WAKTU
Proses pembelajaran dilaksanakan melalui metode:
1. Pengajaran dan Kuliah (2 x 60 menit)
2. Small group discussion (4 x 30 menit)
3. Video assisted (2 x 30 menit)
4. Bedside teaching (7 round)
5. Observer pada tindakan (3 kali)
6. Tindakan dengan bimbingan (3 kali)
7. Mandiri (1 kali)
1
STRATEGI / METODE PEMBELAJARAN
Tujuan 1. Mampu menjelaskan proses penyembuhan luka
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
• Interactive lecture
• Small group discussion..
Must to know key points:
Penyembuhan luka
2
• macam dressing luka
Tujuan 7. Mampu melakukan penanganan preparasi bed luka yang optimal pada
luka
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
• Interactive lecture.
• Case study
• Simulation
• Bed side teaching
• Demonstration and Coaching
• Practice with Real Clients.
Must to know keypoins
• Penanganan preparasi bed luka
PERSIAPAN SESI
Materi Modul :
Prosedur Preparasi Bed Luka
Preparasi bed luka adalah suatu proses pembuangan barrier yang terdapat
di luka untuk mempersiapkan luka supaya dapat melalui proses
penyembuhan luka dengan baik yang dapat dilakukan dengan cara
melakukan debridement, kontrol bakteri dan pengelolaan eksudat.
3
Debridement adalah suatu proses usaha menghilangkan jaringan
nekrotik atau jaringan nonvital dan jaringan yang sangat
terkontaminasi dari bed luka dengan mempertahankan secara
maksimal struktur anatomi yang penting seperti syaraf, pembuluh
darah, tendo dan tulang. Jika jaringan nekrotik tidak dihilangkan
akan berakibat tidak hanya menghalangi penyembuhan luka tetapi
juga dapat terjadi kehilangan protein, osteomielitis, infeksi sistemik
dan kemungkinan terjadi sepsis, amputasi tungkai atau kematian.
Setelah debridement akan terjadi perbaikan sirkulasi dan suplai
oksigen yang adekuat ke luka. Debridement dilakukan pada luka
akut maupun pada luka kronis.
Metode debridement :
1. Autolytic debridement
2. Enzymatic debridement
3. Mechanical debridement
4. Biological debridement
5. Surgical debridement
Autolytic Debridement (invivo enzymes self digest devitalized
tissue) tehnik debridement yang membuat suasana lembab
untuk mengaktifkan enzim di dalam luka yang akan
menghancurkan jaringan nonvital. Suasana lembab
diperoleh dengan hydrocolloid, transparent . film dan
hydrogels.
4
Mechanical Debridement (gauze debridement), prinsip
kerjanya adalah wet to dry dressing. Luka ditutup dengan
kasa yang telah dibasahi normal saline, setelah kering kasa
akan melekat dengan jaringan yang mati. Saat mengganti
balut jaringan mati akan ikut terbuang. Tindakan ini
dilakukan berulang 2 sampai 6 kali perhari. Prosedur ini
membuat tidak nyaman bagi penderita saat mengganti balutan,
merusak jaringan granulasi baru, merusak epitel yang masih
fragile dan potensial timbul maserasi di sekitar luka. Termasuk
dalam metode mechanical debridement ini adalah hydrotherapy
(whirlpool debridement) dan irigasi (pulsed lavage
debridement).
Biological Debridement merupakan terapi upaya debridement
secara biological menggunakan larva disebut sebagai Maggot
Debridement Therapy (MDT). Prosedur ini dapat
membersihkan jaringan nekrotik dan infeksi tanpa rasa nyeri,
desinfeksi membunuh bakteri, stimulasi penyembuhan luka.
Surgical Debridement adalah tindakan menggunakan skalpel,
gunting, kuret atau instrumen lain disertai irigasi untuk
membuang jaringan nekrotik, dari luka. Tujuan dari surgical
debridement adalah eksisi luka sampai jaringan normal, lunak,
vaskularisasi baik. Seringkali tindakan ini tidak bisa dilakukan
seperti: Keadaan umum penderita jelek, persyaratan pembiusan
(kadar hemoglobin, kadar gula darah, albumin, elektrolit, batuk
pilek, dll), tidak ada yang mengurus penderita, antrian jadwal
operasi dan adanya masalah dalam pembiayaan.
Faktor penting untuk pertimbangan dalam pemilihan metode
debridement untuk pengelolaan luka adalah : kecepatan
debridement, kemampuan seleksi jaringan, nyeri luka, jumlah
eksudat, infeksi luka dan biaya.
Tabel . Memilih Debridement yang Sesuai
Faktor yang Surgica Enzymati
Autolytic Mechanical
dipertimbangkan l c
Kecepatan 1 2 4 3
5
Selektivitas 2 1 3 4
Nyeri 4 2 1 3
Eksudat 1 4 3 2
Infeksi 1 3 4 2
Biaya 4 2 1 3
Kontrol Bakteri
Keberadaan bakteri di luka dapat dikategorikan dalam :
kontaminasi, kolonisasi, kolonisasi kritis dan infeksi. Luka
terbuka adalah luka kontaminasi, berarti terdapat bakteri pada bed
luka tetapi tidak aktif berkembang. Luka kolonisasi adalah jika
bakteri tersebut aktif berkembang tetapi tidak ada invasi ke
jaringan luka, sedangkan kolonisasi kritis adalah jika sudah
mengganggu penyembuhan luka, tetapi tidak ada gejala dan tanda
khas infeksi. Disebut infeksi jika sudah ada tanda dan gejala
infeksi yaitu eritema, nanah, bau, hangat dan bengkak. Bila
jumlah bakteri >105/ gram jaringan dapat terjadi infeksi dan akan
menghambat penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik pada
perawatan luka dapat secara topikal (krim, salep, gel, bubuk)
maupun parenteral tergantung dari kondisi luka. Alternatif yang
lain adalah penggunaan dressing yang mengandung silver.
Mengelola Eksudat
Cara terbaik untuk melihat bed luka yang tidak sembuh pada luka
kronik adalah dengan menilai jumlah eksudat. Pengelolaan eksudat
dapat dilakukan direct dan indirect
6
Direct : dilakukan balut tekan disertai highly absorbent dressing
atau sistem vacum mechanical. Bisa juga dilakukan pencucian dan
irigasi menggunakan NaCI 0,9% atau air steril. Tindakan ini tidak
hanya membuang eksudat dan seluler debris tetapi juga dapat
menurunkan jumlah bakteri yang sering menyebabkan
berlebihnya jumlah eksudat.
Indirect : Prosedur ini ditujukan untuk mengurangi penyebab yang
mendasari koloni bakteri yang ekstrim.
Media
Papan tulis / flipchart
Komputer
LCD proyektor
Kamar operasi
Alat peraga : Model-model luka dan berbagai macam dressing
KOMPETENSI
Mampu mengerti dan menguasai batasan preparasi bed luka dan cara melakukannya.
Semester I : mengamati (observer) dan asistensi
Semester II : melakukan preparasi bed
REFERENSI
Grabb and Smith’s Plastic Surgery 6th ed.
McCarthy Plastic Surgery
Plastic Surgery : Indications, Operations and Outcomes
7
Mathes’s Plastic Surgery, 2nd eds, 2005, Saunders / Elsevier.
Baranoski S, Ayello EA. Wound Care Essential Practice Principles. Philadelphia,
Lippincot Williams & Wilkins, 2004.
Cohen IK, Diegelman RF, Limblad WJ, Wound Healing Biochemical and Clinical
Aspect. Philadelphia. WB Saunders Co.
Journal Wound Repair and Regenerative
Plastic and Reconstructive Surgery
Journal of Plastic, Reconstructive and Aesthetic Surgery
8
kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini mulai terjadi
granulasi, kontraksi luka dan epitelialisasi
3. Fase remodeling atau maturasi
Pada fase ini terjadi proses yang dinamis berupa remodelling
kolagen, kontraksi luka dan pematangan parut. Aktivitas sintesis
dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan. Fase ini
berlangsung mulai 3 minggu sampai 2 tahun. Akhir dari
penyembuhan ini didapatkan parut luka yang matang yang
mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal.
c. Klasifikasi luka
Luka dapat terjadi pada trauma, pembedahan, neuropatik, vaskuler, penekanan
dan keganasan.
Luka diklasifikasikan menjadi 2 :
1. Luka akut : adalah luka baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai
dengan waktu yang diperkirakan.
Contoh : Luka sayat, luka bakar, luka tusuk, crush injury, luka operasi.
2. Luka kronik : luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali
(rekuren) dimana terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang
biasanya disebabkan oleh masalah multifaktor dari penderita. Luka kronik
luka yang gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon
baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali. Contoh :
Ulkus dekubitus, ulkus diabetik, ulkus venous, luka bakar dll.
d. Penanganan luka
Penanganan luka secara umum meliputi : penilaian luka, preparasi bed luka,
dressing dan penutupan luka.
1. Penilaian luka
Ukuran dan dalam luka : tampak kulit, jaringan subkutan, fascia,
otot atau tulang
Kulit sekitar luka : warna, kelembaban, flexibilitas
Tepi luka : perlekatan ke dasar luka
Bed luka : jaringan nekrotik, jaringan granulasi, fibrin, kolonisasi
bakteri, eksudat.
Karakteristik luka meliputi :
9
1. Luka akut
2. Luka nekrotik (kronis, hitam, kering)
3. Luka slough (kronis, kuning, basah)
4. Luka granulasi (merah, permukaan tidak rata)
5. Luka infeksi (merah, banyak eksudat)
6. Luka epithelisasi (kulit muda berwarna merah muda)
2. Dressing
Bertujuan melindungi luka dari trauma dan infeksi. Dalam kondisi
lembab (moist) penyembuhan luka lebih cepat 50% dibanding luka
kering dan peningkatan kecepatan reepitelialisasi.
Prinsip pemilihan balutan untuk keseimbangan cairan pada luka :
Dapat mempertahankan kondisi luka tetap lembab dan kulit
sekitar luka tetap kering.
Berdasarkan evaluasi klinis.
Dapat mengontrol eksudat agar tidak mengakibatkan kekeringan
pada dasar luka. Kelebihan eksudat yang tidak terkontrol dapat
mengakibatkan maserasi disekitar luka dan membuat luka
semakin parah.
Mudah digunakan dan tidak perlu sering diganti.
Mengisi tiap rongga dalam luka yang dapat mencegah
peningkatan invasi bakteri.
10
f. Follow Up
Perawatan luka setiap 3 – 5 hari tergantung dari kondisi luka. Jika dressing sudah
basah dan kotor sebaiknya dibuka lebih cepat. Setiap kali melakukan perawatan
luka dilakukan penilaian kondisi luka.
11
CONTOH KASUS
Kasus I :
Perempuan, 35 tahun, datang dengan luka pada lengan kiri yang belum sembuh setelah
tersiram air panas 30 hari lalu.
Pemeriksaan Fisik:
Diskusi : Problem apa yang dialami oleh penderita dan bagaimana penangannya ?
Penanganannya :
1) Pasang handschoen
7) Absorbent dressing:
- Hydrofiber
- Calcium alginate
- Foam
8) Transparent dressing
12
Kasus II :
Laki-laki, 17 tahun, datang dengan luka pada kaki kanan setelah 1 minggu sebelumnya
terserempet ban sepeda motor. Selama ini pasien kontrol ke poli.
Pemeriksaan Fisik:
Diskusi : Problem apa yang dialami oleh penderita dan bagaimana penangannya ?
Penanganan:
1) Pasang handschoen
4) Kultur pus
13
Kasus III :
Perempuan, 50 tahun, dirawat di bangsal bedah dengan paraparese dan ulkus dekubitus.
Luka terus mengeluarkann cairan namun tidak berbau.
Pemeriksaan Fisik:
Diskusi : Problem apa yang dialami oleh penderita dan bagaimana penangannya ?
Penanganan:
1) Pasang handschoen
8) Absorbent dressing
9) Transparent dressing
14
Kasus IV :
Laki-laki, 30 tahun, dirawat dengan luka pada kepala setelah tersetrum listrik 1 minggu lalu.
Pemeriksaan Fisik:
Diskusi : Problem apa yang dialami oleh penderita dan bagaimana penangannya ?
Penanganan:
1) Pasang handschoen
8) Transparent dressing
15
Kasus V :
Perempuan, 27 tahun, datang ke Poli Bedah Plastik dengan luka pada lengan setelah jatuh
dari sepeda motor 1 minggu lalu.
Pemeriksaan Fisik:
Luka lecet 4 X 4 cm2; tepi warna merah muda kering; bagian tengah
masih basah
Diskusi : Problem apa yang dialami oleh penderita dan bagaimana penangannya ?
Penanganan:
1) Pasang handschoen
Transparent dressing
16
EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pretest dalam bentuk MCQ, essai dan lisan sesuai
dengan tingkat masa pendidikan, yang bertujuan untuk menilai kemampuan awal
peserta didik dan mengidentifikasi kekurangan yang dimiliki. Materi pretest terdiri
atas:
Menjelaskan proses penyembuhan luka
Menjelaskan tentang penilaian luka, klasifikasi dan karakteristik luka
Menjelaskan tentang prinsip preparasi bed luka dan menegakkan diagnosis
berdasarkan pemeriksaan klinis
Menjelaskan tentang metode debridement
Menjelaskan tentang macam-macam dressing luka
Menguraikan preparasi bed luka yang optimal pada luka
17
Penilaian saat pengawasan langsung (direct observation) menggunakan checklist
(terlampir) dan mengisi formulir penilaian sebagai berikut :
Perlu perbaikan
Pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak dilaksanakan
Cukup
Pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal pemeriksaan terlalu
lama atau kurang memberikan kenyamanan kepada pasien
Baik
Pelaksanaan sudah benar dan baik (efisien)
4. Dilakukan bedside teaching saat ronde di ruangan untuk diskusi kasus dan
perencanaan tindakan pada pasien yang belum dioperasi. Juga menilai hasil tindakan
dan komplikasi yang mungkin timbul pada pasien. Setelah selesai bedside teaching,
dilakukan kembali diskusi untuk mendapatkan penjelasan dari berbagai hal yang tidak
memungkinkan dibicarakan di depan pasien, dan memberikan masukan untuk
memperbaiki kekurangan yang ditemukan.
5. Self assessment dan peer assisted evaluation dengan mempergunakan penuntun
belajar.
6. Pendidik / fasilitator
Pengamatan langsung dengan memakai evaluation checklist form / daftar tilik
(terlampir)
Penjelasan lisan dari peserta didik/diskusi
Kriteria penilaian keseluruhan :
- Lulus dengan baik
- Lulus dengan tugas yang dapat memperbaiki kinerja (task-based medical
evaluation)
- Perlu mengulang
7. Di akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan diberi tugas yang
dapat memperbaiki kinerja (task-based medical education)
18
8. Pada pertengahan pertemuan dilaksanakan test dalam bentuk essai, MCQ dan atau
lisan, yang bertujuan untuk menilai kemampuan peserta didik serta evaluasi proses
pembelajaran. Materi test terdiri dari :
a. Proses penyembuhan luka
b. Penilaian luka, klasifikasi dan karakteristik luka
c. Prinsip preparasi bed luka dan menegakkan diagnosis berdasarkan
pemeriksaan klinis
d. Metode debridement
e. Macam-macam dressing luka
f. Preparasi bed luka yang optimal pada luka
19
DAFTAR CEK PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR PREPARASI BED LUKA
2. Penilaian Luka:
- ukuran dan dalam
- tepi luka
- bed luka (akut, granulasi, nekrotik,
slough, infeksi, epitelisasi)
- kulit sekitar
3. Memilih tipe debridement :
- surgical
- autolytic
- enzymatic
- mechanical
- biological
4. Desinfeksi tepi luka melingkar ke arah
luar
5. Pasang doek steril
20
DAFTAR TILIK
Berikan tanda √ dalam kotak yang tersedia bila ketrampilan / tugas telah dikerjakan
dengan memuaskan dan berikan tanda x bila tidak dikerjakan dengan memuaskan
serta T/D bila tidak dilakukan pengamatan
√ Memuaskan
Langkah / tugas dikerjakan sesuai dengan prosedur standar atau penuntun
X Tidak memuaskan
Tidak mampu untuk mengerjakan langkah / tugas sesuai dengan prosedur
standar atau penuntun
T/D Tidak diamati
Langkah, tugas atau ketrampilan tidak dilakukan oleh peserta latih selama
penilaian oleh pelatih
DAFTAR TILIK
Pengamatan
No Kegiatan/langkah klinik
1 2 3 4 5
1 Memakai sarung tangan
2 Penilaian Luka:
3 Memilih tipe debridement :
4 Desinfeksi tepi luka melingkar ke arah luar
5 Pasang doek steril
6 Cuci dengan sabun antiseptik pada daerah luka
7 Bilas dengan NaCl 0,9% atau aquades steril
8 keringkan dengan kasa steril
9 melakukan debridement sesuai dengan teknik
debridement yang dipilih
10 Mengelola eksudat bila ada dengan :
absorbent dressing yg sesuai
11 Kontrol bakteri bila ada kolonisasi atau infeksi
12 Pemilihan dressing
13 Menilai luka telah siap ditutup
21
Melakukan prosedur
ALGORITMA
Penilaian Pasien
Diagnosis
Luka
Penutupan luka
Luka sembuh
22
PRESENTASI : Power Point
23
24
25
26
27
28
29