI & PATOGENESIS


S Obstruksi lumen merupakan factor awal dalam terjadinya appendicitis

akut. Obstruksi dapat disebabkan oleh fecolith, plug, benda asing, parasit, tumor atau hyperplasia jaringan limfoid
S Akibat obstruksi tersebut akan mengganggu pengeluaran secret mucus

sehingga di bagian distal dari obstruksi akan terjadi distensi dan inflamasi yang akan memperparah obstruksi tersebut
S Distensi dan inflamasi merangsang serabut saraf nyeri visceral aferen

sehingga menimbulkan ketegangan dan nyeri difus pada daerah abdomen atau dibawah epigastrium.

ETIOLOGI & PATOGENESIS


S Peristaltik juga merangsang distensi yang mendadak, sehingga terjadi

nyeri kram yang mendadak tumpang tindih dengan nyeri visceral akibat appendicitis.
S Distensi terus berlanjut bukan hanya karena sekresi mukosa tetapi

juga akibat multiplikasi yang cepat dari bakteri residen pada appendiks.
S Keadaan tersebut akan mengakibatkan tekanan intra lumen meningkat yang

dapat menyebabkan penekanan pembuluh darah dari appendiks sehingga dapat menyebabkan perforasi.
S Hal tersebut di atas biasanya menyebabkan reflex mual dan muntah serta

nyeri visceral yang difus menjadi semakin berat.

ETIOLOGI & PATOGENESIS


S Proses peradangan kemudian akan melibatkan lapisan serosa dan peritoneum

parietal pada daerah tersebut, hal ini ditandai dengan nyeri yang beralih ke daerah kuadran kanan bawah yang bila sudah terjadi perforasi nyeri akan menyebar ke seluruh perut.

INSIDENSI
S Sex rasio appendiks akut pada sebelum masa pubertas adalah 1 : 1. Pada

masa pubertas frekwensi laki-laki meningkat dengan rasio 2 : 1 pada usia 15 25 tahun. Setelah itu rasio kembali berimbang.
S Insidensi appendicitis yang akan membutuhkan tindakan appendektomi

secara signifikan menurun pada usia diatas decade ketiga dan keempat.

MANIFESTASI KLINIS
S Nyeri abdomen

S Anoreksia dan Vomitus


S Obstipasi atau Diare S Tanda-tanda vital S Nyeri tekan dan nyeri lepas S Psoas sign S Obturator sign S Rovsings sign

LABORATORIUM
S sebagian besar pasien mengalami leukositosis berkisar antara 10.000-

20.000/mm3.
S Pada pasien yang leukositnya normal umumnya didapatkan hitung jenis

lekosit yang bergeser ke kiri, mengindikasikan suatu inflamasi akut.


S Bila jumlah lekosit lebih dari 20.000/mm3 atau terdapat pergeseran ke kiri

yang ekstrim pada hitung jenis, kemungkinan telah terjadi appendicitis perforasi.
S Dalam urinalisi dapat terlihat beberapa sel darah merah dan sel darah putih

pada appendiks terinflamasi yang letaknya dekat dengan ureter atau kandung kemih. Bila terdapat darah merah dan sel darah putih dalam jumlah yang ekstrim menandakan penyakit primer traktus urinarius

RADIOGRAFI
S Pemeriksaan radiologis tidak diindikasikan pada kasus appendicitis akut

yang klasik tetapi dapat berguna jika ada keraguan diagnosis atau untuk diagnosis banding atau memperlihatkan appendicitis yang mengalami komplikasi
S Foto polos abdomen memperlihatkan dilatasi caecum fluid level serta

kadang-kadang suatu fecolith terkalsifikasi atau benda asing


S Barium dapat berguna untuk pasien tertentu khususnya anak-anak. Jika

tampak pengisian kontras pada appendiks dan tidak terdapatnya perubahan mukosa appendiks maupun daerah ileocecal, appendicitis akut dapat disingkirkan
S Pemeriksaan ultrasonografi kadang-kadang dapat membantu,

memperlihatkan pembesaran appendiks atau suatu abses. Begitu juga dengan CT Scan abdomen dapat membantu memperlihatkan suatu abses

DIAGNOSIS
Alvarado Score
Yang dinilai Gejala Nyeri beralih pada fossa illiaca kanan Anoreksia Mual/muntah Nyeri tekan fossa illiaca Nyeri lepas fossa illiaca kanan Kenaikan temperatur Lekositosis Netrofil bergeser ke kiri Skor total Skor 1 1 1 2 1 1 2 1 10

Tanda Laboratorium

S skor 1-6

: Tidak dipertimbangkan mengalami appendisitis akut

S skor 5-6

: Dipertimbangkan kemungkinan diagnosis appendisitis akut, tetapi tidak membutuhkan tindakan operasi segera dan dinilai ulang

S skor 7-8

: dipertimbangkan kemungkinan mengalami appendisitis akut

S skor 9-10

: hampir definitive mengalami appendisitis


akut dan dibutuhkan tindakan bedah

Ohman Score
Variabel Nyeri tekan kuadran kanan bawah Nyeri lepas Tidak ada kesulitan berkemih Nyeri yang menetap Hitung lekosit > 10.000/mm2 Usia <50 tahun Relokasi nyeri ke kuadran kanan bawah Ketegangan dinding abdomen Skor total Skor 4.5 2.5 2.0 2.0 1.5 1.5 1.0 1.0 16

Skor <6

: appendisitis jarang (disingkirkan) : kemungkinan appendisitis (monitoring) : appendisitis sangat sering

Skor 6-11,5 Skor >11,5

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding : Gastroenteritis akut Kehamilan ektopik Divertikulosis meckel Intususepsi ISK Batu ureter Peritonitis primer Pelvic inflammatory disease (PID)

APPENDISITIS PADA KEADAAN TERTENTU

Appendisitis pada anak-anak


S Appendisitis akut merupakan penyakit yang lebih serius pada bayi dan

anak-anak dibandingkan dengan pada orang dewasa, karena angka kejadian ruptur lebih besar sehingga menyebabkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas. Akurasi diagnosa lebih rendah dari pada orang dewasa.
S Perjalanan penyakit terjadi lebih cepat. Ruptur dari gangrenous

appendisitis lebih sering terjadi diikuti dengan peritonitis difus dan abses intraabdomen yang jauh letaknya. Proses walling off kurang efisien karena omentum mayusnya kecil dan belum lengkap perkembangannya, juga karena interval yang pendek antara onset dengan ruptur.

Appendisitis pada orang tua


S Appendisitis pada orang tua juga merupakan penyakit yang

lebih serius sebagaimana halnya pada anak-anak. Pada orang tua, manifestasi klinis relatif lebih ringan. Temuan pada pemeriksaan klinis seperti nyeri abdomen dan nyeri tekan juga ringan. Demam dan respon lekosit yang dianggap dapat membantu menegakkan diagnosis tidak diharapkan dan pada beberapa pasien yang tua nilainya dalam batas normal

Appendisitis selama kehamilan


S Appendisitis merupakan tindakan pembedahan extrauterine

emergency yang paling lazim, dengan insidensi berkisar 1 dalam 2000-40.000 persalinan. Appendiktomi sebagai suatu diagnosis preoperatif dikerjakan pada sekitar 1 dalam 1500 persalinan. Meningkatnya insidensi appendisitis bukan disebabkan karena kehamilan.

S Diagnosisnya sulit. Gejala appendisitis seperti nyeri

abdomen dan mual juga lazim pada kehamilan. Pergeseran appendiks oleh uterus yang gravid merubah lokasi komponen somatik dari nyeri abdomen dan titik maksimal nyeri menjadi lebih tinggi dan lebih lateral. Lekositosis yang mencapai hingga 15.000/mm3 pada kehamilan adalah normal. Meskipun demikian, pergeseran kekiri yang terjadi pada appendisitis dapat membedakannya.

PENATALAKSANAAN

S Untuk sebagian besar pasien yang ditegakkan diagnosis sebagai

appendisitis akut, penatalaksanaan yang tepat adalah appendiktomi. Memberikan terapi antibiotika pada appendisitis dapat mengaburkan etiologi obstruktif dari appendisitis kecuali diagnosis telah ditegakkan

PROGNOSIS

S Beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan insiden yang

bermakna adalah diagnosis dan penatalaksanaannya yang lebih baik.

S Kematian biasanya disebabkan oleh sepsis yang tidak

terkontrol, peritonitis, abses intraabdominal atau septikemia gram negatif.


dengan adanya ruptur appendiks dan sebagian kecil karena penambahan usia. Komplikasi dini yang paling serius adalah sepsis dan termasuk abses serta infeksi luk

S Angka kematian paralel dengan morbiditas, menjadi meningkat

Laparoscopic Appendectomy Indikasi


S Appendiks sering untuk didiagnosis laparoscopic

appendectomy berguna jika dijumpai keraguan dalam diagnosis (khususnya pada wanita). Hal ini oleh karena banyaknya kondisi yang menyerupai gejala appendisitis seperti kolik renal dan ureter, kolesistitis, divertikulosis meckel dan pada wanita adalah pelvic inflammatory disease, endometriosis dan ruptur kista ovarium

Kontraindikasi relatif
S Pada appendiks yang gangrenous dengan dasar yang

nekrotik sulit dilakukan dengan laparoscopi. Abses appendiks juga paling baik dengan drainase perkutaneus. Juga pada kehamilan oleh karena tertutupi uterus dan adanya kemungkinan efek deterious dari insufflasi intraperitoneum.
S Yang perlu ditekankan bahwa laparoscopic appendectomy

tidak boleh dilakukan tanpa instrumentasi yang benar dan pengalaman laparoscopic.

S Keuntungan dari laparoscopic appendectomy adalah

menurunkan lama rawat, mengurangi nyeri, infeksi luka, ileus dan waktu recovery, juga diduga dapat menurunkan infertilitas pada wanita oleh karena adhesi setelah appendectomy terbuka.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai