OLEH :
Nurul Ilmi Ariyanti Danu
C 111 13 352
PEMBIMBING :
dr. Muh Rum Baderu
KONSULEN :
dr. Nur Surya Wirawan, M.Kes, Sp.An-KMN
Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada
Bagian Anestesiologi, Perawatan Intensif dan Manajemen Nyeri Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar, Desember
2018
Residen Pembimbing
Mengetahui,
Konsulen Pembimbing
a. Definisi
Syok adalah suatu keadaan yang ditandai dengan tidak adekuatnya
aliran darah (hipoperfusi) ke organ dan oksigenasi jaringan untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme. Walaupun sindrom syok berupa
hipotensi takikardi dan kesadaran menurun telah dikenal ratusan tahun
yang lalu, namun definisi yang tepat barulah diketahui setelah tabir
mikrosirkulasi terungkap. Jadi diagnosis syok saat ini bukan hanya
berdasarkan tekanan darah, melainkan syok adalah hipotensi disertai
tanda/gejala hipoperfusi. Hipoperfusi dapat berupa perubahan status
mental, oligouria, asidosis laktat. Selanjutnya dapat terjadi dissfungsi
organ hingga kematian.
b. Etiologi
1. Syok akibat perdarahan
Perdarahan merupakan penyebab syok yang paling sering
ditemukan, khususnya disebabkan karena kecelakaan lalu lintas. Syok
akibat perdarahan yang masif dan akut disebut syok hipovolemia.
2. Syok akibat bukan dari perdarahan
a. Syok kardiogenik :
Disfungsi miokard yang mungkin disebabkan oleh trauma
miokard, cardiac tamponade, emboli udara, atau mungkin juga oleh
infark miokard.
b. Tension pneumothorax
Biasanya karena ada katup terbuka kesatu arah yang
menyebabkan udara masuk ke pleural dan tidak dapat keluar lagi,
hal ini ditandai dengan emphiema subkutan, hiangnya suara napas,
pada perkusi ditemukan hiperesonansi, dan acut respiratory
distress.
c. Syok neurogenik
Biasanya terjadi karena trauma medulla spinalis dimana terjadi
kehilangan stimulus dari simpatis yang mengakibatkan hipotensi.
Gambaran kliniknya khas dimana terjadi hipotensi tanpa takikardi
atau vasokonstriksi kutaneus, penurunan tekanan nadi tidak tampak
pada penderita dengan syok neurogenik.
d. Syok septik
Paling sering akibat trauma tembus abdomen dan kontaminasi
rongga abdomen oleh visera.
c. Klasifikasi syok
a. Syok hipovolemik adalah syok yang terjadi karena gangguan volume.
1. Syok non hemoragik karena kehiangan cairan gastrointestinal dan
kehilangan cairan ginjal
2. Syok hemoragik terjadi karena perdarahan
Terapi :
1. Syok hemoragik
Cairan
Derajat I – II menggunakan kristaloid (3-4 x volume
perdarahan)
Derajat III – IV menggunakan kristaloid + koloid + darah
Medikamentosa
Na-Bikarbonat = 1 mEq/kgBB/iv untuk asidosis
Steroid (dexametason) = 0,5-1mg/kgBB/iv (vasodilatasi, CO
meningkat)
Dopamin = 5µg/kgBB/menit (inotropik + dan vasodilatasi
daerah sekitar ginjal untuk mencegah terjadinya renal failure
akibat iskemia yang lama)
Clorpromazin = 0,1-0,2 mg/kgBB dilarutkan dalam 10 ml
aquades (anthistamin dan alfa adrenergik bloker lemah untuk
membuka pembuluh darah perifer sehingga perfusi menjadi
baik)
Inotropik + = misalnya dopamin, dobutamin (kontraktilitas)
Kronotropik + (ritme/frekuensi
a. Definisi
Terapi oksigen adalah pengobatan untuk hipoksemia, bukan sesak
napas, karena oksigen belum terbukti memiliki efek pada keadaan sesak
napas pada pasien noh hipoksemia. Rasio oksigen sangat penting diukur,
oksigen diberikan kepada pasien yang memiliki saturasi turun di bawah
target. Pasien akut biasanya memiliki saturasi sekitar 94 – 98%, dan 82 –
92% pada pasien yang memiliki risiko gagal napas.
b. Indikasi Terapi Oksigen
Terapi oksigen direkomendasikan untuk semua pasien hipoksemia
akut, pasien dengan risiko mengalami hipoksemia seperti pasien-pasien
trauma berat dan syok. Pasien sesak napas akut membutuhkan terapi
oksigen, kecuali pada sesak napas akut seperti hiperventilasi akut atau
diabetic ketoacidosis. Oksigen dibutuhkan pada kelompok pasien:
1. Pasien dengan critical illness membutuhkan oksigen konsentrasi tinggi
dan pasien dengan kondisi emergensi yang sebabkan sesak napas dan
hipoksemia, seperti:
Henti jantung dan kondisi yang membutuhkan cardiopulmonary
resuscitation (CPR). Saat sirkulasi spontan telah kembali, dan
saturasi oksigen 94 – 98%, segera ambil sampel darah untuk
analisis gas darah yang hasilnya sebagai panduan apakah terapi
oksigen yang diberikan saat itu adekuat atau tidak. Jika hasilnya
menunjukkan gagal napas hiperkapnik, target saturasi menjadi 88 –
92% atau pikirakan untuk melakukan ventilasi mekanik.
