Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

PENGELOLAAN JALAN NAFAS DENGAN ALAT (TRAKEATOMI &


KRIKOTIROIDOTOMI)

NAMA : SRI WAHYUNI

NIM : 142 2017 0010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
A. Definisi
Trakeostomi adalah prosedur pembedahan dengan menempatkan selang melalui sebuah
lubang ke dalam trakea untuk menatasi obstruksi jalan napas atau dengan mempertahankan
jalan napas dengan cara mengisap lender atau untuk penggunaan ventilasi mekanis yang
kontinu. Trakeostomi dapat digunakan sementara, jangka pendek untuk masalah akut atau
jangka panjang untuk masalah kronis (Murelli, T.M, 2000).
Krikotirotomi merupakan salah satu pemilihan sementara ketika terjadi situasi dimana
ventilasi dan intubasi tidak dapat dilakukan. Krikotirotomi merupakan pilihan utama untuk
penanganan jalan nafas pada trauma maksilofasial, perdarahan saluran napas atas, atau
obstruksi jalan napas (Rehatta, dkk, 2019).

B. Indikasi dan Kontraindikasi


1. Indikasi
a. Trakeotomi: penyapihan ventilator yang sulit, fasilitasi clearance trakeobronkial,
proteksi jalan napas terhadap aspirasi, antisipasi penggunaan ventilator dalam jangka
waktu yang lama, dan minimalisasi kebutuhan sedasi di ICU (Rehatta, dkk., 2019).
b. Krikotirotomi: kegagalan intubasi, obstruksi jalan napas atas, retensi sekresi, gagal
napas setelah sternotomi, fraktur servikal, dan trauma fasial (Rehatta, dkk., 2019).
2. Kontraindikasi
a. Trakeotomi: Obstruksi laring dengan tumor ganas, dan ganggaun pembekuan darah
yang tidak terkontrol (hemofili)
b. Krikotiromi: Cedera laring, cedera trakea, dan koagulopati.
(Rehatta, dkk., 2019).

C. Prosedur Tindakan
1. Trakeotomi
a. Alat-alat yang perlu dipersiapkan adalah:

- APD - Sepasang pengait tumpul,


- Semprit yang berisi obat analgesia - Klem arteri,
- Pisau, - Gunting kecil yang tajam
- Pinset anatomi,
- Gunting panjang yang tumpul - Kanul trakea dengan ukuran yang
sesuai untuk pasien
b. Pasien atau keluarganya yang akan dilakukan tindakan trakeostomi harus dijelaskan
segala resiko tindakan trakeostomi termasuk kematian selama prosedur tindakan.
c. Posisi pasien berbaring terlentang dengan bagian kaki lebih rendah 30° untuk
menurunkan tekanan vena sentral pada vena-vena leher.
d. Bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk
diekstensikan pada persendian atalanto oksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan
lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher.
e. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup
dengan kain steril.
f. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal
secara infiltrasi.
g. Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai
fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan
jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari
bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira lima
sentimeter.
h. Dengan gunting panjang yang tumpul, kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan
lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea
yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih.
i. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini
mudah ditemukan.
j. Pembuluh darah vena jugularis anterior yang tampak ditarik ke lateral. Ismuth tiroid
yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin,
ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya.
k. Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat kedua tepinya dan disisihkan ke
lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat.
l. Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea
dan akan terasa ringan waktu ditarik.
m. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam.
n. Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan
tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa. Untuk menghindari
terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi kulit jangan terlalu pendek agar tidak
sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya emfisema kulit.
2. Krikotirotomi
a. Menjelang operasi
1) Persetujuan operasi yang ditanda tangani pasien atau keluarga (informed consent)
prosedur operasi, hilangnya suara, komplikasi, penjelasan perawatan paska bedah.
Dikerjakan dimanapun dengan penerangan yang baik, alat penghisap yang
memadai, ada asisten.
2) APD, antibiotika profilaksis, Cefazolin atau Clindamycin kombinasi dengan
Garamycin, dosis menyesuaikan untuk profilaksis. Dapat dilakukan dengan
anestesi lokal atau tanpa anestesi. Pada anestesi lokal diperlukan lidokain dengan
dosis maksimal 7 mg/kg BB.
3) Terlentang dengan hiperekstensi kepala, bahu diberi bantalan sehingga trakea
lebih tampak ke anterior, kepala diberi bantalan ‘doughnut’
b. Tahapan Operasi
1) Temukan memebran krikotiroid yang terletak disebelah inferior kartilago tiroid
dan disebelah superior tepi krikoid.
2) Lakukan persiapan untuk pembedahan dan anastesia (bila waktu memeungkinkan)
3) Tusukkan jarum melalui kulit dan kemudian melalui bagian inferior membran
krikotiroid dengan penghisapan yang konstan dan posisi jarum membentuk sudut
45 derajat terhadap kulit serta mengarah ke kaudal.
4) Begitu gelembung udara diaspirasi,kurang sudut terhadap kulit sampai kira-kira
15 derajat,kemudian tusukan lebih lanjut 1-2mm,dan pastikan kembali aspirasi
udara kedalam semprit.
5) Segera dorong kateter mengikuti jarum kedalam trakea hingga pangkal kateter
mengenai kulit
6) Pastikan lagi aspirasi udaranya dengan semprit anda
7) Lakukan oksigenasi dan ventilasi dengan menggunakan salah satu dari tehnik
berikut ini : Oksigenasi difusi secara pasif pda keadaan apnea;kalau jalan nafas
pasien tersumbat total sehingga tidak terjadi ekspirasi,maka Pa02 dapat
dipertahankan mengalirkan oksigen 100% kedalam paru dengan kecepatan kira-
kira 5 L / menit. PaCO2 akan terus mengalammi penaikan denga tehnik ini,dan
biasanya dalam kecepatan rata-rata 2-3mmHg/menit namun sering sudah dapat
mempertahankan jiwa pasien utnuk waktu yang cukup lama guna menyelasaikan
permaslahan jalan nafas secara pasti.
8) Adapter dari pipa endotrakea pediatri berukuran 3 mm dihubungkan dengan
pangkal keteter sehingga memeungkinkan ventilasi dengan alat kantong resusitasi
yang dapat mengembang sendiri. Sebagi pilihan lain,adapter dari pipa endotrakea
berukuran 8 mm dapat dihubungkan dengan tabung smprit 3 Ml,lalu ujung
semperit dimasukan kedalam kateter,dan alat bag valve yang dipegang tangan
disambung keadapter,dan dengan demikian tindakan ventilasi pasien dapat
dilakukan
9) Dipasaran tersedia alat hand trigger valves yang memungkinkan oksigen dari
sumber bertekanann tinggi untuk ditiupkan langsung melalui kateter. Dengan
teknik ini,katup akan terbuka sampai pengembangan dada yang memadai terlihat
dan kemudia ditutup untuk memungkinkan ekshalasi
10) Lakukan ventilasi terhadap pasien selama 1 sddetik dan biarkan selama 2 detik
untuk ekshalasi. Ekshalasi harus melaui jalan nafas pasien itu sendiri karena
adanya tahanan terhadap aliran udara melauui kateter yang sempit. Kompresi
dada dapat dilakukan untuk meningkatkan ekspirasi dan aliran melalui jalan nafas
yang melalui obstruksi parsia.
DAFTAR PUSTAKA

Rehatta, N. Margaritha, Elizeus Hanindito, Aida R. Tantri, Ike S. Redjeki, R. F. Soenarto. D.


Yulianyi Bisr, A. M. Takdir Musda, Mayang I. Lestari. 2019. Anestesiologi dan Terapi
Intensif: Buku teks KATI-PEERDATIN Edisi Pertama. Jakarta: PT Gramedia Utama.

Marelli, T. M. 2000. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai