ABDOMEN PAIN
Oleh :
Muhammad Helmi Ansyari
NPM. 2014901210120
1
LAPORAN PENDAHULUAN ABDOMEN PAIN
1. Konsep Penyakit
2
1.2 Etiologi
c. Apendisitis
d. Pankreasitis
e. Batu empedu
(Nurarif, 2015)
1.4 Pathofisiologi
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber pada: visera abdomen (organ yang ada di abdomen), organ lain di luar
abdomen, lesi pada susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik.
Rasa nyeri pada abdomen berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke
seluruh peritoneum ke ujung saraf, yang lebih dapat meneruskan rasa nyerinya dan
lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf otonom. Telah diketahui pula
bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera,
tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum terlibat.
3
Rasa nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang
merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena
adanya rangsangan nervus frenikus ( syaraf diafragma), misalnya pada pneumonia.
Rasa nyeri yang berasal dari usus halus akan timbul didaerah abdomen bagian atas
epigastrium, sedangkan rasa nyeri dari usus besar akan timbul dibagian bawah
abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam traktus digestivus terletak pada saraf yang
tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa usus. Jarak syaraf
ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih menyebar
dan lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A. Nyeri
ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls
nyeri dari visera abdomen atas ( lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem
empedu ), mencapai medula spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan
didaerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari
ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10,
dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus
genetalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen
lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang-kadang
menjalar ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritorium maka
impuls nyeri dihantarkan oleh serabut aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3.
nyei yang disebabkan oleh kelainan metabolik seperti pada keracunan timah, dan
porfirin belum jelas patofisiologi dan patogenesisnya. Jadi permasalahan
keperawatannya adalah nyeri dan ketika nyeri muncul akan mengakibatkan pola tidur
pasien terganggu (Nurarif, 2015).
4
Patway
Abdominal pain
Virus/Bakteri
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan DL
5
e. Gas darah arteri : Asidosis metabolic (iskemia usus, peritonitis,
pankreatitis)
f. Urin
g. EKG:Infark miokard
j. Ultrasonografi
(Nurarif, 2015).
6
1.7 Penatalaksanaan keperawatan
a. Pola Oksigenasi
Biasanya ditemukan kondisi pada pasien seperti pernafasan dangkal karena
nyeri pada abdomen, RR meningkat
f. Pola Istirahat dan Tidur (Menggambarkan pola tidur dan istirahat pasien)
Biasanya ditemukan permasalahan yaitu gangguan pola tidur yang
diakibatkan nyeri
Nyeri/ kenyamanan
7
perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga
menegang, frigiditas vokal.
n. Suhu Tubuh
(Nurarif, 2015)
2.1 Pengkajian
8
Riwayat keperawatan sebelumnya
Sering menderita penyakit nyeri lambung, nyeri lambung sering terjadi dalam
rentang waktu beberapa hari sebelum diketahui adanya penyakit Abdominal
Pain, penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat
memperberat klinis klien.
Pemeriksaan laboratorium
9
Pemeriksaan radiologi
2. Foto polos abdomen / FPA : pre-peritoneal fat, sebaran gas, batu, udara di
rongga peritoneum
NOC :
Kriteria Hasil :
10
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC :
6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol
nyeri masa lampau
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
11
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
NOC:
1. Anxiety control
2. Coping
12
3. Vital sign status
Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan rileks
NIC:
Anxiety Reduction
NOC :
1. Manajemen Nutrisi
13
2. Monitor Nutrisi
Kriteria Hasil :
NIC :
Manajemen Nutrisi:
14
4. Anjurkan pasien mengkonsumsi makanan tinggi zat besi atau Fe seperti
sayuran hijau
5. Pastikan makanan disajikan dengan cara suhu yang cocok untuk
dikonsumsi
Nausea Management
Weight Managemenet
15
DAFTAR PUSTAKA
Bulecchek. G. 2013. Nursing Intervensions Clasification (NIC). Edisi
Keenam.Elsivers. Singapura
Brunner dan Sudarth. 2002.Buku Ajar Leperawatan Medikal Bedah. Edisi
8.alih bahasa.yasmin asih.Jakatra:EGC.
Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.
Grace,Pierce A, neil R. Borley.2007.At a Glance Ilmu Bedah.edisi
ketiga.Jakarta: Erlangga.
Graff, L.G. and Robinson, D. (2001) Abdominal Pain and Emergency
Department Evaluation. Emergency Medicine Clinics of North America, 19,
123-136.
Mansjoer, Arif, 2005, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi V, media
Aeuscualpius, Jakarta.
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI
Moorhead. S. 2013. Nursing Outcome Clasification (NOC). Edisi Kelima.
Elsivers. Singapura
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC
Nurarif. A. H dan Kusuma. H. ( 2015 ). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta: MediaAction
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &
Suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC
16
Banjarmasin, May 2021
17