DISUSUN OLEH
PENDAMPING
dr. Indriantoro Haditomo
PROGRAM INTERNSIP
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH TEGAL
2019/2020
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
HERNIA SCROTALIS DEXTRA IRREPONIBLE
Diajukan untuk memenuhi syarat program internsip
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal
Disusun oleh :
dr. Uray Annisya Defia Putri Hendry
PRESENTASI KASUS
2
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. ST
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 66 tahun
No. CM : 971633
Alamat : Pesarean
Agama : Islam
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Tanggal masuk : 22/01/2020, Jam 09.00
II. ANAMNESA
- Diperoleh dari : Pasien (autoanamnesis) dan istri pasien
(alloanamnesis)
- Keluhan Utama : Benjolan pada buah zakar kanan
- Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan di
buah zakar kanan sejak kurang lebih 2 tahun SMRS. Benjolan berdiameter sekitar 6cm,
berbentuk bulat, dengan permukaan yang rata, konsistensi lunak dan warna tampak
lebih merah dari warna kulit sekitarnya. Benjolan dapat digerakan. Pasien mengatakan
bahwa ukuran benjolan dapat berubah-ubah, jika sedang batuk atau mengedan, maka
benjolan akan keluar dan semakin membesar dari ukuran sebelumnya, tapi apabila
pasien sedang berbaring, maka ukuran benjolan mengecil. Keluhan lain yang dirasakan
ialah nyeri di daerah bagian perut yang hilang timbul. Tidak ada riwayat trauma pada
daerah buah zakar, lipat paha maupun perut. Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit pasien mengeluh benjolan sudah tidak dapat masuk kembali. Keluhan lain seperti
demam, pusing, mual, muntah dan perut kembung disangkal.
3
- Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat Penyakit serupa : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Tekanan Darah Tinggi : disangkal
- Riwayat Penyakit gula (DM) : disangkal
- Riwayat Kebiasaan :
Pasien bekerja sebagai kuli bangunan dan sering mengangkat benda-benda berat.
Paru
Inspeksi : simetris
4
Palpasi : pengembangan dinding dada simetris
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (positif/ positif)
ronkhi negatif, wheezing negatif
Abdomen
Genitalia
5
DARAH RUTIN
Hb : 13.7 gr/dl
Leu : 17.400 /uL
Ht : 39 %
Tro : 318.000 /uL
Eritrosit : 4.58 juta/uL
RDW : 13.2 %
MCV : 84.9 U
MCH : 29.9 pcg
MCHC : 35.2 g/dl
Hitung Jenis Leukosit:
Eosinofil :0%
Basofil :0%
Netrofil : 83.7 %
Limfosit : 5.2 %
Monosit : 10.7 %
CT/BT
Bleeding Time 2 menit 30 detik
KIMIA KLINIK
SGOT : 18.6
SGPT : 10.3
Ureum : 35.2
Creatinine : 0.85
V. DAFTAR MASALAH
Anamnesis
- Benjolan di buah zakar kanan,yang tidak dapat dimasukkan kembali.
- Nyeri perut
Pemeriksaan fisik
6
- Suhu : 37,4OC
- Genitalia : Teraba massa lunak dengan bentuk agak bulat, ukuran ± 6x 4 x 2 cm dengan
permukaan rata di daerah skrotum dextra dan tampak hiperemis.
Pemeriksaan penunjang
-Hb : 13,7g/dL
-Leukosit : 17.400 /µL
VI. DIAGNOSIS
Pra bedah : Hernia Scrotalis Dextra Irreponible
Pasca bedah : Hernia Scrotalis Dextra Irreponible
VII. PENATALAKSANAAN
Beri infuse RL
Obat :
- Injeksi Keterolac 2 x 1
- Meropenem 3 x 4
- Metronidazole 3 x 1
- Omeprazole 2 x 1
- Metilprednisolon 2 x1
7
Sadar, tidak mual muntah, boleh minum
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Ad bonam
IX. FOLLOW UP
8
- Tanggal 25/01/2020 jam 07.30
S/ Flatus (+)
O/ KU Baik, Compos Mentis
Vital sign : TD: 110/70 mmHG
N : 89 kali/menit, isi dan tegangan cukup,reguler
RR : 22 kali/menit
Suhu : 36,7 ˚C
Px : Abdomen : supel, nyeri tekan (+), BU 1x/menit lemah, luka bekas
operasi bagian kanan tertutup perban,
pus(-), cairan(-), darah(-)
A/ Post operasi Hernioraphy H2
P/ Non-medikamentosa :
Pantau KU dan Tanda Vital
Akttivitas fisik : Duduk dan Jalan.
