Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN KASUS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA
RSUD R. SYAMSUDIN SH SUKABUMI
PERIODE: 13 MARET-15 APRIL 2017

Pembimbing: dr. Jeffry Pattisahusiwa, Sp. A


Penyusun: Kristabella Gianina (2015-061-210)
Identitas Pasien
 Nama : An. AG
 Usia : 2 tahun 4 bulan
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Kp Sugi RT 002/001
 Care giver : Orang tua (ibu)
 Tanggal Pemeriksaan : 17 – 03 – 2017
 Tanggal Masuk RS : 15 – 03 – 2017 (IGD pukul 18.27,
PICU pukul 21.30)
Identitas Orang Tua
Ayah Ibu

 Nama ayah : Tn. R  Nama ibu : Ny. R


 Usia : 24 tahun  Usia : 23 tahun
 Alamat : Kp Sugi, Cianjur  Alamat : Kp Sugi, Cianjur
 Pekerjaan : Satpam  Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Pendidikan: SMA  Pendidikan: SMP
 Suku : Sunda  Suku : Sunda
 Agama : Islam  Agama : Islam
 Pendapatan : 2,4 juta / bulan  Pendapatan :-
Anamnesis (Aloanamnesis dengan Ibu pasien)

Keluhan Utama
• Kejang sejak 1 jam SMRS

Keluhan Tambahan
• Muntah, demam, penurunan kesadaran
Riwayat Penyakit Sekarang (1)
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan kejang sejak 1
jam SMRS ke IGD RS Syamsudin SH. Pasien membawa rujukan dari
Rumah Sakit Bhayangkara dengan diagnosis kejang e.c. suspek meningitis
dan hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin yang diperiksa pada tanggal
15 Maret 2017 dengan hasil Hemoglobin 10,3, Haematokrit 32, Leukosit
25.400, dan Trombosit 758.000. Alasan rujukan pasien dikarenakan pasien
kejang sehingga tidak ada fasilitas PICU untuk merawat pasien di RS
Bhayangkara.
Riwayat Penyakit Sekarang (2)
Pada awalnya, pasien demam sejak 1 bulan SMRS. Demam dirasakan
tinggi setiap sore dan menurun jika diberikan obat contrexin demam anak.
Demam disertai dengan batuk dan pilek. Sejak 2 minggu SMRS, ibu
pasien mengatakan pasien mulai tampak lemas dan cenderung mengantuk,
namun nafsu makan tetap baik. Lalu pasien dibawa ke praktek dokter
umum, di sana pasien hanya diberikan suplemen penambah nafsu makan.
Kemudian, sejak 1 minggu SMRS, pasien mulai tampak jalan
sempoyongan. Sejak 1 hari SMRS. pasien mulai tampak mengalami
penurunan kesadaran, malas bicara, dan tidak menangis. Pasien makan
bubur 1 porsi, kemudian muntah.
Riwayat Penyakit Sekarang (3)
• MRS
• Pukul 08.00  kejang seluruh tubuh saat digendong dengan mata
mendelik ke atas, pasien tampak tidak sadar, dan tidak menangis,
berlangsung selama ±5 menit, pasien langsung nampak lemas dan tertidur.
• Pukul 14.00  kejang saat pasien sedang tidur, hanya pada tubuh bagian
kiri dan berlangsung selama 2 menit. Karakteristik kejang serupa.
• Sore hari  kejang pada tubuh sebelah kiri saat pasien sedang tidur dan
berlangsung sekitar 2 menit. Karakteristik kejang serupa.
Riwayat Penyakit Sekarang (4)
• RS Bhayangkara  kejang kaku pada semua badan,
sekitar 5 menit  diberikan stesolid 5 mg dari rektal lalu
kejang berhenti.

• Dirujuk ke RS Syamsudin SH karena perlunya perawatan


intensif dan tidak ada PICU di Rumah Sakit Bhayangkara.
Riwayat Penyakit Sekarang (5)
 Ibu pasien mengatakan pasien mengalami
penurunan berat badan sebanyak 0,5 kg selama
sebulan.
 Keluhan BAB cair, gangguan berkemih, serta sesak
disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Keluhan Serupa • Disangkal

Riwayat alergi obat maupun • Alergi ikan


makanan

• Disangkal
Riwayat Konsumsi Obat Rutin

Riwayat Trauma • Disangkal

Riwayat Operasi • Disangkal

• Disangkal
Riwayat Rawat Inap di RS
Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat mengalami keluhan serupa (+)
• Kakek dan paman pasien memiliki riwayat TB paru dalam
pengobatan
• Riwayat asma disangkal
• Riwayat hipertensi disangkal
• Riwayat Diabetes Mellitus disangkal
• Riwayat alergi obat maupun makanan disangkal
Riwayat
Makanan
Usia Makanan
0-7 bulan ASI
7 bulan-sekarang SGM, bubur
1,5 tahun Mulai makan nasi cincang

Riwayat makanan sesuai dengan


usia menurut WHO
Status Imunisasi

Kesimpulan : Status Imunisasi dasar lengkap menurut KEMENKES


Riwayat Kehamilan dan Persalinan
 Keadaan kesehatan ibu selama kehamilan : sehat
 ANC (frekuensi, tempat, pelaksana): 9 bulan rutin
teratur di posyandu
 Imunisasi TT: 1x
 Obat-obatan yang dikonsumsi selama kehamilan :
tablet Fe, multivitamin, asam folat
 Kebiasaan: merokok, minuman keras, NAPZA
disangkal
Riwayat Kelahiran
• Keadaan bayi
• Berat badan lahir : tidak diukur
• Tempat persalinan : Rumah
• Panjang badan lahir : tidak
• Penolong persalinan : Dukun diukur
beranak • APGAR : tidak diketahui,
• Cara persalinan : Spontan per langsung menangis dan gerakan
aktif
vaginam
• Kuning, sianosis, kejang :
• Hambatan persalinan : - disangkal
• Masa gestasi : 36 minggu
• Cara reproduksi :
• Usia ibu saat hamil : 21 tahun
• Jumlah anak: 1 (P1A0)
Pohon Keluarga
Ayah, 24 tahun, Ibu, 23 tahun
Satpam Ibu Rumah Tangga

Pasien, 2 tahun 4 bulan


PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan di Ruang PICU pada tanggal 17 Maret 2017
Pemeriksaan Antropometri

Berat badan : 11 kg
Panjang badan : 89 cm

WFA : -2 – 0 SD
Pemeriksaan Antropometri (2)

HFA : -2 – 0 SD
Pemeriksaan Antropometri (3)

WFH: -2 – 1 SD

Kesimpulan : Status gizi


cukup/baik menurut WHO
Pemeriksaan Fisik (1)
• Keadaan umum : Tampak sakit berat
• Kesadaran : Apatis (E4M5V4)
• Tanda-tanda vital
• Tekanan Darah : 114/79 mmHg (P5: <74; P50: 91/55 ; P90: 106/68; P95:
110/72)
• Nadi : 120 x/menit (N: 80-125 x/menit) Teratur, kuat & penuh

• Laju pernapasan : 36 x/ menit (N: 20-30 x/menit)

• Suhu : 36,5oC (N: 36.5-37.5°C)

• SpO2 : 95%
Pemeriksaan Fisik (2)
 Kepala : Normosefali, deformitas (-)
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 2mm/ 2mm,
refleks cahaya langsung (+/+) lambat, refleks cahaya tidak langsung (+/+)
lambat
 Hidung : Deviasi septum (-), sekret -/-
 Mulut : Mukosa oral kering
 Telinga : Tidak terdapat sekret yang keluar
 Leher : Trakea di tengah, pembesaran KGB (-)

22
Pemeriksaan Fisik (3)
• Toraks
• Paru
• Inspeksi : gerakan napas tampak simetris, gerakan otot napas tambahan(-),
retraksi dinding dada (-), pernapasan cuping hidung (-)
• Palpasi : gerakan napas teraba simetris
• Perkusi : sonor
• Auskultasi: bunyi napas bronkovesikuler +/+, ronkhi-/-, wheezing -/-

• Jantung
• Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
• Palpasi : iktus cordis tidak teraba
• Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik (4)
• Abdomen
• Inspeksi : datar, warna kulit sama dengan area di sekitarnya, tidak
ada jejas maupun pelebaran vena
• Auskultasi : Bising usus -
• Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
• Perkusi : timpani

• Ekstremitas : Akral dingin, CRT< 2 detik, edema (-)


• Kulit : Turgor kulit baik
• Genitalia : Tidak tampak adanya lesi
• Bokong : Anus (+)
Pemeriksaan Neurologis (1)
• Kesadaran : Apatis GCS E4V5M4
• Rangsangan meningeal : Kaku kuduk (+), Kernig (-), Brudzinski 1 dan 2 (-)
• Saraf kranial
• NI : Tidak dilakukan
• N II dan III : Pupil isokor 2mm/2mm, letak pupil di tengah, refleks cahaya
• langsung +/+ lambat, refleks cahaya tidak langsung +/+ lambat
• N III, IV, VI : Gerakan bola mata -, tidak mengikuti arah gerakan jari
• N V : Fungsi sensorik dan motorik wajah -
• N VII : Wajah tampak simetris
• N VIII : Respon suara baik, keseimbangan baik
• N IX,X : Saliva (+), refleks menelan baik
• N XI : Tonus m.trapezius baik dan simetris
• N XII : Lidah simetris, deviasi dan fasikulasi (-)
Pemeriksaan Neurologis (2)

Refleks Fisiologis Refleks Patologis


• Biceps : ++/++ • Babinski : +/+
• Chaddock : +/+
• Triceps : ++/++
• Gordon : -/-
• Patela :++/++  hiperefleks • Schaeffer : -/-
• Achilles : ++/++ • Oppenheim : -/-
• Klonus : +/+

Otonom
BAB (-), BAK (+)
RESUME
An. AG, laki-laki usia 2 tahun 4 bulan
Pasien datang dibawa oleh Ibunya ke Poli Anak RS Syamsudin SH dengan keluhan kejang sejak 1 jam SMRS. Sejak 1 hari SMRS, pasien
mengalami penurunan kesadaran, malas bicara, dan tidak menangis Ibu pasien juga mengakui pasien mengalami penurunan nafsu makan dan berat
badan sebanyak 0,5 kg dalam sebulan. Pasien membawa rujukan dari RS Bhayangkara dengan diagnosis kejang e.c. suspek meningitis dan hasil
pemeriksaan laboratorium darah rutin yang diperiksa pada tanggal 15 Maret 2017 dengan hasil Haemoglobin 10,3, Leukosit 25.400, Haematokrit
32 dan Trombosit 758.000. Alasan rujukan pasien dikarenakan kejang sehingga tidak ada fasilitas PICU untuk merawat pasien di RS Bhayangkara.

Tanda-tanda Vital (17 Maret, hari rawat ke-3)


Tekanan Darah : 114/79 mmHg (P5: <74; P50: 91/55 ; P90: 106/68; P95: 110/72)
Nadi : 120 x/menit (N: 80-125 x/menit), teratur kuat penuh
Laju pernapasan : 36 x/menit (N: 20-30 x/menit)
Suhu : 36,5OC (N: 36.5-37.5°C)

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: tampak sakit berat
Kesadaran: Apatis (E4V5M4)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 2mm/ 2mm, rcl/rctl (+/+) lambat
Mulut : mukosa oral kering
Abdomen: datar, supel, nyeri tekan (-), timpani, bising usus -
Ekstremitas : akral dingin, CRT< 2 detik, edema (-)

Pemeriksaan Neurologis:
Rangsangan meningeal : Kaku kuduk (+)
Refleks Fisiologis: hiperrefleks
Refleks Patologis: Babinski +/+, Chaddock +/+, Klonus +/+
Diagnosis Banding Saran Pemeriksaan

 Pemeriksaan darah rutin (Hb, Ht,


• Meningitis TB Eritrosit, Leukosit, Trombosit)
• Meningitis viral  Glukosa Darah Sewaktu
 Elektrolit
• Meningitis bakterialis  Fungsi hati (SGOT, SGPT)

• Ensefalitis  Fungsi ginjal (ureum, kreatinin)


 Foto thorax
 Lumbal Pungsi
Pemeriksaan Nilai Normal Hasil

Hemoglobin 10.7 – 14.7 mg/dl 9.8

Hematokrit 35 – 43 % 30

Leukosit 4,000-10,000/μl 36.900

Trombosit 150 – 450 ribu/μl 725.000

Eritrosit 4.4 – 6.0 juta/μ 4.5

Indeks Eritrosit:
Pemeriksaan Penunjang  MCV
73 – 101 fL
24 – 30 pg
67
22
 MCH
15/03/2017  MCHC
26 – 34 g/dL 33

Kimia Klinik
GDS 60-100 mg/dl 119

Elektrolit
Natrium (Na) 132-145 mmol/L 128

Kalium (K) 3.1-5.1 mol/L 4.3

Kalsium 8.8-10.8 mg/dL 10.0


94
Klorida (Cl) 96-111 mmol/L
Assessment Tatalaksana
 Tatalaksana umum:
• An.AG, laki-laki usia 2 tahun o Rawat PICU
4 bulan, berat badan 11 kg, dan o IVFD Kaen Mg3 10 tetes/menit
o Sonde 8x5 cc
tinggi badan 89 cm, dengan:
 Tatakaksana khusus:
 Meningitis TB o Ceftriaxone 1x1 gr IV
 Status Gizi baik menurut o Streptomicin 1x300 mg IV
o OAT 1x2 tab PO
WHO
o Dexamethasone 3x2mg IV
 Status Imunisasi lengkap o Ranitidin 2x12mg IV
menurut KEMENKES o Acyclovir 4x100 mg PO
o Lumbal Puncture
o Ro Thorax
Pemeriksaan Laboratorium
16 Maret 2017 (Pk 10.09)
Pemeriksaan Nilai Normal Hasil
Kimia Klinik
Fungsi Hati
ALT (SGOT) <48 U/l 26
AST (SGPT) <33 U/l 42
Fungsi Ginjal
Ureum <48 mg/dL 17
Kreatinin 0-1 mg/dL 0.23
Hasil Tes Nonne-Pandy
Pemeriksaan Laboratorium
17 Maret 2017 (Pk 13.10)
Pemeriksaan Nilai Normal Hasil
Cairan tubuh
Mikroskopis
Jumlah Sel Leukosit   100 sel/µL
Hitung Jenis    
 PMN   45%
 MN   55%
Protein Cairan 15-40 mg/dL 4220
Glukosa Cairan 50-80 mg/dL 47
Makroskopis
 Volume mL 3
 Warna Kuning Jernih  
 Bekuan Negatif  
Nonne Negatif Positif
Pandy Negatif Positif
Mikrobiologi    
BTA   Negatif
Foto Thorax
(18 Maret 2017)

Kesimpulan:
• Limfadenopati perihiler kanan dan kiri e.c
menyokong TB paru aktif
• Tidak tampak kardiomegali
 
Follow Up
Tanggal Subject Object Assesment Planning

15 Maret Penurunan KU: tampak sakit berat An.AG, laki-laki usia  Rawat PICU
2017 kesadaran Kesadaran:E1M2V1 2 tahun 4 bulan, berat  O2 nasal 2 lpm
TD: 110/80 mmHg
HR: 127x/menit
badan 11 kg, dan  IVFD Kaen Mg3
RR: 29x/menit tinggi badan 89 cm, 900cc/24 jam
Suhu: 36oC dengan:  OGT puasa
SpO2: 93% - Suspek meningitis  Ranitidin 2x12mg IV
Mata: konjungtiva anemis (+/+), - Sepsis+elektrolit  Ampicillin 4x1 gr IV
sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), imbalance  Colsansetin 4x200
pupil isokor 2mm/2mm - Status gizi baik mg IV
Mulut: mukosa oral basah
Paru: gerak napas tampak dan teraba menurut WHO  Deksamethasone 4x2
simetris, vesikuler +/+, rhonki +/+, - Status Imunisasi mg IV
wheezing -/- lengkap menurut  Acyclovir 4x100 mg
Abdomen: tampak datar, BU (-), teraba KEMENKES PO
supel, nyeri tekan (-),    Cek SGOT, SGPT,
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2s ureum, kreatinin
Pemeriksaan neurologis : DBN
Follow Up
Tanggal Subject Object Assesment Planning
16 Maret 2017  Muntah (+) 10 cc KU: tampak sakit berat An.AG, laki-laki  Rawat PICU
(keruh) Kesadaran: Apatis (E4M5V4) usia 2 tahun 4  IVFD Kaen Mg3
 BAK  + banyak TD: 102-116/66-83 mmHg bulan, berat badan 10 tetes/menit
250 cc HR: 84-117x/menit 11 kg, dan tinggi  Sonde 8x5 cc
 Makan & minum RR: 24-39x/menit badan 89 cm,  Ceftriaxone 1x1 gr
 puasa Suhu: 36,8-37,1oC dengan: IV
SaO2 : 90-95% - Suspek  Streptomicin
Mata: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik meningitis TB 1x300 mg IV
(-/-), mata cekung (-/-), pupil isokor 3mm/3mm, - Status gizi baik  OAT 1x2 tab PO
reflex cahaya langsung dan tak langsung +/+ menurut WHO  Dexamethasone
lambat - Status Imunisasi 3x2mg IV
Mulut: mukosa oral kering lengkap  Acyclovir STOP
Paru: gerak napas tampak dan teraba simetris, menurut  Lumbal Puncture
vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- KEMENKES  Ro Thorax
Abdomen: tampak datar, BU (-), teraba supel,  
nyeri tekan (-),
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2s
Pemeriksaan neurologis :
 Refleks fisiologis: +++/+++ (hiperrefleks)
 Refleks patologis: Babinski +/+, Chaddock
+/+, klonus +/+, kaku kuduk +/+
Follow Up
Tanggal Subject Object Assesment Planning

17 Maret 2017  BAK  +820 cc KU: tampak sakit berat An.AG, laki-laki  Rawat PICU
 Makan puasa Kesadaran: Apatis (E4M5V4) usia 2 tahun 4  IVFD Kaen Mg3
 Minum  sonde TD: 70-122/46-80 mmHg bulan, berat badan 10 tetes/menit
30 cc (mulai dari HR: 74-146x/menit 11 kg, dan tinggi  Sonde 8x5 cc
pukul 15.00)  RR: 20-58x/menit badan 89 cm,  Ceftriaxone 1x1 gr
air putih 10 cc, Suhu: 36-36,8oC dengan: IV
PASI 20 cc SaO2 : 91-96% - Meningitis TB  Streptomicin
 Retensi 30 cc Mata: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik - Status gizi baik 1x300 mg
cokelat (-/-), mata cekung (-/-), pupil isokor 3mm/3mm, menurut WHO  OAT 1x2 tab PO
refle cahaya langsung dan tak langsung +/+ - Status  Dexamethasone
lambat Imunisasi 3x2 mg
Mulut: mukosa oral kering lengkap  Ranitidin 2x12 mg
Paru: gerak napas tampak dan teraba simetris, menurut IV
vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- KEMENKES  
Abdomen: tampak datar, BU (-), teraba supel,  
nyeri tekan (-),
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2s
Pemeriksaan neurologis :
 Refleks fisiologis: +++/+++ (hiperrefleks)
 Refleks patologis: Babinski +/+, Chaddock
+/+, klonus +/+, kaku kuduk +/+
Follow Up
Tanggal Subject Object Assesment Planning

18 Maret 2017  BAK  +470 cc KU: tampak sakit berat An.AG, laki-laki  Rawat PICU
 Makan puasa Kesadaran: Apatis (E4M5V4) usia 2 tahun 4  IVFD Kaen Mg3
 Minum  sonde TD: 86-139/42-91 mmHg bulan, berat 1000 cc/24 jam
40 cc bilas HR: 100-145x/menit badan 11 kg, dan  Sonde 8x5 cc
lambung dengan RR: 12-42x/menit tinggi badan 89  Ceftriaxone 1x1 gr
NaCl Suhu: 36,1-36,8oC cm, dengan: IV
 Retensi 40 cc SaO2 : 92-99% - Meningitis TB  Streptomicin
cokelat Mata: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), - Status gizi 1x300 mg
mata cekung (-/-), pupil isokor 3mm/3mm, reflex baik menurut  OAT 1x2 tab
cahaya langsung dan tak langsung +/+ lambat WHO  Dexamethasone
Mulut: mukosa oral basah - Status 3x2mg
Paru: gerak napas tampak dan teraba simetris, Imunisasi  Ranitidin 2x12mg
vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing -/- lengkap IV
Abdomen: tampak datar, BU (-), teraba supel, nyeri menurut  Foto thorax ulang
tekan (-), KEMENKES  
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2s
Pemeriksaan neurologis :
 Refleks fisiologis: +++/+++ (hiperrefleks)
 Refleks patologis: Babinski +/+, Chaddock +/
+, klonus +/+, kaku kuduk +/+
Prognosis
Quo ad vitam : malam
Quo ad fungsionam : malam
Quo ad sanasionam : malam
ANALISIS KASUS
  Kasus Gejala menurut Teori

Pendekatan Anamnesis Anamnesis


Diagnosis Pada awalnya, pasien demam sejak 1 bulan SMRS. Stadium Awal (Stadium I)
Demam disertai dengan batuk dan pilek. Sejak 2 • Didominasi oleh gejala gastrointestinal, tidak terlihat
minggu SMRS, ibu pasien mengatakan pasien mulai manifestasi neurologis, berlangsung ±2 mgg.
tampak lemas dan cenderung mengantuk, namun • Anak dapat apatis atau iritabel dengan sakit kepala yang
nafsu makan tetap baik. Kemudian, sejak 1 minggu hilang muncul, kenaikan suhu yang ringan, anoreksia,
SMRS, pasien mulai tampak jalan sempoyongan. mual, muntah.
 
Sejak 1 hari SMRS, pasien mulai tampak Stadium II
mengalami penurunan kesadaran, malas bicara, • Anak terlihat mengantuk dan mengalami disorientasi
dan tidak menangis. Pasien makan bubur 1 porsi, dengan tanda iritasi meningen.
kemudian muntah. • Refleks fisiologis ↑, refleks abdominal menghilang dan
  klonus. Dijumpai keterlibatan saraf kranial III, VI, dan VII
Pasien datang dibawa oleh Ibunya ke Poli Anak RS  
Syamsudin SH dengan keluhan kejang sejak 1 jam Stadium III
SMRS. • Anak dapat dalam keadaan koma atau terdapat periode
yang hilang muncul dari penurunan kesadaran.
• Refleks cahaya pupil↓.
• Dapat ditemukan spasme klonik rekuren dari ekstremitas,
pernapasan ireguler, dan demam tinggi.
• Hidrosefalus terjadi pada ⅔ penderita yang infeksinya
sudah berjalan>3 bl dan tidak diterapi adekuat
  Kasus Gejala menurut Teori

Pendekatan Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Fisik :


 Keadaan umum: tampak sakit berat  Pemeriksaan neurologis :
Diagnosis
 kaku kuduk (+)
 Kesadaran: Apatis (E4V5M4)
 Rangsang meningen: Brudzinski (sensitivitas : 5%) and
 Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor Kernig (sensitivitas : 5%)
2mm/ 2mm, refleks cahaya langsung (+/+) lambat, refleks  Tanda neurologis fokal : abnormalitas nervus kranial (3,4,6)
menandakan peningkatan TIK, refleks asimetris
cahaya tidak langsung (+/+) lambat
 Peningkatan lingkar kepala  komplikasi seperti
 Mulut : mukosa oral kering hidrosefalus, efusi subdural
 Abdomen: datar, supel, nyeri tekan (-), timpani, bising usus -  Pemeriksaan kardiovaskular: takikardi, hipotensi,
keterlambatan pengisian waktu kapiler, nadi lemah.
 Ekstremitas : akral dingin, CRT< 2 detik, edema (-)
 Gejala lain: distress pernapasan, kejang, infeksi
 Pemeriksaan Neurologis: sendi/tulang/kulit
 Rangsangan meningeal : Kaku kuduk (+)
 Refleks Fisiologis : hiperrefleks
 Refleks Patologis
 Babinski : +/+
 Chaddock : +/+
 Klonus : +/+
 Paru, Jantung : dalam batas normal
  Kasus Gejala menurut Teori
Pendekatan Etiologi Etiologi
Diagnosis Mycobacterium Tuberculosis Mycobacterium Tuberculosis

Terapi
• Tatalaksana umum:
• Rawat PICU
• IVFD Kaen Mg3 10
tetes/menit
• Sonde 8x5 cc

• Tatakaksana khusus:
• Ceftriaxone 1x1 gr IV
• Streptomicin 1x300 mg
IV
• OAT 1x2 tab PO
• Dexamethasone 3x2mg • Anak-anak >6 minggu harus diberikan terapi empiris berupa vancomycin (4x15mg/kg) dan
IV cefotaxime (atau ceftriaxone 100 mg/kg tiap hari)
• Ranitidin 2x12mg IV Pada keadaan TB berat:
• Acyclovir 4x100 mg PO • Tahap intensif: minimal 4 macam obat (INH, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol atau
• Lumbal Puncture Streptomisin).
• Ro Thorax • Pada tahap lanjutan diberikan INH dan Rifampisin selama 10 bulan.
• Pemberian kortikosteroid dengan dosis 1–2 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Lama
pemberian kortikosteroid adalah 2–4 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off
dalam jangka waktu 2–6 minggu. Tujuan pemberian steroid ini untuk mengurangi proses
inflamasi dan mencegah terjadi perlekatan jaringan.
MENINGITIS TB
Tinjauan Pustaka
Definisi
 Meningitis tuberkulosis merupakan peradangan pada
selaput otak (meningen) yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberkulosis
 Penyakit ini merupakan salah satu bentuk komplikasi
yang sering muncul pada penyakit tuberkulosis paru.
Epidemiologi
 Komplikasi meningitis TB terjadi pada setiap 300 penderita TB
primer yang tidak diobati.
 Pada anak-anak, persentasenya hingga 33% dari semua kasus
TB.
 Dari keselamatan kasus meningitis TB, 50% mengalami
kematian, dan penderita yang selamat bisa mengalami gejala
sisa neurologis substansial.
 Di Indonesia, angka kejadian tertinggi dijumpai pada anak umur 6
bulan sampai dengan 4 atau 6 tahun, hampir tidak pernah
ditemukan pada umur dibawah 3 bulan.
Etiologi (Umum)
Kategori Agen
Bakteri Pneumococcus Meningococcus
Haemophilus influenza, Staphylococcus
Escherichia coli Salmonella
Mycobacterium tuberculosis
Virus Enterovirus
Jamur Cryptococcus neoformans
Coccidioides immitris

Faktor Risiko
1. Usia (anak-anak > dewasa )
2. Koinfeksi-HIV
3. Malnutrisi 
4. Keganasan 
5. Penggunaan agen imunosupresif
Patofisiologi
1. Inhalasi droplet  bakteremia menyebar secara
limfogen ke berbagai organ
2. Perkembangan lesi tuberkel (fokus Rich) di meningen,
area subpial, atau area subependimal otak  ruptur ke
dalam rongga subaraknoid  memicu inflamasi,
obstruksi, serta infark korteks serebri.
Staging
 Gejala tidak spesifik: demam, sakit kepala, iritabel, sering mengantuk,
Stage I lemas
(Fase  Belum ada defisit neurologi fokal, hanya tidak aktif/hilang tahap
Prodromal) perkembangan
   Berlangsung sekitar 1-2 minggu
 
 Gejala umum: letargi, kejang, muntah
 PF neurologis: kaku kuduk, tanda Kernig (+), tanda Brudzinki (+)
Stage II
 Kelumpuhan saraf kranial
(Fase
Transisi)  Tanda-tanda peningkatan TIK: hidrosefalus
 Beberapa anak-anak tidak menunjukkan gejala peradangan meningen,
tapi menunjukkan gejala ensefalitis: disorientasi, gangguan dalam
berjalan, gangguan dalam bicara
 Berlangsung sekitar 1-3 minggu

 Pasien koma atau stupor dengan defisit neurologis yang berat


 Hemi/paraplegi
Stage III
(Fase  Hipertensi
Terminal)  Deserebrasi postur
 Kemunduran tanda-tanda vital
 Kematian (sekitar 3 minggu)
Diagnosa
 Anamnesa

◦ Trias: demam, nyeri kepala dan kaku kuduk


 Pemeriksaan Fisik

◦ Kernig sign, Brudzinski sign, Laseque sign


 Pemeriksaan penunjang

◦ Pungsi lumbal, uji mantoux/tuberkulin, pemeriksaan


laboratorium, pemeriksaan radiologis
Pungsi lumbal
 Pemeriksaan paling sensitif untuk
menganalisa jumlah sel, glukosa, dan
protein cairan cerebrospinal
 Tindakan memasukkan jarum lumbal
pungsi ke dalam rongga dura lewat
processus spinosus L3-L4 untuk
mengambil cairan serebrospinal.
Tes Nonne

 Dilakukan dengan menambahkan 1 ml


larutan ammonium sulfat jenuh ke
dalam 1 ml cairan serebrospinal
 Pembentukan cincin menunjukkan
peningkatan kadar albumin/globulin
dalam cairan serebrospinal
 Semakin tinggi kadar globulin, semakin
tebal cincin keruh yang terjadi
Tes Pandy
 Dilakukan dengan menambahkan 2 tetes
cairan serebrospinal ke dalam reagan Pandy
(10 gr fenol dalam 150 ml air)
 Hasil opak atau keruh menunjukkan
peningkatan kadar albumin/globulin dalam
cairan serebrospinal
TATALAKSANA
 Terapi diberikan sesuai dengan konsep baku
tuberkulosis yaitu :
◦ Fase intensif selama 2 bulan dengan 4-5 obat anti
tuberkulosis, yaitu isoniazid, rifampisin, pirazinamid,
streptomisin, dan etambutol.
◦ Terapi dilanjutkan dengan 2 OAT, yaitu isoniazid dan
rifampisin hingga 12 bulan.
Rifampisin (R)
 Bersifatbakterisid
 Dosis 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg per
hari dengan dosis 1x pemberian per hari.
 Sediaan kapsul150 mg, 300 mg, dan 450 mg.
 Efek samping: perubahan warna urin, ludah, keringat,
sputum, dan air mata menjadi warna oranye kemerahan.
Isoniazid (H)
 Bersifat bakterisid dan bakteriostatik.
 Dosis harian yang biasa diberikan adalah 5-15 mg/kgBB/hari,
dosis maksimal 300 mg/hari dan diberikan dalam satu kali
pemberian
 Sediaan tablet 100 mg dan 300 mg, sirup 100 mg/5 ml
 Mempunyai dua efek toksik utama, yakni hepatotoksik dan
neuritis perifer  jarang pada anak
Pirazinamid (Z)
 Bersifat bakterisid
 Dosis 15-30mg/kgBB/hari dengan dosis maksimal 2
gr/hari
 Diberikan pada fase intensif karena sangat baik diberikan
pada saat suasana asam yang timbul akibat jumlah kuman
yang masih sangat banyak
 Efek samping hepatotoksis, anoreksia, iritasi saluran
cerna, dan hiperurisemia (jarang pada anak-anak).
 Sediaan tablet 500 mg.
Etambutol (E)
 Bersifatbakteriostatik, tetapi dapat bersifat bakterisid jika
diberikan dengan dosis tinggi dengan terapi intermiten
 Dosis : 15-20 mg/kgBB/ hari, maksimal 1,25 gram/hari
dengan dosis tunggal.
 Sediaan : tablet 250 mg dan 500 mg.
 Efek samping: neuritis optik dan buta warna merah-hijau
 Rekomendasi WHO : dianjurkan penggunaan pada anak
dengan dosis 15-25 mg/kgBB/hari.
Streptomisin (S)
 Bersifat bakterisid dan bakteriostatik
 Penting pada pengobatan fase intensif meningitis TB
dan MDR-TB
 Diberikan secara IM dengan dosis 15-40
mg/kgBB/hari, maksimal 1 gram/hari
 Toksisitas utama: terjadi pada nervus kranial VIII yang
mengganggu keseimbangan dan pendengaran, dengan
gejala berupa telinga berdengung (tinitus) dan pusing.
Tabel 2.7. Regimen : RHZE / RHZS
 
Rifampisin 10-20mg/kg/BB/hari
 
 
Isoniazid 7-15mg/kg/BB/hari
 
 
Pirazinamid 30-40 mg/kg/BB/hari
 
 
Etambutol 15-25 mg/kg/BB/hari
 
 
Streptomisin 20 mg/kgBB/hari
 

Sumber : Pengendalian dan penyakit penyehatan lingkungan KKRI, 2013


Steroid
 Diberikan untuk menghambat reaksi inflamasi,
mencegah komplikasi infeksi, menurunkan edema
serebri, mencegah perlekatan antara araknoid dan otak,
mencegah infark otak
 Indikasi steroid adalah penurunan kesadaran serta defisit
neurologis fokal
 Dosis deksametason: 10 mg bolus IV, kemudian 4x5 mg
IV selama 2 minggu selanjutnya turunkan perlahan
selama 1 bulan.
Pencegahan:
• Memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian imunisasi BCG
• Fisioterapi dan rehabilitasi  mencegah dan mengurangi cacat

Prognosis : berhubungan dengan staging penderita


• Sebagian besar penderita pada staging I memiliki prognosis
yang sangat baik
• Sebagian besar penderita pada staging III yang bertahan
memiliki disabilitas yang permanen, seperti kebutaan, tuli,
paraplegi, diabetes insipidus, atau retardasi mental.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai