Anda di halaman 1dari 32

Pembimbing

dr. H. Doddy Rodiat Maula, Sp.OG


Penyusun
Muhamad Ricky Mulia (030.13.124)
Uray Annisya Defia Putri H (030.13.196)
 Keluarga berencana  upaya pelayanan
kesehatan preventif pencegahan kematian
dan kesakitan ibu
 Landasan Hukum : Undang-undang nomor
10 tahun 1992 tentang perkembangan
kependudukan dan perkembangan keluarga
kecil sejahtera.
 Program keluarga berencana di Indonesia 
stagnan yang ditandai dengan
tingkatpartisipasi masyarakat hanya
mencapai 57,9%.
 Definisi KB Menurut WHO
◦ Mengindari kelahiran yang tidak diinginkan
◦ Mendapatkan kelahiran yang diinginkan
◦ Mengatur interval diantara kelahiran
◦ Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan
dengan umur suami dan istri
◦ Menetukan jumlah anak dalam keluarga
 Menunda kehamilan: sampai usia 20 tahun
 Menjarangkan kehamilan:20-35 tahun
 Menghentikan kehamilan/tidak hamil lagi:35
tahun keatas.
 Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
◦ Terutama untuk ibu pada usia lanjut yang berisiko tinggi
atau ibu dengan gangguan kesehatan pada kehamilan
sebelumnya
◦ Dapat mengurangi angka aborsi yang tidak aman.
 Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
◦ Jarak kehamilan dan kelahiran yang dekat meningkatkan
risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan
 Mencegah penularan HIV/AIDS
◦ Penggunaan kontrasepsi kondom pada laki-laki dan wanita
dapat mencegah penularan penyakit infeksi menular
seksual (IMS) termasuk HIV
 Penurunan Angka Kehamilan Remaja
◦ Meningkatkan risiko bayi preterm dan BBLR.
 Memperlambat angka pertumbuhan di masyarakat
◦ Kontrasepsi atau keluarga berencana merupakan kunci
untuk memperlambat pertambahan populasi  dampak
negatif ekonomi dan lingkungan
 Kontra berarti mencegah atau melawan,
 Konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
yang matang dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan
 Bila digabung kontrasepsi  usaha-usaha
untuk mencegah terjadinya kehamilan
 Tidak mengganggu hubungan seksual
 Efek samping yang minimal
 Lama kerja dapat diatur menurut keinginan
 Harganya murah supaya dapat dijangkau
masyarakat luas
 Dapat diterima pasangan suami istri
 Konseling
◦ Pertemuan tatap muka antara dua pihak, dimana
satu pihak membantu pihak lain untuk mengambil
keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri dan
kemudian bertindak sesuai keputusannya
 Faktor Faktor Pengambilan Keputusan
◦ Keterbatasan fisik
◦ Keterbatasan ekonomi
◦ Keterbatasan psikososial,
◦ Keterbatasan pengetahuan
◦ Keterbatasan administrasi.
 Terdapat 4 Prinsip Pengambilan Keputusan
Untuk Melakukan KB
◦ Intelligence
◦ Design
◦ Choice
◦ Implementation
 Metode Alamiah  Metode Non Alamiah
◦ Metode alamiah tanpa ◦ Metode Hormonal
alat terdiri dari: terdiri dari:
 Metode Kalender  Pil
 Metode Lendir Cervic  Suntik
 Prolonged lactation  Implant
 Metode Coitus ◦ Metode non hormonal
Interruptus (Senggama terdiri dari:
Terputus)  IUD (IntraUterine
◦ Metode alamiah Device)/spiral
dengan alat terdiri dari:  MOP (Metode Operasi
 Kondom Pria)
 Spermiside  MOW (Metode Operasi
 Diafragma Wanita)
 Kap Servik
 Fase Ovulasi mulai 48 jam  Untuk menghindari
sebelum ovulasi dan
berakhir 24 jam setelah kehamilan, wanita
ovulasi. Sebelum dan memantau jumlah dan
sesudah masa itu, wanita kualitas lendir serviks,
tersebut berada dalam
masa tidak subur. kemudian menghindari
 Perhitungan hubungan seksual
◦ Daur haid terpendek dikurangi ketika terdapat lendir
18 hari dan daur haid
terpanjang dikurangi 11 hari”. dan selama menstruasi
◦ Masa aman ialah sebelum
daur haid terpendek yang
telah dikurangi.

Kalender Lendir Serviks


 Peningkatan kadar  Pria mengeluarkan alat
prolaktin berhubungan kelaminnya (penis) dari
dengan disfungsi ovulasi
dan infertilitas vagina sebelum pria
 Berperan penting dalam mencapai ejakulasi
menunda kembalinya
ovulasi setelah
persalinan.
 Estrogen dan
progesteron memiliki
efek hambatan terhadap
prolaktin pada payudara.

Prolonged Lactation Coitus Interuptus


 Perisai dari penis  Merusak membran sel
sewaktu melakukan sperma dan
koitus, dan mencegah menurunkan mobilitas
tumpahnya sperma sperma serta
kemampuan sperma di
dalam vagina
dalam membuahi
ovum.
 Spermatisida :
suppositorum, jelly
atau krim, tablet busa
dan tisu KB

Kondom Spermiside
 Terdiri dari kantong karet yang
berbentuk mangkuk dengan “per”
elastis pada pinggirnya.
 Dapat digunakan bersama jelly atau
krim kontrasepsi untuk pembunuh
sperma.
 Diafragma ini harus tinggal dalam
vagina selama 6 jam setelah
melakukan hubungan seksual
Diafragma dan Kap
Serviks
 Umumnya dipakai adalah  Terdapat 2 golongan
pil kombinasi antara ◦ Golongan progestin seperti
estrogen dan progesteron depoprovera, depogeston,
 Kontraindikasi : Tumor depoprogestin, dan
yang dipengaruhi estrogen, noristerat.
Gangguan fungsi hati, ◦ Golongan progestin
Trombophlebitis, dengan campuran estrogen
tromboemboli, dan kelainan propionat, seperti
cerebro-vaskuler, Diabetes cycloprovera.
melitus, Depresi, migren,  Menekan pembentukan
mioma uteri, hipertensi, hormon dari otak
oligomenorea sehingga mencegah
terjadinya ovulasi.

Pil KB Suntik
 Suatu benda kecil yang
terbuat dari plastik yang
 Terdapat 2 jenis lentur, mempunyai lilitan
◦ Norplan berjarak 5 tahun. tembaga atau juga
Berisi masing-masing 36 mg mengandung hormon
levonorgestrel dan disisipkan dan dimasukkan ke
dibawah kulit.
dalam rahim melalui
◦ Implanon hanya berjarak 3
tahun dan berbentuk batang vagina
putih lentur dalam suatu  Jenis : Cooper T, Copper-
jarum yang terpasang pada 7, Multi Load , Lippes
inserter khusus
Loop, IUD Nova T, IUD
 Prinsip : Mirena
◦ Mengentalkan lendir serviks
◦ Perubahan-perubahan pada
endometrium
Implant
◦ Menghalangi terjadinya IUD
ovulasi.
 AKDR dalam kavum uteri  Usia reproduktif, Nulipara
Menginginkan menggunakan
menimbulkan reaksi

kontrasepsi jangka panjang
peradangan  Perempuan menyusui yang
menginginkan menggunakan
endometrium yang kontrasepsi
disertai dengan sebukan  Setelah melahirkan dan tidak
menyusui
leukosit yang dapat  Setelah mengalami abortus dan
menghancurkan tidak terlihat adanya infeksi dan
blastokista dan sperma. Risiko rendah dari IMS
 Tidak menghendaki metoda
 Pemasangan : waktu hormonal
Tidak menyukai mengingat-
mulut peranakan masih

ingat minum pil setiap hari
terbuka dan rahim dalam  Tidak menghendaki kehamilan
setelah 1 – 5 hari senggama
keadaan lunak.  Perokok, Gemuk ataupun kurus

Prinsip Indikasi
 Belum pernah melahirkan
 Adanya perkiraan hamil
 perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan,
perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
 Perdarahan vagina yang tidak diketahui
 Infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
 Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering
menderita PRP atau abortus septic.
 Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor
jinak rahim
 Penyakit trofoblas yang ganas.
 Kanker alat genital
 Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
 Kontra indikasi absolut
◦ Infeksi pelvis yang aktif
◦ Kehamilan atau persangkaan kehamilan
 Kontra indikasi relatif kuat
◦ Partner seksual yang banyak
◦ Partner seksual yang banyak dari partner akseptor IUD
◦ Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila
terjadi komplikasi
◦ infeksi pelvis atau infeksi pelvis yang akuren, post
partum endometritis atau abortus febrilis dalam tiga
bulan terakhir
◦ Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya
◦ Riwayat kehamilan ektopik
◦ Immunocompromised
 Perdarahan  Infeksi
 Masa haid dapat  Perforasi
menjadi lebih panjang  Kehamilan
dan banyak
 Rasa nyeri dan kejang
di perut
 Gangguan pada suami
 Ekspulsi (pengeluaran
sendiri)

Efek Samping Komplikasi


 Haid berlangsung
◦ Pemasangan lebih mudah karena serviks saat itu
sedang terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak
seberapa keras
 Post Partum
◦ Immediate (sebelum pulang dari RS), direct (3 bulan
post partum/abortum) , dan indirect (sesudah 3
bulan post partum/abortum)
 Tubektomi / MOW (Metode Operasi Wanita)
◦ Suatu tindakan oklusi/ pengambilan sebagian
saluran telur wanita untuk mencegah proses
fertilisasi
Madlener Pomeroy
Irving Uchida
Kroener
 Vasektomi/ MOP
◦ Pemutusan Vas Deferens melalui operasi
 Teknik Vasektomi
◦ Mula-mula kulit skrotum di daerah operasi dilakukan
aseptik dan antiseptik, kemudian dilakukan anestesi
lokal dengan xilokain.
◦ Vas dicari dan setelah ditentukan lokasinya, dipegang
sedekat mungkin dibawah kulit skrotum.
◦ Dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5-1
cm di diekat tempat vas deferens.
◦ Setelah terlihat, dijepit dan dikeluarkan dari sayatan, vas
deferens dipotong sepanjang 1-2 cm dan kedua
ujungnya diikat
◦ Setelah kulit dijahit
 Kontrasepsi merupakan suatu usaha-usaha
untuk mencegah terjadinya kehamilan.
◦ Bersifat sementara, dapat juga bersifat permanent.
 Dalam memilih alat atau obat kontrasepsi
yang kiranya cocok untuk digunakan dalam
hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi.
◦ Masyarakat harus dapat memperoleh informasi
yang benar, jujur, dan terbuka mengenai kelebihan,
kekurangan, efek samping, dan kontraindikasi dari
masing-masing alat atau obat tersebut dari para
penyelenggara KB tersebut
1. Yulidasari F, Lahdimawan A, Rosadi D. Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Pekerjaan Ibu Dengan
Pemilihan Kontrasepsi Suntik. Jurnal Berkala Kesehatan 2015;1(1): 33-36
2. Andriyati D, Rusli P. Barus, Khairani S, Affendy M, Henry S.S, Marpaung J. Perbandingan Berat
Badan Pada Akseptor Kontrasepsi Hormonal Oral Kombinasi Sebelum, Sesudah 6 Bulan Dan
12 Bulan Penggunaan. The Journal of Medical School, University of Sumatera Utara 2014;
47(3); 116-119
3. Population Information Program.Population Reports: Periodic Abstinence: How Well Do New
Approaches Work. The Johns Hopkins University, Hampton House, 624 North Broadway,
Baltimore, Maryland 21205,USA, 1: (3) September 2013
4. Saifuddin AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi kedua. Jakarta; Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006.
5. Handayani, S. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana, Yogyakarta:Pustaka Rihama. 2010
6. Hartanto, Hanafi. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 2006.
7. Pengertian KB. 2011 [citied 2017 march 8] . Available at: http://posyandu.org/pengertian-
kb.html
8. Muryanta Andang, 2011. Menggapai target MDGS dalam Program KB Nasion
9. Iswanto L. Pengambilan Keputusan Penggunaan Alat Kontrasepsi Istri Dalam Keluarga. 2015;
(3): p20-34
10. Wulandari P. Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Metode/Alat Kontrasepsi. Jakarta
:Universitas Indonesia. 2011
11. Ekarini SMB. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Partisipasi Pria
Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Selo Kabupaten
12. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta;
YayasanBina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007
13. Affandi B. Albar E. Kontrasepsi dalam: Anwar M. Ilmu Kandungan. Edisi ketiga.
2011. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011. 436-62.
14. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. 3rd Ed. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2011
15. Manuaba, I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta:
EGC.
16. Saifuddin A B. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi
pertama.cetakan kedua. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2001
17. Merchant RC, Damergis JA, Gee EM. Contraceptive usage, knowledge and
correlates of usage among female emergency department
patients.Contraception;74:201–207. 2006
18. Cunningham FG,Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, et al. Obstetri
Williams. Ed 23. Jakarta: EGC. 2013.
19. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. 3rd Ed. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2011

Anda mungkin juga menyukai