Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS

Astigmat Miopia Compositus


Naurah Haddad
1102012190

Pembimbing
dr. Laila Wahyuni, Sp M
1 Status Pasien
Identitas Pasien

👦
Nama : Tn. Ariandhy
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Belum menikah
Alamat : Jakarta
Pekerjaan : Mahasiswa
Anamnesis
😒
▪ Keluhan Utama : Kedua mata buram

▪ Anamnesa Khusus : Pasien laki-laki dengan keluhan kedua


mata buram, pasien mengatakan sudah memakai kacamata
sejak kelas 4 SD. Pasien sering menggunakan laptop dan
sering menonton televisi. Pasien saat ini sudah memakai
kacamata dan kacamata yang sekarang pasien pakai belum
diganti sejak 2 tahun terakhir.
▪ Keluhan mata merah, gatal dan silau disangkal.
Penglihatan buram saat senja atau gelap disangkal.
Keluhan melihat pelangi disekitar cahaya lampu
disangkal. Keluan pandangan seperti ditutupi kabut
disangkal. Riwayat memiliki darah tinggi dan diabetes
militus disangkal. Riwayat trauma tumpul dan tajam
pada mata disangkal. Riwayat meminum obat dalam
jangka panjang disangkal.
▪ Anamnesa Keluarga
Ayah, ibu serta kakak pasien mempunyai masalah penglihatan dan
juga memakai kacamata.
▪ Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak mempunyai penyakit darah tinggi ataupun diabetes
melitus.
▪ Riwayat Sosial Ekonomi : Cukup
Pasien merupakan mahasiswa kedokteran yang sedang menjalanka
koas, tinggal di kosan selama di Garut
Kesan: Sosial ekonomi menengah
▪ Riwayat Gizi : Cukup
Pasien mengaku makan dengan frekuensi tiga kali sehari. Riwayat
minum alkohol disangkal pasien
Kesan: Gizi cukup
Pemeriksaan visus dan
refraksi

Visus OD OS
SC 3/60 2/60
CC 1.0 1.0
STN 0.05 0.05
Koreksi S -4.50 C -0.25 1800 S -4.50 C -0.50 800
ADD - -
Posisi Bola Mata Ortotropia Ortotropia
Gerakan Bola Mata Versi dan duksi baik ke Versi dan duksi baik ke
segala arah segala arah
Gerakan bola mata Baik kesegala arah Baik kesegala arah
OD OS
Palpebra superior Tenang Tenang
Palpebra inferior Tenang Tenang
Margo Palpebra Tenang Tenang
Silia Tumbuh teratur, trichiasis (-), Tumbuh teratur, trichiasis(-),
madarosis(-), sekret (-)
madarosis(-), sekret (+)
Ap. Lakrimalis Refluks (-) Refluks (-)
Konj. Tarsalis superior Tenang Tenang
Konj. Tarsalis inferior Tenang Tenang
Konj. Bulbi Tenang Tenang
Kornea Jernih Jernih
COA Sedang Sedang
Pupil Bulat, sentral, isokor Bulat, sentral, isokor
Diameter pupil ± 3 mm ± 3 mm
Reflex cahaya
 Direct + +
 Indirect + +
Iris Coklat, kripti (+) Coklat, kripti (+)
Lensa Jernih Jernih
Tonometri Digital 20.3 mmHg 18.0 mmHg
Resume
▪ Pasien laki-laki dengan keluhan kedua mata buram, pasien
mengatakan sudah memakai kacamata sejak kelas 4 SD. Pasien
sering menggunakan laptop dan sering menonton televisi. Pasien
saat ini sudah memakai kacamata dan kacamata yang sekarang
pasien pakai belum diganti sejak 2 tahun terakhir. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan visus mata kanan 3/60 dan mata kiri
2/60, setelah di koreksi kaca mata pasien mempunyai S-4.50 C-
0.25 1800 pada mata kanan dan S-4.50 C-0.50 800 pada mata kiri
dan visus setelah koreksi kedua mata adalah 1.0.
DIAGNOSIS KERJA DIAGNOSIS BANDING

Miopia
Astigmat Miopia
Astigmat Miopia Simpleks
Compositus Astigmat Miopia Mixtus
Rencana Terapi

