1. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Kegawat daruratan
2. Tujuan Khusus :
3. agar bisa mengerti dan memahami konsep dasar Krikotiroidotomi
4. agar bisa mengerti dan memahami Prosedure Krikotiroidotomi
1. Sistematika
Makalah ilmiah ini terdiri dari tiga bab yang disusun berdasarkan sistematika
sebagai berikut:
Bab I
: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
dan sistematika penulisan.
Bab II
Bab III
Bab IV
: Prosedur Krikotiroidotomi
: Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
KRIKOTIROIDOTOMI
1. Definisi
Krikotirodotomi merupakan tindakan penyelamat pada pasien dalam keadaan
gawat napas. Dengan cara membelah membrane krikotiroid untuk dipasang kanul.
Membrane ini terletak dekat kulit, tidak terlalu kaya darah sehingga lebih mudah
dicapai. Tindakan ini harus dikerjakan cepat walaupun persiapannya darurat
(Hadiwikarta, dkk, 2010).
Krikotiroidotomi merupakan tindakan insisi kulit, fasia, dan membrane
krikotiroidea yang memungkinkan pemasangan pipa kedalam trachea.trachea
dipegang satu tangan dan insisi dibuat transversal. (John A. Boswick,Ir,MD,1988)
1. Klasifikasi
Krikotiroidotomi dibagi menjadi 2 macam yaitu needle cricothyroidotomy dan
surgical cricothyroidotomy.
1. Needle cricothyroidotomy
1. Pada needle cricothyroidotomy,sebuah semprit dengan jarum digunakan
untuk melubangi melewati membran krikoid yang berada sepanjang trach
Setelah jarum menjangkau trakea, kateter dilepaskan dari jarumnya dan
dimasukkan ke tenggorokan dan dilekatkan pada sebuah kantung berkatup.
To perform a cricothyroidotomy, the surgeon makes an incision into the
cricoid cartilage of the throat (B). The incision is held open while an
endotracheal tube is inserted (C). The tube is secured in the trachea to
maintain an airway for the patient (D). (Illustration by GGS Inc.)
1. Surgical cricothyroidotomy
Pada surgical cricothyroidotomy, dokter dan tim medis lainnya membuat insisi
melewati membran krikoid sampai ke trakea dengan tujuan memasukkan pipa
untuk ventilasi pasien. ialah suatu tindakan dan hanya boleh dilakukan oleh
personil yang terlatih serta dalam keadaan yang sangat darurat.tusukan krikotiroid
terdiri dari pemasangan jarum ukuran 13 14 yang melekat pada spuit kedalam
trachea. Jari-jari satu tangan digunakan untuk memfiksasi kartilago tiroidea serta
tangan lain mempalpasi cekungan di bawah tiroid dan diatas kartilago krikoidea.
Jarum dipasang melalui kulit, fasia, dam membrane krikotiroidea. Kemudian
dibuat tekanan yang selalu negative pada semprit sampai udara menghilangkan
tekanan negative ini, dan kemudian semprit dilepaskan.
1. Teknik Krikotirodotomi
Pasien tidur telentang dengan kepala ekstensi pada artikulasio atlanto oksipitalis.
Puncak tulang rawan tiroid (Adams apple) mudah diidentifikasi difiksasi dengan
jari tangan kiri. Dengan telunjuk jari tangan kanan tulang rawan tiroid diraba ke
bawah sampai ditemukan kartilago krikoid. Membrane krikotiroid terdapat
diantara kedua tulang rawan ini. Daerah ini diinfiltrasi dengan anestetikum
kemudian dibuat sayatan horizontal pada kulit. Jaringan dibawah sayatan
dipisahkan tepat pada garis tengah. Setelah tepi bawah kartilago tiroid terlihat,
tusukkan pisau dengan arah ke bawah. Kemudian, masukkan kanul bila tersedia.
Jika tidak, dapat dipakai pipa plastic untuk sementara.
Krikotirodotomi merupakan kontraindikasi pada anak dibawah 12 tahun,
demikian juga, pada tumor laring yang sudah meluas ke subglotik dan terdapat
laryngitis. Stenosis subglotik akan timbul bila kanul dibiarkan terlalu lama karena
kanul yang letaknya tinggi akan mengiritasi jaringan-jaringan disekitar subglotis,
sehingga terbentuk jaringan granulasi dan sebaiknya segera diganti dengan
trakeostomi dalam waktu 48 jam.
1. Indikasi
1. Indikasi Absolut krikotiroidotomi :
o gagal intubasi, tidak terjadi ventilasi, atau pasien tidak bias tenang
terhadap pemasangan alat bantu nafas.
2. Indikasi relative krikotiroidotomi :
o trauma wajah atau orofaringeal yang massif
o pembengkakan wajah atau orofaringeal yang masif.
1. Kontraindikasi
1. Kontraindikasi absolute : tidak ada kontraindikasi absolute untuk
dilakukan krikotiroidotomi
2. Kontrainsokasi relative :
Tumor laring
Anak usia < 8 tahun karena anatomi kecil dan jaringannya sangat lembut
Gangguan perdarahan
1. Komplikasi
Komplikasi dari krikotiroidotomi :
Gagal napas
Emfisema subkutis
Infeksi
Perforasi esophageal
Mediastinitis
Pneumotoraks
Pneumomediastinum
Trauma laring
Stoma persisten
Stenosis subglotik
BAB III
PROSEDUR KRIKOTIROIDOTOMI
1. Teknik
2. Jika status pasien dan situasinya memungkinkan ( yang hampir selalu tidak
memungkinkan ) , jelaskan tindakan tersebut kepada pasien dan mintalah
ijinkannya
3. Temukan memebran krikotiroid yang terletak disebelah inferior kartilago
tiroid dan disebelah superior tepi krikoid.
4. Lakukan persiapan untuk pembedahan dan anastesia (bila waktu
memeungkinkan)
5. Tusukkan jarum melalui kulit dan kemudian melalui bagian inferior
membran krikotiroid dengan penghisapan yang konstan dan posisi jarum
membentuk sudut 45 derajat terhadap kulit serta mengarah ke kaudal.
6. Begitu gelembung udara diaspirasi,kurang sudut terhadap kulit sampai
kira-kira 15 derajat,kemudian tusukan lebih lanjut 1-2mm,dan pastikan
kembali aspirasi udara kedalam semprit.
7. Segera dorong kateter mengikuti jarum kedalam trakea hingga pangkal
kateter mengenai kulit
8. Pastikan lagi aspirasi udaranya dengan semprit anda
9. Lakukan oksigenasi dan ventilasi dengan menggunakan salah satu dari
tehnik berikut ini :
10. Oksigenasi difusi secara pasif pda keadaan apnea;kalau jalan nafas pasien
tersumbat total sehingga tidak terjadi ekspirasi,maka Pa02 dapat
dipertahankan mengalirkan oksigen 100% kedalam paru dengan kecepatan
kira-kira 5 L / menit. PaCO2 akan terus mengalammi penaikan denga
tehnik ini,dan biasanya dalam kecepatan rata-rata 2-3mmHg/menit namun
sering sudah dapat mempertahankan jiwa pasien utnuk waktu yang cukup
lama guna menyelasaikan permaslahan jalan nafas secara pasti.
11. Adapter dari pipa endotrakea pediatri berukuran 3 mm dihubungkan
dengan pangkal keteter sehingga memeungkinkan ventilasi dengan alat
kantong resusitasi yang dapat mengembang sendiri. Sebagi pilihan
lain,adapter dari pipa endotrakea berukuran 8 mm dapat dihubungkan
dengan tabung smprit 3 Ml,lalu ujung semperit dimasukan kedalam
kateter,dan alat bag valve yang dipegang tangan disambung keadapter,dan
dengan demikian tindakan ventilasi pasien dapat dilakukan
12. Dipasaran tersedia alat hand trigger valves yang memungkinkan oksigen
dari sumber bertekanann tinggi untuk ditiupkan langsung melalui kateter.
Dengan teknik ini,katup akan terbuka sampai pengembangan dada yang
memadai terlihat dan kemudia ditutup untuk memungkinkan ekshalasi
13. Lakukan ventilasi terhadap pasien selama 1 sddetik dan biarkan selama 2
detik untuk ekshalasi. Ekshalasi harus melaui jalan nafas pasien itu sendiri
karena adanya tahanan terhadap aliran udara melauui kateter yang sempit.
Kompresi dada dapat dilakukan untuk meningkatkan ekspirasi dan aliran
melalui jalan nafas yang melalui obstruksi parsial
14. Komplikasi
Komplikasi tindakan tersebut pada dasarnya identik denga konplikasi
pembedahan krikotiriodotomi standar keculi tidak dilakukannya insisi dan resiko
terjadinya cedera vaskuler lebih kecil. Resiko yang bertambah besar adalah resiko
terjadinya baro trauma (sebagi contoh,emvsema subcutan,pneumotoraks,dan
pnemomediastinum) bila dibandingkan dengan krikotiroidotomi.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Krikotirodotomi merupakan tindakan penyelamat pada pasien dalam keadaan
gawat napas. Dengan cara membelah membrane krikotiroid untuk dipasang kanul.
Membrane ini terletak dekat kulit, tidak terlalu kaya darah sehingga lebih mudah
dicapai. Tindakan ini harus dikerjakan cepat walaupun persiapannya darurat
(Hadiwikarta, dkk, 2010).
Krikotiroidotomi merupakan tindakan insisi kulit, fasia, dan membrane
krikotiroidea yang memungkinkan pemasangan pipa kedalam trachea.trachea
dipegang satu tangan dan insisi dibuat transversal. (John A. Boswick,Ir,MD,1988)
Adapun prosedur yang harus diperhatikan adalah
1. Jika status pasien dan situasinya memungkinkan ( yang hampir selalu tidak
memungkinkan ) , jelaskan tindakan tersebut kepada pasien dan mintalah
ijinkannya
2. Temukan memebran krikotiroid yang terletak disebelah inferior kartilago
tiroid dan disebelah superior tepi krikoid.
3. Lakukan persiapan untuk pembedahan dan anastesia (bila waktu
memeungkinkan)
4. Tusukkan jarum melalui kulit dan kemudian melalui bagian inferior
membran krikotiroid dengan penghisapan yang konstan dan posisi jarum
membentuk sudut 45 derajat terhadap kulit serta mengarah ke kaudal.
paha.
5. Tentukan lokasi jari setingkat dibawah nipple bayi. Tempatkan jari tengah anda
pada sternum dampingi dgn jari manis.
6. Lakukan chest thrust dgn cepat.
7. Ulangi langkah 1-6 hingga benda asing keluar / hilangnya kesadaran.
8. Jika bayi kehilangan kesadaran, buka jalan napas & buang benda asing jika ia
terlihat. Hindari melakukan usapan jari secara membuta pada bayi & anak,
karena benda asing bisa terdorong lebih jauh ke dlm jalan napas.
Tahapan Prosedur Back Blow & Chest Thrust (buat Anak 1-8 th)
1. Buat klien yg berdiri/duduk:
a. Posisi anda dibelakang klien.
b. Tempatkan lengan anda dibawah aksila, melingkari tubuh korban
c. Tempatkan tangan anda melawan abdomen klien, sedikit di atas pusar &
dibawah prosesus xipoideus.
d. Lakukan dorongan ke atas (upward thrusts) hingga benda asing keluar / pasien
kehilangan kesadaran.
2. Utk klien pada posisi supine:
a. Posisi anda berlutut disamping klien / mengangkangi paha klien.
b. Tempatkan lengan anda di atas pusar & dibawah prosesus xipoideus.
c. Lakukan thrust ke atas dgn cepat, dgn arah menuju tengah-tengah & tak
diarahkan ke sisi abdomen.
d. Jika benda asing terlihat, keluarkan dgn memanfaatkan sapuan jari tangan.
Attention !!!
? Back blow tak direkomendasikan pada pasien diatas usia bayi.
? Sapuan jari membuta wajib dihindari pada bayi & anak, sebab kemungkinan
bisa mendorong benda asing lebih kebelakang ke dlm jalan napas.
Komplikasi
1. Nyeri abdomen, ekimosis
2. Mual, muntah
3. Patah tulang iga
4. Cedera/trauma pada organ-organ dibawah abdomen/dada.
Pendidikan Kesehatan buat Klien
1. Makan perlahan
2. Potong makanan menjadi kecil-kecil
3. Kunyah mkanan hingga halus
4. Jangan mengobrol & tertawa saat mengunyah
5. Pastikan gigi/gigi palsu anda baik
6. Duduk saat makan
7. Jaga makanan/mainan yg berukuran kecil/keras seperti kacang, agar jauh dari
jangkauan anak di bawah 3 tahun
8. Larang anak berjalan / lari saat makan utk menurunkan kemungkinan aspirasi
Daftar Pustaka
Proehl, J.A. (1999). Eemergency nursing procedures. (2nd ed.). Philadelphia:
W.B. Saunder Company.
