Anda di halaman 1dari 3

ANALISA KASUS JURNAL

1. Judul Jurnal
Trakeostomi dan Krikotirotomi

2. Penulis Jurnal
Novialdi, Surya Azani

3. Kata Kunci
Trakeostomi, krikotirotomi, teknik operasi

4. Tujuan Penelitian
Untuk melakukan kedua prosedur ini diperlukan pemahaman tentang anatomi laring dan
trakea sehingga dapat mengetahui teknik operasi, komplikasi yang mungkin terjadi serta
perawatan pasca tindakan.

5. Analisa Jurnal PICO


a. Problem
Trakeostomi merupakan tindakan pembukaan dinding anterior leher guna mencapai
trakea sebagai jalan pintas untuk bernafas yang bersifat sementara. Trakeostomi
dapat dilakukan melalui teknik pembedahan, baik elektif maupun emergensi atau
dapat melalui teknik dilatasi perkutaneus. Krikotirotomi merupakan tindakan
membuat jalan nafas pintas melalui membran krikotiroid. Teknik ini dapat dilakukan
dengan menggunakan jarum (Needle chrycothyrotomi) atau melalui teknik
pembedahan (surgical cricothyrotomy). Demografi krikotirotomi sulit untuk
dipublikasikan karena prosedur ini relatif jarang dilakukan, bahkan dalam situasi
darurat. Di ruang gawat darurat, kejadian bervariasi antara 1.7- 2.7%. Sebuah
penelitian menemukan bahwa dari 1.560 pasien yang masuk ruang gawat darurat
karena trauma tumpul atau trauma tembus laring, hanya 9 pasien yang menjalani
krikotirotomi atau sekitar 0.5%.

b. Intervention
Perawatan Pasca Trakeostomi
Periode post operatif merupakan masa yang kritis terutama pada bayi dan neonatus.
Perwatan dan perhatian yang cermat sangat penting pada masa ini.
1) Humidifikasi
Humidifikasi udara inspirasi penting untuk transport mukosilier sekret dan
mencegah obstruksi jalan nafas karena sekret yang kental. Ada berbagai tipe
alat untuk humidifikasi: Cold water humidifiers, hot water humidifier, heat
and moisture exchangers (HME), stoma protector/ tracheal BIB dan
nebulisasi.
2) Penghisapan secret (Suction)
Penghisapan sekret dibutuhkan ketika pasien tidak mampu untuk
mengeluarkan sekret secara efektif. Pemilihan ukuran suction kateter yang
benar penting supaya lebih aman dan efektif.
3) Penggantian kanul
Jika menggunakan kanul ganda, biasanya tidak perlu untuk mengganti kanul
luar. Indikasi penggantian kanul luar yaitu jika cuff telah rusak atau bila
ditemukan ukuran kanul yang lebih cocok untuk pasien. Penggantian kanul
luar bukan tanpa resiko dan dapat menimbulkan kecemasan bagi pasien.
Indikasi penggantian kanul luar adalah obstruksi kanul, perubahan posisi
kanul, kerusakan cuff atau ditemukannya ukuran kanul yang lebih cocok
untuk pasien. Penggantian kanul luar biasanya dilakukan pada hari ke 5-7
post operatif ketika traktus yang sempurna sudah terbentuk. Anak kanul
dalam biasanya dibersihkan dua kali sehari atau lebih sering sesuai dengan
kebutuhan untuk mencegah obstruksi.
4) Antibiotik profilaksis
Pengguanaan antibiotik hanya diindikasikan pada infeksi paru dan infeksi
spesifik lain dan setela dilakukan kultur dan sensitivity test.

c. Compare
Jurnal ini akan dibandingkan dengan jurnal lain yang berjudul “ Trakeostomi pada
Stenosis Trakea Pasca Tuberkulosis dengan Komplikasi Granulasi Stent Trakea”
dengan penulis Nur Janah , Menaldi Rasmin , Boedi Swidarmoko. Jurnal ini tentang
komplikasi trakeostomi yang menyebabkan granulasi stent trakea (pembetukan
jaringan pada stent trakeostomi) yang dapat mengakibatkan infeksi. Pada Jurnal ini
bisa kita bandingkan dengan jurnal yang kita analisa sekarang tentang pemsangan
trakeostomi sehingga komplikasi yang didapat bisa menambahkan referensi.

d. Out Come
Trakeostomi merupakan tindakan pembukaan dinding anterior leher guna mencapai
trakea sebagai jalan pintas untuk bernafas yang bersifat sementara, yang dapat
dilakukan dalam kondisi elektif maupun darurat. Trakeostomi Dilatasi Perkutaneus
(TDP) teknik trakeostomi minimal invasif sebagai alternatif terhadap teknik
konvensional, dengan komplikasi yang lebih rendah dan waktu yang lebih pendek.

Kanul trakeostomi tersedia dalam berbagai ukuran dan jenis yang berbeda. Pemilihan
kanul tergantung usia, kondisi anatomis pasien dan kebutuhan medis pasien. Periode
post operatif merupakan masa yang kritis terutama pada bayi dan neonates, terhadap
komplikasi yang mungkin terjadi. Perwatan dan perhatian yang cermat sangat
penting pada masa ini. Krikotirotomi merupakan tindakan membuat jalan nafas
pintas melalui membran krikotiroid yang dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik jarum atau melalui teknik pembedahan

Penggunaan krikotirotomi sebagai terapi jalan nafas defenitif jangka panjang masih
kontroversi sehingga harus diganti dengan trakeostomi elektif untuk menghindari
stenosis subglotis atau laring.

6. Kekurangan Jurnal
a. Hanya menjelaskan prosedur pemasangan Trakeostomi dan krikotirotomi, tidak
menjelaskan secara spesifik tentang perawatannya
b. Tidak menjelskan secara spesifik indikasi pemasangan trakeostomi dan
krikotirotomi.
c. Tidak menambahkan pasien dengan Carsinoma Laring sebagai salah satu pasien yang
dapat terpasang trakeostomi, pdahal sebenrnya pasien dengan ca. Laring yang sangat
dianjurkan.
7. Kelebihan Jurnal
a. Menjelaskan prosedur yang lengkap dan sangat jelas tentang pemasangan
Trakeostomi dan Krikotiroitomi.
b. Penelitian ini sangat bermanfaat dalam dunia kesehatan khususnya pada bidang
kegawat dariratan dan kritis.
c. Terdapat perawatan trakostomi, Namun tidak terlalu banyak.

8. Implikasi Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan terpasang trakeostomi,
seorang perawat memerlukan pengetahuan tentang anatomi, fisiologi, dan patofisiologi
dari sistem persarafan. Pengalaman dan keterampilan perawat diperlukan dalam
melakukan pengkajian dasar.

Sebagai perawat, kita dituntut mampu untuk memberikan asuhan keperawatan secara
optimal pada pasien. Jika asuhan keperawatan yang diberikan perawat mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, intervensi sampai evaluasi dilaksanakan dengan tepat
dan baik dapat membantu penderita gangguan sistem pernafasan untuk dapat
mempertahankan kondisi kesehatannya.

Setelah diagnosa ini kita rumuskan, perawat membuat rencana asuhan keperawatan yang
mempunyai tujuan dan kriteria hasil dari pasien. Diharapkan dengan adanya pelaksanaan
dari rencana asuhan keperawatan tersebut, masalah pasien yakni keluhan-keluhan dari
penyakit THT dengan tindakan darurat seperti perawatan trakeostomi dapat teratasi baik
setengah maupun keseluruhan. Setelah pelaksanaan asuhan keperawatan diaplikasikan,
perawat lalu membuat evaluasi yang berguna untuk mengetahui efektivitas tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap pasien anak. Hingga akhirnya pada tahap evaluasi,
criteria hasil dari askep yang dilakukan akan berhasil.

Anda mungkin juga menyukai