Anda di halaman 1dari 36

Jurnal Reading

Penentuan Derajat Luka Dalam Visum


Et Repertum Pada Kasus Luka Bakar
Data penulis

Jurnal ini ditulis oleh :


• Erwin G. Kristanto
• Sonny J. R. Kalangi

Bagian kedokteran forensik dan medikolegal


Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado tahun 2013
Pendahuluan

Pada kasus dugaan penganiayaan yang


mengakibatkan korban menderita luka
bakar, penting bagi para penegak
hukum untuk memperoleh pendapat
ilmiah dokter mengenai derajat
keparahan atau derajat luka dari
korban tersebut
Luka Bakar
Merupakan salah satu jenis luka,
dimana terjadi kerusakan jaringan atau
diskontinuitas jaringan yang
diakibatkan sumber panas ataupun
suhu dingin yang tinggi, sumber listrik,
bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan
friksi.
Akibat tersiram air panas
Akibat Dingin

Cahaya Matahari
Tersiram air Keras
Visum Et Repertum Pada luka bakar

• Kedalaman Luka
• Luas Luka Bakar
• Hasil Pemeriksaan Penunjang
• Trauma Yang Menyertai Luka bakar

Kemudian dikaji untuk di bandingkan dengan


delik yang ada pada Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP)
Kedalaman Luka

Klasifikasi Kedalaman Contoh Temuan Klinis


Superficial Thickness Epidermis Eritema, Udema
Partial Thickness Sampai sebagian Timbul Vesikel dan Bula
dermis rusaknya folikel Rambut
Full Thickness Seluruh Dermis dan Daerah terbakar tampak kering
jaringan lemak di dengan penurunan sensasi
bawahnya folikel rambut dengan mudah dicabut
Luas Luka Bakar

Perkiraan Luas Luka Bakar yang umum


digunakan dalam pengolaan kasus
forensik klinik adalah dengan
menggunakan metode “Rule Of Nine”
dari Wallace dan Lund-Browder
Rule of nine Wallace
Lund Browder
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan Darah
• Pemeriksaan Urin
• Foto Toraks
Pemeriksaan Darah
• Untuk mendeteksi terjadinya
Hipoalbuminemia.
• Hipoalbumineia terjadi akibat hemodilusi,
terutama pada korban yang memperoleh
resusitasi cairan, dan hilangnya protein akibat
rusaknya kapiler.
• Hipomagnesia, hipofosfatemia dan
hipokalemia dapat terjadi akibat kehilangan
cairan
Pemeriksaan Urin
• Mendeteksi terjadinya Hemoglobinuria.
• Luka bakar dapat menyebabkan
rabdomiolisis, yang akan menyebabkan
mioglobinuria atau hemolisis yang
merusak ginjal.
• Pada ginjal dapat terjadi nekrosis tubular
akut dan gagal ginjal.
Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar
Tingkatan hipovolemik Tingkatan diuretik
Perubahan ( s/d 48-72 jam pertama) (12 jam – 18/24 jam pertama)
Mekanisme Dampak dari Mekanisme Dampak dari
Hemokonsentrasi
Pergeseran cairan
Vaskuler ke oedem pada lokasi Interstitial ke vaskuler. Hemodilusi.
ekstraseluler.
insterstitial. luka bakar.
Aliran darah renal Peningkatan aliran
berkurang karena darah renal karena
Fungsi renal. Diuresis.
desakan darah turun Oliguri. desakan darah
dan CO berkurang. meningkat.

Na+ direabsorbsi oleh


Kehilangan
ginjal, tapi kehilangan
Kadar Na+melalui diuresis
Na+ melalui eksudat Defisit sodium.
sodium/natrium. Defisit sodium. (normal kembali
dan tertahan dalam
setelah 1 minggu).
cairan oedem.

K+ dilepas sebagai K+ bergerak kembali


akibat cidera jarinagn ke dalam sel,
sel-sel darah merah, K+ terbuang melalui
Kadar potassium. Hipokalemi.
K+ berkurang ekskresi Hiperkalemi diuresis (mulai 4-5
karena fungsi renal hari setelah luka
berkurang. bakar).

Kehilangan protein ke
Kehilangan protein
dalam jaringan akibat
Kadar protein. waktu berlangsung Hipoproteinemia.
kenaikan Hipoproteinemia.
terus katabolisme.
permeabilitas.
Tingkatan hipovolemik Tingkatan diuretik

Perubahan ( s/d 48-72 jam pertama) (12 jam – 18/24 jam pertama)

Mekanisme Dampak dari Mekanisme Dampak dari


Katabolisme jaringan,
kehilangan protein Katabolisme
Keseimbangan Keseimbangan
dalam jaringan, lebih Keseimbangan jaringan, kehilangan
nitrogen. nitrogen negatif.
banyak kehilangan nitrogen negatif. protein, immobilitas.
dari masukan.
Metabolisme anaerob
karena perfusi
jarinagn berkurang Kehilangan sodium
peningkatan asam bicarbonas melalui
dari produk akhir, diuresis,
Keseimbnagan asam
fungsi renal hipermetabolisme Asidosis metabolik.
basa. Asidosis metabolik.
berkurang disertai peningkatan
(menyebabkan produk akhir
retensi produk akhir metabolisme.
tertahan), kehilangan
bikarbonas serum.

Terjadi karena sifat


Terjadi karena
Aliran darah renal cidera berlangsung
Respon stres. trauma, peningkatan
berkurang. lama dan terancam Stres karena luka.
produksi cortison.
psikologi pribadi.
Tingkatan hipovolemik Tingkatan diuretik

Perubahan ( s/d 48-72 jam pertama) (12 jam – 18/24 jam pertama)

Mekanisme Dampak dari Mekanisme Dampak dari

Terjadi karena panas, Tidak terjadi pada


Eritrosit Hemokonsentrasi.
pecah menjadi fragil. Luka bakar termal. hari-hari pertama.

Curling ulcer (ulkus Rangsangan central


pada gaster), di hipotalamus dan Peningkatan jumlah
Lambung. Akut dilatasi dan
perdarahan lambung, peingkatan jumlah cortison.
paralise usus.
nyeri. cortison.

MDF meningkat 2x Peningkatan zat


lipat, merupakan MDF (miokard
glikoprotein yang depresant factor)
Jantung. Disfungsi jantung.
toxic yang dihasilkan sampai 26 unit, CO menurun.
oleh kulit yang bertanggung jawab
terbakar. terhadap syok spetic.
Foto Torask

Membantu mendeteksi adanya


kerusakan akibat inhalasi udara
panas, asam, atau inhalasi lain
yang merusak nafas korban.
Combined Burn Trauma (CBT)
CBT umumnya terjadi pada
• kecelakaan sepedah motor yang diiringi
ledakan,
• kebakaran dengan runtunya gedun.
• luka bakar listrik.
• jatuhnya pesawat udara.
Luka Bakar Inhalasi
• Saat udara panas terhirup, Umumnya
faring dan saluran nafas atas mengalami
luka bakar.
• Uap dapat menyimpan energi panas
lebih banyak dan dapat membakar
hingga saluran napas bawah.
• Kematian dapat terjadi segera setelah
terjadi spasme laring.
Penentuan Derajat Luka
Luka Ringan Luka Sedang Luka Berat
• Superfisial Thickness • Full Thickness > 1% • Luas luka bakar > 40%
dengan luas total > permukaan tubuh, dari permukaan tubuh
10% permukaan tubuh Atau Partial Thickness atau adanya CBT (luka
pada korban usia > 2 > 5% dari total bakar Inhalasi).
tahun dan < 60 tahun permukaan tubuh • Kondisi lain yang
• Partial Thickness bila memenuhi
mengenai tangan, persyaratan pasal 90
wajah, kaki atau KUHP (timbul syok
perineum, tanpa Hipovolemik)
melihat luas total
permukaan tubuh
yang terkena.
Penentuan Derajat Luka
• Penentuan derajat luka dilakukan setelah
pengobatan dan perawatan selesai dilakukan,
atau apabila dokter menetapkan bahwa
pejalanan penyakit korban, tidak dapat
merubah kondisi derajat luka korban
• Eschar dan sindrom kompartemen menjadi
penilaian dokter dalam pembuatan Visum Et
Repertum.
Daftar Pustaka
1. Konsil Kedokteran Indonesia Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Jakarta : Konsil Kedokteran Indonesia, 2012.
2. Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Jakarta: Sekretariat Negara, 1981.
3. Knight B. Simpson’s Forensic Medicine (Eleventh Edition). New York:
Oxford University, 1997.
4. Gall J, Payne J. Current Practice in Forensic Medicine. Wadhington Wiley
and Blackwell, 2012.
5. Artz CP, JA Moncrief. The Treatment of Burns (second Edition).
Philadelphia : WB Saunders Company, 1969.
6. Trauma Score – Injury Severty Score: TRISS [Cited 2013 Aug 17]. Available
From:www.trauma.org/archive/scores/triss.html
7. Mattox KL, Moore EE, Feliciano DV. Trauma (Seventh Edition). London :
McGraw-Hill Professional, 2012.
Gambaran Post
Mortem
Pugilistic Attitude
Thermal Fracture
Skin Splitting
Carbon material in the
lower larynx &
trachea
Heat will cause the
skull to fracture &
come apart

Anda mungkin juga menyukai