Anda di halaman 1dari 45

Oleh :

Natalia Patadungan
0090840101

Pembimbing :

dr. Donald Aronggear, Sp.B (K) Trauma Finacs. FICS


 Peritonitisadalah inflamasi dari peritoneum
(lapisan serosa yang menutupi rongga
abdomen dan organ-organ abdomen di
dalamnya).
 Organisme yang sering menginfeksi adalah
organisme yang hidup dalam kolon (pada
kasus ruptura appendik) yang mencakup
Eschericia coli atau Bacteroides
 Reaksiawal peritoneum terhadap invasi
bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa.
Terbentuk kantong-kantong nanah (abses) di
antara perlekatan fibrinosa yang menempel
menjadi satu dengan permukaan sekitarnya
sehingga membatasi infeksi.
Peritonitis tuberculosis adalah peradangan peritoneum yang
disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis.
Biasanya merupakan kelanjutan proses tiuberculosis di
tempat lain, terutama paru-paru

• Penyakit ini merupakan tuberculosis yang jarang, namun


demikian merupakan salah satu penyebab peritonitis yang
penting.

Karena perjalanan penyakitnya perlahan-lahan, serta


gejalanya yang tidak jelas, sering kali penyakit ini dikira
sebagai neoplasma atau asites karena sirosis hati.

• Secara primer dapat terjadi karena penyebaran dari focus


di paru, intestin atau saluran kemih
 Patogenesis TB gastrointestinal disebabkan
oleh konsumsi makanan atau dahak yang
terkontaminasi oleh penyebaran hematogen
dari tuberkulosis paru aktif atau keterlibatan
organ lain. Sementara itu setiap bagian dari
saluran pencernaan mungkin terpengaruh,
daerah jejunum dan ileocecal merupakan
letak anatomi yang paling sering terkena (85-
90%) diikuti oleh kolon asending (35%), kolon
transversal (16%), recto-sigmoid (13%)6 dan
duodenal (2-2,5%).
Diagnosis TB ekstra-paru sulit untuk
ditentukan karena gejala klinis dan gambaran
radiologi tidak spesifik dan membutuhkan
ketelitian yang lebih untuk mendiagnosis
• Bakteri pada saluran cerna dapat berasal dari
bakteri yang tertelan, penyebaran dari organ
yang berdekatan, maupun melalui peredaran
darah.

• Usus dan peritoneum dapat terinfeksi melalui


empat mekanisme, yaitu menelan sputum
yang terinfeksi, penyebaran lewat darah dari
TB aktif atau TB milier, konsumsi susu atau
makanan yang terkontaminasi dan penyebaran
langsung dari organ yang berdekatan.

• Reaktivasi setelah penyebaran infeksi melalui


darah mungkin terjadi beberapa tahun setelah
infeksi. Sementara invasi langsung dari
dinding usus mungkin terjadi setelah konsumsi
susu yang tidak dipasterurisasi atau konsumsi
basil dari kavitas paru
1) gejala demam, penurunan
konstitusi anoreksia berat badan

2) gejala
akibat diare,
malabsorps
ulserasi hematoskezia
mukosa
3) Gejala
terkait nyeri perut,
muntah
keterlibatan tegang
transmural
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Labolatorium: Cek Darah Lengkap, Liver


Function Test, Amilase darah, GDS, BT, CT
 Foto abdomen tiga posisi
 Foto thorax
• Adalah peradangan yang terjadi pada apendiks
vermiformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering.

• Apendisitis merupakan kasus bedah emergensi


yang paling sering.
Pada dasarnya, obstruksi yang terjadi pada lumen appendix
(apapun penyebabnya) akan menyebabkan terjadinya
distensi appendix, hal ini karena kapasitas appendix untuk
menampung mucus hanya sekitar 0.1 – 0.2 ml, sementara
sekresi mucus perharinya mencapai 1 – 2 ml. Hal ini
menyebabkan distensi lumen yang diikuti dengan penekanan
pada drainase limfe dan akhirnya terjadi stasis cairan pada
appendix, biasanya akan terbentuk edema juga. Hal ini yang
disebut sebagai appendicitis akut fokal, di sini distensi dari
appendix menyebabkan adanya respon nyeri visceral yang
tidak spesifik, sehingga biasanya gejala yang dialami pasien
adalah nyeri epigastrium yang sulit untuk dideskripsikan dan
dilokalisasi
 Ketikaobstruksi lumen terus berlanjut, maka
tekanan intra lumen juga akan terus
meningkat, hal ini menyebabkan tidak hanya
obstruksi vena yang terjadi akibat penekanan,
namun juga menyebabkan obstruksi arteri
appendicular karena edema dan tekana intra
lumen yang terus meningkat mendesak dan
menekan sistem arteri.
 Bilaberlanjut akan menyebabkan terjadinya
nekrosis jaringan dan gangren, hal ini dikenal
sebagai appendicitis gangrenous, di mana
appendix yang sudah dalam keadaan seperti
ini sangat mudah mengalami perforasi yang
dapat menyebabkan perluasan infeksi ke
peritoneum (akibatnya terjadilah peritonitis)
 Appendicitis akut
 Appendicitis infiltrat
 Appendicitis abses
 Appendicitis perforasi
 Appendicitis kronik
 Gejala awal yang khas, yang merupakan
gejala klasik appendicitis adalah nyeri samar
(nyeri tumpul) di daerah epigastrium, di
sekitar umbilikus atau periumbilikus.
 Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa
mual dan muntah, dan pada umumnya nafsu
makan menurun / anorexia. Kemudian dalam
beberapa jam (4 – 6 jam), nyeri akan beralih
ke kuadran kanan bawah, ke titik McBurney
(Migratory pain). Di titik ini nyeri terasa lebih
tajam dan jelas letaknya, sehingga
merupakan nyeri somatik setempat.
 Terkadangappendicitis juga disertai dengan
low-grade fever sekitar 37,5 -38,5 0C.
Biasanya urutan gejala juga berpengaruh, di
mana pada 95% kasus urutannya adalah
sebagai berikut : Anorexia ==> Abd. pain
==> Vomiting / muntah
 Nama : Ny O.P

 Umur : 24 tahun

 Jenis kelamin : Perempuan

 Alamat : Sentani

 Pekerjaan : Mahasiswa

 Agama : Kristen Protestan

 Suku : Sentani

 Status pernikahan : Belum Menikah

 Tanggal masuk RS : 03 Oktober 2018

 Tanggal Keluar RS : 07 Oktober 2018


KU
Nyeri perut kanan
bawah.
• Pasien datang ke Poli Bedah RSUD Dok 2 jayapura dengan
keluhan nyeri perut kanan bawah sejak ±3hariSMRS.
Awalnya nyeri di rasakan di daerah sekitar pusar kemudian
berpindah ke daerah perut kanan bawah. Nyeri dirasakan
terus menerus dan semakin lama semakin nyeri sehingga

RPS mengganggu aktivitas sehari-hari. Nyeri ulu hati (+), batuk


(+), demam (+), sering keringat malam. Pasien mengeluh
mual dan muntah 4x beberapa jam SMRS. Penurunan nafsu
makan, minum (+), Buang air besar dan buang air kecil
lancar. Keluhan lain seperti keputihan (-), menstruasi
lancar tiap bulan, lamanya 5 hari. Sekarang pasien sedang
haid
• Pasien belum pernah mengalami hal yang
sama sebelumnya.. Riwayat hipertensi, maag,
RPD
asma, DM, penyakit jantung, dan alergi obat
disangkal pasien. Riw. TB (+)

• Di dalam keluarga tidak ada yang mengalami


RPK
hal yang serupa.

• Belum meminum obat-obatan jenis


RPO
apapun.
1. Riwayat Menarche
2. Menarche usia 14 tahun , siklus haid 28 hari, lamanya ± 5 hari, nyeri
haid (+). HPHT: sementara haid.
3. Riwayat Pernikahan
 Belum menikah
4. Riwayat Kehamilan
 -
 VitalSign
 Tekanan Darah : 120/70 mmHg
 Nadi : 72x/menit
 Respirasi : 20x/menit
 Suhu : 38 °C
Thorax
 Paru-paru
Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (-),
Palpasi : vokal fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor pada paru kanan dan kiri
Auskultasi : Suara nafas dasar : vesikuler
Suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
 Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga ke V, 2 cm kelateral
linea mid clavicularis sinistra, tidak kuat angkat,
tidak melebar.
Perkusi : tidak di evaluasi
Abdomen
Inspeksi : supel, datar
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, terdapat nyeri
tekan di titik mc burney (1/3 atas garis khayal yang
menghubungkan SIAS dan umbilicus), maupun
nyeri lepas.
Rovsing sign (+), Blumberg sign (+), Psoas sign (+),
Perkusi : timpani, nyeri ketok (+)

Rectal Tocher : Terasa nyeri arah jam 9 dan 12


Ekstremitas
Superior : akral teraba hangat, sianosis (-/-), edem (-/-)
Inferior : akral hangat (+), sianosis (-/-), edem (-/-)

Diagnosa sementara : Peritonitis umum ec. Susp Appendicitis


Perforasi
Darah Lengkap Hasil Nilai normal

Leukosit 17.900/Ul 5.000 – 10.000/Ul


- Neutrofil 90% 46-73%
- Eosinofil 0,1% 0-4%
- Basofil 0,1% 0-1%

Eritrosit 5,76 juta/mm3 3,6 – 5,2 juta/mm3

Hemoglobin 14,4 g/dl 12 – 16 g/dl

Hematokrit 41,6 % 38 – 46 %

Thrombosit 190.000/mm3 150 – 400 ribu/mm3

Bleeding time 2 menit 00 detik 1 – 6 menit

Clotting time 10 menit 00 detik 10 – 16 menit

Kimia Lengkap

Ureum 33,4 mg/dL 10-50 mg/dL

Kreatinin 1,32 mg/dL 0,8-1,5 mg/dL

Glukiosa 102 mg/dL 70-150 mg/dl


 Warna : Kuning
 Kekeruhan : Jernih
 Ph : 5,0
 Protein : +1
 Urobilinogen : Normal
 Blood : Negatif
 Leukosit : Negatif
 Nitrit : Negatif
 Tes Kehamilan (Beta Hcg) : Negatif
 Peritonitis Umum ec. TB Usus Appendicitis
 Pyelonefritis
 Sirosis hepatis
 KET
 Awalnya nyeri ulu hati (+), kemudian di rasakan di
daerah sekitar pusar kemudian berpindah ke daerah perut
kanan bawah. Nyeri dirasakan terus menerus dan semakin
lama semakin nyeri sehingga mengganggu aktivitas sehari-
hari.Batuk(+), demam (+), sering keringat malam. Pasien
mengeluh mual dan muntah 4x beberapa jam SMRS.
Penurunan nafsu makan, minum (+), Buang air besar dan
buang air kecil lancar. Keluhan lain seperti keputihan (-),
menstruasi lancar tiap bulan, lamanya 5 hari. Sedang haid.
 Pada pemeriksaan fisik region abdomen didapatkan
terdapat nyeri tekan di titik mc burney (1/3 atas garis
khayal yang menghubungkan SIAS dan umbilicus), maupun
nyeri lepas, nyeri ketok (+), rovsing sign (+), blumberg sign
(+), psoas sign (+), rectal toucher terdapat nyeri pada arah
jam 9 dan 12. Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan
Leukosit 17.900/Ul (↑).
PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 500cc / 8 jam
- Cefuroxime 2x1 gr (IV)
- Ketorolac 3x1 amp (IV)
- Ranitidin 2x1 amp (IV)
- Drip Metronidazol 3 x 500 mg
- Rencana Laparascopy appendectomy
Prognosis

 Ad Vitam : ad bonam
 Ad Fungtionam : ad bonam
 Ad Sanationam : dubia ad bonam
 Seorang wanita usia 24 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Umum
Dok 2 dengan keluhan nyeri perut kanan bawah. Berdasarkan hasil
anamnesa didapatkan nyeri perut kanan bawah sudah dirasakan sejak 3
hari yang lalu. Awalnya nyeri di rasakan di daerah sekitar pusar
kemudian berpindah ke daerah perut kanan bawah. Nyeri dirasakan
terus menerus dan semakin lama semakin nyeri sehingga mengganggu
aktivitas sehari-hari. Nyeri ulu hati (+), batuk (+), demam (+), sering
keringat malam. Pasien mengeluh mual dan muntah 4x beberapa jam
SMRS. Penurunan nafsu makan.
Hal ini sesuai dengan teori dimana gejala klinis seperti
demam, anoreksia dan penurunan berat badan; gejala
akibat ulserasi mukosa seperti diare, hematoskezia
dan malabsorpsi, gejala terkait keterlibatan
transmural seperti nyeri perut, tegang dan muntah
akibat obstruksi lumen, teraba benjolan, perforasi
usus, fistula perianal dan intestinal, gejala
manifestasi ekstraintestinal seperti artritis,
peritoneum dan kelenjar limfe, serta riwayat kontak
dengan TBC.
 nyeri perut kanan bawah (titik mc burney), nyeri
pada saat ditekan perut kiri (Rovsing sign (+),
pada penekanan perut kiri bawah juga dan
dilepaskan secara tiba-tiba terasa nyeri juga
pada perut kanan bawah (blumberg sign (+),
defans muscular tidak didapatkan, nyeri psoas
sign (+), rectal toucher nyeri pada arah jam 9
dan 12, sesuai dengan teori pada pemeriksaan
fisik pada pasien-pasien dengan gejala
appendicitis. Untuk membantu menegakakan
diagnosis apendisitis akut pada pasien dengan
nyeri perut kanan bawah dapat digunakan
alvarado score.
Skor
Migrasi nyeri dari abdomen sentral ke fossa iliaka 1
kanan
Anoreksia 1
Mual atau Muntah 1
Nyeri di fossa iliaka kanan 2
Nyeri lepas 1
Peningkatan Temperature (> 37,5 0C) 1
Peningkatan Jumlah Leukosit > 10X 109/L 2
Shift to the left 0
Total 9
 Dari hasil sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa bila hasil Alvarado skor diatas 7
menunjukkan bahwa appendicitis akut yang perlu
pembedahan. Sehingga berdasarkan hasil anamnesa
dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang
dapat ditegakkan diagnosa Peritonitis Umum ec TB
Usus Appendicitis pada pasien karena sesuai dengan
teori.
 Pada pasien apendisitis akut terapi utama yang
direncanakan adalah Apendectomy sesegera mungkin. Pada
penanganan kasus pasien ini, sudah dilakukan dengan benar
karena direncanakana Apendiktomi. Metode operasi yang
digunakan adalah dengan bantuan laparaskopi. Untuk persiapan
operasi, pada pasien diberikan analgetic dan antibiotic spectrum
luas. Ketorolak 3x30 mg ternyata telah berhasil mengurangi rasa
nyeri pada pasien. Antibiotik yang berikan pada pasien sudah
dilakukan dengan tepat yaitu Metronidazole 3 x 500 mg yang
spectrum luas, terutama pada gram negative yang dikaitkan
dengan infeksi pada apendisitis akut terkait flora normal kolon.
 Untuk persiapan operasi, pada pasien diberikan analgesik dan
antibiotic spectrum luas. Ketorolak 3x30 mg ternyata telah brhasil
mengurangi rasa nyeri pada pasien. Antibiotik yang berikan pada
pasien sudah dilakukan dengan tepat yaitu Metronidazole 3 x 500
mg yang spectrum luas, terutama pada gram negative yang
dikaitkan dengan infeksi pada apendisitis akut terkaitflora normal
kolon.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai