Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE GERONTIK

CT : EVY NOORHASANAH, S.KEP., NS., M.IMUN

DISUSUN OLEH :

YUNI KHAIRUNISA (20149011110095)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

I. Konsep Penyakit
I.1. Definisi/deskripsi penyakit
- Gastritis adalah inflamasi dari dinding lambung terutama pada mukosa gaster
(Hadi, 2010).
- Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan
iritan lain. (Charlene J, Reeves, 2011)
- Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronik, difus atau lokal. (Price & Wilson, 2013).
Jadi, gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.

I.2. Etiologi
Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman helicobacter pylori dan pada awalnya infeksi
mukosa lambung menunjukan respons inflamasi akut dan jika diabaikan akan menjadi
kronik (Sudoyo Aru, dkk 2009 dalam NANDA 2015).
Klasifikasi gastritis:
- Gasritis akut
Gastritis akut tanpa perdarahan dan gastritis akut dengan perdarahan. Gastritis ini
berasal dari makan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan-makanan yang terlalu
berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme penyebab penyakit, iritasi
bahan semacam alkohol, aspirin serta bahan korosif lainnya, refluks empedu atau
cairan pankreas.
- Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung, atau oleh bakteri helicobacter pylory (H.pylory).
- Gastritis bakterial
Gastritis bacterial yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluks
dari duodenum.

I.3. Tanda gejala


- Gastritis akut : nyeri epigastrium, mual, muntah, dan perdarahan terselubung
ataupun nyata. Dengan endoskopi terlihat mukosa lambung hyperemiadan udem,
mungkin juga ditemukan erosi dan perdarahan aktif.
- Gastritis kronik : kebanyakan gastritis asimtomatik, keluhan lebih berkaitan
dengan komplikasi gastritis atrofik seperti tukak lambung, defisiensi zat besi,
anemia pernisiosa dan karsinoma lambung.

I.4. Patofisiologi
Lambung adalah sebuah kantong otot yang kosong, terletak dibagian kiri atas
perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa memiliki panjang berkisar
antara 10 inci dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman.
Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah
akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan tersebut
secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esofagus,
sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esofagus dan lambung
(Esophangeal Sphincer) akan membuka dan membiarkan makanan masuk lewat
lambung. Setelah masuk kelambung cincin ini menutup. 
Dinding lambung terdiri dari lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada
dilambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat
yang sama, kelenjar – kelenjar yang berada dimucosa pada dinding lambung mulai
mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim – enzim dan asam lambung) untuk
lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah Asam Hidroklorida. Asam ini
sangat korosif sehingga paku besipun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung
dilindungi oleh mukosa – mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang
mengeluarkan ion bicarbonate secara reguler sehingga menyeimbangkan keasaman
dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif hidroklorida. Fungsi dari lapisan
pelindung lambung ini adalah agar cairan asam dalam lambung tidak merusak dinding
lambung. Kerusakan pada lapisan pelindung menyebabkan cairan lambung yang
sangat asam bersentuhan langsung dengan dinding lambung dan menyebabkan
peradangan atau inflamasi. Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini
kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.
I.5. Pemeriksaan penunjang
Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. Pemeriksaan ini meliputi :
- Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil
test yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut
terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang
terjadi akibat pendarahan lambung akibat Gastritis.
- Pemeriksaan Pernafasan Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh
bakteri H. Pylori atau tidak.
- Pemeriksaan Feses. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau
tidak. Hasil yang positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya
perdarahan pada lambung. 
- Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas, dengan test ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat
dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan cara memasukan sebuah selang kecil
yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam Esopagus, lambung
dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan
(anestesi) sebelum endoskop dimasukan untuk memastikan pasien merasa nyaman
menjalani test ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsi) dari jaringan
tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Test
ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak
langsung disuruh pulang ketika selesai test ini, tetapi harus menunggu sampai
efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada
resiko akibat test ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman
pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
- Rontgen Saluran Cerna Bagian Atas
Test ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu
sebelum dilakukan Rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika dirontgen.

I.6. Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat, Gastritis akan dapat mengakibatkan Peptic Ulcers dan
perdarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan
resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus – menerus pada
dinding lambung dan perubahan pada sel – sel dinding lambung.

I.7. Penatalaksanaan
- Gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan
porsi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam
lambung berupa antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan
antasid juga ditujukan sebagai sifoprotektor berupa sukralfat dan prostaglandin.
Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien
dnegan resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan
menghentikan obat yang dapat menjadi penyebab, serya dengan pengobatan
suportif.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida dan antagonis H2
sehingga mencapai PH lambung 4. Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan,
tetapi pada umumnya tetap dianjurkan. Pencegahan ini terutama nagi pasien yang
menderita penyakit dengan keadaan klinis yang berat. Untuk pengguna aspirin
atau anti inflamasi nansteroid pencegahan yang terbaik adalah dengan
misaprostol, atau derivat prostaglandin.
Penatalaksanaan medikal untuk gastritis akut dilakukan dengan menghindari
alkohol dan makanan yang memicu gastritis sampai gejala berkurang. Bila gejala
menetap diperlukan cairan intravena. Bila terdapat perdarahan, penatalaksanaan
serupa dengan pada emoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis terjadi
karena alkali kuat, gunakan jus karena adanya bahaya perforasi.
- Gastritis kronis
Faktor utama ditandai oleh kondisi progresif epitel kelenjardisertai sel parietal
dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan
yang rata, gastritis kronis ini digolongkan menjadi 2 kategori Tipe A (Altrofik
atau Fundal) dan tipe B (antral).
Gasritis kronis tipe A disebut juga gastritis Altrofik atau fundal, karena
gastritis terjadi pada bagian fundus lambung. Gastritis kronis tipeA merupakan
suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya autoantibodi terhadap sel
parietal kelenjar lambung dan faktor intrinsik. Tidak adanya sel parietal dan chief
cell dapat menurunkan sekresi asam dan menyebabkan tingginya kadar gastrin.
Gastritis kronis tipe B disebut juga sebagai gastritis antral karena umumnya
mengenai daerah atrium lambung dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan
gastritis kronik tipe A. penyebab utama gastritis kronis lainnya adalah infeksi
kronis oleh Helicobacter Pylory. Faktor etiologi gastritis kronis lainnya adalah
asupan alkohol berlebih, merokok, dan refluks yang dapat mencetuskan terjadinya
ulkus peptikum dan karsinoma.
Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang
dicurigai. Bila terdapat ulkus dodenum, dapat diberikan antibiotik untuk
membatasi Helicobacter Pylory. Namun demikian lesi tidak selalu muncul dengan
gastritis kronis. Alkohol dan obat yang diketahui mengiritasi lambung harus
dihindari. Bila terjadi anemia defisiensi zat besi (yang disebabkan oleh perdarahan
kronis), maka harus diobati. Pada anemia pernisiosa harus diberi pengobatan
vitamin b12 dan terapi yang sesuai. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi
diet dan meningkatkan istirahat serta memulai farmakoterapi. Helicobacter Pylory
dapat diatasi dengan antibiotik (seperti tetrasiklin atau amoxiicilin) dan garam
bismuth (pepto bismol). Pasien dengan gastritis tipe A biasanya mengalami
malabsorpsi vitamin B12.
I.8. Pathway

Obat-obatan (NISAD), H. Phylori Kafein


Aspirin, Sulfanomida
streroid, digitalis
Melekat pada epitel Menurunkan produksi
lambung bikarbonat (HCO3-)
Mengganggu
oembentukan sawat
mukosa lambung

Menurunkan barrier Menyebabkan difusi


lambung terhadap asam kembali asam lambung &
dan pepsin pepsin

Kekurangan volume cairan


Inflamasi Erosi mukosa lambung
Perdarahan

Nyeri
Epigastrium Menurunnya tonus dan peristaltik lambung Mukosa lambung kehilangan integritas
jaringan

Refluks isi duodenum ke lambung

Menurunnya sensori
untuk makan
Mual Dorongan ekspulsi isi lambung ke mulut
Anoreksia

Nyeri Akut Defisiensi Pengetahuan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Muntah Kekurangan volume cairan
kebutuhan tubuh
II. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan
II.1. Pengkajian
II.1.1. Riwayat keperawatan
- Keluhan utama
Keluhan utama pasien dengan penyakit gastritis biasanya nyeri di ulu hati atau nyeri di daerah Epigastrium dan perut sebelah
kanan bawah. Nyeri yang dialami dipengaruhi oleh pengalaman, persepsi, toleransi dan reaksi orang terhadap nyeri itu sendiri.
Individu memberi respon yang berbeda terhadap nyeri, ada yang disertai rasa takut, gelisah, dan cemas sedangkan yang lain
penuh dengan toleransi dan optimis.

- Riwayat kesehatan sekarang


Riwayat kesehatan sekarang pada pasien dengan gastritis antara lain adanya mual muntah, tidak nafsu makan, BB menurun,
stress/banyak pikiran, berkeringat dingin.

- Riwayat kesehatan dahulu


Perawat menanyakan kepada pasien tentang masalah masa lalu pada sistem Gastrointestinal.Pernahkan pasien dirawat dirumah
sakit?Untuk melanjutkan pengkajian keperawatan riwayat pasien, perawat mencatat status kesehatan umum pasien serta
gangguan dan perbedaan gastrointestinal sebelumnya.Obat – obatan, dapatkan informasi lengkap tentang obat yang diresepkan
dan yang dijual bebas, baik saat ini dan yang digunakan sebelumnya.Tanyakan tentang penggunaan Aspirin, dan obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang dapat memperberat gastritis.

- Riwayat kesehatan keluarga


Ada tidaknya anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien yaitu gastritis.

2.1.2. Pemeriksaan fisik : data fokus


- Pola Pemeliharaan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan
kesehatan, kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
- Pola Nurtisi – Metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan,
mual/muntah, makanan kesukaan.
- Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan Kulit. Kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi
(oliguri, disuri dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasidan miksi, Karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi
saluran kemih dll.
- Pola Latihan – Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dansirkulasi. Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan
sakit,gerak tubuh dan kesehatan berhubungan satu sama lain, Range Of Motion (ROM), riwayat penyakit jantung, frekuensi,
irama dan ke dalaman nafas, bunyi nafas riwayat penyakit paru.
- Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran,
perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan polakognitif didalamnya mengandung kemampuan daya
ingat klien terhadap peristiwa yang telah lama terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap waktu,
tempat, dan nama (orang, atau benda yang lain). Tingkat pendidikan, persepsi nyeri dan penanganan nyeri, kemampuan untuk
mengikuti, menilai nyeri skala 0-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat
kesadaran, orientasi klien, adakah gangguan penglihatan, pendengaran, persepsi sensori(nyeri), penciuman dan lain-lain.
- Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur, istirahat dan persepasi tentang energi. Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama
tidur, insomnia atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.
- Pola Konsep Diri - Persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain gambaran
diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri. Manusia sebagai sistem terbuka dimana keseluruhan bagian manusia akan
berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping sebagai sistem terbuka, manuasia juga sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-
kultural dan spriritual dan dalam pandangan secara holistik. Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri,
dampak sakit terhadap diri, kontak mata, isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa takberdaya, gugup atau relaks.
- Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien.
Pekerjaan, tempat tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang pasif/agresif terhadap orang lain, masalah keuangan dll.
- Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas,
riwayat haid, pemeriksaan mamae sendiri, riwayat penyakit hubungan seksual, pemeriksaan genital.
- Pola mekanisme koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan penggunaan system pendukung. Penggunaan obat untuk menangani
stress, interaksi dengan orang terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa digunakan, efek penyakit terhadap
tingkat stress.
- Pola Keyakinan Dan Spiritual
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk spiritual. Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam
melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya. Agama, kegiatan keagamaan dan budaya, berbagi dengan orang
lain,bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama sakit
(Perry,2005)(Asmadi,2008).
2.1.3. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan darah
- Uji nafas urea
- Pemeriksaan feses
- Endoskopi saluran cerna bagian atas
- Rontgen saluran cerna bagian atas
- Analisis lambung
- Analisis Stimulasi

II.2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Kekurangan Volume cairan
II.2.1. Definisi
Penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saat tanpa
perubahan pada natrium.

II.2.2. Batasan karakteristik


- Perubahan status mental - Kulit kering
- Penurunan tekanan darah - Peningkatan hematokrit
- Penurunan tekanan nadi - Peningkatan hematokrit
- Penurunan volume nadi - Peningkatan suhu tubuh
- Penurunan turgor kulit - Peningkatan frekuensi nadi
- Penurunan turgor lidah - Peningkatan konsentrasi urin
- Penurunan haluaran urin - Penurunan berat badan
- Penurunan pengisian vena - Tiba-tiba (Kecuali pada ruang ketiga)
- Membran mukosa kering - Haus dan Kelemahan
II.2.3. Faktor yang berhubungan
- Kehilangan cairan aktif
- Kegalalan mekanisme regulasi

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


II.2.4. Definisi
Asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
II.2.5. Batasan karakteristik
- Kram abdomen - Kesalahan konsepsi
- Nyeri abdomen - Kesalahan informasi
- Menghindari makanan - Membran mukosa pucat
- Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal - Ketidakmampuan memakan makanan
- Kerapuhan kapiler - Tonus otot menurun
- Diare - Mengeluh gangguan sensasi rasa
- Kehilangan rambut berlebihan - Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA
- Bising usus hiperaktif - Cepat kenyang setelah makan
- Kurang makanan - Sariawan rongga mulut
- Kurang informasi - Stratorea
- Kurang minat pada makanan - Kelemahan otot pengunyah
- Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat - Kelemahan otot untuk menelan
II.2.6. Faktor yang berhubungan
- Faktor biologis
- Faktor ekonomi
- Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
- Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
- Ketidakmampuan menelan makanan
- Faktor psikologis

Diagnosa 3 : Nyeri
II.2.7. Definisi
Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan dengan kerusakan jaringan aktual/potensial, atau digambarkan sebagai
suatu kerusakan (International Association for the study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan
hingga berat, terjadi konstan atau berulang yang berakhirnya tidak dapat diantisipasi atau diprediksi, dan berlangsung lebih dari 3
bulan atau kurang 3 bulan.

II.2.8. Batasan karakteristik


- Hambatan kemampuan meneruskan aktifitas sebelummnya
- Perubahan pola tidur
- Anoreksia
- Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidak dapat mebgungkapkannya
- Ekspresi wajah nyeri
- Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas
- Fokus pada diri sendiri
- Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri
- Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri

II.2.9. Faktor yang berhubungan


- Perubahan pola tidur - Malnutrisi
- Distress emosi - Kerudakan sistem syaraf
- Keletihan - Penggunaan komputer yang lama
- Peningkatan indeks masa tubuh - Mengangkat beban berat berulang
- Pola seksual tidak efektif - Isolasi sosial
- Agens pencedera - Vibrasi selurh tubuh

Diagnosa 4 : Kurang Pengetahuan / Difisiensi pengetahuan


II.2.10. Definisi
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.

II.2.11. Batasan karakteristik


- Perilaku hiperbola
- Ketidakakuratan mengikuti perintah
- Ketidakakuratan melakukan tes
- Perilaku tidak tepat (mis., histeria, bermusuhan, agitasi, apatis)
- Pengungkapan masalah

II.2.12. Faktor yang berhubungan


- Keterbatasan kognitif
- Salah interpretasi informasi
- Kurang pajanan
- Kurang minat dalam belajar
- Kurang dapat mengingat
- Tidak familier dengan sumber informasi
II.3. Perencanaan
Diagnosa 1 : Kekurangan Volume cairan
II.3.1. Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
Tujuan :
- Cairan seimbang
- Hidrasi
- Status nutrisi : makanan dan cairan
- Intake
Kriterian hasil :
- Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
- Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

II.3.2. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


- Monitor status hidrasi (kelembapan membran mukosa, dan adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan
- Monitor vital sign
- Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
- Catat karakteristik muntah atau drainase
- Pertahankan tirah baring, mencegah muntah dan tegangan saat defekasi
- Dorong masukan oral
- Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
- Kolaborasi pemberian cairan IV

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


II.3.3. Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
- Status nutrisi
- Status nutrisi : makanan dan cairan
- Intake
- Status nutrisi : intake nutrien
- Kontrol berat badan

Kriteria hasil:
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
- Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

II.3.4. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


- Kaji adanya alergi makanan
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Monitor turgor kulit, mual dan muntah
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

Diagnosa 3 : Nyeri
II.3.5. Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
- Level nyeri
- Kontrol nyeri
- Comfort nyeri

Kriteria hasil:
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan, teknik farmakologi untuk mengurangi, mencari
bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

II.3.6. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi.
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Ajarkan tentang teknik nonfarmakologis
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Diagnosa 4 : Difisiensi pengetahuan


II.3.7. Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
Tujuan :
- Pengetahuan : proses penyakit
- Pengetahuan : perilaku kesehatan
Kriterian hasil :
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.

II.3.8. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


- Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi
- Gambarkan tanda gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
- Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
- Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
- Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
- Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.
- Rujuk pasien pada grup atau gengsi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat.

III. Daftar Pustaka

Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawtan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.
Jogjakarta: Mediaction.
T. Heather Herdman. 2017. Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020 edisi 11. Jakarta : EGC

Banjarmasin, November 2020

Preseptor akademik,

(Evy Noorhasanah, S.Kep., Ns., M.Imun)


NIK. 01 02051983 030 008 005

Anda mungkin juga menyukai