Anda di halaman 1dari 15

Laporan Skill Lab Family Folder Hipertensi dan Osteoarthritis

Filian tuhumury
102016036
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, Indonesia
Jalan Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat 11510
Alamat korespondensi: tuhumuryfilian@gmail.com

Pendahuluan
Prinsip pokok dari dokter keluarga adalah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kedokteran secara menyeluruh. Oleh karena itu perlu diketahui berbagai latar belakang pasien
yang menjadi tanggungannya. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan seperti itu
diperlukan kunjungan rumah (home visit) serta melakukan pelayanan kesehatan standar. Untuk
memajukan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat, maka perlu adanya
kerjasama antara petugas kesehatan dan pasien. Pemantauan terhadap penyakit pasien tidak
hanya sekadar mendapatkan pengobatan di puskesmas, tetapi juga lingkungan pasien turut diikut
sertakan dalam usaha meningkatkan kesehatan pasien. Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4
faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu: faktor perilaku, lingkungan,
keturunan dan pelayanan kesehatan.1
Dari keemapat faktor diatas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh pengaruh
faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Disini peran dari dokter keluarga sangat
penting untuk melakukan pendekatan dan untuk memperhatikan kesehatan masyarakat sekitar,
dengan begitu bila di suatu wilayah terjadi wabah penyakit maka pemerintah berserta praktisi
kesehatan dapat mengambil langkah untuk meminimalkan angka morbiditas dan mortalitas yang
mungkin terjadi.1

Dalam rangka mempelajari tentang kedokteran komunitas, mahasiswa fakultas


kedokteran ukrida melakukan kunjungan ke masyarakat langsung melalui puskesmas hingga
datang langsung kerumah penduduk dan didapatkan hasil sebagai berikut;

1
Data riwayat keluarga :
I. Identitas Pasien
a. Nama : Sumiati
b. Umur : 59 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Pendidikan : SD
f. Alamat : Jl. Daud 1 no 2 RT 003 RW 008, Kelurahan sukabumi utara, Kebon
Jeruk

II. Riwayat Biologis Keluarga


a. Keadaan kesehatan sekarang : Kurang
b. Kebersihan perorangan : Baik
c. Penyakit yang sering diderita : Darah Tinggi dan Nyeri Sendi Lutut
d. Penyakit keturunan : Ada dari ibu
e. Penyakit kronis/menular : Tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
g. Pola makan : Baik
h. Pola istirahat : Sedang
i. Jumlah anggota keluarga : 6 orang

III. Psikologis Keluarga


a. Kebiasaan buruk : Tidak ada
b. Pengambilan keputusan : Ibu
c. Ketergantungan obat : Tidak ada
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas
e. Pola rekreasi : Kurang

2
IV. Keadaan Rumah/ Lingkungan
a. Jenis bangunan : Permanen
b. Lantai rumah : Keramik
c. Luas rumah : 98 m2
d. Penerangan : Sedang
e. Kebersihan : Sedang
f. Ventilasi : Sedang
g. Dapur : Ada
h. Jamban keluarga : Ada
i. Sumber air minum : Air kemasan
j. Sumber pencemaran air : Tidak ada
k. Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada
l. Sistem pembuangan air limbah : Ada
m. Tempat pembuangan sampah : Ada
n. Sanitasi lingkungan : Sedang

V. Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah : Baik
b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik

VI. Keadaan Sosial Keluarga


a. Tingkat pendidikan : Sedang
b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : Baik
d. Kegiatan organisasi sosial : Baik
e. Keadaan ekonomi : Sedang

VII. Kultural Keluarga


a. Adat yang berpengaruh : Tidak ada
b. Lain-lain : Tidak ada

3
VIII. Daftar Anggota Keluarga
No Nama Hub dengan Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Keadaan Keadaan
KK Terakhir kesehatan gizi
1. Sumiati Ibu 59 SD Ibu Rumah islam Baik Baik
Tangga
2. Rusniah Anak 42 SMK Ibu Rumah Islam Baik Baik
Tangga
3. Irfa Rahim Anak 34 SMA Wiraswasta Islam Baik Baik

4. Syamyhuri Anak 31 SMK Karyawan Islam Baik Baik

5. Rahmatulloh Menantu 41 SMP Karyawan Islam Baik Baik

6. Averus Cucu 16 SMP Pelajar Islam Baik Baik

7. Ananda Cucu 15 SD Pelajar Islam Baik Baik

8. Ayu Cucu 2 - - Islam Baik Baik

IX. Keluhan Utama


Darah tinggi, nyeri sendi lutut, lemas
X. Keluhan Tambahan
Diare sejak satu hari yang lalu hari ini sudah 3x buang air diakibatkan makan pedas
XI. Riwayat Penyakit Sekarang
Hipertensi dan Osteoarthiritis
XII. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan osteoarthritis sejak 3 bulan yang lalu
XIII. Pemeriksaan Fisik
 Status Generalis :
- Keadaan Umum : Sakit Sedang
- Kesadaran : Compos mentis
- Keadaan gizi : Baik
- Tekanan Darah : 150/90 mmHg
- Nadi : 68 kali / menit
- Pernapasan : 17 kali / menit
- Berat badan : 70kg

4
- Timggi badan :157cm

XIV. Diagnosis Penyakit


Hipertensi dan Osteoarthritis

XV. Diagnosis Keluarga


Riwayat Hipertensi

XVI. Anjuran Penatalaksanaan penyakit :


a. Promotif :
Memberikan penyuluhan kepada pasien tentang penyakit yang sedang diderita, agar
pasien mengerti tentang gejala dan komplikasi yang mungkin akan terjadi dan juga
memberikan penyuluhan tentang pencegahannya.

b. Preventif :
Hindari faktor- faktor resiko yang dapat meningkatkan tekanan darah dan juga nyeri
pada sendi kaki, menganjurkan pasien untuk diet sehat, menjalankan pola hidup sehat,
dan berolahraga secara teratur, serta harus rutin memeriksakan diri ke puskesmas,
guna mengontrol kadar tekanan darah untuk mencegah terjadinya komplikasi.

c. Kuratif :
Farmakologis
Obat antihipertensi: Nifedipin dan Losartan
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) untuk OA
Atapullgit dan oralit untuk keluhan tambahan diare
Non-farmakologis: Istirahat cukup, hindari stress, mengurangi asupan garam,
meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak, rutin
berolahraga.
d. Rehabilitatif :
Edukasi (tentang penyakit, gejala penyakit, cara menangani dan cara pencegahan),
rajin berolahraga, nutrisi dengan gizi yang lengkap dan pengaturan makanan

5
mencegah peningkatan kadar tekanan darah, penggunaan obat – obat long term
control hipertensi, dan juga mengurangi kerja berat

XVI. Prognosis
Penyakit : Kemungkinan penyakit yang timbul mungkin disebabkan oleh banyaknya
aktivitas yang dilakukan sehari- hari ditambah faktor usia yang sudah
lanjut. Prognosis sukar diprediksikan dikarenakan terdapat banyak faktor
yang mempengaruhi penyakit ini (osteoarthritis). Tekanan darah bagi
pasien hipertensi akan meningkat seiring meningkatkan usia. Hipertensi
yang tidak diobati dapat mengancam jiwa.

Keluarga : kondisi kesehatan anggota keluarga yang lain dalam keadaan baik.

Masyarakat : Ad bonam, bukan penyakit menular.

XVII. Resume
Dari hasil kunjungan rumah pada Senin, 7 juli 2019 didapatkan bahwa pasien perempuan
bernama Sumiati berusia 59 tahun, didiagnosis dokter puskesmas terkena penyakit Hipertensi
dan Osteoarthritis. Melalui Anamnesis pada pasien keluhan utama yang dirasakan pasien yaitu
lemas, nyeri pada lutut pada kanan dan kiri, juga disertai keluhan tambahan diare sejak 1 hari
yang lalu, diare diakibatkan karena pasien memakan makanan pedas satu hari yang lalu dan hari
ini sudah mebuang air besar yang cari sebanyak 3x. Keluhan darah tinggi dan juga nyeri pada
lutut ibu sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Riwayat hipertensi juga diderita oleh orang tua
pasien yaitu ibu pasien, ibu pasien saat ini sudah meninggal, meninggal karena umur yang udah
lanjut usia.
Riwayat Kebiasaan Sosial Pasien seperti pada umumnya. Olahraga jarang dilakukan, pola
makan baik dan teratur yaitu 3x sehari. Pada pola rekreasi pasien jarang berpergian bersama
keluarga. Hubungan pasien dengan keluarga sangat baik. Aktivitas sosial yang dilakukan aktif
bergaul dengan tetangga. Pasien beragama islam. Keluarga Pasien tergolong sehat secara fisik
saat kunjungan dilakukan. Kebersihan perorangan dirasa baik.

6
Pada keadaan rumah pasien, ruang tengah pada rumah pasien cukup bersih namun
penerangan dari cahaya matahari kurang masuk ke dalam rumah jadi pada siang hari rumah
pasien menggunakan lampu untuk penerangan dan juga ventilasi yang kurang. Dalam rumah
tersebut, ditinggali oleh 8 orang, terdiri dari pasien sendiri, 4 anakanya, 1 menantunya, dan juga
2 orang cucunya. Dirumah tersebut terdapat 2 kamar tidur. Terdapat dapur pasien yang agak
berantakan, hal ini dikarenakan tata letak barang yang kurang baik serta banyak barang yang
menumpuk menyebabkan kebersihan pada peralatan yang tidak baik juga. Kurangnya ventilasi
dan jendela di rumah pasien akan memperburuk keadaan tersebut. MCK pasien juga dalam
keadaan yang kurang baik, keadaannya cukup kotor, khususnya bak mandi yang kotor seperti
lama tidak dibersihkan.
Untuk keadaan Ekonomi dan pendidikan, keluarga ini termasuk dalam golongan sedang,
rumah yang ditinggali merupakan milik pribadi serta anak-anak pasien yang udah lulusan SMA
sederajat.

Tinjauan Pustaka
Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal.
Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu
terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui
(hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut
jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan volume
aliran darah.2 Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah
pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat I, dan
derajat II.3

Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)


Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat 2 >160 >100

Pemeriksaan Penunjang

7
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi :

- Hematologi lengkap
- Gula darah
- Profil lemak
- Fungsi ginjal: Urea N, kreatinin, asam urat, albumin urin kuantitatif
- Gangguan elektrolit: Natrium, kalium
- hsCRP
- EKG

Etiologi
Terdapat faktor-faktor risiko yang berperan dalam hipertensi. Faktor resiko yang dapat
diubah dan tidak dapat diubah. Faktor – Faktor yang dapat diubah termasuk gaya hidup, antara
lain : Merokok, Kurang aktivitas fisik, Kelebihan berat badan, Diet tinggi lemak, Asupan garam
berlebih, Konsumsi alcohol berlebih. Faktor – Faktor yang tidak dapat diubah, antara lain :
Riwayat keluarga dengan hipertensi, Usia > 45 tahun pada pria dan >55 tahun pada wanita, Etnik
/ suku bangsa.4

Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populsi usia lanjut,
maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga bertambah, dimana baik
hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolic sering timbul pada lebih
dari separuh orang yang berusia > 65 tahun. Selain itu laju pengendalian tekanan darah yang
dahulu terus meningkat, dalam decade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi dan
pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34 % dari seluruh pasien hipertensi.5

Sampai saat ini data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari Negara-negara
yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES)
menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insidens hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar
29-31 % yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15
juta dari data NHANES III tahun 1988-1991.5

8
Gejala Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :2
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Tatalaksana
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :2
1. Terapi non-farmakologis
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
 Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c). Penurunan berat badan
d). Penurunan asupan etanol
e). Menghentikan merokok
f). Diet tinggi kalium
 Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
• Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain

9
• Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut
nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur
• Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
• Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
 Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi faramakologis
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
adalah obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan
cara pemberian pendidikan kesehatan.Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam
pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang
pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

Osteoathritis
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan
kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena OA.
Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15.5% pada pria, dan
12.7% pada wanita. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau
jika ada pembebanan sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan
terus menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien. Karena prevalensi yang cukup
tinggi dan sifatnya yang kronik-progresif, OA mempunyai dampak sosio-ekonomik yang besar,
baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut

10
usia di Indonesia menderita cacat karena OA. Pada abad mendatang tantangan terhadap dampak
OA akan lebih besar karena semakin banyaknya populasi yang berumur tua.6
Sendi yang paling sering terserang osteoarthritis adalah sendi–sendi yang harus memikul
beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan servikal, dan sendi-sendi pada jari.
Gambaran osteoarthritis yang khas adalah lebih seringnya keterlibatan sendi falang distal dan
proksimal, sementara sendi metakarpofalangeal biasanya tidak terserang.
Osteoarthritis terutama menyebabkan perubahan-perubahan biomekanika dan biokimia di
dalam sendi; penyakit ini bukan suatu gangguan peradangan. Namun, sering kali perubahan-
perubahan di dalam sendi ini disertai oleh sinovitis, menyebabkan nyeri dan perasaan tidak
nyaman.7

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan artosentesis sebagai suatu indikasi untuk
memastikan diagnosis. Namun perlu diperhatikan kontraindikasi yaitu pada sendi yang tidak
stabil. Hal ini biasanya terjadi pada tingkat ostearthritis yang lebih tinggi dimana terjadi
deformitas. Selain itu pada osteoarthritis yang sudah parah juga dapat ditemukan gangguan sendi
celah sendi menyempit dan jumlah cairan sendi berkurang. Pengambilan cairan sendi akan
semakin memperburuk keadaan pada kondisi ini.7
Cairan sendi normal adalah ultra filtrate atau dialisat dari plasma. Dengan demikian kadar ion-
ion dan molekul-molekul kecil ekuivalen dengan kadarnya di dalam plasma, sedang protein
kadarnya lebih rendah. Protein plasma yang berpindah dari plasma ke cairan sendi bergerak
melalui difusi dengan tingkat kecepatan yang terbalik dengan ukurannya.7
Pada artrosentesis dapat dilakukan pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, tes mikrobiologi, tes
kimia serta tes imunologi.Pada pemeriksaan makroskopik yang dapat dilihat ialah warna cairan
sendi, tes musin, tes viskositas dan melihat bekuan dalam sendi.Diantara keempat jenis tes
tersebut hanya tes warna yang masih bisa digunakan untuk kasus osteoarthritis.Pada tes warna
umumnya didapatkan perubahan warna cairan sendi dari bening menjadi warna kuning jernih.
Tes yang lain umumnya tetap terlihat seperti keadaan normal.7
Hasil pemeriksaan laboratorium lain pada OA biasanya tidak banyak berguna. Darah tepi
(hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal.Pemeriksaan imunologi
(ANA, factor rheumatoid, dan komplemen) juga normal. Pada OA yang disertai peradangan,

11
mungkin didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan
sel peradangan (<8000/m) dan peningkatan protein.

Pemeriksaan Radiologi
Pada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena OA cukup memberikan
gambaran diagnostic yang lebih canggih. Gambaran radiografi yang menyokong diagnosa OA
adalah:
1. Penyempitan celah sendi yang sering asimetris (lebih berat di bagian yang menanggung
beban).
2. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral.
3. Kista tulang.
4. Osteofit pada pinggir sendi.
5. Perubahan struktur anatomi sendi.
Harus diingat bahwa pada awal penyakit, radiografi sendi seringkali masih normal.

Etiologi
Osteoartritis merupakan gangguan pada sendi teruma pada sendi penopang tubuh.
Dahulu, penyakit ini dianggap sebagai proses penuaan normal. 8 Namun, sekarang telah
ditemukan beberapa faktor yang menjadi penyebab osteoartritis, diantaranya:
1. Usia
Peningkatan usia merupakan faktor terkuat penyebab terjadinya osteoartritis. Semakin tua
seseorang, maka semakin rentan dia terkena penyakit radang sendi ini, semakin berat pula
osteoartritis-nya. Osteoartritis hampir tidak pernah terjadi pada anak-anak, jarang pada
usia 40 tahun, dan sering pada usia 60 tahun.
2. Jenis kelamin
Pada usia 50 tahun keatas, osteoartritis lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan
pria. Hal ini berkaitan dengan terjadinya penurunan hormon estrogen pada wanita akibat
menopause.
3. Genetik
Seseorang yang lahir dari ibu dengan osteoartritis memiliki resiko yang lebih tinggi
dibandingkan seseorang yang lahir dari ibu normal.

12
4. Kegemukan
Kegemukan dapat menyebabkan terjadinya osteoartritis baik pada sendi penyokong tubuh
dan sendi lainnya, karena menyebabkan kerja sendi menjadi lebih berat.
5. Cedera sendi
Osteoartritis dapat disebabkan karena adanya trauma sendi. Contohnya, cedera akibat
olahraga. Biasanya, pada lansia, osteoartitis terjadi akibat trauma sendi ringan berulang
seperti sering jatuh.

Epidemiologi
Osteoartritis merupakan salah satu penyakit sendi tersering di dunia, termasuk Indonesia.
Lebih dari 85% penderita osteoartritis mengalami gangguan dalam melakukan aktivitasnya,
terutama berjongkok, naik tangga, dan berjalan.Terdapat peningkatan yang seiring dengan
bertambahnyausia, contohnya adalah lebih dari 80% pasien berusia > 75 tahun memiliki bukti
radiologis adanya osteoartritis. Osteoartritis biasanya menyerang sendi-sendi penopang tubuh
seperti vertebra, panggul, lutut, dan pergelanan tangan. Prevalensi osteartritis genu di Indonesia,
15,5% terjadi pada pria dan 12,7% terjadi pada wanita.8

Gejala Klinis
Keluhan nyeri sendi umumnya disampaikan oleh pasien saat pertama kali bertemu
dengan dokter. Pasien biasanya merasa bertambah nyeri pada saat beraktivitas dan jika ada beban
pada sendi, akan berkurang nyerinya saat beristirahat. Nyeri pada OA juga dapat berupa
penjalaran maupun akibat radikulopati misalnya pada OA servikal dan lumbal. OA lumbal dapat
menimbulkan stenosis spinal yang berujung pada rasa nyeri di daerah betis. Apabila
diperhatikan, gaya berjalan yang paling sering terlihat ialah menjadi pincang. Hampir semua
pasien OA pergelangan kaki, tumit, lutut, atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan
berjalan atau fungsi sendi yang lain merupakan ancaman besar untuk kemandirian pasien OA
yang umumnya tua karena hal ini akan sangat mengganggu mobilisasi pasien OA. Semakin nyeri
maka makin terhambat gerakan sendinya. Kemudian ada kaku pagi yang biasanya timbul setelah
imobilitas, seperti duduk di kursi dalam waktu yang lama maupun setelah bangun tidur. Setidak-
tidaknya didapati 15-30 menit keadaan kaku sebelum sendi dapat digerakan lagi. Pada OA juga
terjadi krepitasi, keadaan di mana celah sendi telah menyempit dapat terjadi pergesekan antara

13
tulang yang satu dengan yang lainnya yang menimbulkan bunyi gemertak pada sendi yang sakit.
Pembesaran sendi (deformitas) biasanya secara progresif (pelan-pelan) dapat terlihat pada sendi
lutut dan sendi tangan.9

Tatalaksana
Pengelolaan OA berdasarkan distribusinya (sendi mana yang terkena) dan berat ringannya
sendi yang terkena. Pengelolaan terdiri dari 3 hal:9
1. Terapi non-farmakologis
 Edukasi atau penerangan
Agar pasien mengetahui seluk-beluk penyakitnya, bagaimana menjaga agar tidak
semakin parah dan persendiannya bisa tetap digunakan.
 Terapi fisik/rehabilitasi
Untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien
melindungi sendi yang sakit.
 Penurunan berat badan
Berat badan berlebih ternyata faktor yang memperberat OA. Karena itu, berat
badan harus dijaga tidak berlebih.
2. Terapi farmakologis
 Analgesik oral non opiate
Obat-obat ini hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi secara simtomatik.
Golongan obat analgesik ini antara lain salisilat (aspirin/asetosal), para amino
fenol (asetaminofen dan fenasetin), dan pirazolon.
 Analgesik topical
 Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
Apabila dengan cara-cara sebelumnya tidak berhasil, umumnya pasien mulai
datang ke dokter.Dalam hal ini kita pikirkan pemberian OAINS karena efeknya
yang analgetik dan anti inflamasi. Karena pasien OA kebanyakan lanjut usia,
pemberian obat-obat harus sangat berhati-hati. Jadi pilihlah obat yang efek
sampingnya minimal dan cara pemakaiannya sederhana.
 Chondroprotective agent

14
Obat-obat yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan (repair) tulang rawan
sendi pada pasien OA. Sebagian peneliti menggolongkan obat-obat tersebut dalam
Slow Acting Anti Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau Disease Modifying Anti
Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Sampai saat ini yang termasuk kelompok obat
ini adalah: tetrasiklin, asam hialuronat, kondoritin sulfat, glikosaminoglikan,
vitamin-C, superoxide dismutase, dsb.
3. Terapi bedah
 Malaligment, deformitas lutut Valgus-Varus, dsb.
 Arthroscopic debridement dan joint lavage
 Osteotomi.
 Artroplasti sendi total.
Dilakukan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan
juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu
aktivitas sehari-hari.

Kesimpulan
Faktor perilaku dan lingkungan merupakan faktor terpenting dalam menentukan sakit
atau tidak pasien tersebut. Perilaku pasien yang sering membersihkan rumah dan juga usia yang
sudah lanjut meningkatkan risiko pasien menderita osteoarthritis. Diperkirakan penyakit
hipertensi yang dialami merupakan faktor genetik ataupun juga bisa dikarnakan pola makan
pasien yang kurang sehat dan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak. Lingkungan yang
kurang bersih juga dapat mempengaruhi pasien terkena diare.

15

Anda mungkin juga menyukai