Medikamentosa :
Inj. Keterolac 3x1
Meropenem 3x4
Metronidazole 3x1
Omerazole 2x1
MetilPrednisolom 2x1
9
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Secara umum, hernia adalah protrusi atau penonjolan suatu organ melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia scrotalis, isi perut (usus) menonjol
melalui defek pada lapisan musculo-aponeurotik dinding perut melewati canalis inguinalis dan
turun hingga ke rongga scrotum.(1,2) Dengan kata lain, hernia scrotalis adalah hernia inguinalis
lateralis (indirek) yang mencapai rongga scrotum.(1)
2.2 Klasifikasi(1,2)
Menurut sifat atau keadaannya, hernia dibedakan menjadi:
1. Hernia Reponibel
Disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat kembali ke dalam rongga perut dengan
sendirinya. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk ke perut, tidak ada keluhan nyeri ataupun gejala obstruksi usus.
2. Hernia Ireponibel
Disebut hernia ireponibel bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut.
Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak
ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia Inkarserata
Disebut hernia inkarserata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan
pasase seperti muntah, tidak bisa flatus maupun buang air besar. Secara klinis, hernia
inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase.
4. Hernia Strangulata
Disebut hernia strangulata bila telah terjadi gangguan vaskularisasi. Pada keadaan sebenarnya,
gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat
gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.
10
Epidemiologi
Hampir 75% dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Hernia inguinalis dibagi
menjadi hernia ingunalis lateralis (indirek) dan hernia ingunalis medialis (direk) dimana hernia
ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga sisanya
adalah hernia inguinalis medialis.(3) Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria
daripada wanita, sedangkan pada wanita lebih sering terjadi hernia femoralis. Perbandingan
antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria
dipengaruhi oleh umur. Hernia inguinalis lateralis lebih sering terjadi pada bayi prematur
daripada bayi aterm di mana sebanyak 13,7% berkembang pada bayi yang lahir pada usia
kandungan di bawah 32 minggu.(2,3)
Patofisiologi
11
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior gonad ke
permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati dinding abdomen yang mana
pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis merupakan evaginasi
diverticular peritoneum yang membentuk bagian ventral gubernaculum bilateral. Pada pria
testis awalnya terletak retroperitoneal dan dengan adanya processus vaginalis, testis akan turun
melewati canalis inguinalis ke scrotum akibat adanya kontraksi pada ligamentum
gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga angka
kejadiannya lebih banyak pada sebelah kanan.(3,4,5)
Proses selanjutnya yang terjadi adalah menutupnya processus vaginalis. Jika processus
vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis lateralis akan terjadi. Akan tetapi
tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan menutupnya processus vaginalis
dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia ingunalis lateralis proseccus
vaginalisnya telah menutup sempurna.(4,5)
Manifestasi Klinis
Pada hernia yang reponibel bisa saja tidak ditemukan gejala apapun termasuk
penonjolan pada lokasi hernia, sedangkan pada hernia ireponibel penonjolan jelas terlihat pada
lokasi hernia akan tetapi tidak menimbulkan keluhan seperti nyeri dan defans muskular.(2)
Pada hernia inkarserata, tampak penonjolan pada lokasi hernia dengan disertai rasa
nyeri dan tanda-tanda obstruksi saluran cerna seperti muntah, sulit flatus, sulit buang air besar,
dan peningkatan bising usus.(1,2)
Pada hernia strangulata tampak gejala seperti pada hernia inkarserata namun pasien
tampak lebih toksik. Keadaan toksik ini kemungkinan disebabkan oleh isi hernia yang telah
mengalami iskemia atau bahkan nekrosis.(2,3)
Diagnosis
Inspeksi Daerah Inguinal
Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian
daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di
daerah inguinal. Biasanya impuls hernia lebih jelas dilihat daripada diraba.(3)
Pasien disuruh memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukan inspeksi
daerah inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang
dapat menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi
dan bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama
12
batuk, tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.(3,4)
13
Diagnosis Banding(2)
Adapun diagnosis banding dari hernia scrotalis seperti yang terlihat pada tabel di bawah
ini.
Penatalaksanaan(7,8)
1. Konservatif
a. Reposisi Spontan
- Berikan analgesik dan sedativa untuk mencegah nyeri dan merelaksasikan pasien. Pasien
harus istirahat untuk mengurangi tekanan intraabdomen.
- Pasien tidur dengan posisi telentang dan letakkan bantal di bawah lutut pasien.
- Tempat tidur pasien dimiringkan 15⁰ - 20⁰, di mana kepala lebih rendah daripada kaki
(Trandelenburg).
- Kaki yang ipsi lateral dengan tonjolan hernia diposisikan fleksi dan eksternal rotasi
maksimal (seperti kaki kodok).
- Tonjolan hernia dapat dikompres menggunakan kantong es atau air dingin untuk
mengurangi nyeri dan mencegah pembengkakan.
- Ditunggu selama 20-30 menit, bila berhasil operasi dapat direncanakan secara elektif
b. Reposisi Bimanual
- Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap sampai terjadi
reposisi. Penekanan tidak boleh dilakukan pada apeks hernia karena justru akan
menyebabkan isi hernia keluar melalui cincin hernia. Konsultasi dengan dokter spesialis
bedah bila reposisi telah dicoba sebanyak 2 kali dan tidak berhasil.
14
2. Pembedahan
Indikasi pembedahan:
- Reduksi spontan dan manual tidak berhasil dilakukan
- Adanya tanda-tanda strangulasi dan keadaan umum pasien memburuk
- Ada kontraindikasi dalam pemberian sedativa misal alergi
Pada pria dewasa, operasi cito terutama pada keadaan inkarserata dan strangulasi. Pada pria
tua, ada beberapa pendapat bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka
mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito surgery. Pada anak-anak
pembedahan dilakukan dengan memotong cincin hernia dan membebaskan kantong hernia
(herniotomy). Sedangkan pada orang dewasa dilakukan herniotomy dan hernioraphy, selain
dilakukan pembebasan kantong hernia juga dilakukan pemasangan fascia sintetis berupa mesh
yang terbuat dari proline untuk memperbaiki defek. Kedua tindakan herniotomy dan
hernioplasty disebut juga dengan hernioraphy.
15
Pada bayi dan anak-anak, operasi hernia terbatas dengan memotong kantong hernia. Tidak
diperlukan repair pada hernia bayi dan anak. Hal ini didasarkan bahwa sebagian besar hernia
pada anak tidak disertai dengan kelemahan dinding abdomen.
16
hernia. Mesh patch ini dapat dikombinasikan dengan mesh plug, dan teknik ini cukup
berkembang saat ini. Teknik ini juga dapat digunakan pada kasus-kasus hernia rekuren.
Repair Dengan Laparoskopi. Terdapat tiga teknik yang berkembang untuk repair hernia
dengan laparoskopi yaitu; transabdominal preperitoneal (TAPP), intraperitoneal onlay mesh
(IPOM), totally ekstraperitoneal (TEP).
Komplikasi(10)
Komplikasi saat pembedahan antara lain:
- Perdarahan, arteri-vena epigastrika inferior atau arteri vena spermatika.
- Lesi nervus ileohypogastrika,ileoinguinalis.
- Lesi vas defferens, buli buli, usus
Komplikasi segera setelah pembedahan:
- Hematome
- Infeksi
Komplikasi lanjut:
- Atrofi Testis
- Hernia residif
Prognosis(11)
Umumnya sebanyak 1-3% tindakan operasi yang dilakukan oleh dokter bedah yang
expert dapat terjadi hernia rekuren dalam waktu 10 tahun yang mungkin dapat diakibatkan
karena kurangnya jaringan dan tidak kuatnya hernioplasty yang dilakukan.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006. Jakarta :
Erlangga Medical Series
4. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery 17th Edition.
Philadelphia: Elsevier Saunders. 1199-1217
5. Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science and
Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
6. Brunicardi, F. Charles., dkk. 2010. Schwartz’s Principles of Surgery, 9th ed. United
States: The McGraw-Hill Companies.
7. Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital. Switzerland. WHO.
151-156.
8. Debas, Haile T. 2003. Gastrointestinal Surgery, Pathophysiology and Management.
New York: Springer
9. Brunicardi, et al. 2006. Schwartz’s Manual Surgery 8th edition. New York: McGraw-
HillInguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse. Last
Updated December 2008.
(Available from http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia. cited on
Feb 15th 2011)
10. Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine Health.
(Available from http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm cited on Feb
13th 2011)
11. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa Laniyati Celal,
editor Linda Chandranata – Jakarta, EGC, 2000, hal 509-515.
18
19
20