Anda di halaman 1dari 29

MODUL

PREPARASI BED LUKA

WAKTU
Proses pembelajaran dilaksanakan melalui metode:
1. Pengajaran dan Kuliah (2 x 60 menit)
2. Small group discussion (4 x 30 menit)
3. Video assisted (2 x 30 menit)
4. Bedside teaching (7 round)
5. Observer pada tindakan (3 kali)
6. Tindakan dengan bimbingan (3 kali)
7. Mandiri (1 kali)

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Setelah mengikuti sesi ini PPDS diharapkan mampu mengerti dan menguasai
penilaian, penegakan diagnosis berbagai macam luka, cara preparasi luka, dan
menentukan pemilihan dressing luka dengan baik dan benar.

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


1. Mampu menjelaskan proses penyembuhan luka
2. Mampu menjelaskan tentang penilaian luka, klasifikasi dan karakteristik luka
3. Mampu menjelaskan tentang preparasi bed luka dan menegakkan diagnosis
berdasarkan pemeriksaan klinis
4. Mampu menjelaskan tentang metode debridement
5. Mampu menjelaskan tentang macam-macam dressing luka
6. Mampu melakukan komunikasi dengan pasien dan keluarganya mengenai
segala sesuatu yang berkaitan dengan luka dan penanganannya serta hal-hal
yang mungkin terjadi selama dan sesudah penanganan
7. Mampu melakukan penanganan preparasi bed luka yang optimal pada luka
8. Mampu mengenali kasus-kasus yang perlu dirujuk ke spesialis bedah plastik
dan tata cara merujuknya

1
STRATEGI / METODE PEMBELAJARAN
Tujuan 1. Mampu menjelaskan proses penyembuhan luka
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
• Interactive lecture
• Small group discussion..
Must to know key points:
Penyembuhan luka

Tujuan 2. Mampu menjelaskan tentang penilaian luka, klasifikasi dan


karakteristik luka
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
• Interactive lecture
• Journal reading and review.
• Peer assisted learning (PAL).
• Bedside teaching.
Must to know key points
• Jenis dan klasifikasi luka

Tujuan 3. Mampu menjelaskan tentang preparasi bed luka dan menegakkan


diagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
• Interactive lecture
• Journal reading and review.
• Case simulation
Must to know key points:
• diagnosis dan preparasi bed luka

Tujuan 4. Mampu menjelaskan tentang metode debridement


Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
• Interactive lecture
• Demonstration and Coaching
• Practice with Real Clients
Must to know key points:
• metode debridement

Tujuan 5. Mampu menjelaskan tentang macam-macam dressing luka


Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
• Interactive lecture
• Journal reading and review.
• Simulation
• Practice with Real Clients.
Must to know keypoints

2
• macam dressing luka

Tujuan 6. Mampu melakukan komunikasi dengan pasien dan keluarganya


mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan luka dan penanganannya serta
hal-hal yang mungkin terjadi selama dan sesudah penanganan
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
• Interactive lecture.
• Demonstration and Coaching
• Practice with Real Clients.
Must to know keypoints
• Luka dan penanganannya

Tujuan 7. Mampu melakukan penanganan preparasi bed luka yang optimal pada
luka
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
• Interactive lecture.
• Case study
• Simulation
• Bed side teaching
• Demonstration and Coaching
• Practice with Real Clients.
Must to know keypoins
• Penanganan preparasi bed luka

Tujuan 8. Mampu mengenali kasus-kasus yang perlu dirujuk ke spesialis bedah


plastik dan tata cara merujuknya
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
• Interactive lecture.
• Case study
• Bed side teaching
Must to know keypoins
• Kasus luka sulit sembuh

PERSIAPAN SESI
 Materi Modul :
Prosedur Preparasi Bed Luka
Preparasi bed luka adalah suatu proses pembuangan barrier yang terdapat
di luka untuk mempersiapkan luka supaya dapat melalui proses
penyembuhan luka dengan baik yang dapat dilakukan dengan cara
melakukan debridement, kontrol bakteri dan pengelolaan eksudat.

3
 Debridement adalah suatu proses usaha menghilangkan jaringan
nekrotik atau jaringan nonvital dan jaringan yang sangat
terkontaminasi dari bed luka dengan mempertahankan secara
maksimal struktur anatomi yang penting seperti syaraf, pembuluh
darah, tendo dan tulang. Jika jaringan nekrotik tidak dihilangkan
akan berakibat tidak hanya menghalangi penyembuhan luka tetapi
juga dapat terjadi kehilangan protein, osteomielitis, infeksi sistemik
dan kemungkinan terjadi sepsis, amputasi tungkai atau kematian.
Setelah debridement akan terjadi perbaikan sirkulasi dan suplai
oksigen yang adekuat ke luka. Debridement dilakukan pada luka
akut maupun pada luka kronis.
Metode debridement :
1. Autolytic debridement
2. Enzymatic debridement
3. Mechanical debridement
4. Biological debridement
5. Surgical debridement
Autolytic Debridement (invivo enzymes self digest devitalized
tissue) tehnik debridement yang membuat suasana lembab
untuk mengaktifkan enzim di dalam luka yang akan
menghancurkan jaringan nonvital. Suasana lembab
diperoleh dengan hydrocolloid, transparent . film dan
hydrogels.

Enzymatic Debridement merupakan suatu teknik debridement


menggunakan topikal ointment. Cara bekerjanya secara
proteolitik, fibrinolitik dan kolagenase, tergantung dari target
jaringan yang akan dihancurkan. Topikal oinment yang populer
saat ini adalah kolagenase (Santyl) hasil fermentasi dari
Clostridium histolyticum yang mempunyai kemampuan unik
mencerna kolagen dalam jaringan nekrotik. Papain (Panafil,
Accuzyme) merupakan enzim proteolitik yang merupakan
penghancur protein tetapi tidak berbahaya pada jaringan
sehat.

4
Mechanical Debridement (gauze debridement), prinsip
kerjanya adalah wet to dry dressing. Luka ditutup dengan
kasa yang telah dibasahi normal saline, setelah kering kasa
akan melekat dengan jaringan yang mati. Saat mengganti
balut jaringan mati akan ikut terbuang. Tindakan ini
dilakukan berulang 2 sampai 6 kali perhari. Prosedur ini
membuat tidak nyaman bagi penderita saat mengganti balutan,
merusak jaringan granulasi baru, merusak epitel yang masih
fragile dan potensial timbul maserasi di sekitar luka. Termasuk
dalam metode mechanical debridement ini adalah hydrotherapy
(whirlpool debridement) dan irigasi (pulsed lavage
debridement).
Biological Debridement merupakan terapi upaya debridement
secara biological menggunakan larva disebut sebagai Maggot
Debridement Therapy (MDT). Prosedur ini dapat
membersihkan jaringan nekrotik dan infeksi tanpa rasa nyeri,
desinfeksi membunuh bakteri, stimulasi penyembuhan luka.
Surgical Debridement adalah tindakan menggunakan skalpel,
gunting, kuret atau instrumen lain disertai irigasi untuk
membuang jaringan nekrotik, dari luka. Tujuan dari surgical
debridement adalah eksisi luka sampai jaringan normal, lunak,
vaskularisasi baik. Seringkali tindakan ini tidak bisa dilakukan
seperti: Keadaan umum penderita jelek, persyaratan pembiusan
(kadar hemoglobin, kadar gula darah, albumin, elektrolit, batuk
pilek, dll), tidak ada yang mengurus penderita, antrian jadwal
operasi dan adanya masalah dalam pembiayaan.
Faktor penting untuk pertimbangan dalam pemilihan metode
debridement untuk pengelolaan luka adalah : kecepatan
debridement, kemampuan seleksi jaringan, nyeri luka, jumlah
eksudat, infeksi luka dan biaya.
Tabel . Memilih Debridement yang Sesuai
Faktor yang Surgica Enzymati
Autolytic Mechanical
dipertimbangkan l c
Kecepatan 1 2 4 3

5
Selektivitas 2 1 3 4
Nyeri 4 2 1 3
Eksudat 1 4 3 2
Infeksi 1 3 4 2
Biaya 4 2 1 3

Pembedahan adalah pilihan pertama jika faktor kecepatan, mengatasi


eksudat dan mengatasi infeksi yang menjadi pertimbangan (1), tetapi
mempunyai kekurangan yaitu rasa nyeri dan biaya yang relatif lebih
tinggi (4). Autolytic menjadi pertimbangan untuk prosedur yang tidak
nyeri dan relatif biaya rendah. Mechanical yang secara sepintas biaya
murah tetapi tampak pada tabel ini ternyata secara keseluruhan
membutuhkan biaya yang cukup tinggi mendekati cara pembedahan.

 Kontrol Bakteri
Keberadaan bakteri di luka dapat dikategorikan dalam :
kontaminasi, kolonisasi, kolonisasi kritis dan infeksi. Luka
terbuka adalah luka kontaminasi, berarti terdapat bakteri pada bed
luka tetapi tidak aktif berkembang. Luka kolonisasi adalah jika
bakteri tersebut aktif berkembang tetapi tidak ada invasi ke
jaringan luka, sedangkan kolonisasi kritis adalah jika sudah
mengganggu penyembuhan luka, tetapi tidak ada gejala dan tanda
khas infeksi. Disebut infeksi jika sudah ada tanda dan gejala
infeksi yaitu eritema, nanah, bau, hangat dan bengkak. Bila
jumlah bakteri >105/ gram jaringan dapat terjadi infeksi dan akan
menghambat penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik pada
perawatan luka dapat secara topikal (krim, salep, gel, bubuk)
maupun parenteral tergantung dari kondisi luka. Alternatif yang
lain adalah penggunaan dressing yang mengandung silver.

 Mengelola Eksudat
Cara terbaik untuk melihat bed luka yang tidak sembuh pada luka
kronik adalah dengan menilai jumlah eksudat. Pengelolaan eksudat
dapat dilakukan direct dan indirect

6
Direct : dilakukan balut tekan disertai highly absorbent dressing
atau sistem vacum mechanical. Bisa juga dilakukan pencucian dan
irigasi menggunakan NaCI 0,9% atau air steril. Tindakan ini tidak
hanya membuang eksudat dan seluler debris tetapi juga dapat
menurunkan jumlah bakteri yang sering menyebabkan
berlebihnya jumlah eksudat.
Indirect : Prosedur ini ditujukan untuk mengurangi penyebab yang
mendasari koloni bakteri yang ekstrim.

 Media
 Papan tulis / flipchart
 Komputer
 LCD proyektor
 Kamar operasi
 Alat peraga : Model-model luka dan berbagai macam dressing

 Alat bantu pembelajaran


 Internet
 Telekonferens
 Workshop
 Penelitian

KOMPETENSI
Mampu mengerti dan menguasai batasan preparasi bed luka dan cara melakukannya.
 Semester I : mengamati (observer) dan asistensi
 Semester II : melakukan preparasi bed

REFERENSI
 Grabb and Smith’s Plastic Surgery 6th ed.
 McCarthy Plastic Surgery
 Plastic Surgery : Indications, Operations and Outcomes

7
 Mathes’s Plastic Surgery, 2nd eds, 2005, Saunders / Elsevier.
 Baranoski S, Ayello EA. Wound Care Essential Practice Principles. Philadelphia,
Lippincot Williams & Wilkins, 2004.
 Cohen IK, Diegelman RF, Limblad WJ, Wound Healing Biochemical and Clinical
Aspect. Philadelphia. WB Saunders Co.
 Journal Wound Repair and Regenerative
 Plastic and Reconstructive Surgery
 Journal of Plastic, Reconstructive and Aesthetic Surgery