Resep kacamata sesuai  Menjelaskan bahwa pasien mengalami kelainan


refraksi miopia astigmatis compositus
dengan visus koreksi
 Menjelaskan kepada pasien bahwa akan
▪ OD : S-4.50 C-0.25 Ax 180 0
diberikan resep kacamata yang digunakan
▪ OS : S-4.50 C-0.50 Ax 800 sehari-hari untuk membantu penglihatan.
▪ Pupil Distance 60/58  Menjelaskan kepada pasien bahwa prognosis
miopia astigmatisme compositus
 Menjelaskan kepada pasien bahwa kacamata
harus selalu dipakai
 Pasien diminta kontrol untuk evaluasi mata
secara akurat untuk menilai visus selama 6
bulan sekali
Prognosis

▪ Quo ed vitam : Ad bonam


▪ Quo ed functionam : Ad bonam
2 Tinjauan
Pustaka
Anatomi dan fisiologi

▪ Yang termasuk
media refraksi
adalah kornea,
aqueous humor,
lensa, dan
vitreous humor.
Media refraksi
targetnya di
retina sentral
(makula).
Media Refraksi

▪ Hasil pembiasan sinar pada mata


dipengaruhi oleh media penglihatan
yang terdiri atas kornea, aqueous
humor (cairan mata), lensa, badan
vitreous (badan kaca), dan panjangnya
bola mata.
▪ Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus cahaya.1 Kornea tidak
mengandung pembuluh darah, berbentuk cembung
dengan jari - jari sekitar 8mm, lebih tebal di
perifer berbanding di sentral dan mempunyai
indeks refraksi 1.3771
Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi
bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis,
yaitu:
1. Epitel
2. Membran bowman’s
3. Stroma
4. Membran Descemet’s
5. Endotel
Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea,
dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar
masuk kornea dilakukan oleh kornea.
▪ Aqueous Humor (Cairan Mata)
Aqueous humor merupakan cairan yang terdapat pada bilik mata yang
mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak
memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini
akan mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor
dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam
korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior.
Kelebihan aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam
vitreous humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan saraf
dalam retina. Penekanan ini menyebabkan kerusakan retina dan saraf
optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi
▪ Lensa
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan
terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa akan
dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk
serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan
membentuk serat lensa terus-menerus sehingga
mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian
sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa.
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas
cahaya ke retina. Untuk memfokuskan cahaya
yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil
diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya
yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil
sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke
retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda
dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan
zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik
kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih
sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya.
lensa menyumbang 21 Dioptri.
▪ Vitreous humor (Badan Kaca)
Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini
merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit
kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Peranannya
mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan
vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Vitreous humor
penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yang sferis.
▪ Panjang bola mata
Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang bola
mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar
oleh karena kornea (mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang
(lebih panjang atau lebih pendek) bola mata, maka sinar normal tidak dapat
terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat berupa
miopia, hipermetropia, atau astigmatisma.
Fisiologi penglihatan

Pembentukan bayangan di retina memerlukan empat proses.


▪ Pertama, pembiasan sinar/cahaya. cahaya melalui perantaraan yang
berbeda kepadatannya dengan kepadatan udara, yaitu kornea, aqueous
humor, lensa, dan vitreous humor.
▪ Kedua, akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi cembung atau cekung
▪ Ketiga, konstriksi pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil agar cahaya
tepat di retina sehingga penglihatan tidak kabur
▪ Keempat, pemfokusan, yaitu pergerakan kedua bola mata sedemikian
rupa sehingga kedua bola mata terfokus ke arah objek yang sedang
dilihat.
Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi
biasa. Mata memiliki sususan lensa, sistem diafragma yang dapat
berubah- ubah (pupil), dan retina yang dapat disamakan dengan film.
Susunan lensa mata terdiri atas empat perbatasan refraksi:
▪ perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara
▪ perbatasan antara permukaan posterior kornea dan aqueous humor
▪ perbatasan antara aqueous humor dan permukaan anterior lensa
▪ perbatasan antara permukaan posterior lensa dan vitreous humor.
Masing-masing memiliki indek bias yang berbeda-beda, indek bias
udara adalah 1, kornea 1.38, aqueous humor 1.33, lensa 1.40, dan vitreous
humor 1.34.
Akomodasi

Akomodasi adalah kesanggupan mata untuk memperbesar daya pembiasannya. Akomodasi


dipengaruhi oleh serat-serat sirkuler mm. siliaris. Fungsi serat-serat sirkuler adalah
mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula yang berorigo di lembah-lembah di antara
prosesus siliaris. Mata akan berakomodasi bila bayangan benda difokuskan di belakang retina.1
Ada beberapa teori mengenai mekanisme akomodasi, antara lain :1
Teori Helmholtz
Di mana zonula Zinn kendor akibat kontraksi otot silar sirkuler, mengakibatkan lensa yang
elastic menjadi cembung.
Teori Thsernig
Dasarnya adalah bahwa nucleus lensa tidak dapat berubah bentuk sedang yang dapat berubah
bentuk adalah bagian lensa superfisial atau korteks lensa. Pada waktu akomodasi terjadi
tegangan pada zonula Zinn sehingga nucleus lensa terjepit dan bagian lensa superfisial di
depan nucleus akan mencembung.
Punctum remotum (R) adalah titik terjauh yang dapat dilihat dengan nyata tanpa
akomodasi. Pada emetrop letak R adalah tak terhingga. Punctum proksimum (P)
adalah titik terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi maksimal. Daerah
akomodasi adalah daerah di antara titik R dan titik P. Lebar akomodasi (A) adalah
tenaga yang dibutuhkan untuk melihat daerah akomodasi. Lebar akomodasi
dinyatakan dengan dioptri, besarnya sama dengan kekuatan lensa konfeks yang
harus diletakkan di depan mata yang menggantikan akomodasi untuk punctum
proksimum.3
Terdapat tiga trias akomodasi yaitu mata yang konvergen, lensa yang
mencembung dan pupil yang miosis.3
A = 1/P – 1/R
Kekuatan akomodasi makin berkurang dengan bertambahnya umur dan
punctum proksimumnya (P) semakin menjauh. Hal ini disebabkan oleh karena
berkurangnya elastisitas dari lensa dan berkurangnya kekuatan otot siliarnya.
KELAINAN REFRAKSI

▪ Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina.
Secara umum, terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata
sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada
retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada
satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan
kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang
sumbu bola mata.
▪ Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga pada
mata yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak
pada retina. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia (rabun
jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmat
MIOPIA
Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang
memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di
depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak dapat dilihat
secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada badan
kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi
divergen,membentuk lingkaran yang difus dengan akibat bayangan
yang kabur.
Pada miopia, titik fokus sistem optik media penglihatan terletak di depan
makula lutea. Hal ini dapat disebabkan :
▪ Sistem optik (pembiasan) terlalu kuat
▪ Miopia refraktif atau bola mata yang terlalu panjang
▪ Miopia aksial atau sumbu
Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat,
sedangkan melihat jauh kabur atau pasien adalah rabun jauh.
Klasifikasi Berdasarkan Etiologi4
▪ Miopia aksial
Miopia tipe ini disebabkan oleh diameter anteroposterior bola mata yang
bertambah panjang. Komponen refraktif lainnya berada dalam batas normal.
▪ Miopia refraksional
Miopia ini disebabkan kelainan pada komponen-komponen refraktif pada mata.
Menurut Borish, miopia refraktif dapat disubklasifikasikan menjadi :
