Anda di halaman 1dari 23

STUDI KASUS PASIEN

OBESITAS KELAS I PADA PADA PASIEN G4P2A1 DENGAN USIA KEHAMILAN


8-9 MINGGU BERDASARKAN PENDEKATAN DIAGNOSIS HOLISTIK DI
PUSKESMAS KECAMATAN GAMBIR
PERIODE 26 JUNI- 28 JULI 2017

KELOMPOK 8
ARIE SUSENO
1102010032

PEMBIMBING:
DR. YUSNITA, MKes

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA


BAGIAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
BERKAS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 37 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Alamat : Jl. Rawasari Barat II Rt 04/Rw 03
Tanggal Berobat : 7 Januari 2015
B. Anamnesa
Dilakukan secara auto-anamnesa pada tanggal 7 januari pukul 09.45 WIB

Keluhan Utama :
Telat datang bulan

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang untuk mengecek kehamilan karena pasien merasa telat datang bulan.
Pasien sudah memeriksa dengan tes pack dirumah dengan hasil positif. Pasien datang ke
Puskesmas untuk memastikan kehamilannya.
Pasien memiliki berat badan diatas berat badan ideal semenjak
menikah. Pasien mengakui memiliki kegemaran mengonsumsi makanan manis dan
makanan bersantan. Malas berolahraga juga diakui pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti pasien derita.
Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien berasal dari golongan ekonomi menengah kebawah. Pasien tinggal bersama
suami dan kedua anak pasien. Penghasilan suami pasien perbulan Rp. 1.000.000,00.
Anak pertama pasien sudah bekerja dan mendapat gaji Rp. 2.000.000,00 perbulan.
Pasien merasa gaji yang didapat cukup, dikarenakan gaji dari anak pertama pasien dan
anak kedua pasien yang bersekolah gratis.
Riwayat Kebiasaan :
Pasien memasak sendiri menu keluarga, sehingga pasien dapat mengatur asupan gizi
keluarga. Pasien sangat menyukai makanan manis dan makanan bersantan sehingga
menu makanan yang sering dimasak adalah masakan bersantan. Pasien juga gemar
mengonsumsi mie instan, karena pasien penyiapannya yang mudah. Pasien senang
mengonsumsi makanan selingan diantara jam makan. Keluarga pasien jarang
mengonsumsi sayur sehari-harinya. Pasien tidak berolahraga karena pasien merasa
pekerjaan rumah tangga sama dengan olahraga. Dikarenakan kebiasaan pasien ini,
keluarga pasien memiliki kebiasaan yang serupa dengan pasien
Food Recall
Pada tanggal 6 januari 2015
Pagi : Nasi Uduk dengan lauk bihun goreng dan tempe goreng, 1 gelas teh
manis hangat
Siang : Semangkuk soto betawi dengan sepiring nasi, 1 gelas air putih
Malam : Sepiring gudeg dengan dengan nasi, 1 gelas air putih
Pada tanggal 5 januari 2015
Pagi : 2 potong cucur dan 1 potong lemper, 1 gelas teh manis hangat
Siang : Sepiring nasi dengan krecek, 1 gelas air putih
Malam : Sepotong ayam goreng dengan sepiring nasi, 1 gelas air putih
Pada tanggal 4 januari 2015
Pagi : Sepotong ayam goring dengan sepiring nasi, 1 gelas air putih
Siang : Sepiring gulai tahu dengan nasi, 1 gelas air putih
Malam : Sepiring orek tempe dengan nasi dan tumis kangkung, 1 gelas air putih

Riwayat Obstetri

Riwayat Obstetri :

Hamil Ke 1 : Abortus
Hamil Ke 2 : Lakilaki/18tahun/Hidup/Spontan/Bidan/Aterm/2700g
Hamil Ke 3 : Perempuan/10tahun/Hidup/Spontan/Bidan/Aterm/2800g

Riwayat Pernikahan : Menikah selama 20 tahun


HPHT : 25 September 2014
Riwayat ANC :-
Riwayat KB : Pil

A. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum :
Baik
2. Kesadaran Umum
Compos Mentis
3. Vital Sign :
TD : 120/80 mmHg
Nadi :88x / menit
Respirasi : 21x/menit
Suhu : 36,7 C
BB : 77 Kg
BB sebelum hamil : 75 kg
TB : 150 cm
BMI : 33.7
LILA : 37 cm
Status Gizi : Obesitas
4. Status Generalis :
Kepala : normochepal
Mata : konjungtiva : anemis (-/-)
sklera : ikterik (-/-)
pupil : bulat, isokor, Refleks cahaya langsung
(+/+), tidak langsung (+/+)
palpebra : udema (-/-)
THT : liang telinga : lapang kanan/kiri
sekret/serumen : -/-
perdarahan : -/-
tonsil : T1-T1 tenang
hidung : tidak ada deviasi septum, epistaksis (-)
Pharing : tidak hiperemis
mulut : simetris
lidah : tidak ada kelaianan
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorax : Cor : inspeksi : Simetris hemitoraks kanan dan kiri.
palpasi : Simetris hemitoraks kanan dan kiri
Perkusi :Batas jantung kanan : ICS VI linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri : ICS V line midklavikula sinistra
batas pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra
Pulmo : Vesikuler -/-, Ronkhi -/- , wheezing -/-
Abdomen : bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, edema : - -
- -
5. Status Lokalis :
Look : bengkak ( -/- )
Feel : nyeri tekan ( + ), hangat (+)
Movement : pergerakkan aktif ( + )
6. Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Tinggi Fundus Uteri: Belum Teraba
Lingkar Perut: 70cm
Letak Anak: Belum Teraba
BJA: Belum Terdengar
His: -
TBBA: -

A. Pemeriksaan Penunjang
PP test (+)
BERKAS KELUARGA

A.Profil Keluarga
1. Karakteristik Keluarga
a. Identitas Kepala keluarga: pasien Tn.N berusia 42 tahun
b. Identitas Pasangan : Ny. A berusia 37 tahun
c. Struktur Komposisi Keluarga :

Tabel 1. Anggota keluarga yang tinggal serumah


Kedudukan
Gen Keterangan
NO Nama dalam Umur Pendidikan Pekerjaan
der Tambahan
keluarga
1 Tn. N Bapak L 42 SD Pedagang
2 Ny. A Ibu P 37 SD -
3. Tn. m Anak 1 L 18 SMA Karyawan
5 An.s Anak 2 L 10 SD -

Bentuk Keluarga

Keluarga Tn. N termasuk ke dalam keluarga tradisional, yaitu keluarga yang


terbentuk sesuai atau tidak melanggar norma norma kehidupan masyarakat yang secara
tradisional dihormati bersama. Dan dari sekian banyak jenis bentuk keluarga tradisional,
maka keluarga Tn. N termasuk ke dalam keluarga inti ( Nuclear family ) dimana keluarga
yang dalam satu rumah dan tinggal bersama yaitu terdiri dari suami, istri, dan anak.

Dinamika Keluarga

Dinamika keluarga adalah interaksi atau hubungan pasien dengan anggota


keluarganya dan juga bisa mengetahui bagaimana kondisi keluarga di lingkungan sekitarnya.
Keluarga diharapkan mampu memberikan dukungan dalam upaya kesembuhan pasien. Ada
empat aspek yang selalu muncul dalam dinamika keluarga

Pertama, tiap anggota keluarga memiliki perasaan dan idea tentang diri sendiri yang
biasa dikenal dengan harga diri atau self-esteem.
Kedua, tiap keluarga memiliki cara tertentu untuk menyampaikan pendapatdan
pikiran mereka yang dikenal dengan komunikasi.
Ketiga, tiap keluarga memiliki aturan permainan yang mengatur bagaimanamereka
seharusnya merasa dan bertindak yang berkembang sebagai sistemnilai keluarga.
Yang terakhir, tiap keluarga memiliki cara dalam berhubungan dengan orang luar dan
institusi di luar keluarga yang dikenal sebagai jalur ke masyarakat

Siklus Keluarga
Siklus Hidup Keluarga (Family Life Cycle) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan perubahan-perubahan dalam jumlah anggota, komposisi dan fungsi keluarga
sepanjang hidupnya. Siklus hidup keluarga juga merupakan gambaran rangkaian tahapan
yang akan terjadi atau diprediksi yang dialami kebanyakan keluarga.

Siklus hidup keluarga terdiri dari variabel yang dibuat secara sistematis menggabungkan
variable demografik yaitu status pernikahan, ukuran keluarga, umur anggota keluarga, dan
status pekerjaan kepala keluarga.

Tahapan Siklus Keluarga

Dalam ilmu kependudukan biasanya dikenal dengan 6 tahap siklus hidup keluarga, yaitu :

1) Tahap Tanpa Anak

Dimulai dari perkawinan hingga kelahiran anak pertama.

2) Tahap Melahirkan (Tahap Berkembang)

Dimulai dari kelahiran anak sulung hingga anak bungsu.

3) Tahap Menengah

Dimulai dari kelahiran anak bungsu, hingga anak sulung meninggalkan rumah atau menikah

4) Tahap Meninggalkan Rumah

Dimulai dari anak sulung meninggalkan rumah sampai anak bungsu meninggalkan rumah
(perkawinan biasanya dianggap meninggalkan rumah).

5) Tahap Purna Orang Tua

Dimulai dari saat anak bungsu meninggalkan rumah, hingga salah satu pasangan meninggal
dunia.

6) Tahap Menjanda/Menduda

Dimulai dari saat meninggalnya suami atau istri, hingga pasangannya meninggal dunia.
Siklus hidup keluarga dalam ilmu kependudukan dipandang penting, karena lima
alasan pokok sebagai berikut :

1) Menunjukan interaksi antara anggota keluarga. Peristiwa-peristiwa seperti kelahiran,


kematian, dan perubahan umur atau status anak, tidak hanya mempengaruhi individu-individu
yang bersangkutan, tetapi juga anggota keluarga yang lain.

2) Memperjelas pengaruh yang kontinu dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahap-
tahap awal siklus terhadap kehidupan keluarga sampai akhir siklus tersebut.

3) Menghilangkan konsepsi yang salah tentang keluarga, misalnya pandangan bahwa


keluarga hanya melewati satu atau dua tahap tertentu saja.

4) Merupakan suatu ringkasan yang penting tentang pengaruh gabungan faktor-faktor


fertilitas, mortalitas, nupsialitas dengan faktor-faktor ekonomi dan kebudayaan.

5) Dapat menjelaskan bermacam-macam variasi kegiatan sosial demografi dan sosial


ekonomi.

Menurut Neighbour (1985) tahapan, tugas dan masalah yang menjadi isu penting
dalam setiap tahapan siklus kehidupan keluarga adalah sebagai berikut :

1) Tahap Perkawinan

2) Tahap Melahirkan Anak

3) Tahap Membesarkan Anak-Anak Memasuki Sekolah Dasar

4) Tahap Membesarkan Anak-Anak Usia Remaja

5) Tahap Keluarga Mulai Melepaskan Anak-Anak

6) Tahap Tahun-tahun Pertengahan

7) Tahap Usia Tua

Model Siklus Hidup Keluarga

Tahap-tahap siklus hidup keluarga digambarkan ke dalam 2 model, yaitu:

1) Siklus Hidup Keluarga Model Tradisional

Siklus hidup keluarga model tradisional yaitu pergerakan tahap yang sebagian besar keluarga
lewati, dimulai dari belum menikah (bujangan), menikah, pertumbuhan keluarga, penyusutan
keluarga, dan diakhiri dengan putusnya unit dasar. Tahapan dari FLC model tradisional
adalah:

- Tahap I: Bachelor

Pemuda/i single dewasa yang hidup berpisah dengan orang tua.


- Tahap II: Honeymooners

Pasangan muda yang baru menikah.

- Tahap III: Parenthood

Pasangan yang sudah menikah setidaknya ada satu anak yang tinggal hidup bersama.

- Tahap IV: Postparenthood

Sebuah pasangan menikah yang sudah tua dimana tidak ada anak yang tinggal hidup
bersama.

- Tahap V: Dissolution

Salah satu pasangan sudah meninggal.

2) Siklus Hidup Keluarga Model Non-Traditional

a. Family Household

1. Childless Couples: pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak dikarenakan oleh
pasangan tersebut lebih memilih pada pekerjaan.

2. Pasangan yang menikah diumur diatas 30 tahun menikah terlalu lama dikarenakan karir
dimana memutuskan untuk memiliki sedikit anak atau justru malah tidak memiliki anak.

3. Pasangan yang memiliki anak di usia yang terlalu dewasa (diatas 30 tahun).

4. Single Parent I: single parent yang terjadi karena perceraian.

5. Single Parent II: pria dan wanita muda yang mempunyai satu atau lebih anak diluar
pernikahan.

6. Single Parent III: seseorang yang mengadopsi satu atau lebih anak.

7. Extended Family: seseorang yang kembali tinggal dengan orang tuanya untuk menghindari
biaya yang dikeluarkan sendiri sambil menjalankan karirnya. Misalnya anak, atau cucu yang
cerai kemudian kembali ke rumah orang tuanya.

b. Non-Family Household

1. Pasangan tidak menikah

2. Perceraian tanpa anak

3. Single Person: orang yang menunda pernikahan atau bahkan memutuskan untk tidak
menikah
4. Janda atau duda

Tahapan siklus keluarga Tn. N adalah masuk ke dalam tahap keluarga dengan
anak kecil. Adapun tugas perkembangan pada tahapan ini yaitu:

- Mengatur kembali sistem pernikahan dengan memberi tempat


pada keberadaan anak
- Memulai peran sebagai orang tua
- Mengatur kembali hubungan dengan keluarga asal dengan melibatkan peran
saudara dan kakek/nenek

Fungsi Keluarga

Menurut Friedman fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu :

1) Fungsi Efektif
Berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan dasar kekuatan keluarga.
Fungsi efektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota kelurga
mengembangkan gambaran diri yang fositif, peran dijalankan dengan baik dan penuh rasa
sayang.

2) Fungsi Sosialisasi
Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu menghasilkan interaksi sosial ,dan
individu tersebut melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan
tempat individu melaksanakan sosialisasi dengan anggota kelurga dan belajar disiplin, norma
budaya dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga, sehigga individu mampu berperan
didalam masyarakat.

3) Fungsi Reproduksi
Fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

4) Fungis Ekonomi
Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan ,pakaian, perumahan, dan lain-
lain.

5) Fungsi Perawatan Keluarga


Keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlidungan, dan asuhan kesehatan/keperawatan.
Kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan
memengaruhi status kesehatan keluarga dan individu.
2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup
a. Lingkungan tempat tinggal

Tabel 2. Lingkungan tempat tinggal


Status kepemilikan rumah Milik sendiri
Daerah perumahan Padat bersih
Karakteristik rumah dan lingkungan
Luas rumah : 6x 10m2 Kesimpulan
Ny. A tinggal bersama suami dan 2 orang
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 4 anaknya. Rumah Ny. A mempunyai rumah
Orang yang kurang memenuhi kriteria rumah
Bertingkat/tidak bertingkat: tidak bertingkat sehat, karena luas rumah tidak sesuai
Lantai rumah dari : keramik dengan jumlah penghuni dan semua
Dinding rumah dari : tembok anggota keluarga serta kurangnya jumlah
Karakteristik rumah dan lingkungan ventilasi di dalam rumah dan jarak antar
Jamban keluarga: ada rumah yang berdempetan menyebabkan

Penerangan listrik : 900 watt kesan ventilasi kurang baik. Selain itu

Ketersediaan air bersih : ada kebersihan didalam rumah, dengan tata

Tempat pembuangan sampah : ada letak barang-barang yang berantakan,


namun ketersediaan air bersih dan jamban
keluarga cukup baik.
.

10 m
7m

Gambar 1. Denah keluarga Tn.N

b.Kepemilikan barang barang berharga :


Satu buah sepeda motor, satu buah televisi 21 inch, dua buah kipas angina, satu buah kompor
gas, satu buah setrikaan, tiga buah handphone

3. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga


a. Tempat berobat : puskesmas
b. Balita : -
c. Asuransi/ Jaminan Kesehatan : KJS
4. Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)
Tabel 3. Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)
Faktor Keterangan Kesimpulan
Cara mencapai pusat Jalan kaki atau motor Pasien jika sakit berobat ke
pelayanan kesehatan Puskesmas. Karena biaya yang
murah dan jarak yang tidak terlalu
jauh dari rumah, sehingga dapat
ditempuh dengan jalan kaki atau
naik sepeda motor menuju
Tarif pelayanan kesehatan Terjangkau dan murah puskesmas, namun terkadang
membuat pasien malas berobat
karena pasien malas berjalan kaki,
sehingga pasien kadang mau
Kualitas pelayanan Cukup memuaskan berobat bila suaminya mau
kesehatan mengantarkan menggunakan motor.
Pasien juga merasa cukup puas
dengan pelayanan kesehatan yang
ada di puskesmas.

5. Pola Konsumsi Makanan Keluarga


a. Kebiasaan makan :
Menu makanan sehari-hari keluarga ini bervariasi. Menu makanan yang biasa
dihidangkan oleh pasien yaitu untuk keluarganya terdiri dari nasi dengan berbagai
makanan lauk pauk seperti ikan, daging, dan sayur. Ny. A sering memasak ayam dan
ikan, dan jarang memasak daging seperti daging sapi ataupun daging kambing. Ny. A
sangat menyukai makanan manis dan makanan bersantan, sehingga sering memasak
masakan bersantan. Keluarga Ny. A jarang mengonsumsi sayur. Selain itu juga
memakan ikan kering seperti ikan teri. Makanan selingan biasanya dikomsumsi di luar
waktu makan. Makanan selingan yang memiliki rasa manis dan gurih. Makanan
selingan ini biasanya dimakan pada pagi atau sore sebagai teman minum teh atau kopi.
Makanan selingan dapat dibeli di warung, pasar atau penjual jajanan keliling. Makanan
yang dipandang sebagai makanan selingan seperti, gorengan (ubi, pisang, tempe, roti,
risoles, tempe), keripik, kue-kue kering, kue basah seperti nagasari, bugis, kue cucur,
kue lemper, lemang, dan martabak. Sedangkan untuk buah-buahan jarang dikonsumsi
oleh keluarga ini. Pola makan keluarga ini dua hingga tiga kali sehari, terdiri dari
sarapan pagi, makan siang dan makan malam.

Cara untuk menghitung berat badan ideal saat hamil, menurut Arsyad Rahim Ali (2009) adalah:
BBIH = BBI + ( UH x 0,35 )
BBI = (TB 100 ) = 150 100 = 50 kg, maka:
BBIH = 50 + ( 37 x 0,35 ) = 62.95 kg

Kebutuhan Kalori Basal (BEE) berdasarkan rumusan Harris Bennedict adalah:


BEE= 655 + (9,6 x BBIH) + (1,7 x TB) - (4,7 x U)
BEE= 655 + (9,6 x 62.95) + (1,7 x 150) (4,7 x 37)
BEE= 655 + 700.32 + 272 131.6 = 1340,42 kalori

Kebutuhan Zat Gizi :


a . Protein 10% dari total kalori

= ( 10% X 1340,42) : 4 = 33,5 gr

b. Lemak 20% dari total kalori

= ( 20% X 1340,42) : 9 = 29,7 gr

c. Karbohidrat, sisa dari total kalori dikurangi prosentasi protein dan lemak

= ( 70% X 1340,42 ) : 4 = 234,5 gr.

b. Upaya penerapan pola gizi seimbang :


Keluarga Ny.A sudah menerapkan pola makan yang teratur namun gizi belum seimbang
dalam setiap hidangan yang dihidangkan. Hidangan yang disajikan kurang serat dan lebih
tinggi lemak. Hal ini disebabkan karena Ny. A sangat menyukai makanan bersantan.
Makanan selingan yang dikonsumsi pun cenderung bersantan atau rasa manis.

6. Pola Dukungan Keluarga


a.Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga:
Keluarga pasien memiliki hubungan yang harmonis, hubungan pasien dengan suami
dan kedua anak pasien cukup baik. Keluarga mengingatkan pasien agar tidak terlalu
sering memasak dan mengonsumsi makanan bersantan dan manis dan suami pasien
tidak keberatan untuk mengantar pasien berobat ke Puskesmas

b.Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga:


Pasien memasak sendiri menu keluarga, sehingga anggota keluarga kesulitan untuk
mengatur asupan makanan pasien. Anak pertama pasien lelah seusai bekerja sehingga
lebih sering hanya menerima masakan pasien. Anak kedua pasien masih kecil dan
belum mengerti mengenai kurang sehatnya pola makan pasien.

B. Genogram
1.Bentuk keluarga :
Bentuk keluarga ini adalah (nuclear family) yaitu keluarga inti yang mana terdiri
dari bapak, ibu dan anak.

2. Tahapan siklus keluarga:


Menurut tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga dikutip dari Duvall (1985) dan
Friedman (1998), tahapan siklus keluarga pasien termasuk pada tahap keluarga
dengan anak usia remaja (family with teenagers) yaitu tahap ke V.
.
3. Family map (gambar)

C.Identifikasi permasalahan yang didapat dalam keluarga


1. Masalah dalam organisasi keluarga
Pola makan pasien tidak terkontrol dikarenakan anak pertama pasien bekerja hingga
sore dan suami pasien beristirahat pada siang hari karena harus bekerja pada malam hari.
Anak kedua pasien masih kecil sehingga tidak dapat mengingatkan pasien

2. Masalah dalam fungsi biologis

Saat ini pasien menderita obesitas dikarenakan gaya hidup yang kurang sehat, seperti
asupan makanan bersantan yang berlebihan dam alas berolahraga.

3. Masalah dalam fungsi psikologis

Pasien mengetahui bahwa pola makan pasien kurang sehat, namun karena kegemaran
pasien, hal tersebut tidak terlalu dipikirkan. Pasien malas berolahraga karena menganggap
pekerjaan rumah tangga sama dengan olahraga dan pasien tidak suka berolahraga sendiri.
4. Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan

Sumber penghasilan keluarga berasal dari suami dan anak pertama pasien. Pasien
merasa penghasilan keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

5. lingkungan

Pasien sering keluar rumah untuk bertegur sapa dengan tetangga, maupun main arisan.
Pasien mengaku tidak ada kegiatan dilingkungannya yang menunjang untuk kesehatan
pasien.

6. Masalah perilaku kesehatan

Pasien dan keluarga mengetahui bahwa pola makan pasien kurang sehat, namun pasien
bersikap acuh dan keluarga hanya mengingatkan pasien

D.Diagnosis Holistik

1. Aspek personal : (alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran)


Pasien berusia 37 tahun datang untuk mengecek kehamilan karena pasien merasa telat
datang bulan. Pasien sudah memeriksa dengan tes pack dirumah dengan hasil positif.
Pasien datang ke Puskesmas untuk memastikan kehamilannya. Pasien ingin
kehamilannya dan persalinan berjalan dengan lancar dan anak lahir sehat.

2. Aspek klinik : (diagnosis kerja dan diagnosis banding)


Pasien datang ke Puskesmas karena telat datang bulan. Pasien sudah test pack
dirumah dan mendapat hasil positif dan ingin memastikan kehamilan pasien. Setelah
dilakukan pengukuran BB dan TB, didapatkan IMT pasien 33,7.
Diagnosis Kerja : Obesitas Kelas I pada kehamilan G4P2A1 dengan usia kehamilan 8-9
minggu.
Dasar diagnosis : HPHT, Test pack (+) dan IMT : 33,7
3. Aspek risiko internal : (faktor-faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan
pasien)
Faktor internal yang mempengaruhi kesehatan pasien yaitu kegemaran pasien
terhadap makanan manis dan bersantan. Hal ini terlihat dari hidangan makanan utama
dan seringnya Ny. A mengonsumsi makanan selingan. Ny. A juga memiliki kebiasaan
tidak berolahraga karena pasien menganggap pekerjaan rumah tangga sama dengan
berolahraga. Pasien mengetahui bahwa kebiasaan-kebiasaan inilah yang menyebabkan
pasien obesitas, namun pasien tidak merubah kebiasaan pasien.

4. Aspek psikososial keluarga : (faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi masalah


kesehatan pasien)
Keluarga pasien sering mengingatkan pasien untuk mengurangi konsumsi makanan
manis dan bersantan, namun tidak digubris oleh pasien. Suami pasien mendukung
kesehatan pasien dengan mengantar pasien ke Puskesmas.

5. Aspek fungsional : (tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari baik di


dalam maupun di luar rumah, fisik maupun mental)
Menurut skala WONCA pasien berada dalam derajat 1 dimana pasien masih dapat
beraktifitas dan melakukan pekerjaan dengan baik
E. Rencana Penatalaksanaan
Tabel 4 Rencana Penatalaksanaan
Keteran
Hasil yang
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Biaya gan
diharapkan
Individu Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai obesitas dan Pasien dan Pada saat 1.Pasien dapat Tidak Pasien
bahayanya terhadap kehamilan yaitu keluarga berkunju memahami dengan baik perlu bersedia
1. Obesitas merupakan penyakit yang disebabkan oleh gaya ng ke tentang penyakit yang biaya
hidup yang kurang baik, dimana pada pasien terlihat puskesm sedang dideritanya,
dari konsumsi makanan bersantan dan makanan as sehingga dapat
mengetahui cara
selingan manis serta kebiasaan pasien yang tidak pernah mencegahnya
berolahraga dikemudian hari.
2. Obesitas dapat dicegah dan disembuhkan dengan
perubahan gaya hidup 2. Pasien rutin
3. Obesitas berbahaya terhadap kehamilan karena pasien memeriksakan
memiliki risiko lebih besar untuk mengalami hipertensi kehamilannya
dalam kehamilan, diabetes, persalinan dengan operasi
sesar emergensi, dan kehamilan lebih bulan 3.Pasien menjaga pola
4. Fungsi ibu dalam rumah tangga akan terganggu jika makannya
komplikasi ini terjadi
Merujuk pasien ke ahli gizi untuk membantu mengubah pola 4.Pasien dapat
mengkonsumis makanan
makan pasien sehingga penambahan berat pasien selama hamil
yang bergizi yang
masih dalam batas normal. dibutuhkan pada masa
kehamilannya
Keluarga 1.Memberikan penjelasan yang sama terhadap suami pasien Suami Pada saat 1. Keluarga pasien Tidak Tidak
mengenai penyakit yang diderita pasien dan bahaya yang Pasien berkunju mengetahui bahaya perlu menolak
ditimbulkannya terhadap kehamilan ng ke terhadap kehamilan biaya
2.Menyarankan kepada suami pasien untuk selalu menemani rumah jika gaya hidup pasien
pasien dalam memeriksakan kehamilan. pasien tidak diubah
3.Menyarankan kepada suami pasien agar seluruh keluarga ikut 2. Keluarga pasien
membuat menu makan sehingga membantu mengontrol asupan mampu mengontrol
makanan pasien. asupan makanan
pasien dan selalu
mengetahui keadaan
kesehatan terakhir
pasien serta
kandungannya

1.Mengadakan senam hamil untuk RW setempat. Tidak


Komunit Ibu ibu Pos RW 1. Pengetahuan ibu- Tidak menolak
2.Mengadakan forum untuk ibu-ibu hamil di wilayah tersebut
as hamil RW setempat ibu hamil di wilayah perlu
untuk berbagi informasi mengenai gizi selama kehamilan setempat setempat mengenai biaya
gizi yang dibutuhkan
3.Mengadakan penyuluhan kepada ibu-ibu hamil di wilayah
selama kehamilan
tersebut mengenai gizi untuk ibu hamil bertambah
2. Ibu-ibu hamil
termotivasi untuk
mengontrol asupan
gizi selama kehamilan

F. Prognosis
1.Ad vitam : ad bonam
2.Ad Sanasionam : dubia ad bonam
3.Ad fungsional : ad bonam

A. Simpulan
1. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosa menderita TB paru.
2. Keluarga terdiri atas 2 generasi dengan kepala keluarga yang merupakan bernama Tn. Ubay berusia 42 tahun yang merupakan
suami Ny. A berusia 37 tahun. Selain itu, anak pertama bernama M berusia 18 tahun dan anak kedua bernama S berusia 10 tahun.
Kedua anak ini masih tinggal bersama pasangan ini.
3. Permasalahan yang didapat ditinjau dari beberapa fungsi diantaranya :
Tn. N sebagai kepala keluarga bekerja sebagai pedagang dengan penghasilan yang tidak tetap, sedangkan Ny.A sebagai ibu rumah
tangga. Dengan penghasilan Tn.N yang tidak tetap menyebabkan sulit untuk terpenuhinya kebutuhan rumah tangga. Hal ini juga
menyebabkan kurangnya keluarga untuk memenuhi makanan yang bergizi.
Lingkungan tempat tinggal Tn. N merupakan lingkungan yang padat penduduk dan letak rumah yang satu dengan rumah yang
lainnya saling menempel. Tn. N jarang membuka jendela rumahnya sehingga terasa lembab
4. Diagnosis Holistik (multiaksial) :
Aspek personal : Pasien berusia 37 tahun datang untuk memeriksakan kehamilannya. Pasien ingin kehamilannya
dan persalinan berjalan dengan lancar dan anak lahir sehat.
Aspek klinik : Obesitas Kelas I pada kehamilan G4P2A1 dengan usia kehamilan 8-9 minggu.
Aspek resiko internal : Faktor internal yang mempengaruhi kesehatan pasien yaitu kegemaran pasien terhadap makanan
manis dan bersantan. Hal ini terlihat dari hidangan makanan utama dan seringnya Ny. A mengonsumsi makanan selingan.
Ny. A juga memiliki kebiasaan tidak berolahraga karena pasien menganggap pekerjaan rumah tangga sama dengan
berolahraga. Pasien mengetahui bahwa kebiasaan-kebiasaan inilah yang menyebabkan pasien obesitas, namun pasien tidak
merubah kebiasaan pasien.

Aspek psikososial keluarga : Keluarga pasien sering mengingatkan pasien untuk mengurangi konsumsi makanan manis dan
bersantan, namun tidak digubris oleh pasien. Suami pasien mendukung kesehatan pasien dengan mengantar pasien ke
Puskesmas.
Aspek Fungsional : Menurut skala WONCA pasien berada dalam derajat 1 dimana pasien masih dapat beraktifitas dan
melakukan pekerjaan dengan baik
B. Saran
1. Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien dan keluarga pasien adalah sebagai berikut :
Aspek personal : Merujuk pasien ke ahli gizi untuk membantu mengubah pola makan pasien sehingga penambahan
berat pasien selama hamil masih dalam batas normal
Aspek klinik : Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai obesitas dan bahayanya terhadap kehamilan
Aspek resiko internal : Menyarankan kepada suami pasien agar seluruh keluarga ikut membuat menu makan
sehingga membantu mengontrol asupan makanan pasien.
Aspek psikososial keluarga : Memberikan penjelasan yang sama terhadap suami pasien mengenai penyakit yang
diderita pasien dan bahaya yang ditimbulkannya terhadap kehamilan
Aspek Fungsional : Mengadakan penyuluhan kepada ibu-ibu hamil di wilayah tersebut mengenai gizi untuk ibu
hamil

2. Mengadakan forum untuk ibu-ibu hamil di wilayah tersebut untuk berbagi informasi mengenai gizi selama kehamilan
3. Mengadakan senam hamil untuk RW setempat.
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Modul Kepaniteraan Kedokteran Komunitas Dan Kepaniteraan Kedokteran Keluarga. 2011. Jakartar

Friedman, M. Marilyn.( 1998). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik.Jakarta : EGC.

Goldenberg, I., & Goldenberg, H. (2008). Family therapy: An overview. Belmont, CA: Thomson Brooks/Cole.

Anda mungkin juga menyukai