GAMBARAN UMUM / INTRODUKSI


a. Definisi
Luka adalah suatu keadaan putusnya kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh
berbagai hal. Kondisi ini akan segera disusul dengan proses penyembuhan luka.
b. Proses Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki
kerusakan yang terjadi. Fisiologi penyembuhan luka melalui 3 fase, yaitu :
1. Fase inflamasi
Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari 5. Segera
setelah terjadinya luka, pembuluh darah yang putus mengalami
konstriksi dan retraksi disertai reaksi hemostasis karena agregasi
trombosit yang bersama jala fibrin membekukan darah.
Komponen hemostasis ini akan melepaskan dan mengaktifkan
sitokin yang meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-
like Growth Factor (IGF), Plateled-derived Growth Factor
(PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-β) yang
berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast
sel, sel endotelial dan fibroblas. Pada fase ini kemudian terjadi
vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN).
Agregat trombosit akan mengeluarkan mediator inflamasi
Transforming Growth Factor beta 1 (TGF 1) yang juga
dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF 1 akan mengaktivasi
fibroblas untuk mensintesis kolagen.
2. Fase proliferasi atau fibroplasi
Pada fase ini fibroplasi mengalami proliferasi dan mensintesis
kolagen. Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan adanya

8
kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini mulai terjadi
granulasi, kontraksi luka dan epitelialisasi
3. Fase remodeling atau maturasi
Pada fase ini terjadi proses yang dinamis berupa remodelling
kolagen, kontraksi luka dan pematangan parut. Aktivitas sintesis
dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan. Fase ini
berlangsung mulai 3 minggu sampai 2 tahun. Akhir dari
penyembuhan ini didapatkan parut luka yang matang yang
mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal.
c. Klasifikasi luka
Luka dapat terjadi pada trauma, pembedahan, neuropatik, vaskuler, penekanan
dan keganasan.
Luka diklasifikasikan menjadi 2 :
1. Luka akut : adalah luka baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai
dengan waktu yang diperkirakan.
Contoh : Luka sayat, luka bakar, luka tusuk, crush injury, luka operasi.
2. Luka kronik : luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali
(rekuren) dimana terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang
biasanya disebabkan oleh masalah multifaktor dari penderita. Luka kronik
luka yang gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon
baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali. Contoh :
Ulkus dekubitus, ulkus diabetik, ulkus venous, luka bakar dll.
d. Penanganan luka
Penanganan luka secara umum meliputi : penilaian luka, preparasi bed luka,
dressing dan penutupan luka.
1. Penilaian luka
 Ukuran dan dalam luka : tampak kulit, jaringan subkutan, fascia,
otot atau tulang
 Kulit sekitar luka : warna, kelembaban, flexibilitas
 Tepi luka : perlekatan ke dasar luka
 Bed luka : jaringan nekrotik, jaringan granulasi, fibrin, kolonisasi
bakteri, eksudat.
Karakteristik luka meliputi :

9
1. Luka akut
2. Luka nekrotik (kronis, hitam, kering)
3. Luka slough (kronis, kuning, basah)
4. Luka granulasi (merah, permukaan tidak rata)
5. Luka infeksi (merah, banyak eksudat)
6. Luka epithelisasi (kulit muda berwarna merah muda)
2. Dressing
Bertujuan melindungi luka dari trauma dan infeksi. Dalam kondisi
lembab (moist) penyembuhan luka lebih cepat 50% dibanding luka
kering dan peningkatan kecepatan reepitelialisasi.
Prinsip pemilihan balutan untuk keseimbangan cairan pada luka :
 Dapat mempertahankan kondisi luka tetap lembab dan kulit
sekitar luka tetap kering.
 Berdasarkan evaluasi klinis.
 Dapat mengontrol eksudat agar tidak mengakibatkan kekeringan
pada dasar luka. Kelebihan eksudat yang tidak terkontrol dapat
mengakibatkan maserasi disekitar luka dan membuat luka
semakin parah.
 Mudah digunakan dan tidak perlu sering diganti.
 Mengisi tiap rongga dalam luka yang dapat mencegah
peningkatan invasi bakteri.

3. Penutupan luka (akan dibahas di modul tersendiri).

e. Prosedur Perawatan Luka

10
f. Follow Up
Perawatan luka setiap 3 – 5 hari tergantung dari kondisi luka. Jika dressing sudah
basah dan kotor sebaiknya dibuka lebih cepat. Setiap kali melakukan perawatan
luka dilakukan penilaian kondisi luka.

