Anda di halaman 1dari 14

Laporan Kasus Hipertensi, Suspek Osteoarthritis, dan Suspek GERD

Dicky Kurniawan
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510. Telephone: (021)5694-2051
Email: dicky.2015fk090@civitas.ukrida.ac.id

Puskesmas : Jl. Wijaya III Blok F, Komp. Taman Dutamas, Wijaya Kusuma,
Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Kodepos: 11460, Telp
(021)5648379,Fax (021)5633342, Email pkmgropet@gmail.com
Tanggal kunjungan : Jumat, 20 Juli 2018
A. Pasien Utama

1. Identitas Pasien
 Nama : Ibu Eti Mariati
 Tanggal Lahir : 27 Oktober 1966
 Umur : 51 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Wirausaha (Warung Tegal)
 Pendidikan : SD
 Alamat : Jl. Sosial No. 33 RT 004/RW 002, Wijaya Kusuma, Grogol-
Petamburan, Jakarta Barat.
 Telepon : 081381849228
2. Keluhan Utama : merasa sering sakit kepala dan pegal pada leher sejak 1 tahun
yang lalu
3. Keluhan Tambahan : nyeri ulu hati, nyeri pada kedua lutut sejak 6 bulan yang lalu
serta bengkak pada kakinya sejak 4 bulan yang lalu.
4. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien menderita hipertensi Grade II dan jarang
kontrol ke puskesmas, namun mengunjungi dokter umum di dekat rumahnya.
5. Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada
6. Riwayat Penyakit Keluarga : ayah dan ibu menderita hipertensi, saudara pasien juga
menderita hipertensi, sedangkan ketiga orang anaknya tidak menderita hipertensi.

1
7. Riwayat Kebiasaan Sosial
a. Olahraga : jarang
b. Pola jajan : dulu sering jajan snack setiap makan siang setiap harinya.
c. Pola makan : 2 kali sehari, teratur
d. Pola rekreasi : jarang
e. Merokok :-
f. Alkohol :-
8. Hubungan Psikologis dengan Keluarga: dekat dan berhubungan baik dengan keluarga
9. Aktivitas Sosial : sering berbincang-bincang dengan tetangga
dan bersosialisasi
10. Kegiatan Kerohanian : Sholat lima waktu tepat.

B. Keluarga
1. Riwayat biologis keluarga
a. Riwayat biologis keluarga : Semuanya dalam keadaan sehat.
b. Keadaan kesehatan sekarang : Baik
c. Kebersihan perorangan : Kurang baik
d. Penyakit yang sedang diderita (oleh anggota keluarga): Ayah dan ibu
menderita hipertensi.
e. Penyakit keturunan :-
f. Penyakit kronis/menular :-
g. Kecacatan anggota keluarga : -
h. Pola makan : Baik, 3x sehari
i. Pola Istirahat : Baik
j. Jumlah anggota keluarga : 6 orang, yaitu pasien sendiri, 1 anak, 1
keponakan, serta 3 orang cucunya
2. Psikologis Keluarga
a. Kebiasaan buruk : Pasien sering mengkonsumsi produk
bernatrium tinggi seperti makanan ringan (snack) dan setelah terdiagnosis
hipertensi grade 2 pada saat itu, pasien langsung menurunkan kebiasaan
makannya. Makanan sehari-hari juga rendah garam dan MSG.

2
b. Pengambilan keputusan : Pasien sendiri.
c. Ketergantungan obat :-
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan: Puskesmas Wijaya Kusuma
e. Pola rekreasi : Jarang
3. Identifikasi Keadaan Rumah/Lingkungan (beresiko/tidak)
a. Jenis bangunan : Semi permanen
b. Lantai rumah : Keramik dan kayu
c. Luas rumah : 3 x 3 m2
d. Penerangan : Kurang
e. Kebersihan : Kurang
f. Ventilasi : Kurang
g. Dapur : Ada, tetapi minimal
h. Jamban keluarga : Ada
i. Sumber air minum : Galon
j. Sumber pencemaran air : Tidak ada
k. Pemanfaatan perkarangan : Tidak terdapat pekarangan
l. Sistem pembuangan air limbah : Tidak ada
m. Tempat pembuangan sampah : Ada
n. Sanitasi lingkungan : Kurang
4. Spiritual keluarga
a. Ketaatan beribadah : Baik, sholat 5 waktu
b. Keyakinan tentang kesehatan : Cukup
5. Keadaan Sosial keluarga
a. Tingkat pendidikan : Rendah
b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : Baik
d. Kegiatan organisasi social : Kurang
e. Keadaan ekonomi : Kurang
6. Kultural Keluarga
a. Adat yang berpengaruh :-

3
7. Daftar Anggota Keluarga

No Nama Hub dgn Umur Pendidik Pekerjaan Agam Keadaan Keadaan Imunisasi
KK an a kesehatan gizi
1. Eti Mariati Istri 51 SD Wirausaha Islam Kurang Baik -

3. Deddy Anak ke-3 25 SMA Supir GRAB Islam Baik Baik 


Rialdy
4. Nuraini Keponakan 36 Ibu Rumah Islam Baik Baik 
Tangga

C. Pemeriksaan Fisik

1. Kesadaran : Compos mentis


2. Keadaan umum : Sakit ringan
3. TTV
 Nadi : 87x/menit
 Pernafasan : 18x/menit
 Suhu : 36.5OC
 TD : 160/90 mmHg
4. BB : 70 kg
5. TB : 150 cm

D. Pemeriksaan Penunjang yang dianjurkan: Pemeriksaan profil lipid teratur, pemeriksaan


tekanan darah secara rutin, rontgen articulatio genu dextra et sinistra, endoskopi SCBA
serta penggunaan GERD-Q untuk kemungkinan diagnosis GERD.

E. Diagnosis

Biologi : Hipertensi Grade II, Suspek Osteoarthritis, Suspek GERD


Psikologi :-
Sosial :-

4
F. Penatalaksanaan Penyakit dan Edukasi

a. Health promotion: Memberikan penyuluhan ke masyarakat mengenai penyakit


hipertensi, tentang faktor resiko serta cara pencegahan yaitu menjalankan pola hidup
yang sehat dengan membatasi konsumsi garam, makanan berlemak dan rajin
berolahraga.
b. Spesific protection: Perbaikan status gizi agar daya tahan tubuhnya baik dan
pemberian ASI eksklusif kepada bayi yang baru lahir, dan penghentian pemberian
susu formula untuk neonates dan bayi sejak dini. Anjuran pola hidup yang sehat pada
pasien dengan faktor risiko hipertensi, seperti keturunan dan pola hidup, maka
promosi kesehatan tentang bahaya hipertensi dan hubungannya dengan gaya hidup
juga termasuk specific protection yang sangat berguna, sehingga kedepannya pasien
tidak menderita hipertensi.
c. Early diagnosis and prompt treatment: Pengobatan dengan cara teratur minum obat
dan periksa ke puskesmas rutin agar tekanan darah terkontrol. Obat yang diminum
adalah dan valsartan 80 mg untuk hipertensi, serta untuk meringankan heartburn dan
mual pasien meminum omeprazole 20 mg, dan untuk keluhan nyeri lututnya pasien
mengonsumsi piroxicam 10 mg.
d. Disability Limitation: Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar mencegah
terjadinya komplikasi gangguan jantung, cerebrovaskular, dan berbagai penyakit
pembuluh darah lainnya. Apabila pasien dalam keadaan menderita hipertensi seperti
dalam kasus ini, maka anjuran untuk menurunkan asupan natrium, mengubah pola
makan, dan berolahraga hanya berfungsi sebagai disability limitation sehingga
penyakit tidak bertambah parah. Seperti halnya untuk kasus suspek OA dan GERD.
Pasien dianjurkan untuk menurunkan berat badannya dan menurunkan intensitas
berjalan setiap harinya. Hal ini akan berfungsi sebagai penghambat progresivitas
penyakit sehingga tidak bertambah parah lagi ataupun berkomplikasi pada penyakit
lainnya. Untuk suspek GERD, dimana pasien dianjurkan untuk tidak makan terlalu
malam, tidak terlalu banyak, tidak terlalu pedas, dan tidak berbaring setelah makan
hanya akan menurunkan gejala dan tidak berfungsi sebagai proteksi. Hal ini
dikarenakan pasien kemungkinan besar sudah menderita GERD.

5
e. Rehabilitation: Rehabilitasi dalam mencegah terjadinya penyakit hipertensi adalah
dapat dilakukan dengan pengaturan diet makanan sehari-hari yang rendah lemak dan
konsumsi karbohidrat kompleks, melakukan pemeriksaan laboratorium komplit
minimal sekali sebulan dan penggunaan obat-obatan secara bijaksana. Untuk kasus
OA rehabilitasi pasien dianjurkan untuk memakai tongkat pada saat berjalan untuk
membantu pasien berjalan. Penggunaan capsaicin sebagai pereda nyeri dapat
digunakan sehingga pasien dapat berjalan kembali tanpa merasakan sakit pada kedua
lututnya.

G. Prognosis

a. Penyakit : Dubia ad bonam


b. Keluarga : Dubia ad bonam
c. Masyarakat : Dubia ad bonam

RESUME

Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada hari Jumat, 20 Juli 2018
didapatkan bahwa pasien bernama Eti Mariati, wanita usia 51 tahun, yang menderita
hipertensi Grade II. Keluhan yang dirasakan pasien yaitu merasa sering sakit kepala dan
pegal pada leher sejak 1 tahun yang lalu. Pasien hanya datang ke puskesmas satu kali dan
selanjutnya hanya pergi ke dokter umum yang berada di dekat rumahnya karena merasa obat
yang diberikan dokter tersebut lebih cocok untuk menurunkan tekanan darahnya. Keluhan
pasien lainnya adalah merasa nyeri ulu hati serta nyeri pada lututnya sejak 6 bulan yang lalu.
Keluhan ini juga sangat mengganggu pasien karena pekerjaan pasien menjadi terganggu.
Pasien setiap harinya berjalan sejauh 200 m ke warung tegalnya dengan membawa barang
dagangannya. Pasien dapat kembali ke rumah untuk mengambil nasi untuk jualannya. Pasien
mengatakan bahwa ia dapat bolak-balik ke warung tegalnya sekitar 4-5 kali. Juga sempat
ditanyakan mengapa pasien tidak mau membeli rice cooker untuk memasak nasi di warung
tegalnya. Alasannya adalah harga rice cooker yang cukup mahal. Hal ini dapat dikaitkan
dengan rasa nyeri yang terdapat pada kedua lutut pasien.
Rasa nyeri pada kedua lutut pasien selain karena mungkin perjalanan sehari yang
cukup jauh yang harus dilaluinya, berat badan pasien juga berlebih. Berdasarkan hasil

6
pemeriksaan fisik, didapatkan berat badan 70 kg dan tinggi badan 150 cm. Apabila dihitung
IMT-nya, maka didapatkan hasil 31. Angka ini menunjukkan bahwa pasien termasuk
golongan obesitas. Pasien mengaku berat badannya mulai berlebih sejak 3 tahun yang lalu.
Hal ini merupakan salah satu faktor risiko yang cukup signifikan bahwa pasien suspek
menderita osteoarthritis. Informasi lanjutan yang didapatkan adalah sebagai berikut. Pasien
juga melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga lainnya sendiri yang berarti posisi-posisi
tidak menguntungkan seperti jongkok, berdiri, dan mencuci pakaian dalam keadaan jongkok
memperberat penyakit pasien. Selain itu, pasien mengaku pernah mendapat suntikan
intraartikular pada kedua lutut dan pasien merasa keluhannya menghilang. Tetapi setelah
beberapa bulan, keluhan tersebut muncul lagi. Karena keuangannya kurang baik, pasien
mengurungkan niatnya untuk kembali mendapatkan suntikan intraartikular. Pasien hanya
meminum obat anti nyeri yang merupakan NSAID (piroxicam) untuk menurunkan
keluhannya.
Keluhan pasien lainnya adalah merasa pusing dan pegal pada lehernya. Hal ini
disebabkan karena tekanan darah pasien yang tinggi, yaitu 160/100 mmHg. Berdasarkan
klasifikasi JNC 7, pasien ini termasuk hipertensi grade 2. Pasien masih mengonsumsi obat
anti hipertensi, yaitu valsartan. Obat ini diberikan oleh dokter umum yang ia kunjungi di
dekat rumahnya. Pasien merasa bahwa obat ini sangat cocok untuk menurunkan tekanan
darahnya. Pasien juga mengatakan bahwa telah mendapatkan obat dari puskesmas untuk
hipertensinya tetapi tidak membaik. Hal ini yang membuatnya beralih ke dokter umum di
dekat rumahnya.
Lingkungan tempat tinggalnya juga termasuk faktor lainnya yang sangat signifikan
dalam mempengaruhi perjalanan penyakit pasien. Tempat tinggal pasien hanya berukuran
3x3 m2 bertingkat dua dengan bahan dinding rumah dan atap rumah yang sangat minimal.
Dinding terbuat dari semen lapisan tipis pada kayu kemudian dilapisi dengan tripleks saja.
Atap rumah lantai bawah hanya tersusun dari kayu serta tripleks yang sudah mulai lapuk dan
rusak. Penerangan rumah juga hanya menggunakan satu lampu yang cukup redup. Ventilasi
tidak tersedia sama sekali dalam rumah pasien sehingga sinar matahari tidak dapat masuk ke
dalam rumah. Satu-satunya tempat cahaya dapat masuk adalah melalui pintu depan rumah
pasien. Pasien hanya menggunakan satu kipas angin kecil dalam ruangan sehingga sirkulasi
udara mungkin hanya terjadi secara minimal. Semua bahan makanan yang masih segar,

7
ataupun sudah matang, berada di lantai yang terletak dekat dengan pintu utama rumah. Hal
ini tentunya akan menurunkan higiene makanan sehingga risiko untuk terjadinya gangguan
gastrointestinal meningkat. Kebersihan yang kurang pada rumah pasien serta lingkungan
sekitar juga meningkatkan risiko terjadinya gangguan gastrointestinal pada penghuni rumah.
Kebersihan rumah juga mempengaruhi tingkat kesehatan serta efek psikologis pada
keluarga. Berdasarkan analisis pemeriksa, bahwa terdapat peningkatan risiko terjadinya
gangguan pernapasan pada keluarga pasien. Namun, pasien tidak mengalami gangguan
saluran pernapasan. Hal ini mungkin dikarenakan pasien masih lebih sering bekerja di luar
rumah daripada di dalam rumah. Namun, hal ini tetap berlaku pada keluarga pasien yang
menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam rumah.
Dalam rumah tersebut, ditinggali oleh 6 orang, terdiri dari pasien sendiri, 1 anaknya, 1
orang keponakannya, serta 3 orang cucunya. Dalam keadaan rumah seperti yang telah
disebutkan penulis sebelumnya, tentunya tidak memenuhi syarat rumah yang sehat. Faktor
risiko terjadinya gangguan respirasi ataupun gangguan gastrointestinal meningkat, khususnya
pada cucu pasien yang masih belia.
Dapur pasien yang terletak di teras rumah yang hanya seadaanya, juga tidak layak.
Hal ini dikarenakan letak dapur yang menghalangi jalan masuk ke rumah serta asap yang
muncul pada saat keluarga pasien memasak dapat mengepul masuk ke dalam rumah.
Kurangnya ventilasi dan jendela di rumah pasien akan memperburuk keadaan tersebut.
MCK pasien juga dalam keadaan yang kurang baik. Toilet pasien mungkin memenuhi
syarat, serta tempat mencuci dan mandi juga terpisah dari toilet. Namun lokasinya yang
bersampingan dengan kompor tempat memasak sangat dekat. Pasien juga terkadang tidak
membersihkan tangan setelah buang air kecil ataupun besar kemudian melanjutkan memasak.
Hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit fecal oral pada keluarga
pasien.
Tingkat stress pasien juga mempengaruhi keadaan kesehatan pasien. Pasien tinggal di
suatu rumah kontrakan yang terletak di balik pagar rel kereta api jalur Grogol-Tangerang
yang setiap jam nya terdapat sekitar 10 kereta api yang melintas. Dengan tingkat kebisingan
seperti itu, pasien seharusnya merasa stress dan tertekan. Berdasarkan hasil anamnesis,
didapatkan data bahwa pasien mengaku stress dan pusing serta keluhan kaku apda daerah
leher yang meningkat pada saat berada di rumah. Pada saat ia bekerja, keluhan tersebut

8
berkurang. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa pasien merasa terganggu dengan suara
tersebut.
Keluhan terakhir pasien adalah merasa sering mual. Keluhan ini diperparah dengan
makan dalam jumlah yang banyak. Pasien mengaku suka makan dalam porsi yang besar yang
juga menyebabkan kenaikan berat badannya. Mual yang dirasakan juga diiringi dengan
makanan yang naik ke kerongkongannya dari lambung. Pasien juga merasakan fenomena
heartburn. Pasien belum pernah memeriksakan lebih lanjut mengenai keluhan ini. Tapi
pasien sudah diberi obat oleh dokter yaitu omeprazole. Pasien mengaku merasa baikan
setelah meminum obat ini.

Kesimpulan
Diagnosis Ibu Eti umur 51 tahun adalah Hipertensi Grade II, dengan suspek
osteoarthritis dan suspek GERD. Penyakit hipertensi dapat menyebabkan berbagai
komplikasi oleh karena itu dibutuhkan penanganan yang baik dan control yang teratur oleh
pasien dengan bantuan tenaga medis. Untuk itu perlunya menyelenggarakan pelayanan
kedokteran secara lanjut dan menyeluruh dari promotif, preventif, kuratif juga rehabilitatif.
Selain itu perawat maupun dokter juga berperan secara health promotion dan spesific
protection yaitu dengan cara memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit hipertensi
untuk meningkatkan pemahaman pasien tentang factor risiko dan pencegahan penyakit.
Untuk kasus suspek OA dan GERD, maka harus diberikan pemahaman mengenai kasus OA
dan GERD. Dalam early diagnosis and prompt treatment yaitu dengan memeriksakan
tekanan darah secara rutin serta memberikan pengobatan sesuai dengan kasus yang terkait.
Sedangkan melalui disability limitation dan rehabilitation dengan cara pengobatan dan
perawatan yang sempurna agar penderita terkontrol tekanan darahnya dan tidak terjadi
komplikasi.

9
10
Gambar 1. Warung Nasi Ibu Eti Gambar 2. Foto bersama Ibu Eti dan Keponakan

Gambar 3. Kondisi Kamar lantai 2 Gambar 4. Kondisi Kamar lantai 2

Gambar 5. Kondisi Kamar lantai 2 Gambar 6. Kondisi Depan Rumah Ibu Eti

11
Gambar 7. Langit=langit Kamar Gambar 8. Kondisi Kamar lantai 1

Gambar 13. Kondisi langit-langit toilet


Gambar 9. Kondisi Kamar lantai 1 Gambar 10. Keadaan Dapur Pasien

Gambar 11. Kondisi WC pasien Gambar 12. Kondisi tempat mencuci pasien
12
Gambar 14. Depan Rumah Ibu Eti

Gambar 15. Depan Rumah Ibu Eti

13
Gambar 16. Valsartan Gambar 17. Mixalgin

Gambar 19. Foto Bersama Ibu Eti

Gambar 18. Lasix

14

Anda mungkin juga menyukai