▫ Curvature myopia
Terdapat peningkatan pada satu atau lebih kelengkungan permukaan
refraktif mata, terutama kornea
▫ Index myopia
Terjadi perbedaan indeks refraksi dari satu atau lebih media okuler.
▪ Miopia posisional
Terjadi akibat posisi lensa yang anterior.
▪ Myopia akibat akomodasi yang berlebihan
Klasifikasi Berdasarkan Onset
▪ Juvenile-Onset Myopia (JOM)
JOM didefinisikan sebagai miopia dengan onset antara 7-16 tahun yang
disebabkan terutama oleh karena pertumbuhan sumbu aksial dari bola mata
yang fisiologis. Esophoria, astigmatisma, prematuritas, riwayat keluarga dan
kerja berlebihan yang menggunakan penglihatan dekat merupakan faktor-faktor
risiko yang dilaporkan oleh berbagai penelitian.
▪ Adult-Onset Myopia (AOM)
AOM dimulai pada usia 20 tahun. Miopia yang terjadi pada usia 20 sampai 40
tahun disebut sebagai early adult onset myopia, sedangkan myopia yang terjadi
setelah usia 40 tahun disebut late adult onset myopia. Kerja mata yang
berlebihan pada penglihatan dekat merupakan faktor risiko dari perkembangan
miopia.
Klasifikasi Miopia Berdasarkan Derajat
Berdasarkan derajat beratnya, miopia dapat diklasifikasikan
menjadi:
▪ Miopia ringan < -3,00 D
▪ Miopia sedang -3,00 s/d -6,00 D
▪ Miopia berat -6,00 s/d -9,00 D
▪ Miopia sangat berat >-9,00 D
Klasifikasi Miopia Berdasarkan Gambaran Klinis4
▪ Miopia Kongenital
Miopia yang sudah terjadi sejak lahir, namun biasanya didiagnosa saat usia 2-3
tahun, kebanyakan unilateral dan bermanifestasi anisometropia. Jarang terjadi
bilateral. Miopia kongenital sering berhubungan dengan kelainan congenital lain
seperti katarak congenital, mikrophtalmus, aniridia, megalokornea. Miopia
kongenital sangat perlu dikoreksi lebih awal.
▪ Miopia simplek
Jenis miopia ini paling banyak terjadi, jenis ini berkaitan dengan gangguan
fisiologi, tidak berhubungan dengan penyakit mata lainnya. Miopia ini meningkat
2 % pada usia 5 tahun sampai 14 % pada usia 15 tahun.
▪ Miopia patologis/ degeneratif
Miopia yang terjadi karena kelainan pada bagian mata lain seperti adanya
pendarahan pada badan kaca, pigmentasi pada retina dan peripapil. Miopia
patologis sudah terjadi saat usia 5 – 10 tahun, yang berefek saat usia dewasa
muda yang mana hal ini berhubungan dengan perubahan degeneratif pada mata.
Komplikasi
▪ Strabismus divergens
▪ Ablasio retina
▪ Perdarahan badan kaca.
▪ Perdarahan koroid
Penatalaksanaan
▪ Nonfarmakologi
▫ Kaca Mata
▫ Lensa kontak
▪ Lensa kontak mengurangi
masalah kosmetik yang
muncul pada penggunaan
kacamata akan tetapi
memerlukan perawatan
lensa yang benar dan
bersih.
Terapi Pembedahan
▪ Radial Keratotomy
Untuk membuat insisi radial yang dalam pada pinggir kornea dan ditinggalkan 4
mm sebagai zona optik. Pada penyembuhan insisi ini terjadi pendataran dari
permukaan kornea sentral sehingga menurunkan kekuatan refraksi. Prosedur
ini sangat bagus untuk miopi derajat ringan dan sedang.
▪ Photorefractive Keratectomy (PRK)
Pada teknik ini zona optik sentral pada stroma kornea anterior difotoablasi
dengan menggunakan laser excimer (193 nm sinar UV) yang bisa menyebabkan
sentral kornea menjadi flat. Sama seperti RK, PRK bagus untuk miopi -2 sampai -
6 dioptri.
▪ Laser in-situ Keratomileusis (LASIK)4
Pada teknik ini, pertama sebuah flap setebal 130-160 mikron dari kornea anterior
diangkat. Setelah Flap diangkat, jaringan midstroma secara langsung diablasi
dengan tembakan sinar excimer laser , akhirnya kornea menjadi flat. Sekarang
teknik ini digunakan pada kelainan miopi yang lebih dari - 12 dioptri.
ASTIGMATISMA

Astigmatisma adalah
keadaan dimana terdapat
variasi pada kurvatur
kornea atau lensa pada
meridian yang berbeda yang
mengakibatkan berkas
cahaya tidak difokuskan
pada satu titik. Astigmat
merupakan akibat bentuk
kornea yang oval seperti
telur, makin lonjong bentuk
kornea makin tinggi
astigmat mata tersebut.
Klasifikasi Astigmatisma
▪ Astigmatisma Reguler
Astigmatisma regular merupakan astigmatisma yang memperlihatkan kekuatan
pembiasan bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu
meridian ke meridian berikutnya. Bayangan yang terjadi dengan bentuk yang
teratur dapat berbentuk garis, lonjong atau lingkaran.
▪ Etiologi
▫ Corneal astigmatisme
Abnormalitas kelengkungan kornea
▫ Lenticular astigmatisme
Jarang. Bisa akibat :
■ Kurvatur - abnormalitas kelengkungan lensa
■ Posisional – peralihan atau posisi lensa yang oblik
■ Indeks – indeks bias yang bervariasi pada meridian yang berbeda
■ Retinal – posisi macula yang oblik.
Klasifikasi
a. Simple astigmatism, dimana satu dari titik fokus di retina. Fokus lain dapat
jatuh di dapan atau dibelakang dari retina, jadi satu meridian adalah emetropik dan
yang lainnya hipermetropia atau miopia. Yang kemudian ini dapat di rumuskan
sebagai Simple hypermetropic astigmatism dan Simple myopic astigmatism.
b. Compound astigmatism, dimana tidak ada dari dua focus yang jatuh tepat di
retina tetapi keduanya terletak di depan atau dibelakang retina. Bentuk refraksi
kemudian hipermetropi atau miop. Bentuk ini dikenal dengan Compound
hypermetropic astigmatism dan Compound miopic astigmatism.
c. Mixed Astigmatism, dimana salah satu focus berada didepan retina dan yang
lainnya berda dibelakang retina, jadi refraksi berbentuk hipermetrop pada satu
arah dan miop pada yang lainnya.
▪ Astigmatisma irregular
Astigmatisma yang terjadi tidak memiliki 2 meridian saling tegak lurus. Astigmat
ireguler dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama
berbeda sehingga bayangan menjadi ireguler. Pada keadaan ini daya atau orientasi
meridian utamanya berubah sepanjang bukaan pupil.
Astigmatisma ireguler bisa terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi atau
akibat kelainan pembiasan.
Penatalaksanaan
Astigmatisma ringan, yang tidak mengalami gangguan ketajaman penglihataan (0,5 D atau
kurang) tidak perlu dilakukan koreksi. Pada astigmatsma yang berat dipergunakan kacamata
silinder, lensa kontak atau pembedahan.
1. Kacamata Silinder
Pada astigmatism againts the rule, koreksi dengan silender negatif dilakukan dengan sumbu
tegak lurus (90o +/- 20o) atau dengan selinder positif dengan sumbu horizontal (180o +/- 20o).
Sedangkan pada astigmatism with the rule diperlukan koreksi silinder negatif dengan sumbu
horizontal (180o +/- 20o) atau bila dikoreksi dengan silinder positif sumbu vertikal (90o +/- 20o).
2. Pembedahan
Untuk mengoreksi astigmatisma yang berat, dapat digunakan pisau khusus atau dengan laser
untuk mengoreksi kornea yang irreguler atau anormal. Ada bebrapa prosedur
pembedahan yang dapat dilakukan, diantaranya :
▫ Photorefractive Keratectomy (PRK), laser dipergunakan unutk membentuk kurvatur
kornea.
▫ Laser in Situ Keratomileusis (lasik), laser digunakan untuk merubah kurvatur kornea
dengan membuat flap (potongan laser) pada kedua sisi kornea.
▫ Radial keratotomy, insisi kecil dibuat secara dalam dikornea.
3 Pembahasan
●Mengapa pada pasien ini didiagnosa Miopia Astigmat Compositus?
Pasien laki-laki dengan keluhan kedua mata buram, pasien
mengatakan sudah memakai kacamata sejak kelas 4 SD. Pasien
sering menggunakan laptop dan sering menonton televisi.
Pasien saat ini sudah memakai kacamata dan kacamata yang
sekarang pasien pakai belum diganti sejak 2 tahun terakhir. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan visus mata kanan 3/60 dan mata
kiri 2/60, setelah di koreksi kaca mata pasien mempunyai S-4.50
C-0.25 1800 pada mata kanan dan S-4.50 C-0.50 800 pada mata
kiri.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa pada pasien
mempunyai penglihatan yang kabur karena dimana tidak ada
dari dua focus yang jatuh tepat di retina tetapi keduanya
terletak di depan retina. Ini sesuai dengan kepustakaan astigmat
miopia coumpund.
●Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini ?
▪ Dengan memakai kacamata sesuai dengan visus koreksi
▪ OD : S-4.50 C-0.25 Ax 1800
▪ OS : S-4.50 C-0.50 Ax 800
▪ Pupil Distance 60/58
● Bagaimana prognosis pada pasien ini ?

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad Vitam adalah ad bonam karena pada pasien tidak
ditemukannya penyakit mata lain maupun penyakit sistemik
yang menyertai keluhan pasien dan pasien masih dapat
melakukan aktivitasnya seperti biasa.

Quo ad functionam : ad bonam


Quo ad functionam adalah ad bonam dikarenakan pasien dapat
melakukan aktivitas seperti biasa. Fungsi pengeliatannya akan
baik bila dibantu dengan kacamata
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S.Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke – 3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2009. Hal 72-82.
2. Ilyas S. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2009. Hal 319 – 330.
3. Artini W, Hutauruk JA, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
2011. Hal 34 -36.
4. Khurana AK. Comprehensive Ophtalmology. Edisi ke – 4. New Age International. New
Delhi. Hal 19 – 39.
5. Langston, D.P; Manual of Ocular Diagnosis and Therapy; 5th Edition; Lippincott Wlliams
& Wilkins; Philadelphia; p 344-346.

Anda mungkin juga menyukai