11
CONTOH KASUS

Kasus I :

Perempuan, 35 tahun, datang dengan luka pada lengan kiri yang belum sembuh setelah
tersiram air panas 30 hari lalu.

Pemeriksaan Fisik:

- Keadaan umum: cukup, tanda vital stabil

- Status lokal: R. Ekstremitas Superior S

Luka: ± 6 X 6 cm2, merah, basah, mudah berdarah, permukaan tidak rata;

di beberapa tepi luka sudah kering

Diskusi : Problem apa yang dialami oleh penderita dan bagaimana penangannya ?

Jawaban : Luka Kronik Granulasi

Penanganannya :

1) Pasang handschoen

2) Buka penutup luka

3) Ganti handshoen steril

4) Desinfeksi dari tepi luka ke distal

5) Pasang doek steril

6) Cuci luka: Savlon + NaCl 0,9%

7) Absorbent dressing:

- Hydrofiber

- Calcium alginate

- Foam

8) Transparent dressing

12
Kasus II :

Laki-laki, 17 tahun, datang dengan luka pada kaki kanan setelah 1 minggu sebelumnya
terserempet ban sepeda motor. Selama ini pasien kontrol ke poli.

Pemeriksaan Fisik:

- Keadaan umum: cukup; subfebris

- Status lokal: R. Pedis D

Luka di dorsum 5 X 8 cm2; pus +, merah, bengkak, nyeri, teraba hangat

Diskusi : Problem apa yang dialami oleh penderita dan bagaimana penangannya ?

Jawaban : Luka Kronik Infeksi

Penanganan:

1) Pasang handschoen

2) Buka penutup luka

3) Ganti handshoen steril

4) Kultur pus

5) Desinfeksi dari tepi luka ke distal

6) Pasang doek steril

7) Cuci luka: Savlon + NaCl 0,9%

8) Antibiotik: topikal dan sistemik

9) Mechanical debridement atau Absorbent dressing dengan silver

10) Transparent dressing

13
Kasus III :

Perempuan, 50 tahun, dirawat di bangsal bedah dengan paraparese dan ulkus dekubitus.
Luka terus mengeluarkann cairan namun tidak berbau.

Pemeriksaan Fisik:

- Keadaan umum: lemah, tanda vital: stabil

- Status lokal: R. Sakrum

Ulkus dekubitus 5 X 5 cm2; dasar otot; basah; jaringan putih kekuningan

yang melekat erat ke dasar luka

Diskusi : Problem apa yang dialami oleh penderita dan bagaimana penangannya ?

Jawaban : Luka Kronik Nekrotik Basah / ’Slough’

Penanganan:

1) Pasang handschoen

2) Buka penutup luka

3) Ganti handshoen steril

4) Desinfeksi dari tepi luka ke distal

5) Pasang doek steril

6) Cuci luka: Savlon + NaCl 0,9%

7) Enzymatic debridement: 2-3 hari sekali

8) Absorbent dressing

9) Transparent dressing

14
Kasus IV :

Laki-laki, 30 tahun, dirawat dengan luka pada kepala setelah tersetrum listrik 1 minggu lalu.

Pemeriksaan Fisik:

- Keadaan umum: lemah; fibrilasi atrial +

- Status lokal: R. Parieto-oksipital

Jaringan berwarna kehitaman seluas 7 X 6 cm2, kering, tidak nyeri

Diskusi : Problem apa yang dialami oleh penderita dan bagaimana penangannya ?

Jawaban : Luka Kronik Nekrotik Kering

Penanganan:

1) Pasang handschoen

2) Buka penutup luka

3) Ganti handshoen steril

4) Desinfeksi dari tepi luka ke distal

5) Pasang doek steril

6) Cuci luka: Savlon + NaCl 0,9%

7) Debridement: - Autolitik (Hydroactive gel) 2-3 hari sekali atau

- Enzimatik 2-3 hari sekali

8) Transparent dressing

15
Kasus V :

Perempuan, 27 tahun, datang ke Poli Bedah Plastik dengan luka pada lengan setelah jatuh
dari sepeda motor 1 minggu lalu.

Pemeriksaan Fisik:

- Keadaan umum: cukup, tanda vital stabil

- Status lokal: R. Antebrachii

Luka lecet 4 X 4 cm2; tepi warna merah muda kering; bagian tengah

masih basah

Diskusi : Problem apa yang dialami oleh penderita dan bagaimana penangannya ?

Jawaban : Luka Epitelialisasi

Penanganan:

1) Pasang handschoen

2) Buka penutup luka

3) Ganti handshoen steril

4) Desinfeksi dari tepi luka ke distal

5) Pasang doek steril

6) Cuci luka: Savlon + NaCl 0,9%

7) Hydrocolloid dressing atau

Transparent dressing

16
EVALUASI

1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pretest dalam bentuk MCQ, essai dan lisan sesuai
dengan tingkat masa pendidikan, yang bertujuan untuk menilai kemampuan awal
peserta didik dan mengidentifikasi kekurangan yang dimiliki. Materi pretest terdiri
atas:
 Menjelaskan proses penyembuhan luka
 Menjelaskan tentang penilaian luka, klasifikasi dan karakteristik luka
 Menjelaskan tentang prinsip preparasi bed luka dan menegakkan diagnosis
berdasarkan pemeriksaan klinis
 Menjelaskan tentang metode debridement
 Menjelaskan tentang macam-macam dressing luka
 Menguraikan preparasi bed luka yang optimal pada luka

2. Selanjutnya dilakukan small group discusion bersama dengan fasilitator untuk


membahas kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang berkenaan
dengan penuntun belajar, kesempatan yang akan diperoleh pada saat bedside teaching
dan proses penilaian.
3. Setelah mempelajari penuntun belajar ini peserta didik diwajibkan untuk
mengaplikasikan langkah-langkah yang tertera dalam penuntun belajar dalam bentuk :
 Mengevaluasi kondisi luka, yang meliputi bed luka, dan jaringan kulit
sekitar luka
 Membuat rancangan tindakan yang akan dikerjakan :
 Menentukan luas raw surface
 Menilai kondisi bed luka
 Menentukan jenis tindakan preparasi yang dilakukan
 Preparasi bed luka :
 Mengamati
 Asistensi
 Melakukan tindakan dibawah supervisi
 Preparasi mandiri
Pada saat asistensi, evaluator melakukan penilaian dan kelengkapan laporan
tindakan → perawatan pasca tindakan sampai jadwal kontrol di poliklinik. Bila
telah dianggap mampu, peserta dapat melakukan tindakan dibawah supervisi.

17
Penilaian saat pengawasan langsung (direct observation) menggunakan checklist
(terlampir) dan mengisi formulir penilaian sebagai berikut :

 Perlu perbaikan
Pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak dilaksanakan

 Cukup
Pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal pemeriksaan terlalu
lama atau kurang memberikan kenyamanan kepada pasien

 Baik
Pelaksanaan sudah benar dan baik (efisien)

Setelah dianggap kompeten, peserta didik dapat melakukan operasi mandiri.

4. Dilakukan bedside teaching saat ronde di ruangan untuk diskusi kasus dan
perencanaan tindakan pada pasien yang belum dioperasi. Juga menilai hasil tindakan
dan komplikasi yang mungkin timbul pada pasien. Setelah selesai bedside teaching,
dilakukan kembali diskusi untuk mendapatkan penjelasan dari berbagai hal yang tidak
memungkinkan dibicarakan di depan pasien, dan memberikan masukan untuk
memperbaiki kekurangan yang ditemukan.
5. Self assessment dan peer assisted evaluation dengan mempergunakan penuntun
belajar.
6. Pendidik / fasilitator
 Pengamatan langsung dengan memakai evaluation checklist form / daftar tilik
(terlampir)
 Penjelasan lisan dari peserta didik/diskusi
 Kriteria penilaian keseluruhan :
- Lulus dengan baik
- Lulus dengan tugas yang dapat memperbaiki kinerja (task-based medical
evaluation)
- Perlu mengulang
7. Di akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan diberi tugas yang
dapat memperbaiki kinerja (task-based medical education)