Trauma berat, syok, dan sepsis, pada kondisi ini inisiasi untuk
menggunakan reservoir mask 15 L/menit, dengan target saturasi 94
– 98%.
Tenggelam. Pasien tenggelam yang selamat telah menghirup air
dan kemungkinan untuk mengalami hipoksemia, terapi oksigen
diberikan apabila saturasi oksigen <94%.
Anafilaksis. Pasien dengan kondisi ini dapat mengalami hipoksia
jaringan disebabkan oleh kombinasi obstruksi saluran pernapasan
atas dan saluran pernapasan bawah ditambah dengan keadaan
hipotensi. Aliran oksigen yang dibutuhkan yaitu 10 – 15 L/menit
dengan masker reservoir, dengan target saturasi oksigen 94 – 98%.
Pulmonary haemorrhage atau masif hemoptisis masif. Target
saturasi oksigen yaitu 94 – 98%, dengan oksigen konsentrasi tinggi
via masker reservoir.
Epilepsi. Kondisi ini dapat menyebabkan hipoksia serebri dan
direkomendasikan menggunakan masker reservoir hingga kondisi
stabil. Target saturasi 94 – 98% atau 88 – 92% jika pasien risiko
gagal napas hiperkapnik (Hypercapnic respiratory Failure).
Trauma kepala berat. Target saturasi oksigen adalah 94 – 98%.
Inisial terapi oksigen konsentrasi tinggi 15 L/menit via masker
reservoir sampai memungkinkan untuk melakukan analsis gas
darah atau hingga airway aman dengan intubasi.
Keracunan karbonmonoksida. Pada kasus ini saturasi oksigen dapat
terlihat normal oleh karena yang terbaca adalah
carboxyhaemoglobin, jadi target saturasi adalah 100% dan gunakan
masker reservoir 15L/menit.
2. Pasien dengan penyakit serius yang membutuhkan oksigen dengan
konsentrasi sedang:
Onset akut hipoksemia yang penyebabnya tidak diketahui tanpa
gangguan respirasi atau faktor risiko. Untuk pasien akut tanpa
risiko hypercapnic respiratory failure dengan saturasi <85%, terapi
dimulai dengan oksigen 15 L/menit via masker reservoir, saat
pasien mulai stabil oksigen dapat diturunkan 1 – 6 L/menit via
nasal cannula atau 5 -10 L/menit via simple face mask untuk
maintain target saturasi 94 – 98%. Pada kasus hipoksemia akut lain
tanpa critical illness atau faktor risiko hypercapnic respiratory
failure terapi dimulai dengan nasal cannula atau simple face mask
jika nasal cannula tidak efektif, dengan target saturasi 94 – 98%.
Jika penggunaan nasal cannula atau simple face mask tidak dapat
mencapai target saturasi, ganti dengan masker reservoir atau konsul
ke spesialis.
Asma akut. Jangan berikan oksigen konsentrasi tinggi jika tanpa
hipoksia berat. Target saturasi 94 – 98%.
Pneumonia. Keadaan tanpa hypercapnic respiratory failure target
saturasi yaitu 94 - 98%.
Kanker paru-paru dan kanker lainnya yang melibatkan paru-paru.
Pada sesak napas akut, target saturasi 94 – 98%.
Fibrotic lung dan kondisi lain yang melibatkan parenkim paru atau
alveolitis. Target saturasi 94 – 98% atau atau saturasi maksimum
yang dapat dicapai apabila tidak dapat mencapai target.
Pneumothorax. Target saturasi 94 – 98% jika tanpa risiko
hypercapnic respiratory failure. Pasien pneumothorax yang telah
mendapat perawatan di rumah sakit tanpa pemasangan drainase,
direkomendasikan oksigen konsentrasi tinggi 15 L/menit via
masker reservoir kecuali pasien risiko hypercapnic respiratory
failure.
Efusi pleura. Target saturasi 94 – 98% jika tanpa risiko
hypercapnic respiratory failure.
Emboli paru. Target saturasi 94 – 98% jika tanpa risiko
hypercapnic respiratory failure atau 88 – 92% jika risiko
hypercapnic respiratory failure.
Acute heart failure. Target saturasi 94 – 98% jika tanpa risiko
hypercapnic respiratory failure atau 88 – 92% jika risiko
hypercapnic respiratory failure. CPAP (continuous positive airway
pressure) atau nasal cannula dengan oksigen konsentrasi tinggi
yang telah dilembabkan untuk maintain saturasi 94 – 98% jika
tanpa risiko hypercapnic respiratory failure atau 88 – 92% jika
risiko hypercapnic respiratory failure. Untuk meningkatkan
pertukaran gas pada pasien ini yang tidak merespon terapi standar.
Sesak napas oleh karena anemia. Target saturasi 94 – 98% jika
tanpa risiko hypercapnic respiratory failure atau 88 – 92% jika
risiko hypercapnic respiratory failure, ditambah koreksi anemia
dengan transfusi darah.
Sickle cell crisis. Target saturasi 94 – 98%.
3. Pasien yang bisa rentan terhadap kadar konsentrasi oksigen sedang –
tinggi:
PPOK eksaserbasi. Kebanyakan pasien dengan PPOK atau
hypercapnic respiratory failure target saturasi adalah 88 - 92%.
Terapi oksigen harusnya berdasarkan dari hasil analisis gas darah.
Pada pasien yang riwayat hypercapnic respiratory failure yang
membutuhkan non invasif ventilasi atau intermitten ventialasi
tekanan positif, tanpa tanda bahaya, direkomendasikan terapi
oksigen konsentrasi rendah dimulai dengan 24% 2 – 3 L/menit via
masker venturi atau 28% 4 L/menit via masker venturi atau 1 – 2
L/menit via naasal cannula jika masker venturi tidak ada. Dengan
target saturasi 88 – 92%. Konsentrasi oksigen dikurangi jika
saturasi mencapai 92% dan naikkan jika saturasi <88%.
Sistik fibrosis eksaserbasi. Target saturasi 88 – 92%.
Gangguan muskuloskeletal dan neurologi kronik. Terapi inisial
pada pasien yang disertai gagal napas akut atau acute on chronic
respiratory failure target saturasi 88 – 92%, dan lakukan analisis
gas darah untuk menilai apakah pasien membutuhkan non invasif
ventilasi.
Sindrom hipoventilasi obesiti. Pasien ini mengalami hiperkapnik
kronik kecuali diterapi dengan non invasif ventilasi. Target saturasi
88 – 92%.
4. Kondisi lain yang memiliki kondis hipoksemia:
Infark miokard akut, suspek infark miokard, dan sindrom koroner
akut. Target saturasi 94 – 98% jika tanpa risiko hypercapnic
respiratory failure atau 88 – 92% jika risiko hypercapnic
respiratory failure.
Stroke. Oksigen konsentrasi tinggi harus dihindari kecuali untuk
maintain saturasi normal. Target saturasi 94 – 98% jika tanpa risiko
hypercapnic respiratory failure atau 88 – 92% jika risiko
hypercapnic respiratory failure.
Gangguan cemas dan hiperventilasi atau disfungsi pernapasan
Keracunan zat lain selain karbonmonoksida atau sianida. Target
saturasi 94 – 98% jika tanpa risiko hypercapnic respiratory failure
atau 88 – 92% jika risiko hypercapnic respiratory failure. Pada
keracunan paraquat dan bleomicyn oksigen diberikan jika saturasi
<85% dan dihentikan bila saturasi >88%.
Gangguan metabolik, endokrin, dan renal. Target saturasi 94 – 98%
jika tanpa risiko hypercapnic respiratory failure atau 88 – 92% jika
risiko hypercapnic respiratory failure.
Akut dan subakut ganggua neuromuskular yang sebabkan
kelemahan pada otot pernapasan. Pasien ini lebih membutuhkan
non invasif vantilasi atau invasif ventilasi daripada terapi oksigen.
Cluster headache. Gunakan oksigen 12 L/menit via masker
reservoir dan dapat pula menyediakan home oxygen di rumah.
5. Pada bidang obstetri. Wanita yang menderita trauma berat, sepsis atau
acute illness selama kehamilan, harus mendapat oksigen sebagaimana
yang diperlukan oleh pasien-pasien penyakit serius lainnya, dengan
target saturasi 94 – 98%. Wanita yang hipoksemia karena gagal
jantung harus diberikan oksigen tambahan pada saat persalinan untuk
mencapai target saturasi 94 – 98% atau 88 – 92% jika risiko
hypercapnic respiratory failure.
6. Perawatan postoperatif dan perioperatif
Periode postoperasi
Pasien dibawah pengaruh analgesia
7. Endoskopi dan prosedur lain yang menggunakan sedasi
8. Terapi paliatif
Tabel 1. Indikasi Akut Terapi Oksigen Jangka Pendek
Indikasi yang sudah direkomendasi :
- Hipoksemia akut (PaO2 < 60 mmHg; SaO2 < 90%)
- Cardiac arrest dan respiratory arrest
- Hipotensi (tekanan darah sistolik < 100 mmHg)
- Curah jantung yang rendah dan asidosis metabolik (bikarbonat < 18 mmol/L)
- Respiratory distress (frekuensi pernafasan > 24/min)