Keluhan Utama
• Kejang sejak 1 jam SMRS
Keluhan Tambahan
• Muntah, demam, penurunan kesadaran
Riwayat Penyakit Sekarang (1)
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan kejang sejak 1
jam SMRS ke IGD RS Syamsudin SH. Pasien membawa rujukan dari
Rumah Sakit Bhayangkara dengan diagnosis kejang e.c. suspek meningitis
dan hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin yang diperiksa pada tanggal
15 Maret 2017 dengan hasil Hemoglobin 10,3, Haematokrit 32, Leukosit
25.400, dan Trombosit 758.000. Alasan rujukan pasien dikarenakan pasien
kejang sehingga tidak ada fasilitas PICU untuk merawat pasien di RS
Bhayangkara.
Riwayat Penyakit Sekarang (2)
Pada awalnya, pasien demam sejak 1 bulan SMRS. Demam dirasakan
tinggi setiap sore dan menurun jika diberikan obat contrexin demam anak.
Demam disertai dengan batuk dan pilek. Sejak 2 minggu SMRS, ibu
pasien mengatakan pasien mulai tampak lemas dan cenderung mengantuk,
namun nafsu makan tetap baik. Lalu pasien dibawa ke praktek dokter
umum, di sana pasien hanya diberikan suplemen penambah nafsu makan.
Kemudian, sejak 1 minggu SMRS, pasien mulai tampak jalan
sempoyongan. Sejak 1 hari SMRS. pasien mulai tampak mengalami
penurunan kesadaran, malas bicara, dan tidak menangis. Pasien makan
bubur 1 porsi, kemudian muntah.
Riwayat Penyakit Sekarang (3)
• MRS
• Pukul 08.00 kejang seluruh tubuh saat digendong dengan mata
mendelik ke atas, pasien tampak tidak sadar, dan tidak menangis,
berlangsung selama ±5 menit, pasien langsung nampak lemas dan tertidur.
• Pukul 14.00 kejang saat pasien sedang tidur, hanya pada tubuh bagian
kiri dan berlangsung selama 2 menit. Karakteristik kejang serupa.
• Sore hari kejang pada tubuh sebelah kiri saat pasien sedang tidur dan
berlangsung sekitar 2 menit. Karakteristik kejang serupa.
Riwayat Penyakit Sekarang (4)
• RS Bhayangkara kejang kaku pada semua badan,
sekitar 5 menit diberikan stesolid 5 mg dari rektal lalu
kejang berhenti.
• Disangkal
Riwayat Konsumsi Obat Rutin
• Disangkal
Riwayat Rawat Inap di RS
Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat mengalami keluhan serupa (+)
• Kakek dan paman pasien memiliki riwayat TB paru dalam
pengobatan
• Riwayat asma disangkal
• Riwayat hipertensi disangkal
• Riwayat Diabetes Mellitus disangkal
• Riwayat alergi obat maupun makanan disangkal
Riwayat
Makanan
Usia Makanan
0-7 bulan ASI
7 bulan-sekarang SGM, bubur
1,5 tahun Mulai makan nasi cincang
Berat badan : 11 kg
Panjang badan : 89 cm
WFA : -2 – 0 SD
Pemeriksaan Antropometri (2)
HFA : -2 – 0 SD
Pemeriksaan Antropometri (3)
WFH: -2 – 1 SD
• SpO2 : 95%
Pemeriksaan Fisik (2)
Kepala : Normosefali, deformitas (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 2mm/ 2mm,
refleks cahaya langsung (+/+) lambat, refleks cahaya tidak langsung (+/+)
lambat
Hidung : Deviasi septum (-), sekret -/-
Mulut : Mukosa oral kering
Telinga : Tidak terdapat sekret yang keluar
Leher : Trakea di tengah, pembesaran KGB (-)
22
Pemeriksaan Fisik (3)
• Toraks
• Paru
• Inspeksi : gerakan napas tampak simetris, gerakan otot napas tambahan(-),
retraksi dinding dada (-), pernapasan cuping hidung (-)
• Palpasi : gerakan napas teraba simetris
• Perkusi : sonor
• Auskultasi: bunyi napas bronkovesikuler +/+, ronkhi-/-, wheezing -/-
• Jantung
• Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
• Palpasi : iktus cordis tidak teraba
• Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik (4)
• Abdomen
• Inspeksi : datar, warna kulit sama dengan area di sekitarnya, tidak
ada jejas maupun pelebaran vena
• Auskultasi : Bising usus -
• Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
• Perkusi : timpani
Otonom
BAB (-), BAK (+)
RESUME
An. AG, laki-laki usia 2 tahun 4 bulan
Pasien datang dibawa oleh Ibunya ke Poli Anak RS Syamsudin SH dengan keluhan kejang sejak 1 jam SMRS. Sejak 1 hari SMRS, pasien
mengalami penurunan kesadaran, malas bicara, dan tidak menangis Ibu pasien juga mengakui pasien mengalami penurunan nafsu makan dan berat
badan sebanyak 0,5 kg dalam sebulan. Pasien membawa rujukan dari RS Bhayangkara dengan diagnosis kejang e.c. suspek meningitis dan hasil
pemeriksaan laboratorium darah rutin yang diperiksa pada tanggal 15 Maret 2017 dengan hasil Haemoglobin 10,3, Leukosit 25.400, Haematokrit
32 dan Trombosit 758.000. Alasan rujukan pasien dikarenakan kejang sehingga tidak ada fasilitas PICU untuk merawat pasien di RS Bhayangkara.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: tampak sakit berat
Kesadaran: Apatis (E4V5M4)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 2mm/ 2mm, rcl/rctl (+/+) lambat
Mulut : mukosa oral kering
Abdomen: datar, supel, nyeri tekan (-), timpani, bising usus -
Ekstremitas : akral dingin, CRT< 2 detik, edema (-)
Pemeriksaan Neurologis:
Rangsangan meningeal : Kaku kuduk (+)
Refleks Fisiologis: hiperrefleks
Refleks Patologis: Babinski +/+, Chaddock +/+, Klonus +/+
Diagnosis Banding Saran Pemeriksaan
Hematokrit 35 – 43 % 30
Indeks Eritrosit:
Pemeriksaan Penunjang MCV
73 – 101 fL
24 – 30 pg
67
22
MCH
15/03/2017 MCHC
26 – 34 g/dL 33
Kimia Klinik
GDS 60-100 mg/dl 119
Elektrolit
Natrium (Na) 132-145 mmol/L 128
Kesimpulan:
• Limfadenopati perihiler kanan dan kiri e.c
menyokong TB paru aktif
• Tidak tampak kardiomegali
Follow Up
Tanggal Subject Object Assesment Planning
15 Maret Penurunan KU: tampak sakit berat An.AG, laki-laki usia Rawat PICU
2017 kesadaran Kesadaran:E1M2V1 2 tahun 4 bulan, berat O2 nasal 2 lpm
TD: 110/80 mmHg
HR: 127x/menit
badan 11 kg, dan IVFD Kaen Mg3
RR: 29x/menit tinggi badan 89 cm, 900cc/24 jam
Suhu: 36oC dengan: OGT puasa
SpO2: 93% - Suspek meningitis Ranitidin 2x12mg IV
Mata: konjungtiva anemis (+/+), - Sepsis+elektrolit Ampicillin 4x1 gr IV
sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), imbalance Colsansetin 4x200
pupil isokor 2mm/2mm - Status gizi baik mg IV
Mulut: mukosa oral basah
Paru: gerak napas tampak dan teraba menurut WHO Deksamethasone 4x2
simetris, vesikuler +/+, rhonki +/+, - Status Imunisasi mg IV
wheezing -/- lengkap menurut Acyclovir 4x100 mg
Abdomen: tampak datar, BU (-), teraba KEMENKES PO
supel, nyeri tekan (-), Cek SGOT, SGPT,
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2s ureum, kreatinin
Pemeriksaan neurologis : DBN
Follow Up
Tanggal Subject Object Assesment Planning
16 Maret 2017 Muntah (+) 10 cc KU: tampak sakit berat An.AG, laki-laki Rawat PICU
(keruh) Kesadaran: Apatis (E4M5V4) usia 2 tahun 4 IVFD Kaen Mg3
BAK + banyak TD: 102-116/66-83 mmHg bulan, berat badan 10 tetes/menit
250 cc HR: 84-117x/menit 11 kg, dan tinggi Sonde 8x5 cc
Makan & minum RR: 24-39x/menit badan 89 cm, Ceftriaxone 1x1 gr
puasa Suhu: 36,8-37,1oC dengan: IV
SaO2 : 90-95% - Suspek Streptomicin
Mata: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik meningitis TB 1x300 mg IV
(-/-), mata cekung (-/-), pupil isokor 3mm/3mm, - Status gizi baik OAT 1x2 tab PO
reflex cahaya langsung dan tak langsung +/+ menurut WHO Dexamethasone
lambat - Status Imunisasi 3x2mg IV
Mulut: mukosa oral kering lengkap Acyclovir STOP
Paru: gerak napas tampak dan teraba simetris, menurut Lumbal Puncture
vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- KEMENKES Ro Thorax
Abdomen: tampak datar, BU (-), teraba supel,
nyeri tekan (-),
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2s
Pemeriksaan neurologis :
Refleks fisiologis: +++/+++ (hiperrefleks)
Refleks patologis: Babinski +/+, Chaddock
+/+, klonus +/+, kaku kuduk +/+
Follow Up
Tanggal Subject Object Assesment Planning
17 Maret 2017 BAK +820 cc KU: tampak sakit berat An.AG, laki-laki Rawat PICU
Makan puasa Kesadaran: Apatis (E4M5V4) usia 2 tahun 4 IVFD Kaen Mg3
Minum sonde TD: 70-122/46-80 mmHg bulan, berat badan 10 tetes/menit
30 cc (mulai dari HR: 74-146x/menit 11 kg, dan tinggi Sonde 8x5 cc
pukul 15.00) RR: 20-58x/menit badan 89 cm, Ceftriaxone 1x1 gr
air putih 10 cc, Suhu: 36-36,8oC dengan: IV
PASI 20 cc SaO2 : 91-96% - Meningitis TB Streptomicin
Retensi 30 cc Mata: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik - Status gizi baik 1x300 mg
cokelat (-/-), mata cekung (-/-), pupil isokor 3mm/3mm, menurut WHO OAT 1x2 tab PO
refle cahaya langsung dan tak langsung +/+ - Status Dexamethasone
lambat Imunisasi 3x2 mg
Mulut: mukosa oral kering lengkap Ranitidin 2x12 mg
Paru: gerak napas tampak dan teraba simetris, menurut IV
vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- KEMENKES
Abdomen: tampak datar, BU (-), teraba supel,
nyeri tekan (-),
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2s
Pemeriksaan neurologis :
Refleks fisiologis: +++/+++ (hiperrefleks)
Refleks patologis: Babinski +/+, Chaddock
+/+, klonus +/+, kaku kuduk +/+
Follow Up
Tanggal Subject Object Assesment Planning
18 Maret 2017 BAK +470 cc KU: tampak sakit berat An.AG, laki-laki Rawat PICU
Makan puasa Kesadaran: Apatis (E4M5V4) usia 2 tahun 4 IVFD Kaen Mg3
Minum sonde TD: 86-139/42-91 mmHg bulan, berat 1000 cc/24 jam
40 cc bilas HR: 100-145x/menit badan 11 kg, dan Sonde 8x5 cc
lambung dengan RR: 12-42x/menit tinggi badan 89 Ceftriaxone 1x1 gr
NaCl Suhu: 36,1-36,8oC cm, dengan: IV
Retensi 40 cc SaO2 : 92-99% - Meningitis TB Streptomicin
cokelat Mata: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), - Status gizi 1x300 mg
mata cekung (-/-), pupil isokor 3mm/3mm, reflex baik menurut OAT 1x2 tab
cahaya langsung dan tak langsung +/+ lambat WHO Dexamethasone
Mulut: mukosa oral basah - Status 3x2mg
Paru: gerak napas tampak dan teraba simetris, Imunisasi Ranitidin 2x12mg
vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing -/- lengkap IV
Abdomen: tampak datar, BU (-), teraba supel, nyeri menurut Foto thorax ulang
tekan (-), KEMENKES
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2s
Pemeriksaan neurologis :
Refleks fisiologis: +++/+++ (hiperrefleks)
Refleks patologis: Babinski +/+, Chaddock +/
+, klonus +/+, kaku kuduk +/+
Prognosis
Quo ad vitam : malam
Quo ad fungsionam : malam
Quo ad sanasionam : malam
ANALISIS KASUS
Kasus Gejala menurut Teori
Terapi
• Tatalaksana umum:
• Rawat PICU
• IVFD Kaen Mg3 10
tetes/menit
• Sonde 8x5 cc
• Tatakaksana khusus:
• Ceftriaxone 1x1 gr IV
• Streptomicin 1x300 mg
IV
• OAT 1x2 tab PO
• Dexamethasone 3x2mg • Anak-anak >6 minggu harus diberikan terapi empiris berupa vancomycin (4x15mg/kg) dan
IV cefotaxime (atau ceftriaxone 100 mg/kg tiap hari)
• Ranitidin 2x12mg IV Pada keadaan TB berat:
• Acyclovir 4x100 mg PO • Tahap intensif: minimal 4 macam obat (INH, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol atau
• Lumbal Puncture Streptomisin).
• Ro Thorax • Pada tahap lanjutan diberikan INH dan Rifampisin selama 10 bulan.
• Pemberian kortikosteroid dengan dosis 1–2 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Lama
pemberian kortikosteroid adalah 2–4 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off
dalam jangka waktu 2–6 minggu. Tujuan pemberian steroid ini untuk mengurangi proses
inflamasi dan mencegah terjadi perlekatan jaringan.
MENINGITIS TB
Tinjauan Pustaka
Definisi
Meningitis tuberkulosis merupakan peradangan pada
selaput otak (meningen) yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberkulosis
Penyakit ini merupakan salah satu bentuk komplikasi
yang sering muncul pada penyakit tuberkulosis paru.
Epidemiologi
Komplikasi meningitis TB terjadi pada setiap 300 penderita TB
primer yang tidak diobati.
Pada anak-anak, persentasenya hingga 33% dari semua kasus
TB.
Dari keselamatan kasus meningitis TB, 50% mengalami
kematian, dan penderita yang selamat bisa mengalami gejala
sisa neurologis substansial.
Di Indonesia, angka kejadian tertinggi dijumpai pada anak umur 6
bulan sampai dengan 4 atau 6 tahun, hampir tidak pernah
ditemukan pada umur dibawah 3 bulan.
Etiologi (Umum)
Kategori Agen
Bakteri Pneumococcus Meningococcus
Haemophilus influenza, Staphylococcus
Escherichia coli Salmonella
Mycobacterium tuberculosis
Virus Enterovirus
Jamur Cryptococcus neoformans
Coccidioides immitris
Faktor Risiko
1. Usia (anak-anak > dewasa )
2. Koinfeksi-HIV
3. Malnutrisi
4. Keganasan
5. Penggunaan agen imunosupresif
Patofisiologi
1. Inhalasi droplet bakteremia menyebar secara
limfogen ke berbagai organ
2. Perkembangan lesi tuberkel (fokus Rich) di meningen,
area subpial, atau area subependimal otak ruptur ke
dalam rongga subaraknoid memicu inflamasi,
obstruksi, serta infark korteks serebri.
Staging
Gejala tidak spesifik: demam, sakit kepala, iritabel, sering mengantuk,
Stage I lemas
(Fase Belum ada defisit neurologi fokal, hanya tidak aktif/hilang tahap
Prodromal) perkembangan
Berlangsung sekitar 1-2 minggu
Gejala umum: letargi, kejang, muntah
PF neurologis: kaku kuduk, tanda Kernig (+), tanda Brudzinki (+)
Stage II
Kelumpuhan saraf kranial
(Fase
Transisi) Tanda-tanda peningkatan TIK: hidrosefalus
Beberapa anak-anak tidak menunjukkan gejala peradangan meningen,
tapi menunjukkan gejala ensefalitis: disorientasi, gangguan dalam
berjalan, gangguan dalam bicara
Berlangsung sekitar 1-3 minggu