18
8. Pada pertengahan pertemuan dilaksanakan test dalam bentuk essai, MCQ dan atau
lisan, yang bertujuan untuk menilai kemampuan peserta didik serta evaluasi proses
pembelajaran. Materi test terdiri dari :
a. Proses penyembuhan luka
b. Penilaian luka, klasifikasi dan karakteristik luka
c. Prinsip preparasi bed luka dan menegakkan diagnosis berdasarkan
pemeriksaan klinis
d. Metode debridement
e. Macam-macam dressing luka
f. Preparasi bed luka yang optimal pada luka

Bentuk ujian / test latihan


 Ujian akhir stase, bedah lanjut, dilakukan di bagian bedah plastik

19
DAFTAR CEK PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR PREPARASI BED LUKA

No Daftar cek penuntun belajar Sudah dikerjakan Belum dikerjakan

1. Memakai sarung tangan

2. Penilaian Luka:
- ukuran dan dalam
- tepi luka
- bed luka (akut, granulasi, nekrotik,
slough, infeksi, epitelisasi)
- kulit sekitar
3. Memilih tipe debridement :
- surgical
- autolytic
- enzymatic
- mechanical
- biological
4. Desinfeksi tepi luka melingkar ke arah
luar
5. Pasang doek steril

6. Cuci dengan sabun antiseptik pada


daerah luka
7. Bilas dengan NaCl 0,9% atau aquades
steril
8. keringkan dengan kasa steril

9. melakukan debridement sesuai


dengan teknik debridement yang
dipilih
10. Mengelola eksudat bila ada dengan :
absorbent dressing yg sesuai
11. Kontrol bakteri bila ada kolonisasi
atau infeksi
12. Pemilihan dressing

13. Menilai luka telah siap ditutup

20
DAFTAR TILIK

Berikan tanda √ dalam kotak yang tersedia bila ketrampilan / tugas telah dikerjakan
dengan memuaskan dan berikan tanda x bila tidak dikerjakan dengan memuaskan
serta T/D bila tidak dilakukan pengamatan
√ Memuaskan
Langkah / tugas dikerjakan sesuai dengan prosedur standar atau penuntun
X Tidak memuaskan
Tidak mampu untuk mengerjakan langkah / tugas sesuai dengan prosedur
standar atau penuntun
T/D Tidak diamati
Langkah, tugas atau ketrampilan tidak dilakukan oleh peserta latih selama
penilaian oleh pelatih

Nama peserta didik Tanggal


Nama pasien No. Rekam medis

DAFTAR TILIK
Pengamatan
No Kegiatan/langkah klinik
1 2 3 4 5
1 Memakai sarung tangan
2 Penilaian Luka:
3 Memilih tipe debridement :
4 Desinfeksi tepi luka melingkar ke arah luar
5 Pasang doek steril
6 Cuci dengan sabun antiseptik pada daerah luka
7 Bilas dengan NaCl 0,9% atau aquades steril
8 keringkan dengan kasa steril
9 melakukan debridement sesuai dengan teknik
debridement yang dipilih
10 Mengelola eksudat bila ada dengan :
absorbent dressing yg sesuai
11 Kontrol bakteri bila ada kolonisasi atau infeksi
12 Pemilihan dressing
13 Menilai luka telah siap ditutup

Peserta dinyatakan : Tanda tangan pelatih


o Layak
o Tidak layak

21
Melakukan prosedur
ALGORITMA

Penilaian Pasien

Diagnosis

Luka

Luka Akut Preparasi bed luka Luka Kronik

Kontrol bakteri Pengelolaan jaringan non vital Pengelolaan eksudat

Antibiotik Debridement Produk Absorbtif

Luka telah terpreparasi

Penutupan luka

Primer Sekunder Graft Flap

Luka sembuh

22
PRESENTASI : Power Point

23
24
25
26
27
28
29

Anda mungkin juga menyukai