Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEDIATRI SOSIAL

DISUSUN OLEH
Ruddin Tirta Satria

PEMBIMBING
Dr. Helena Maria Maniboey Sp.A

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
PAPUA
2018
LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH

1. IDENTITAS PASIEN

Nama :ADR
Umur : 6 bulan
BB/PB : 6 kg/70 cm
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir :-
Pekerjaan :-
Alamat : Kompleks Pasar Yotefa-Abepura
Suku : Buton
Bangsa : Indonesia

2
2. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Sesak
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan dari praktek dokter Spesialis Anak, datang ke IGD
RSUD Jayapura bersama orang tua dengan keluhan sesak. Sesak
sejak dua hari yang lalu, disertai batuk berlendir, pilek dan demam.
Demam naik turun sejak dua hari yang lalu pada pagi hari. Demam
(+) 3 hari sebelum Masuk RS Mual-muntah (-), BAB cair (-), BAK
normal (-), Minum ASI baik.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah sakit sesak seperti ini sebelumnya 10 hari yang lalu
dan sempat dirawat di RS Abepura.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Didalam Keluarga ada yang menderita batuk pilek.
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Selama hamil ibu tidak pernah mengalami masalah kesehatan. BB
ibu 80 kg, tinggi 155 cm. Ibu tidak pernah melakukan pemeriksaan
kehamilan. Dalam hal persalinan ibu melahirkan di PKM secara
spontan, cukup bulan dan bayi langsung menangis dengan BBL
2600 gr.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
 Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya.
 Ayah Pekerja bangunan dan Ibu bekerja di rumah
 Pasien mendapatkan biaya hidup dari kedua orang tuanya.
 Tidak ada pengaturan khusus dalam membelanjakan
penghasilan dan sebagian besar hanya untuk memenuhi
kebutuhan makan sehari-hari.

3
7. Riwayat Kebiasaan
 Pasien dan keluarga beragama Islam dan fungsi religi pada
keluarga cukup baik.
 Pendidikan orang tua kurang, sehingga mempengaruhi pola pikir
dan pola asuh orang tua. Orang tua kurang memamahi cara asuh
dan menangani kondisi anaknya.
8. Data imunisasi
Riwayat imunisasi tidak lengkap, pasien hanya mendapatkan
imunisasi Hepatitis B O, selanjutnya belum pernah mendapatkan
imunisasi. Hal ini dikarenakan kondisi anaknya yang masih belum
sehat serta orang tua masih kurang memahami informasi mengenai
pentingnya imunisasi.

3. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda Vital
Keadaan Umum : Tampak Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : tidak diperiksa
Frekuensi nadi : 174 x/menit
Frekuensi napas : 64 x/menit
Suhu : 37,3oC
Saturasi O2 : 99% dengan O2
Status nutrisi : Gizi Baik
Umur : 6 bulan
Berat Badan : 6 kg
Panjang Badan : 70 cm
Z-Score : Gizi Baik (di bawah 2 SD)

4
Status Generalis
Kepala : normosefal, rambut lurus tipis, distribusi tidak merata.
Berwarna hitam Kulit kepala bersih, tidak ada skuama atau
ulkus. Ubun-ubun sudah menutup. Wajah tampak simetris,
tidak ada edema.
Hidung : Pernapasan cuping hidung tidak ada. Tidak ada deviasi
septum nasi. Sekret nasal tidak ada.
Mulut : Tidak trismus, halitosis tidak ada. mukosa bibir basah.
Kandidiasis oral tidak ada.
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera ikterik, tidak ada
Edema palpebra, ptosis tidak ada.
Leher : Trakea di tengah, teraba pembesaran KGB, tidak
Teraba pembesaran kel. tiroid,
Jantung I : iktus kordis tidak terlihat
P : iktus kordis teraba di intercostal 5 linea
Per : batas jantung kanan di linea sternalis dekstra, batas
jantung kiri dilinea midclavicularis sinistra,
pinggang jantung di intercostal 3 linea parasternalis
sinistra.

5
A : bunyi jantung 1 dan 2 terdengar normal, tidak
terdengar bising jantung, tidak terdengar bunyi
jantung tambahan.
Paru I : keduahemithorax simetris statis dan dinamis, tidak
tampak barrel chest, tidak tampak adanya massa
selaiga tidak tampak melebar.
P : chest expansion simetris kedua hemithorax palpasi
taktil fremitussama di kedua hemithorax, diameter
anteroposterior:lateral 1:2,tidak teraba nyeri tekan
dan massa kedua hemithorax
Pr : sonor di kedua hemithorax
A :bunyi napas vesikuler di kedua hemithorax,
Terdengar bunyi rhonki basah kasar di kedua lapang
paru, dan tidak terdengar buny imengi.
Abdomen I : cembung, keras, tampak massa
P : tidak ada nyeri tekan, teraba massa, hepar
Tidak teraba dan limpa tidak teraba.
Pr : timpani di seluruh lapang abdomen
A : bising usus terdengar normal 8 kali per menit
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema di keempat
ekstremitas,tidak ditemukan clubbing finger, CRT
<3 detik
Kulit : Tidak tampak anemis, sianosis tidak ada,ikterus
tidak ada.
Vegetatif :
Makan dan Minum : Minum ASI kurang.
BAB dan BAK : normal

6
4. DIAGNOSIS
 Bronchopneumonia

5. TERAPI
NON FARMAKOLOGIS
Edukasi khusus masalah gizi tentang :
 Pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak kepada orang
tua
 Pengenalan gejala-gejala dan faktor-faktor yang menyebabkan gizi
kurang/buruk pada balita.
 Komplikasi gizi kurang/buruk pada anak.
 Pencegahan terhadap penyakit yang dapat memperberat/menyebabkan
anak menderita kurang gizi.
 Segera periksa ke puskesmas bila ada keluhan sakit.
 Rutin ke posyandu/puskesmas untuk memantau berat badan dan
tumbuh kembang anak.
FARMAKOLOGIS
 O2 Nasal 2 lpm
 IVFD D5 ½ NS 600 cc/24 Jam (25 tpm mikro)
 Inj. Cefotaxime 3x200 mg (iv)
 Puyer Batuk 1 bungkus/8 jam
 Puyer panas 1 bungkus (kp)
 Nebu Combivent/8 jam

6. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

7
7. ENGAMATAN RUMAH

Tampak Depan Rumah Pasien

Tempat Memasak (Dapur)

8
Kamar Mandi dan Kakus

9
Terletak di daerah pemukiman padat penduduk, dengan bentuk kos-
kosan rumah papan dengan `1 kamar, 1 ruang tamu, 1 ruang dapur yang
menjadi satu dengan Kamar mandi dan tempat mencuci piring. Rumah
beratapkan seng dan berlantaikan papan seluruh bagian rumahnya. Di dalam
rumah, keadaan rumah cukup rapi. Ventilasi dan pencahayaan hanya
bersumber dari 1 buah pintu bagian depan serta 1 buah jendela kecil di bagian
dapur. Sirkulasi udara dan pencahayaan baik untuk ruang tamu, sedangkan
ruangan lain sirkulasi udara dan pencahayaan kurang, masih terkesan gelap
dan lembab serta sempit. Sumber air bersih keluarga diperoleh dari air PAM.
Di rumah tidak memiliki tempat pembuangan sampah sementara, biasanya
pasien dan keluarga membuang sampah dengan memasukkan sampah ke
kantong plastik, yang nantinya akan diangkut oleh motor gerobak sampah
.
8. PENGAMATAN LINGKUNGAN
Untuk limbah rumah tangga dibuang di halaman depan rumah atau
lapangan terdekat, saluran limbah disekitar rumah tertutup. Untuk tempat
pembuangan sampah diluar rumah tidak ada. Jalan didepan rumah
memiliki lebar 3x3m banyak bebatuan dan debu. Di lingkungan sekitar
rumah tidak terdapat hewan piaraan yang bebas berkeliaran. Tidak
terdapat banyak kotoran hewan juga disepanjang jalan dan disekitar rumah
pasien. Kesan kebersihan lingkungan disekitar rumah kurang baik.

9. HASIL WAWANCARA/PENGAMATAN
KELUARGA/HUBUNGAN KELUARGA
Pasien tinggal dirumah dengan jumlah anggota keluarga 7, yaitu
kedua orang tuanya pasien dan saudara-saudari pasien. Di keluarga
tersebut tidak memiliki penyakit yang serius. Hanya saja dirumah ayah
dan kakak-kakak pasien adalah perokok.

10
10. HASIL WAWANCARA/PENGAMATAN PERILAKU KESEHATAN
Perilaku kesehatan dalam keluarga pasien, dapat dikatakan kurang baik,
Adapun perilaku kesehatan (PHBS) dalam keluarga dapat dinilai melalui
10 kriteria yaitu :
1. Persalinan
Dalam hal persalinan, ibu pasien melahirkan di Puskesmas.
2. Memberi ASI ekslusif
Ibu pasien memberikan ASI ekslusif kepada anaknya.
3. Menimbang balita setiap bulan
Ibu pasien tidak pernah menimbang pasien setiap bulan ke posyandu
terdekat.
4. Menggunakan air bersih
Pasien dan keluarganya menggunakan sumber air dari PAM namun
tempat penampungan kurang bersih.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Pasien kurang memahami tentang budaya mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun, pasien hanya mencuci tangan sekedarnya saja.
6. Menggunakan jamban sehat
Di keluarga ini menggunakan kamar mandi sendiri.
7. Memberantas jentik rumah sekali seminggu
Keluarga pernah menampung air di dalam rumah.
8. Makan buah dan sayur setiap hari
Berhubung keadaan perekonomian keluarga ini tergolong rendah,
untuk makan buah dan sayur setiap hari jarang terlaksana.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik setiap hari dilakukan dalam rangka pelaksanaan
pekerjaan rumah.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Ada anggota keluarga yang merokok di dalam rumah.

11
11. ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK
a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah
Pada dasarnya rumah yang merupakan tempat tinggal adalah hal yang
sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar hanya
sebagai tempat tinggal untuk beristirahat, untuk melepas lelah setelah
bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai
tempat untuk membangun kehidupan keluarga yang sehat dan sejahtera.
Rumah yang sehat dan layak untuk dijadikan tempat tinggal tidak harus
rumah yang mewah dan besar, namun rumah yang sederhana dapat juga
menjadi rumah yang sehat dan layak di tempati bagi kehidupan keluarga.
Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan
perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat
memperoleh derajat kesehatan yang optimal dan baik. Untuk menciptakan
rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek yang
sangat mempengaruhi terwujudnya rumah sehat, antara lain :
 Tipe rumah
 Ventilasi
 Pencahayaan rumah
 Saluran pembuangan limbah
 Sumber air bersih
 Jamban memenuhi syarat
 Tempat sampah tertutup
 Rasio luas bangunan rumah dengan jumlah anggota keluarga
8m2/orang
Pada kasus ini, keadaan rumah pasien masih tergolong bukan rumah
sehat, karena pencahayaan dan pertukaran udaranya masih kurang
mencukupi untuk syarat rumah sehat. Dimana syarat rumah sehat yaitu:
- Memenuhi syarat kebutuhan fisik dasar penghuninya, seperti:
temperatur, penerangan, ventilasi dan kebisingan,
- Memenuhi syarat kebutuhan kejiwaan dasar penghuninya: health is
begun at home.

12
- Memenuhi syarat melindungi penghuninya dari penularan penyakit:
air bersih, pembuangan sampah, terhindar dari pencemaran
lingkungan dan lain-lain
- Memenuhi syarat melindungi penghuni dari kemungkinan bahaya
dan kecelakaan: kokoh, tangga tak curam, bahaya kebakaran, listrik,
keracunan dan lain-lain
Selain itu ukuran luas rumah juga tidak memenuhi syarat rumah sehat,
keadaan dan kondisi rumah sangat mempengaruhi atau memperberat
penyakit yang diderita oleh pasien saat ini.
Hubungan diagnosis dengan lingkungan sekitar
Pada kasus ini, diagnosis penyakit pada pasien ini dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan sekitar tempat tinggalnya, dikarenakan penyakit
pada pasien ini termasuk ke dalam penyakit berbasis lingkungan yang
diakibatkan oleh perilaku hidup bersih dan sehat. Pada kasus penyakit
ini dapat di perberat jika tidak diikuti dengan pola hidup atau perilaku
hidup yang sehat.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Diagnosis penyakit pada pasien ini sangat berhubungan dengan
kondisi pasien sejak dalam kandungan, Sejak pasien lahir tidak
mendapatkan imunisasi sehingga pasien sangat rentan terkena penyakit.
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar.
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan
atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada
hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab
itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas,
mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya.
Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi
dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan
kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang
dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung
atau secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak

13
pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik
(keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa
faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku
makhluk hidup termasuk perilaku manusia.Dari pernyataan diatas,dapat
disimpulkan bahwa perilaku hidup sehat sangat diperlukan dalam
pencegahan diagnosis penyakit ini.
d. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis
Hubungan kausal pada diagnosis penyakit pasien ini karena kondisi
pasien selama pertumbuhannya kurangdiperhatikan asupan gizi dalam
masamenyusui. Saat pasien lahir lingkungan dimana tempat pasien
dibesarkan sangat tidak mendukung pertumbuhan dan perkembangan
anak.
e. Analisis untuk mengurangi paparan dengan faktor resiko atau etiologi

12. EDUKASI PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA PASIEN DAN


KEPADA KELUARGA
 Memberikan penjelasan mengenai pentingnya kasih sayang ibu
terhadap anaknya, sehingga ibu mampu memberikan pola asuh dan
stimulasi pada pasien sehingga dapat memperbaiki tumbuh kembang
pasien.
 Memberikan penjelasan kepada ibu tentang pentingnya perilaku
hidup bersih dan sehat.
 Memberikan penjelasan kepada Ibu pasien untuk rutin memeriksakan
pasien ke layanan kesehatan, dan segera melaporkan jika terdapat
keluhan pada pasien.

13. RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN


KEPADA KELUARGA
 Menjelaskan tentang penyakit, tanda-tanda, dan bahayanya.
 Menjelaskan tentang pentingnya memberikan makanan dengan
teratur.

14
 Menjelaskan tentang penting merujuk pasien bila terdapat tanda
bahayaumum Pentingnya memenuhi asupan gizi pada anak.
 Menjelaskan tentang pola asuh anak yang baik.

14. ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG


DAPAT MEMBERI SEMANGAT ATAU MEMPERCEPAT
PENYEMBUHAN PADA PASIEN
Cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan.
Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai
pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih
setelah berumur 2 tahun.
2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan
protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya:
untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara
protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti
program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan
standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan
kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah
pulang dari rumah sakit.
5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan
kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula.
Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber
kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan
pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini
sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah
berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan
secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan
fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di
kemudian hari.

15

Anda mungkin juga menyukai