Anda di halaman 1dari 21

UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP Tn.

H
DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENDERITA
DIABETES MELITUS

Laporan Praktik Belajar Lapangan

Disusun untuk memenuhi tugas laporan praktik ilmu kedokteran keluarga

blok 18 semester 6

Disusun oleh :

Dwi Hali Hanggara Putra H2A017036

Dosen pembimbinga lapangan


dr. Arum Kartika Dewi, M.Si.Med

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2019
TAHAP I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama kepala keluarga: Tn. H ( 56 tahun )
Alamat : Ds. Penedagandor, RT 16 / RW 06, Lombok Timur, NTB
Bentuk keluarga : Nuclear Family

Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah


No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan

1. Tn. H Kepala keluarga L 56 th Sarjana Wiraswasta DM, Hipertensi

2. Ny. L Ibu P 49 th Sarjana PNS Hipertensi

3. Sdri. S Anak P 25 th Sarjana Dokter -

4. Sdr. A Anak L 21 th SMA Mahasiswa -

5. Sdr. D Anak L 14 th SD Pelajar -

Kesimpulan tahap I :
Di dalam keluarga Tn. H berbentuk nuclear family didapatkan pasien nama Tn. H
usia 56 tahun, pendidikan terakhir sarjana, seorang kepala rumah tangga dengan
penyakit DM tipe 2 dan hipertensi.
TAHAP II
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. H
Umur : 56 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : Sarjana
Agama : Islam
Alamat : Desa. Penedagandor, RT 16 / RW 06, Lombok Timur,
NTB
Suku : Sasak
Tanggal periksa : 22 Agustus 2020

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Berat badan menurun dan sering kencing.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan Berat badan menurun sejak 1 bulan yang lalu.
Pakaiannya banyak yang longgar. Berat badan dulunya 70 kg, sekarang 61
kg. Jarang melakukan aktifitas yang berat. Tidak mengkonsumsi obat diet,
obat penambah berat badan maupun obat lain. Sering makan, sering
minum, sering kencing hingga 7-8 kali sehari, penglihatan buram, mudah
lelah dan pegal – pegal, gatal – gatal pada kulit dan area kelamin,
kesemutan pada tangan/kaki serta sering mengkonsumsi makanan yang
manis – manis.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat hipertensi : (+)
Riwayat sakit gula : (+) pengobatan teratur dan
kadar gula darah terkontrol
Riwayat penyakit stroke : disangkal
Riwayat penyakit hati : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
Riwayat makan makanan manis-manis : (+)
Riwayat makan makanan berlemak : (+)
Riwayat merokok : disangkal
Riwayat minum alkohol : disangkal
Riwayat olahraga teratur : disangkal
6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang kepala keluarga yang tinggal bersama istri,
dan anaknya. Pasien bekerja sebagai wiraswasta dengan penghasilan Rp.
500.000 – Rp. 1.000.000 perbulan, istrinya bekerja sebagai PNS dengan
penghasilan Rp. 3.000.000 – Rp. 5.000.000 perbulan dan anak pertamanya
yang bekerja sebagai dokter dengan penghasilan Rp. 3.000.000 – Rp.
5.000.000 perbulan, status ekonomi cukup.
7. Riwayat Gizi
Pasien makan 2-3 kali sehari dengan nasi, sayur, dan lauk pauk.
Pasien jarang mengkonsumsi serat dan buah-buahan. Gizi kesan cukup.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 70 kali permenit
Frekuensi nafas : 18 kali permenit
Suhu : 36,5 °C
2. Status Gizi
BB = 64 kg
TB = 161 cm
64 64
IMT = 2 = = 24,71 kg/m2 (normal)
1,61 2,59
3. Mata :
- Konjungtiva : Pada mata kanan dan kiri tidak terlihat anemis.
- Sklera : Pada mata kanan dan kiri tidak terlihat ikterik
- Palpebra : Tidak edema
- Penglihatan : Buram
4. Leher :
- JVP : tidak meningkat
- Kelenjar tiroid : tidak membesar
- Kelenjar limfonodi : tidak membesar
- Trakhea : tidak terdapat deviasi trachea
5. Jantung :
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas jantung Kanan atas : SIC II LPS dextra.
Kanan bawah : SIC IV LPS dextra. Kiri atas : SIC II LMC sinitra.
Kiri bawah : SIC IV LMC sinistra
- Auskultasi : S1 - S2, reguler, tidak ada mur-mur, tidak ada
gallop
6. Pulmo :
- Inspeksi : simetris kanan kiri, tidak ada retraksi, tidak ada
sikatrik.
- Palpasi : vocal fremitus kanan sama kiri
- Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara dasar vesikuler, tidak ada suara tambahan di
semua lapang paru
7. Abdomen :
- Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada ascites
- Auskultasi : Peristaltik normal
- Perkusi : Pekak pada region abdomen kanan atas sampai
3 jari dibawah arcus costae dan tympani di abdomen kanan bawah
dan abdomen kiri.
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan.
8. Ekstremitas :
- Superior  : Tidak ada deformitas, tidak ada edema, akral
hangat dan sering kesemutan.
- Inferior  : Tidak ada deformitas, tidak ada edema, akral hangat
dan sering kesemutan.
9. Status neurologis : dalam batas normal

D. RESUME
Pasien mengeluhkan Berat badan menurun sejak 1 bulan yang lalu.
Pakaiannya banyak yang longgar. Berat badan dulunya 70 kg, sekarang 61 kg.
Jarang melakukan aktifitas yang berat. Tidak mengkonsumsi obat diet, obat
penambah berat badan maupun obat lain. Sering makan, sering minum, sering
kencing hingga 7-8 kali sehari, penglihatan buram, mudah lelah dan pegal –
pegal, kesemutan pada tangan/kaki serta sering mengkonsumsi makanan yang
manis – manis. Dari pemeriksaan fisik didapatkan status gizi cukup, dan
pemeriksaan yang lain dalam batas normal.
PATIENT CENTERED DIAGNOSIS
1. Diagnosis Holistik
Tn. H usia 56 tahun, nuclear family, DM, status gizi cukup. Hubungan
keluarga cukup harmonis dan hubungan dengan masyarakat sekitar terjalin
baik. Status ekonomi cukup.
2. Diagnosis Biologis
Diabetes Melitus dan Hipertensi Grade 1
3. Diagnosis Psikologis
Pasien tidak mengalami beban pikiran terhadap penyakitnya. Hubungan
pasien dengan anggota keluarga lain baik dan saling mendukung.
4. Diagnosis Sosial, Ekonomi, Budaya
Pasien merupakan anggota masyarakat biasa, cukup berperan aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan, hubungan dengan masyarakat baik, status
ekonomi cukup. Tidak ada budaya yang mendukung kearah penyakit
pasien.

PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
 Edukasi kepada pasien dan keluarga untuk menjaga pola makan dan
kebersihan, jangan makan-makanan yang manis atau berlemak, dan
banyak mengkonsumsi serat dan buah-buahan.
 Melakukan aktifitas fisik seperti olahraga 3 – 5 kali dalam seminggu
dengan durasi 30 – 45 menit untuk meningkatkan kebugaran pasien
misalnya dengan jalan sehat, bersepeda, berenang, dll.
2. Medikamentosa
Metformin tab 2 x 500 mg
Captopril 2 x 1 tablet
TAHAP III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

1. FUNGSI HOLISTIK
a. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri atas penderita (Tn. H, 56 tahun), Istri (Ny. L, 49 tahun),
anak (Sdr. S 25 tahun, Sdr. A 21 tahun dan Sdr. D 14 tahun), tinggal
bersama dalam satu rumah.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan keluarga cukup harmonis, saling mendukung, dan perhatian
satu sama lain.
c. Fungsi Sosial
Penderita dan keluarga hanya sebagai anggota masyarakat biasa.
Hubungan dengan masyarakat sekitar baik dan cukup aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan.
d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penderita adalah seorang kepala rumah tangga. Istri bekerja sebagai PNS
dan penghasilan cukup untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, status
ekonomi cukup.
e. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Komunikasi anggota keluarga berlangsung baik, permasalahan
diselesaikan dengan cara dimusyawarkan bersama-sama.
2. FUNGSI FISIOLOGIS
Tabel 3. APGAR score keluarga Tn. H
Kode APGAR Tn.H Ny.L Sdri. Sdr.A Sdr.D
S
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 1 2 2 2 2
keluarga saya bila saya mendapat
masalah.
P Saya puas dengan cara keluarga saya 2 1 2 2 1
membahas dan membagi masalah dengan
saya.
G Saya puas dengan cara keluarga saya 2 2 2 2 1
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru atau
arah hidup yang baru.
A Saya puas dengan cara keluarga saya 2 2 2 2 2
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll.
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 1 1 2 2 2
saya membagi waktu bersama-sama.
Total (kontribusi) 8 8 10 10 8

Rata-rata APGAR score keluarga Ny. S = 8 + 8 +10 + 10 + 8 = 8,8


5
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Tn. H baik

3. FUNGSI PATOLOGIS
Tabel 4. Fungsi Patologis SCREEM keluarga Tn. H
Sumber Patologi Keteranga
n
Social Interaksi sosial cukup, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. -
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, banyak tradisi -
budaya yang masih diikuti.
Religion Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran agama, -
ketaatan ibadah cukup baik
Economic Penghasilan keluarga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan (di -
bawah UMR)
Education Tingkat pendidikan keluarga kurang, Tn.Y hanya tamat SD (tidak -
menempuh wajib belajar 9 tahun).
Medical Kesadaran tentang pentingnya kesehatan cukup baik. Jika sakit -
pasien segera berobat ke dokter, puskesmas, rumah sakit.

Kesimpulan : Keluarga Tn. H tidak memiliki fungsi patologis.


4. GENOGRAM

Tn.H Ny. L

Sdri.S Sdr.A Sdr.D

Diagram 1. Genogram keluarga Tn. H


Keterangan :

: laki-laki
: penderita Hipertensi

: perempuan : penderita DM

: laki-laki, perempuan meninggal : tinggal serumah

Kesimpulan : Dari genogram tersebut menunjukkan bahwa terdapat penyakit


yang diturunkan dari ayah pasien tersebut yaitu DM.
5. POLA INTERAKSI KELUARGA

Tn.H

Keterangan :
: Hubungan baik
Sdr.D : Hubungan tidak baik
Ny.L

Sdri.S
Sdr.A

Diagram 2. Pola interaksi keluarga Tn. H

Kesimpulan : Pola interaksi dua arah antar anggota keluarga berjalan baik
dan harmonis.

6. FAKTOR PERILAKU
a. Pengetahuan
Tingkat pendidikan keluaraga ini cukup. Pengetahuan penderita
tentang kesehatan dan pola hidup sehat cukup baik.
b. Sikap
Penderita dan keluarganya sudah memiliki kesadaran tentang pentingnya
kesehatan namun belum dapat menerapkan pola hidup sehat, penderita kurang
memperhatikan pola makannya, dan masih sering makan makanan yang
manis-manis dan berlemak.
c. Tindakan
Penderita dan keluarga segera datang berobat dan berkonsultasi ke
puskesmas saat sakit.
7. FAKTOR NON PERILAKU
a. Lingkungan
Rumah tertata rapi, cukup bersih, ventilasi dan pencahayaan baik.
Saluran pembuangan limbah lancar, sampah keluarga dibuang di tempat
sampah yang sudah ada dan lingkungan sekitar cukup bersih.
b. Keturunan
Terdapat penyakit yang diturunkan dalam keluarga yaitu DM.
c. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan pasien adalah Puskesmas.
Pasien dan keluarganya akan berobat ke puskesmas apabila sakit. Pasien
memiliki asuransi kesehatan yaitu BPJS.

8. LINGKUNGAN INDOOR
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 40 x 35 m2, rumah
menghadap ke selatan. Rumah memiliki pagar pembatas. Terdiri dari ruang
tamu, 4 kamar tidur, dua kamar mandi, dapur dan ruang makan yang berada di
ruang tengah. Pintu masuk dan keluar ada dua, di bagian depan dan di bagian
samping rumah. Dinding terbuat batu bata yang sudah di cat, lantai rumah
berupa keramik. Ventilasi dan pencahayaan rumah baik. Atap rumah tersusun
dari genteng dan ditutup langit-langit. Masing-masih kamar tidur dilengkapi
dengan sebuah ranjang, Kasur dan lemari. Perabotan rumah tangga cukup
banyak. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini
menggunakan air sumur dan air dari PDAM. Sehari-hari keluarga memasak
menggunakan kompor gas.
KAMAR WC DAPUR

WC

KAMAR KAMAR

P
RUANG TAMU KAMAR

HALAMAN

PUSTU DESA
PENEDAGANDOR

PUSKESMAS
LABUHAN HAJI
9. LINGKUNGAN OUTDOOR
Rumah penderita terletak di pinggir jalan. Disebelah kanan kiri depan
belakang berdekatan dengan rumah tetangga, terdapat selokan untuk
menyalurkan limbah rumah yang terdapat pekarangan belakang dan alirannya
lancar , memiliki tempat pembuangan sampah yang diangkut setiap minggu.
Rumah langsung berhadapan dengan jalan, dengan kondisi jalan sudah
beraspal.

RESUME IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA


1. Fungsi Holistik (biopsikososial) : baik
2. Fungsi Fisiologis (APGAR) : baik
3. Fungsi Patologis (SCREEM) : baik
4. Fungsi Genogram Keluarga : ada penyakit yang diturunkan
5. Fungsi Pola Interaksi Keluarga : baik
6. Fungsi Perilaku Keluarga : baik
7. Fungsi Non Perilaku Keluarga : baik
8. Fungsi Lingkungan Indoor : baik
9. Fungsi Lingkungan Outdoor : baik

DAFTAR MASALAH
1. Masalah Medis
Diabetes Melitus dan Hipertensi
2. Masalah Nonmedis
a. Pengetahuan penderita dan penerapan pola hidup sehat masih rendah
b. Kebiasaan penderita untuk makan makanan yang manis dan berlemak
c. Asupan makanan bergizi kurang.
PRIORITAS MASALAH
Tabel 5. Matrikulasi masalah untuk memilih prioritas masalah
I R Jumlah
No Daftar Masalah T
P S SB Mn Mo Ma IxTxR
Pengetahuan penderita dan
11.520
1. keluarga dan penerapan pola 5 5 4 3 4 3 4
(II)
hidup sehat masih kurang
Kebiasaan makan makanan manis 8.640
2. 5 4 3 3 4 4 3
dan berlemak (III)
8.100
3. Aktifitas fisik yang masih kurang 5 5 3 3 4 3 3
(IV)

Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (tehnologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)

Dari indikator di atas, terdapat beberapa kriteria, antara lain :


1 = tidak penting
2 = agak penting
3 = cukup penting
4 = penting
5 = sangat penting
TAHAP IV. HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DAN AKTIFITAS
FISIK DENGAN DIABETES MELITUS
 Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya.1 DM adalah penyakit gangguan metabolik yang terjad’i secara kronis
atau menahun karena tubuh tidak mempunyai hormon insulin yang cukup akibat
gangguan pada sekresi insulin, hormon insulin yang tidak bekerja sebagaimana
mestinya atau keduanya.2
 Patofisiologi
Otot dan hati yang mengalami resistensi insulin menjadi penyebab utama
DM tipe 2. Kegagalan sel beta pankreas untuk dapat bekerja secara optimal juga
menjadi penyebab dari DM tipe 2.1 Resistensi insulin pada otot dan hati serta
kegagalan sel beta pankreas telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral
dari DM tipe 2. Kegagalan sel beta pada DM tipe 2 diketahui terjadi lebih dini dan
lebih berat daripada sebelumnya. Otot, hati, sel beta dan organ lain seperti
jaringan lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi incretin), sel
alpha pancreas (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan
otak (resistensi insulin) ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya gangguan
toleransi glukosa pada DM tipe 2.1
DM tipe 2 pada tahap awal perkembangannya tidak disebabkan oleh
gangguan sekresi insulin dan jumlah insulin dalam tubuh mencukupi kebutuhan
(normal), tetapi disebabkan oleh sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu
merespon insulin secara normal.3 Penderita DM tipe 2 juga mengalami produksi
glukosa hepatik secara berlebihan tetapi tidak terjadi kerusakan pada sel-sel beta
langerhans seperti pada DM tipe 1. Keadaan defisiensi insulin pada penderita DM
tipe 2 umumnya hanya bersifat relatif. Defisiensi insulin akan terjadi seiring
dengan perkembangan DM tipe 2. Sel-sel beta langerhans akan menunjukkan
gangguan sekresi insulin fase pertama yang berarti sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin.
Perkembangan DM tipe 2 yang tidak ditangani dengan baik akan
menyebabkan kerusakan sel-sel beta langerhans pada tahap selanjutnya.
Kerusakan sel-sel beta langerhans secara progresif dapat menyebabkan keadaan
defisiensi insulin sehingga penderita membutuhkan insulin endogen. Resistensi
insulin dan defisiensi insulin adalah 2 penyebab yang sering ditemukan pada
penderita DM tipe 2.3
Pola makan yang tidak teratur yang terjadi pada masyarakat saat ini dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penyakit degeneratif, salah satunya
penyakit DM.4 Penderita DM harus memperhatikan pola makan yang meliputi
jadwal, jumlah, dan jenis makanan yang dikonsumsi. Kadar gula darah meningkat
dratis setelah mengkonsumsi makanan tertentu karena kecenderungan makanan
yang dikonsumsi memiliki kandungan gula darah yang tidak terkontrol.5
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit DM yaitu, keturunan,
umur, jenis kelamin, obesitas, pola makan yang salah dan aktivitas fisik yang
kurang.6 Hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian DM sebagian besar
disebabkan oleh aktifitas fisik yang lebih banyak mengahabiskan waktu untuk
menonton TV dan tiduran. Aktifitas seperti ini tergolong ke dalam aktivitas fisik
ringan yang berarti energi di dalam tubuh tidak banyak terpakai dalam
pengeluaran energi, sementara itu pemasukan energi yang berasal dari makanan
terus meningkat, maka terjadilah ketidakseimbangan antara pemasukan dengan
kebutuhan energi, dan konsumsi energi merupakan risiko terjadinya DM.7
Terdapat beberapa masalah yang terkait dengan terjadinya diabetes melitus
yang dialami oleh penderita. Penderita dan keluarganya belum menyadari
pentingnya kesehatan sehingga belum menerapkan pola hidup sehat. Kebiasaan
penderita makan makanan yang manis-manis dan berlemak tidak baik karena
kebiasaan tersebut dapat memperburuk kondisi pasien.
TAHAP V. SIMPULAN DAN SARAN

V-A. SIMPULAN
Diagnosis Holistik :
1. Diagnosis Biologis
Diabetes Melitus
2. Diagnosis Psikologis
Penderita tidak mengalami beban pikiran terhadap penyakitnya.
Hubungan penderita dengan anggota keluarga lain baik dan saling
mendukung.
3. Diagnosis Sosial
Hubungan dengan masyarakat sekitar berjalan baik, kondisi lingkungan
dan rumah cukup baik, pendidikan penderita dan keluarganya baik,
status ekonomi cukup.

V-B. SARAN
Saran Komprehensif
Saran yang dapat diberikan kepada penderita dan keluarganya adalah
sebagai berikut:
1. Promotif
Edukasi penderita dan keluarga mengenai pentingnya melakukan pola
hidup sehat.
2. Preventif
Mengkonsumsi makanan sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh,
tidak boleh mengkonsumsi makanan yang manis-manis dan berlemak,
dan melakukan aktifitas fisik atau berolahraga minimal 3-5 hari dalam
seminggu dengan durasi 15-30 menit setiap berolahraga.
3. Kuratif
Metformin tab 2x500 mg
Captopril 2 x 1 tablet
4. Rehabilitatif
DAFTAR PUSTAKA

1. Eliana F, SpPD KE, Yarsi BP. Penatalaksanaan DM Sesuai Konsensus


Perkeni 2015. SATELIT SIMPOSIUM 6.1 DM UPDATE DAN Hb1C.
2015:1-7.
2. Kemenkes RI. Situasi dan analisis diabetes. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. 2014;2.
3. Fitriyani D, Prasetyo E, Mirdah A, Putra WE. Pengaruh Manajemen Laba
terhadap Kinerja Perusahaan dengan Kualitas Audit sebagai Variabel
pemoderasi. Jurnal. 2012 Sep.
4. Suiraoka IP. Penyakit degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika. 2012:45-51.
5. Tandra. (2009). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.
Jakarta: Kompas Gramedia.
6. Kemenkes RI. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Resiko Diabetes Melitus.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2010.
7. Mega, G. 2014. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kadar Gula Darah pada
Pasien DM Tipe II di RSUD Karanganyar. FKM : Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai