Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ABDOMINAL PAIN

DI RUANG DAHLIA RSUD SOEWONDO KENDAL

DISUSUN OLEH :

ANGGI PUTRI ANGGRAENI (1607003)

PROGRAM STUDI NERS STIKES WIDYA HUSADA

SEMARANG

TAHUN 2017/2018
LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN.

PENGERTIAN

Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang


terasadisetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley,2016). Nyeri abdomen
ada duayaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.

Nyeri Abdomen Akut

Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri


denganonset mendadak, dandurasi pendek. Nyeri alih(referred pain) adalah persepsi
nyeri padasuatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri. keluhan yang
menonjol dari pasien dengan abdomen akut adala h nyeri perut. Ras a nyeri
perut dapat d i s ebabkan o l e h kelaina n- k e l a i n a n d i abdomen a t au
d i l uar abdomen seperti organ'organ di rongga toraks. Nyeri abdomen
dibedakan menjadi duayaitu nyeri visceral dan nyeri somatik.

1. Nyeri Viseral

Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi


organintraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom.
Peritoneum viseral tidak sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau
radang. Kita dapat melakukan sayatan atau jahitan pada usus tanpa dirasakan
oleh pasien, akan tetapi bila dilakukan tarikan,regangan atau kontraksi yang
berlebihan dari otot (spasme) akan memberi rasa nyeri yangtumpul disertai rasa sakit.
Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara t
e p a t l o k a l i s a s i n y e r i , digambarkan pada daerah yang luas dengan
memakai seluruh telapak tangan. Karenan y e r i i n i t i d a k p e n g a r u
hi olehgerakan, pasien biasanya berg
erak a k t i f t a n p a menyebabkan bertambahnya rasa nyeri.

2. N y e r i s o m a t i k

Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi oleh saraf tepi
diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti ditusuk'tusuk atau
disayatdengan pisau yang dapat ditunjukkan secara tepat ole h pasien
dengan menunjukkannyamemakai jari. Rangsangan dapat berupa rabaan,
tekanan, perubahan suhu, kimia-i atau proses peradangan.

Pergeseran antara organ viseral yang meradang dengan peritoneum parietal


akanmenimbulkan rangsangan yang menyebabkan rasa nyeri. Baik akibat
peradangannyasendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat
menyebabkan rasa nyeri atau perubahan intensitas rasa nyeri. Keadaan inilah
yang menjelaskan nyeri kontralateral pasien dengan apendisitis akut. Setiap gerakan
dari pasien juga akan menambah rasanyeri, baik itu berupa gerakan tubuh maupun
gerakan pernafasan yang dalam atau batuk.Hal inilah yang menerangkan
mengapa pasien dengan abdomen akut biasanya berusa hauntuk tidak
bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk.

Lokalisasi nyeri, sifat nyeri serta hubungannya dengan gejala lain


memungkinkankita dapat lebih mendekati diagnosis kemungkinan.

Nyeri Abdomen Kronis

Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri


berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri
kronis dapat behubungan dengan ekserbasi akut.
ETIOLOGI

Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran


pencernaanatau diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :

ulkus yang mengalami perforasi.

1. Irritablbowel syndrome
2. Apendisitis
3. Pankreasitis
4. Batu Empedu

Beberapa kelainan t e r s ebut bers i f a t r e l a t i v er i ngan : yang lai


n m ungkin b i s a berakibat fatal.

PATOFISIOLOGI

Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya


selalu bersumber pada visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada
susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada
abdomen somatik berasaldari suatu proses penyakit yang menyebar ke seluru h
peritoneum dan melibatkan viseramesentrium yang beisi banyak ujung
saraf somatik, yang lebih dapat meneruskan rasanyerinya dan lebih dapat
melokalisasi rasa nyeri daripada saraf otonom. Telah diketahui pula bahwa gangguan
pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera,tetapi kemudian
akan diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelh peritoneum terlibat. Ras a
nyeri s omatik yang dalam akan d i s e r t a i o l e h t egangan o t o t
dan r as a mual yang merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri
abdomen dapat timbul karena adanyarangsangan nervus frenikus, misalnya pada
pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah abdomen
bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri dariusus besar akan timbul dibagian
bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus terletak pada
saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa usus.
Jaras sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapatmeneruskan rasa nyeri
lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkandari kulit
o l e h s e r abut s a r a f A . r es eptor nyeri pada abdomen t e
rba t a s d i s ubmukos a , lapisan muskularis, dan serosa dari organ abdomen.
Serabut C ini akan bersamaan dengansaraf simpatis menuju ke ganglia pre dan
paravertebra dan memasuki akar dorsa ganglia. Impuls a f e r en akan
mele wati medula s p i nalis pada t r aktus s p i notalam i kus l a t e r a l i s
menuju talamus, kemudian ke korteks serebri. Impuls aferen dari visera biasanya
dimulaioleh regangan atau akibat penurunan ambang nyeri pada jaringan yang
meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit
dilokalisasi. Impuls nyeridari Visera abdomen atas ( lambung, duodenum,
pankreas, hati, dan sistem
empedu),m e n c a p a i m e d u l a s p i n a l i s p a d a s e g m e n t o r a k
a l i s 6 , 7 , 8 s e r t a d i r a s a k a n d i d a e r a h epigastrium. Impuls nyeri
yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum Treitz sampai
fleksura hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di
sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus
genetalia perempuan,impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta
segmen lumbalis pertama. Nyeridirasakan pada daera h suprapubik dan
kadang'kadang menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas
ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabutaferen somatis ke
radiks spinal segmentalis 1,3. nyeri yang disebabkan oleh
kelainanmetabolik s eperti pada k e r a c u n a n t ima h , dan p o r f i r i n
belum j e l as patofis i o l ogi dan patogenesisnya.
D.MANIFESTASI KLINIS

1. Nyeri Abdomen
2. Mual muntah
3. Tidak nafsu makan
4. Lidah dan mukosa bibir kering
5. Turgor kulit tidak elastis.
6. Urine sedikit dan tidak pekat
7. Lemah dan kelelahan.

E.KOMPLIKASI

1. Perporasi gastrointestinal
2. Obstruksi gastrointestinal

F . P e meriks aan P enunjang

a. Pemeriksan fisik
b. Pemeriksaan DL
c. Amilase: kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik
pankreatitis.
d. Β-HCG(serum) : kehamilan ektopik (kadar β-HCG dalam serum lebih akurat
daripada dalam urine)
e. Gas darah arteri : Asidosis metabolik (iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)
f. EKG : Infrak miokard
g. Rotgen thorak : viskus perforasi (udara bebas), Pneumonia
h. Urine porsi tengah (MSU) : infeksi saluran kemih
i. Rotgen abdomen : Usus iskemik (dilatasi, usus yang edema dan menebal),
Pankreatitis(pelebaran jejunum bagian atas “sentimel”), Kolangitis (udara
dalam cabang bilier), Obstruksi akut (usus mengalami dilatasi, tanda “string of
pearl”) Batu ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal).
j. Ultrasonografi
k. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk informasi
peritonium yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang di diagnosis
bandingnya luas, pada pasien yang dipertimbangkan untuk dilakukan
laparotomi dan diagnosis belum pasti, pankreatitis, trauma
hati/limfa/mesenterium, divertikulitis, aneurisma.
l. IVU (urografi intravena) : batu ginjal, obstruksi saluran ginjal.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS

a. Pemberian analgesik
b. Pembedahan

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

a. Kaji nyeri dengan teknik PQRST


b. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
c. Berikan posisi yang nyaman pada klien
d. Berikan HE tentang nyeri
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ABDOMINAL PAIN

I. PENGKAJIAN
1. Pasien mengeluh nyeri perut
2. Nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. RR meningkat
5. Pasien tampak meringis
6. Pasien mengatakan nyeri ringan-sedang
7. Pasien mengatakan nyerinya bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak
jelas serta sulit dilokasikan.
8. Pasien hanya minum <8 gelas sehari
9. Pasien muntah-muntah
10. Pasien tampak lemah
11. Lidah dan mukosa bibir kering
12. Turgor kulit tidak elastis
13. Urine sedikit dan pekat
14. Pasien mengatakan mual dan tidak nafsu makan
15. Pasien hanya makan sedikit dari porsi yang diberikan
16. Berat badan pasien turun
17. Pasien tampak lemah daan kelelahan
18. Kekuatan otot

19. Pasien tidak bisa melakukan aktivitas.

 Pemeriksaan Fisik
Dilaksanakan dengan memeriksa dulu keadaan umum penderita
(status generalis) untuk evaluasi keadaan sistem pernafasan,
sistem kardiovaskuler, dan sistem saraf yang meruakan sistem
vital untuk kelangsungan kehidupan. Pemeriksaan keadaan
lokal (status lokalis abdomen) pada penderita dilaksanakan
secara sistematis dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Tanda-tanda khusus pada akut abdomen tergantung
pada penyebabnya seperti trauma, peradangan, perforasi atau
obstruksi.
 Inspeksi
Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen adalah :
 Penderita kesakitan. Pernafasan dangkal karena nyeri
didaerah abdomen
 Penderita pucat, keringat dingin
 Bekas-bekas trauma pada dinding abdomen,memar,
luka, prolaps ometum atau usus. Kadang-kadang pada
trauma abdomen sukar ditemukan tanda-tanda khusus,
maka harus dilakukan pemeriksaan penunjangn
berulang oleh dokter yang sama untuk mendeteksi
kemungkinan terjadinya perubahan pada pemeriksaan
fisik.
 Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila
obstruksinya letak rendah, dan bila orangnya kurus
kadang-kadang terlihat peristaltis usus (Darm-steifung).
 Palpasi
a. Akut abdomen memberikan rangsangan pads
peritoneum melalui peradangan atau iritasi peritonium
serta lokal atau umum tergantung dari luasnya daerah
yang terkena iritasi.
b. Palpasi akan menunjukan 2 gejala :
 Perasaan nyeri
Perasaan nyeri yang memang sudah ada terus
menerus akan bertambah pads waktu palpasi
sehingga dikenal gejala nyeri lepas dan nyeri
tekan. Pada peitonitis lokal akan timbul rasa
nyeri di daerah peradangan pada penekanan
dinding abdomen di daerah lain.
 Kejang otot (defense musculaire, muscular
rigidity)
Kejang otot ditimbulkan karena rasa nyeri pada
peritonitis diffusa yang karena rangsangan
palpasi bertambah sehingga secara refleks
terjadi kejang otot.
 Perkusi
Perkusi pada akut abdomen dapat menunjukan 2 hal
1. Perasaan nyeri oleh ketokan pada jari. Ini disebut
sebagai nyeri ketok.
2. Bunyi timpani karena meteorismus disebabkan distensi
usus yang beridikan gas pada ileus obstruksi rendah.
 Auskultasi
Auskultasi tidak memberikan gejala karena pada akut abdomen
terjadi perangsangan peritoneum yang secara refleks akan
mengakibatkan ileus paralitik.
 Pemeriksaan Rectal
Toucher atau perabaan rectum dengan jari telunjuk juga
merupakan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya trauma
pada rectum atau keadaan ampulla recti apakah berisi feses atau
teraba tumor.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan post operasi ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri perut, nadi meningkat, tekanan darah meningkat, RR
meningkat, pasien tampak meringis dan pasien mengatakan skala nyeri
ringan-sedang.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake
cairan insisi bedah ditandai dengan pasien tampak lemah, lidah dan
mukosa kering, turgor kulit tidak elastis, urine sedikit dan pekat,
minum <8 gelas.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri insisi
bedah ditandai dengan pasien lemah, tampak kelelahan.
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah ditandai dengan pasien mengatakan mual dan
muntah, tidak nafsu makan, pasien hanya makan sedikit dari porsi
yang diberikan, dan berat badan pasien turun.

III. INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan post operasi.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24jam di harapkan
nyeri dapat berkurang atau terkontrol dengan kriteria hasil :
a. Nyeri pasien dapat berkurang
b. Skala intensitas nyeri berkurang 2-3
c. Pasien tampak tenang
d. TTV tampak normal (dalam batas normal)

Intervensi Rasional
Jelaskan kepada klien Klien mengetahui dan dapat
tindakan yang akan dilakukan mengikuti tindakan yang akan
dilakukan
Manajemen lingkungan : Lingkungan tenang akan
lingkungan tenang, batasi menurunkan stimulasi nyeri
pengunjung, dan istirahatkan eksternal dan pembatasan
klien. pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi oksigen
ruangan.
Ajarkan dan dorong pasien Dengan teknik relaksasi nyeri
teknik relaksasi nafas dalam dapat terkurangi
Bantu pasien untuk Untuk menurunkan ketegangan
mendapatkan posisi yang atau spasme otot dan untuk
nyaman, dan gunakan bantal mendistribusikan kembali
untuk membebat atau tekanan pada bagian tubuh
menyokong daerah yang sakit
bila diperlukan
Kolaborasi pemberian Kolaborasi dengan pemberian
analgesik anagetik sesuai indikasi dapat
memblok lintasan nyeri,
sehingga dapat berkurang
Observasi TTV Peningkatan nadi menunjukan
adanya nyeri
Observasi skala nyeri Untuk mengetahui intervensi
selanjutnya dan untuk melihat
skala nyeri

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan intake


cairan insisi bedah
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 2x24jam diharapkan
volume cairan tetap adekuat dengan kriteria hasil :
a. Tanda tanda vital tetap stabil
b. Warna kulit dan suhu normal
c. Kadar elektrolit tetap dalam rentang normal
d. Pasien mempunyai turgor kulit normal dan membran mukosa
lembab.

Intervensi Rasional
Pantau dan catat tanda-tanda Takikardia, dispnea, atau
vital setiap 2jam atau hipotensi dapat
sesering mungkin sesuai mengindikasikan kekurangan
keperluan sampai stabil. volume cairan atau
Kemudian pantau dan catat ketidakseimbangan elektrolit.
tanda tanda vital setiap 4 jam
Selimuti pasien hanyaUntuk mencegah vasodalatasi,
dengan kain yang tipis. terkumpulnya darah di
Hindari terlalu panas ekstremitas, dan berkurangnya
volume darah sirkulasi
Ukur asupan dan haluaran Haluaran urine yang rendah dan
setiap 1 sampai 4 jam. Catat berat jenis urine yang tinggi
dan laporkan perubahan mengindikasikan hopovolemia
yang signifikan termasuk
urine, feses, muntahan,
drainase luka
Berikan cairan, darah atau Untuk mengganti cairan dan
produk darah, atau kehilangan darah serta
ekspander plasma mempermudah pergerakan
cairan ke dalam ruang
intravaskuler, pantau dan catat
keefektifan dan semua efek
yang tidak diharapkan.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri insisi


bedah.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien akan
menunjukan tingkat peningkatan aktivitas optimal dengan kriteria hasil
:
a. Pasien menyatakan keinginannya untuk meningkatkan
aktivitas.
b. Pasien mengidentifikasi faktor-faktor terkontrol yang
menyebabkan kelemahan.
c. Tekanan darah, kecepatan nadi dan respirasi, tetap dalam batas
yang ditetapkan selama aktivitas.
d. Pasien menyatakan rasa puas dengan setiap tingkat aktivitas
baru yang dapat dicapai.

Intervensi Rasional
Diskusikan dengan pasien Untuk mengkomunikasikan
tentang perlunya beraktifitas kepada pasien bahwa aktivitas
akan meningkatkan
kesejahteraan fisik dan
psikososial.
Identifiksi aktivitas-aktivitas Untuk meningkatkan
pasien yang diinginkan dan motivasinya agar lebih aktif.
sangat berarti baginya.
Dorong pasien untuk Partisipasi pasien dalam
membantu merencanakan perencanaan dapat membantu
kemajuan aktivitas yang memperkuat keyakinan pasien.
mencakup aktivitas yang
diyakini sangat penting oleh
pasien.
Intruksikan dan bantu pasien Untuk menurunkan kebutuhan
untuk beraktivitas diselingi oksigen tubuh dan mencegah
istirahat. keletihan.
Identifikasi dan minimalkan Untuk membantu
faktor-faktor yang dapat meningkatkan aktivitas pasien.
menurutkan toleransi latihan
pasien.
Pantau dan respons fisilogis Untuk membantu
terhadap peningkatkan meningkatkan aktivitas
aktivitas (termasuk pasien.
respirasi,denyut dan irama
jantung, tekanan darah)
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi tubuh dapat tercukupi secara optimal
dengan kriteria hasil :
a. Pasien makan secara mandiri tanpa di dorong.
b. Berat badan pasien bertambah (kg) setiap minggu.
c. Pasien dan anggota keluarga mengomunikasikan pemahaman
kebutuhan diet khusus .

Intervensi Rasional
Jelaskan kepada klien tindakan Klien mengetahui dan dapat
yang akan di lakukan. mengikuti tindakan yang akan
di lakukan
Beri kesempatan pasien Untuk membantu mengkaji
mendiskusikan alasan untuk penyebab gangguan makan.
tidak makan.
Tentukan makanan kesukaan Untuk meningkatkan nafsu
pasien dan usahakan untuk makan pasien
mendapatkan makan tersebut,
tawarkan makanan yang
merangsang indra penciuman,
pengliatan dan taktil.
Observasi dan catat asupan Untuk mengkaji zat gizi yang
pasien di konsumsi dan suplemen
yang diperlukan.
Timbang berat badan pasien Tindakan ini memberikan data
pada jam yang sama setiap akurat dan memberikan
hari. Beri penguatan pengendalian pada pasien
penambahan berat badan tentang makanan yang akan
dengan pujian atau dimakan dan pujian atau
penghargaan. penghargaan yang didapatkan.

IV. IMPLEMENTASI
Adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Effendi,1995).
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme abdomen

Implementasi
Menjelaskan kepada klien tindakan yang akan di lakukan.
Manajemen lingkungan : lingkungan teang, batasi pengunjung, dan
istirahatkan klien.
Mengajarkan dan dorong pasien teknik relaksasi nafas dalam
Membantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman, dan gunakan
bantal untuk menyokong daerah yang sakit bila diperlukan.
Berkolaborasi pemberian analgetik
Mengobservasi TTV
Mengobservasi skala nyeri.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah

Implementasi
Memantau dan mencatat tanda tanda vital setiap 2 jam atau sesering
mungkin sesuai keperluan sampai stabil. Kemudian pantau dan catat tanda
tanda vital setiap 4 jam.
Menyelimuti pasien hanya dengan kain yang tipis. Menghindari kain yang
terlalu panas.
Mengukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan aporkan
perubahan yang signifikan termasuk urine, fases, muntahan, drainase luka.
Memberikan cairan, darah atau produk darah atau ekspander plasma.

3. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat nyeri.


Implementasi
Mendiskusikan engan pasien tentang perlunya beraktifitas.
Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas pasien yang diinginkan dan sangat
berarti baginya.
Mendorong pasien untuk membantu merencanakan kemajuan aktivitas
yang mencakup aktivitas yang diyakini sangat penting oleh pasien.
Mengintruksikan dan membanu pasien untuk beraktivitas diselingi
istirahat.
Mengidentifikasi dan menimbulkan faktor-faktor yang dapat menurunkan
toleransi latihan pasien.
Memantau dan merespons fisiologis terhadap peningkatan aktivitas
(termasuk respirasi, denyut dan irama jantung, tekanan darah

4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Implementasi
Menjelaskan kepada klien tindakan yang akan di lakukan.
Memberi kesempatan pasien mendiskusikan alasan untuk tidak makan
Menentukan makanan kesukaan pasien dan usahakan untuk mendapatkan
makan tersebut, tawarkan makanan yang merangsang indra penciuman,
pengliatan dan taktil.
Menimbang berat badan pasien pada jam yang sama setiap hari. Beri
penguatan penambahan berat badan dengan pujian atau penghargaan.
Mengobservasi dan catat asupan pasien.

V. EVALUASI
1. Nyeri pasien berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
2. Volume cairan seimbang.
3. Pasien dapat melakukan aktivitasnya kembali setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
4. Tidak terjadi kekurangan nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA

www.scribd.com/doc/237668081/79204432-LP-Abdominal-Pain-doc

www.scribd.com/doc/185999364/Abdominal-Pain

arief Mansjoerr, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta ; Balai Penerbit FKUI.

Cordell WH, KeneKK, GilesBK, etal : TheHighPrevalenceofPain in Emergency


Medicalcare. Am J Emerg Med 20:165-169, 2002.

Fauci, Antoni, dkk. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 17, New
York. Mecgrawhill companies.

Graff LG, Robinson D : Abdominal Pain and Emergency Department Evaluation.


Emerg MedClin North Am 19:123-136, 2001.

Pierce A. Grace & Neil R. Borley,2007. At a Glance ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta :
EMS

R,Sjamsuhidajat, Wim de jong.2010. buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Sudoyo, Aru W, dkk, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta ;
Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai