Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN HOME VISITE

PUSKESMAS KENALI BESAR

Disusun oleh:

Karina Rija Sri Ayu G1A216099


Priskila Anestesia G1A216111
Shintia Bela Bangsa G1A216077
Isip Roman Syakura G1A216084
Windy Claudia Aresta G1A215049

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
LAPORAN HOME VISIT

1. IDENTITAS PASIEN :
Nama : Khairunnisa
Tanggal Lahir : 20 Januari 2016
Umur : 15 Bulan
PB/BB :69 cm/6,2 kg
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : Belum Sekolah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : RT 19, Kelurahan Kenali Besar, Kecamatan
Alam Brajo

2. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Berat badan sulit naik.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Berat badan sulit naik
Lesu dan tampak tidak aktif
Susah makan
Rewel
Sering batuk pilek
3. Riwayat Penyakit Dahulu : TB Paru
4. Riwayat Penyakit Keluarga : ibu merupakan penderita TB paru dan
ibu mengkonsumsi obat 6 bulan
5. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien tinggal serumah bersama ayah, ibu, nenek, paman, dan
bibi.
Pasien dan keluarganya tinggal dirumah sendiri.
Ayah pasien bekerja dikebun orang dan juga beternak ayam di
sebelah rumah sedangkan ibu pasien bekerja sebagai ibu rumah
tangga.
6. Riwayat Kebiasaan :
- Pasien makan nasi tim sejak umur 5 bulan
- Pasien tidak lahap makan
- Pasien jarang tidur siang
- Ayah pasien merokok didekat sang anak.

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Tampak lemas
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Gizi : Gizi Buruk
d. Tanda vital : N: 79 x/menit
RR: 22 x/menit
T : 36,6 C
e. Kepala : Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)
f. - Leher : Pembesaran KGB (-)
g. - Dada : tampak cembung seperti dada tong
h. - Paru-paru : dari hasil ronsen pneumonia
i. - Abdomen : dbn
j. - Anggota gerak : dbn

4. DIAGNOSIS
Anak dengan gizi buruk, akibat pola asuh dan pola makan yang salah

5. TERAPI
Non Farmakologis :

Makan-makanan yang teratur 3 kali sehari, dengan porsi yang


cukup sesuai usia, tidur siang yang cukup.
Minum susu teruskan.

Menerapkan prilaku hidup bersih dengan membiasakan cuci
tangan.

Farmakologis : Vitamin, dan obat batuk puyer

6. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
7. PENGAMATAN RUMAH
Pasien tinggal di rumah sendiri dan permanen. Dalam satu rumah
pasien tinggal bersama bersama ayah,ibu, nenek, kakek, bibi, paman, dan
saudara sepupunya (ada 3 Kepala Keluarga di dalam 1 rumah)
Dalam rumah pasien memiliki 1 ruang tamu, ruang nonton
keluarga, 3 kamar tidur tanpa jendela, 1 kamar mandi, 1 dapur terdapat
kompor dan peralatan untuk makan dan minum.
Dinding rumah terbuat dari bata tanpa di semen dan tanpa dicat.
Ventilasi rumah ini minim. Hanya terdapat 2 buah pintu (depan dan
belakang), terdapat 2 buah jendela di ruang tamu namun tidak bisa dibuka/
tidak digunakan. Sirkulasi udara dan pencahayaan di ruang tamu cukup
baik, sedangkan ruangan lain seperti kamar dan dapur pencahayaan dan
sirkulasinya kurang, masih terkesan gelap dan lembab.
Sumber air bersih keluarga diperoleh dari sumur, disinilah keluarga
mengambil air untuk mencuci pakaian, mencuci piring, mandi, memasak
dan air minum.
Kamar tidur berantakan, gelap karena tidak ada ventilasi, dan
banyak baju yang bergantungan. Bagian atas rumah tidak ditutup sehingga
memudahkan vektor seperti nyamuk untuk masuk.
Saluran pembuangan limbah sekitar rumah langsung masuk
kedalam septic teng. Di bagian sekitar rumah tampak banyak sampah dan
kaleng-kaleng bekas berserakan sehingga tampak banyak genangan air.
Rumput rumput liar disekitar rumah.

8. PENGAMATAN LINGKUNGAN
Rumah pasien jauh dari kota atau dan lingkungan di sekitar rumah
tidak padat penduduk, antar satu rumah dengan rumah lain letaknya
berjauhan. Di depan rumah pasien terdapat banyak kaleng-kaleng bekas,
ban-ban bekas, dan rumput-rumput yang tidak dibersihkan, sehingga
terkesan lingkungan tidak baik.

9. HASIL WAWANCARA /PENGAMATAN KELUARGA /HUBUNGAN


KELUARGA
Pasien tinggal dirumah dengan jumlah anggota keluarga 9 orang,
yaitu Bapak bernama Maulana Fajar (29 tahun), Ibu bernama Fitriani (23
tahun), kakek, nenek, bibi, paman, dan 2 orang sepupu. Di keluarga ini ibu
pasien pernah mengalami penyakit TB Paru. Kakek dan ayah pasien
memiliki kebiasaan buruk merokok didalam rumah, dalam sehari mereka
bisa menghabiskan 1 bungkus rokok.

10. HASIL WAWANCARA /PENGAMATAN PERILAKU KESEHATAN


Adapun perilaku kesehatan (PHBS) dalam keluarga dapat dinilai melalui
10 kriteria, yaitu :

Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


Dalam hal persalinan, Pasien lahir di tolong oleh tenaga medis di RS.
abdul manap.
Memberi ASI ekslusif
Pasien tidak mendapat asi eksklusif.Karena pasien umur 4 bulan sudah
diberikan susu formula.
Menimbang balita setiap bulan
Pasien tidak rajin ( tidak setiap bulan) dibawa ibunya menimbang ke
posyandu terdekat ataupun ke puskesmas, sejak lahir ibu pasien hanya
membawa anaknya 3x ke puskesmas.
Menggunakan air bersih
Pasien dan keluarganya menggunakan sumber air bersih berupa sumur.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Pasien tidak paham budaya mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun, pasien hanya mencuci tangan sekedarnya saja. Pasien tidak tau
langkah langkah cuci tangan yang benar
Menggunakan jamban sehatt
Di rumah pasien kamar mandi dan jamban cukup layak, dimana jamban
yang digunakan adalah jamban leher angsa tetapi bangunan kamar
mandi tidak di semen dan sangat gelap dan sempit.
Memberantas jentik rumah sekali seminggu
Pasien dan keluarga jarang membersihkan tempat penampungan air.
Makan buah dan sayur setiap hari
Berhubung keadaan perekonomian keluarga pasien tergolong rendah,
untuk makan buah dan sayur setiap hari agaknya sulit terlaksana.
Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik sangat jarang dilakukan oleh pasien dan keluarganya.
Tidak merokok di dalam rumah
Di anggota keluarga, Ayah dan Kakek pasien sering merokok di dalam
rumah.

11. ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK


Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah
Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat
penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai
tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, namun didalamnya
terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk membangun
kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah yang sehat dan layak
huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar namun rumah yang
sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni.
Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan
perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat
memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Untuk menciptakan rumah
sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek yang sangat
berpengaruh, antara lain :
a) Tipe rumah
b) Ventilasi
c) Pencahayaan rumah
d) Saluran pembuangan limbah
e) Sumber air bersih
f) Jamban memenuhi syarat
g) Tempat sampah tertutup
h) Rasio luas bangunan rumah dengan jumlah anggota keluarga
8m2/orang
Pada kasus ini, keadaan rumah tergolong bukan rumah sehat,
karena pencahayaan dan pertukaran udaranya masih kurang mencukupi
untuk syarat rumah sehat, dinding rumah terbuat dari bata belum
disemen dan dicat, rumah tanpa loteng, Kamar berantakan dan banyak
pakaian yang digantung. Selain itu ukuran luas rumah juga tidak
memenuhi syarat rumah sehat, keadaan/ kondisi rumah sangat
mempengaruhi atau memperberat penyakit yang diderita oleh pasien
saat ini.

Hubungan diagnosis dengan lingkungan sekitar


Pada kasus ini, kondisi lingkungan sangat mempengaruhi kondisi
pasien. Lingkungan rumah pasien yang tidak bersih serta kondisi rumh
yang pengap kurang cahaya, dapat memperberat diagnosa pasien yaitu
pneumonia.

Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan


keluarga
Hubungan pasien dengan keluarga lebih kepada tingkat
pengetahuan dan perilaku keluarga yang kurang terhadap kesehatan
sehingga mempengaruhi kondisi pasien. Dalam hal ini keluarga kurang
paham tentang pola pemberian makanan yang bergizi.

Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga


dan lingkungan sekitar
Perilaku hidup sehat sangat diperlukan dalam pencegahan
diagnosis penyakit ini, tetapi pada keluarga ini perilaku hidup sehat
kurang diperhatikan misalnya mencuci tangan hanya dilakukan
sekedarnya saja tanpa menggunakan sabun. Ayah dan kakek juga
merokok di dalam rumah sehingga anaknya seringkali terpapar asap
rokok. Selain itu juga kesadaran keluarga terhadap pentingnya
mengobati penyakit masih kurang, hal ini terlihat saat anak menderita
penyakit batuk, ibu hanya membiarkannya saja sampai sembuh sendiri
tanpa mencari pertolongan ke puskesmas, begitu juga dengan keadaan
anaknya yang menderita gizi buruk.

12. RENCANA PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA


PASIEN DAN KEPADA KELUARGA
Pendidikan kesehatan dapat diberikan pada masyarakat/keluarga
dengan beberapa cara, antara lain:
1. Memberi penjelasan kepada ibu pasien agar ibu tidak memberi
makanan pendamping asi sebelum genap 6 bulan , serta nasehat tentang
gizi makanan pendamping asi yang cukup. Memberi tahu ibu agar rajin
menimbang dan mengukur tinggi anak setiap bulan, serta memberitahu
ibu untuk rajin mengikuti program Posyandu. Cermati apakah
pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai,
segera konsultasikan hal itu ke dokter.
2. Bekerja melalui kelompok dalam masyarakat
Petugas kesehatan perlu mencari kelompok-kelompok yang ada dalam
masyarakat seperti kelompok jemaat atau kelompok wanita yang dapat
diajak berbicara. Petugas dapat menjelaskan mengenai status gizi pada
anak, hal ini seperti menimbang berat badan secara berkala di
posyandu, pentingnya memberikan ASI eksklusif pada bayi baru lahir
sampai usia 6 bulan, menjelaskan mengenai makanan pendamping asi
untuk bayi diatas 6 bulan, serta menjaga kebersihan rumah maupun
lingkungan agar dapat menghindari berbagai penyakit.
3. Melalui penggunaan media
Media yang dapat digunakan antara lain poster poster yang menarik,
ditempel di puskesmas atau posyandu. Sehingga menarik minat yang
membacanya. Selain itu bisa juga digunakan media koran, surat kabar,
sosial media dan internet. Cara ini paling mudah dilakukan di kota-kota
besar. Membagikan selebaran kepada masyarakat mengenai tumbuh
kembang anak.

13. RENCANA EDUKASI PENYAKIT KEPADA PASIEN DAN KEPADA


KELUARGA
Menjelaskan tentang pola asuh anak yang baik
Menjelaskan tentang pentingnya memenuhi asupan gizi pada anak.
Menjelaskan tentang penyakit gizi buruk dan tanda bahayanya
Menjelaskan tentang pentingnya memberikan makanan dengan teratur
Menjelaskan tentang pentingnya membawa anak menimbang berat
badan tiap bulan di posyandu
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga kriteria dari rumah yang sehat.
Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang pola prilaku hidup bersih
dan sehat dan menerapkannya di dalam rumah tangga
Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang kriteria lingkungan yang
sehat.
14. ANJURAN-ANJURAN PROMOSI KESEHATAN PENTING YANG
DAPAT MEMBERI SEMANGAT/MEMPERCEPAT
PENYEMBUHAN PADA PASIEN

Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan
kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah
pulang dari rumah sakit.

Segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan
gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-
sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak.
Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya.
Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi
yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi
kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa
gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah
intelegensia di kemudian hari.

Membuka jendela pada pagi hari sampai sore hari, agar rumah
mendapat sinar matahari dan udara yang cukup.
Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni dalam satu kamar tidak
lebih dari 3 orang.
Menjaga kebersihan diri( Mandi minimal 2 kali sehari, Ganti pakaian,
cuci tangan sebelum dan sesudah makan) membersihkan rumah dan
lingkungan disekitar rumah ( menyapu halaman rumah, membuang
sampah di tempat pembuangan sampah, menguras bak mandi minimal 2
kali seminggu).
Menghindari gigitan nyamuk dengan cara memakai obat nyamuk,
memakai kelambu pada saat tidur dan memasang kawat kasa pada
ventilasi rumah.
Mengikut sertakan anak pada program imunisasi.

Anda mungkin juga menyukai