Further Reading:
American Heart Association. (1994). Basic life support for healthcare providers.
Dallas: Author.
Simon, R., & Brenner, B. (1994). Emergency procedures and techniques. (3rd
ed.). Baltimore: William & Wilkins.
Metode
1. Abdominal Thrust
2. Chest Thrust
3. Back Blow
Indikasi
Untuk menghilangkan obstruksi di jalan napas atas yang disebabkan oleh benda
asing & yg ditandai oleh beberapa atau semua dari tanda dan gejala berikut ini:
1. Secara mendadak tidak dapat berbicara.
2. Tanda-tanda umum tercekikrasa leher tercengkeram
3. Bunyi berisik selama inspirasi.
4. Penggunaan otot asesoris selama bernapas dan peningkatan kesulitan
bernapas.
5. Sukar batuk atau batuk tidak efektif atau tidak mampu utk batuk.
6. Tidak terjadi respirasi spontan atau sianosis
7. Bayi dan anak dg distres respirasi mendadak disertai dg batuk, stidor atau
wizing.
Kontraindikasi dan Perhatian
1. Pada klien sadar, batuk volunter menghasilkan aliran udara yg besar dan
dapat menghilangkan obstruksi.
Sapuan jari membuta harus dihindari pada bayi dan anak, sebab
kemungkinan dapat mendorong benda asing lebih kebelakang ke dalam
jalan napas.
Komplikasi
1. Nyeri abdomen, ekimosis
2. Mual, muntah
3. Fraktur iga
4. Cedera/trauma pada organ-organ dibawah abdomen/dada.
Pendidikan Kesehatan untuk Klien
1. Makan perlahan
2. Potong makanan menjadi kecil-kecil
3. Kunyah mkanan hingga halus
4. Jangan mengobrol dan tertawa saat mengunyah
5. Pastikan gigi/gigi palsu anda baik
6. Duduk saat makan
lidah yang terjatuh ke belakang dan menutup faring pada korban tidak
sadar yang terlentang
teknik yang digunakan untuk mengeluarkan SBA pada dewasa sadar adalah
manuver
Heimlich
(abdominal
Thrust) dan chest thrust.
A.Teknik
Manuver
Heimlich
(Abdominalis
thrust)
:
langkah 1
bila korban dapat batuk, mintalah dia batuk sekeras mungkin agar benda
asing dapat keluar dari jalan napas.
bila jalan napas korban tersumbat, dia tidak dapat bicara, bernapas,
maupun batuk. Wajah korban kebiruan. Penolong harus segera melakukan
langkah berikutnya.
langkah 2
langkah 3
tempatkan sisi ibu jari kepalan tangan pada dinding abdomen di atas yang
lain
ulangi abdominal thrust sampai benda asing keluar atau korban tidak sadar
langkah 2
bila korban berdri penolong berdiri di belakang orban, bila korban duduk
penolong berlutut dan berada di belakang korban. letakkan satu kaki di
antara kedua tungkai korban.
langakh 3
tempatkan sisi ibu jari kepalan tangan pada pertengahan tulang dada
korban
genggam kepalan dengan tangan yang lain dan berikan hentakan ke arah
dalam (sebanyak 5 kali)
ulangi chest thrust sampai benda asing keluar atau korban tidak sadar.
sadar
ikuti
prosedur
berikut
posisikan korban terlentang di alas yang datar dan keras dan segera
aktifkan Emergency Medical service dengan menghubungi ambulan 118.
langkah 2
kait dengan jari telunjuk dan keluarkan semua SBA yang terliat.
langkah 3
bila jalan napas tersumbat, reposisi kepala dan lakukan ventilasi ulang
langkah 4
bila jalan napas tetap tersumbat, lakukan kompresi dada. (posisi tangan
untuk kompresi dada dengan RJP dewasa)
langkah 5
langkah 6
jika nadi tidak teraba (bila nadi sulit ditentukan dan tidak didapatkan
'tanda-tanda sirkulasi', perlakukan sebagai henti jantung), lanjutkan RJP 30
: 2.
jika tidak ada napas, lakuakan napas bantuan 12 x/menit (satu tiupan tiap 5
detik) dengan hitungan saru ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu setalah
tiap tiupan, ulangi sampai 12x.
jika nadi dan na[pas ada, letakkan korban pada posis recovery.
Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas.
Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut
korban di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang
sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong menekan ke
arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas.
Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi terbaring
tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi Jantung
Paru (RJP).
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan sendiri
Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas.
Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar
dan di bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan
ke atas kea rah diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat
dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi
Teknik :
Laring dilihat dengan laringoskop, kemudian dimasukkan pipa endotrakea dengan
balon atau bronkoskop. Dalam keadaan darurat, pipa harus dimasukkan melalui
mulut. Banyak pasien yang memerlukan intubasi dalam keadaan tidak sadar atau
semikoma sehingga tidak diperlukan anestesi. Meskipun belum terbukti bahwa
tanpa anestesi akan meningkatkan terjadinya refleks vasovagal dan henti antung,
maka bila mungkin, sebaiknya dicoba memperbaiki oksigenisasi sebelum
melakukan intubasi.Pada pasien yang sadar, anestesi dapat diberikan dengan
aplikasi topikal melalui faring dan sinus piriformis atau suntikan pada n. laringius
interna.
Komplikasi :
Pipa yang terpasang di laring untuk waktu lama dapat menimbulkanulserasi
mukosa, pembentukan jaringan granulasi, edem subglotis dan akhirnyastenosis
laring dan trakea. Komplikasi ini lebih sering pada pasien sadar atau hiperaktif
dengan refleks menelan yang aktif. Pada umumnya, bila diperkirakan perlu
intubasi lebih lama dari 48 sampai 72 jam, sebaiknya dilakukan trakeostomi, oleh
karena pembersihan sekret dari traktus trakeobronkial lebih sukar dan lebih
mudah timbul sumbatan pada pipa endotrakea. Pada endotrakea mungkin lebih
menguntungkan pada bayi dan anak kecil, karena lebih sering timbul komplikasi
akut akibat trakeostomi, yang lebih buruk dari pada kerugian akibat intubasi.
Krikotirotomi (Koniotomi)
Dalam keadaan tertentu, jalan napas dapat diperbaiki dengan membuka trakea
melalui membran kortikotiroid. Teknik ini diterangkan oleh Vicq dAzur pada
tahun 1805. keuntungan teknik ini bahwa membran krikotiroid berada langsung di
bawah kulit dan jaringan subkutan, dan hanya memerlukan alat serta teknik yang
sederhana untuk memperoleh udara pernapasan dengan cepat. Kerugian teknik ini
banyak, sehingga terbatas penggunaannya. Ruang kortikotiroid relatif sempit dan
sering tidak cukup untuk memasukkan pipa trakeostomi dengan ukuran adekuat
tanpa merusak kartilago krikoid. Tiap luka pada krikoid dapat diikuti dengan
perikondritis dan stenosis laring. Insisi pada membran krikotiroid dapat merusak
konus elastikus, menimbulkan perubahan suara yang permanen. Arteri krikotiroid
masuk ke dalam ruang krikotiroid dekat garis tengah yang mungkin menjadi
sumber perdarahan yang cukup banyak selama melakukan teknik ini. Komplikasi
utama krikotirotomi ialah stenosis laring. Makin lama pipa terpasang pada
membran krikotiroid, makin besar kemungkinan terjadi perikondritis,
pembentukan jaringan granulasi, dan akhirnya stenosis laring.
Indikasi :
Bila intubasi endotrakea tidak mungkin dilakukan, trakeostomi atau
krikotirotomi mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi jalan napas. Pada
umumnya, trakeostomi merupakan teknik yang lebih baik, tetapi dalam keadaan
darurat tertentu krikotirotomi merupakan cara terbaik untuk mempertahankan
jalan napas, menghindari asfiksi dan kematian. Indikasi krikotirotomi antara lain
ialah :
1. Perlengkapan dan alat-alat intubasi endotrakea atau trakeostomi tidak
memadai untuk mengatasi obstruksi jalan napas yang berat.
2. Kebutuhan untuk mempertahankan jalan napas dilakukan oleh tenaga yang
tidak terlatih medis
3. Keperluan untuk mempertahankan jalan napas pada obstruksi laring
karena tumor, sehingga seluruh bagian krikotiroid akan ikut dikeluarkan
pada saat operasi definitif.
Teknik :
Ruang krikotiroid ditentukan dengan melakukan ekstensi kepala dan meraba
penonjolan arkus kartilago krikoid yang terdapat 2-3 cm di bawah lekuk V yang
menonjol dari tulang rawan tiroid pada orang dewasa. Insisi horisontal yang kecil
dibuat dengan benda tajam apa saja, tepat di atas batas atas tulang rawan krikoid,
sehingga tampak membran krikotiroid, dan kemudian ditembus pada garis tengah.
Luka tembus diperluas ke lateral dengan alat yang tipis dan tumpul tanpa
menggunakan tenaga untuk menghindari perdarahan dari arteri krikotiroid. Bila
pipa tidak tersedia, jalan napas dipertahankan dengan memisahkan kartilago
krikoid dan tiroid, menggunakan tangkai pisatu atau alat lain yang tipis. Dengan
membuat insisi melalui membran krikotiroid lebih dekatke kartilago krikoid,
perdarahan dari arteri krikotiroid biasanya dapat dihindari. Melakukan punksi
rongga krikotiroid dengan jarum suntik yang besar (No.15) dapat dicoba pada
keadaan darurat, akan tetapi udara pernapasan tidak adekuat, kecuali bila
digunakan lebih dari satu jarum.
Trakeostomi
Trakeostomi ialah pembuatan lubang di dinding anterior trakea, untuk
mempertahankan jalan napas. Pertama kali dikemukakan oleh Aretaeus dan
Galenpada abad pertama dan kedua Sesudah Masehi. Walaupun teknik ini
dikemukakan berulang kali setelah itu, tetapi orang pertama yang diketahui secara
pasti melakukan tindakan ini ialah Antonio Brasavola pada tahun 1546. Prosedur
ini disebut dengan berbagai istilah, antara lain laringotomi dan bronkotomi sampai
istilah trakeotomi diperkenalkan oleh Heister pada tahun 1718. Pada tahun-tahun
terakhir, digunakan istilah trakeostomi, yang lebih tepat. Pipa trakeostomi yang
pertama dengan kanul dalam diperkenalkan oleh George Martine di Inggris kirakira tahun 1730 untuk menghindari sumbatan pipa pasca bedah.
Indikasi :
Trakeostomi dapat dilakukan untuk tujuan terapi atau sebagai suatu prosedur
berencana. Trakeostomi berencana mungkin diperlukan bila diramalkan akan
terjadi problema pernapasan pada pasien pasca bedah daerah kepala, leher atau
toraks atau pasien dengan insufisiensi paru kronik. Indikasi yang jarang ialah pada
pasien, yang intubasi orotrakea sukar dilakukan atau tak mungkin dilakukan
untuk tujuan anestesi umum. Trakeostomi juga harus dilakukan sebelum
pembedahan tumor-tumor orofaring atau laring untuk menghindari manipulasi
tumor yang tidak perlu. Trakeostomi untuk terapi perlu dilakukan pada tiap kasus
insufisiensi pernapasan yang disebabkan oleh hipoventilasi alveolus untuk
memintas sumbatan, mengeluarkan sekret atau untuk tujuan penggunaan
pernapasan buatan secara mekanis. Bila mungkin, trakeostomi terapi harus
didahului oleh intubasi endotrakea. Walaupun intubasi endotrakea dapat segera
memperbaiki gangguan jalan napas, trakeostomi harus dilakukan bila
diperhitungkan perlu perawatan jalan napas lebih dari 48 jam, karena :
1. Mengeluarkan sekret jauh lebih mudah lewat suatu pipa trakeostomi, dan
kemungkinan terjadinya obstruksi pipa lebih kecil.
2. Pasien sangat sulit menelan dengan adanya pipa endotrakea.
respirator dengan tekanan positif. Pipa dengan balon bertekanan rendah saat ini
telah tersedia dan harus dipakai, tetapi balon harus dikempiskan secara perkasa.
Insisi kulit tidak dijahit dan tidak diperban dengan tekanan karena dapat
menimbulkan emfisem subkutan, pnemomediastinum dan pnemotoraks. Kasa
kecil dapat diletakkan antara pinggir pipa dan kulit leher.
Pernah besuk (atau bezuk?) seseorang di ICU? pernah lihat yang namanya
selang nafas? nah, itu yang akan kita bahas sedikit disini.
Intubasi trakea ialah tindakan memasukkan pipa trakea, orang awam sering
sebut sebagai selang nafas, ke dalam trakea melalui rima glottis, sehingga ujung
distalnya berada kira-kira pada pertengahan antara pita suara dan bifurkasio
trakea.
Alat
Sebelum melakukan tindakan intubasi trakea, ada beberapa alat yang perlu
disiapkan yang disingkat dengan STATICS.
1. S = Scope
Yang dimaksud scope di sini adalah stetoskop dan laringoskop. Stestoskop
untuk mendengarkan suara paru dan jantung serta laringoskop untuk melihat
laring secara langsung sehingga bisa memasukkan pipa trake dengan baik dan
benar. Secara garis besar, dikenal dua macam laringoskop:
a. Bilah/daun/blade lurus (Miller, Magill) untuk bayi-anak-dewasa.
b. Bilah lengkung (Macintosh) untuk anak besar-dewasa.
Pilih bilah sesuai dengan usia pasien. Yang perlu diperhatikan lagi adalah lampu
pada laringoskop harus cukup terang sehingga laring jelas terlihat.
2. T = Tubes
Yang dimaksud tubes adalah pipa trakea. Pada tindakan anestesia, pipa
trakea mengantar gas anestetik langsung ke dalam trakea dan biasanya dibuat dari
bahan standar polivinil klorida. Ukuran diameter pipa trakea dalam ukuran
milimeter. Bentuk penampang pipa trakea untuk bayi, anak kecil, dan dewasa
berbeda. Untuk bayi dan anak kecil di bawah usia lima tahun, bentuk penampang
melintang trakea hampir bulat, sedangkan untuk dewasa seperti huruf D. Oleh
karena itu pada bayi dan anak di bawah lima tahun tidak menggunakan kaf (cuff)
sedangkan untuk anak besar-dewasa menggunakan kaf supaya tidak bocor. Alasan
lain adalah penggunaan kaf pada bayi-anak kecil dapat membuat trauma selaput
lendir trakea dan postintubation croup.
Pipa trakea dapat dimasukkan melalui mulut (orotracheal tube) atau
melalui hidung (nasotracheal tube). Nasotracheal tube umumnya digunakan bila
penggunaan orotracheal tube tidak memungkinkan, mislanya karena terbatasnya
pembukaan mulut atau dapat menghalangi akses bedah. Namun penggunaan
nasotracheal tube dikontraindikasikan pada pasien dengan farktur basis kranii.
Di pasaran bebas dikenal beberapa ukuran pipa trakea yang tampak pada
tabel di bawah ini.
Usia
Diameter (mm)
Skala French
Prematur
2,0-2,5
10
Neonatus
2,5-3,5
12
1-6 bulan
3,0-4,0
14
-1 tahun
3,0-3,5
16
1-4 tahun
4,0-4,5
18
4-6 tahun
4,5-,50
20
6-8 tahun
5,0-5,5*
22
8-10 tahun
5,5-6,0*
24
10-12 tahun
6,0-6,5*
26
12-14 tahun
6,5-7,0
28-30
Dewasa wanita
6,5-8,5
28-30
Dewasa pria
7,5-10
32-34
*Tersedia dengan atau tanpa cuff
Tabel 1. Pipa Trakea dan peruntukannya
Size
PLAIN
2.5 mm
3.0 mm
3.5 mm
4.0 mm
4.5 mm
Size
CUFFED
4.5 mm
5.0 mm
5.5 mm
6.0 mm
6.5 mm
7.0 mm
7.5 mm
8.0 mm
8.5 mm
9.0 mm
3. A = Airway
Airway yang dimaksud adalah alat untk menjaga terbukanya jalan napas
yaitu pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring
(naso-tracheal airway). Pipa ini berfungsi untuk menahan lidah saat pasien tidak
sadar agar lidah tidak menyumbat jalan napas.
4. T = Tape
Tape yang dimaksud adalah plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau
tercabut.
5. I = Introducer
Introducer yang dimaksud adalah mandrin atau stilet dari kawat yang dibungkus
plastik (kabel) yang mudah dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea
mudah dimasukkan.
6. C = Connector
Connector yang dimaksud adalah penyambung antara pipa dengan bag
valve mask ataupun peralatan anestesia.
7. S = Suction
Suction yang dimaksud adalah penyedot lendir, ludah, dan cairan lainnya.
a.
b.
Kontraindikasi
Trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang vertebra servical,
sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi.
Keadaan trauma / obstruksi jalan nafas atas, mencegah aspirasi, penanganan jalan
nafas jangka panjang, mempermudah proses weaning ventilator.
Penyulit IntubasiTrakea
Kesulitan memasukkan pipa trakea berhubungan dengan variasi anatomi
yang dijumpai. Klasifikasi tampakan faring pada saat mulut terbuka masimal dan
lidah dijulurkan maksimal menurut Mallampati dibagi menjadi empat kelas.
Sedangkan menurut Cormack dan Lehanne kesulitan intubasi juga dibagi menjadi
4 gradasi.
1.
2.
3.
4.
Indikasi Intubasi
Intubasi Orotrakeal
Intubasi orotrakeal dilakukan pada pasien-pasien:
Ancaman atau risiko terjadinya aspirasi yang lebih besar
Pemberian bantuan napas dengan menggunakan sungkup sulit dilakukan
Ventilasi direncanakan dalam waktu yang lama
Intubasi orotrakeal juga dilakukan sebagai prosedur tindakan bedah, seperti bedah
kepala-leher, intratorak, dan lainnya.
Intubasi Nasotrakeal
Intubasi nasotrakeal dapat dilakukan pada pasien-pasien yang akan
menjalani operasi maupun tindakan intraoral. Dibandingkan dengan pipa
orotrakeal, diameter maksimal dari pipa yang digunakan pada intubasi nasotrakeal
biasanya lebih kecil oleh karenanya tahanan jalan napas menjadi cenderung
meningkat. Intubasi nasotrakeal pada saat ini sudah jarang dilakukan untuk
intubasi jangka panjang karena peningkatan tahanan jalan napas serta risiko
terjadinya sinusitis.
Kontraindikasi dari pemasangan pipa nasotrakeal antara lain fraktur basis
cranii, khususnya pada tulang ethmoid, epistaksis, polip nasal, koagulopati, dan
trombolisis.
Teknik Intubasi
Intubasi Orotrakeal
Intubasi orotrakeal biasanya menggunakan laringoskop dengan dua jenis
blade yang paling umum digunakan, yaitu Macintosh dan Miller. Blade Macintosh
berbentuk lengkung. Ujungnya dimasukkan ke dalam Valekula (celah antara
pangkal lidah dan permukaan faring dari epiglotis). Pemakaian blade Macintosh
ini memungkinkan insersi pipa endotrakeal lebih mudah dan dengan risiko trauma
minimal pada epiglotis. Ukuran pada blade Macintosh pun beragam dari nomor 1
hingga nomor 4. Untuk dewasa, pada umumnya digunakan ukuran nomor 3.
Sedangkan blade Miller berbentuk lurus, dan ujungnya berada tepat di
bawah permukaan laringeal dari epiglotis. Epiglotis kemudian diangkat untuk
melihat pita suara. Kelebihan dari blade Miller ini adalah anestesiologis dapat
melihat dengan jelas terbukanya epoglotis, namun di sisi lain jalur oro-hipofaring
lebih sempit. Ukuran bervariasi dari nomor 0 hingga nomor 4, dengan ukuran
yang paling umum digunakan untuk dewasa berkisar antara nomor 2 atau 3.
Pasien diposisikan dalam posisi sniffing, dimana oksiput diangkat atau
dielevasi dengan bantuan bantal atau selimut yang dilipat dan leher dalam posisi
ekstensi. Biasanya posisi seperti ini akan memperluas pandangan laringoskopik.
Sedangkan posisi leher fleksi mempersulit dalam pasien membuka mulut.
terdengar hanya pada salah satu sisi paru saja, maka diperkirakan telah terjadi
intubasi endobronkial dan ETT harus ditarik perlahan hingga suara napas
terdengar simetris di lapangan paru kanan dan kiri. ETT kemudian difiksasi segera
dengan menggunakan plester.