(KONTRASEPSI/KB)
Oleh:
Mira oktavia
Nim: 2020.01.15401.023
• Menstruasi tidak teratur atau bercak-bercak. Pil kombinasi sering membuat datang bulan lebih
• Kontraindikasi mutlak
- Tumor-tumor yang dipengaruhi estrogen
- Penyakit-penyakit hati yang aktif, baik akut maupun menahun
- Pernah mengalami trombo phlebitis, trombo-emboli, kelainan serebrovaskular
- Diabetes mellitus
- Kehamilan
• Kontraindikasi relatif
- Depresi
- Migraine
- Mioma uteri
- Hipertensi
- Oligomenorea dan amenorea
Kelebihan dan Kekurangan pil kombinasi
• Kelebihan
- Efektivitasnya dapat di percaya
- Frekuensi koitus tidak perlu di atur
- Siklus haid tidak teratur
- Keluhan dismenorea yang primer menjadi berkurang atau hilang sama sekali
• Kekurangan
- Pil harus di minum setiap hari
- Motivasi harus kuat
- Adanya efek samping walaupun efeknya sementara
- Kadang-kadang setelah berhenti minum pil dapat timbul amenorea yang persisten
- Harganya relative mahal
Cara pemakaian pil kombinasi:
Pil tersedia dalam paket berisi 21 atau 28 tablet. Bila memakai paket 28 tablet, minumlah pil setiap hari
selama sebulan. Segera setelah selesai 1 paket, mulailah dengan paket yang baru dan seterusnya. Bila
memakai paket 21 pil, minumlah pil setiap hari selama 21 hari, kemudian tunggu 7 hari sebelum mulai
dengan paket yang baru. Datang bulan akan terjadi pada hari-hari dimana kita sedang berhenti minum pil.
Tetapi mulai dengan paket baru meskipun datang bulan belum datang. Pada kedua paket tersebut baik
yang berisi 21 atau 28 pil, minumlah pil pertama pada hari pertama datang bulan. Dengan cara ini kita
akan terlindungi dengan segera. Bila diminum setelah hari pertama, kita bisa mulai pada tanggal-tanggal
selama 7 hari pertama datang bulan. Tetapi kita tidak akan terlindungi dengan segera, sehingga pada dua
minggu pertama kita minum pil, sebaiknya kita juga memakai cara KB yang lain atau tidak melakukan
hubungan seksual. Kita harus minum pil setiap hari, meskipun kita tidak melakukan hubungan intim
setiap hari. Cobalah memakai pil pada waktu yang sama setiap hari mungkin akan membantu bila kita
selalu mulai minum pil dari paket terbaru pada hari yang sama.
Bila kita lupa minum pil kita bisa hamil
Bila kita lupa minum satu pil begitu ingat, minumlah segera satu pil. Kemudian minumlah pil selanjutnya
secara teratur seperti semula. Ini berarti bahwa kita harus minum dua pil dalam satu hari.
Bila kita lupa minum dua pil secara berturut-turut, mulailah segera minum pil berikutnya. Minumlah dua
pil selama dua hari dan kemudian teruskan minum satu pil setiap hari sampai habis. Gunakan kodom
sampai kita telah minum pil selama tujuh hari selama berturut-turut. Bila kita lupa minum tiga pil atau
lebih, berhentilah minum pil dan kemudian tunggu sampai datang bulan berikutnya. Gunakan kondom
selama sisa siklus bulanan. Kemudian mulai dengan paket yang baru.
Pil yang terlambat diminum atau lupa akan menyebabkan perdarahan sedikit, seperti datang bulan yang
ringan.
1. Pil Progesteron
Karena jenis pil ini tidak mengandung estrogen maka pil ini lebih aman bagi wanita yang tidak cocok
pil kombinasi dan bagi wanita timbul efek samping pada pemakaian pil kombinasi. Pil ini juga lebih
baik bagi ibu menyusui karena tidak mengandung zat yang menyebabkan pengurangan produksi ASI.
Penggunaan pil ini sangat efektif bagi ibu-ibu menyusui.
Pada beberapa wanita pil ini menekan ovulasi secara sempurna. Pada beberapa wanita yang lain folikel
mengalaman pematangan secara normal, tetapi terjadi fase luteal yang dipersingkat dan tidak terjadi
produksi progesterone. Kerja kontrasepsi pil progesterone saja terletak pada kerjanya pada mucus
serviks dengan membuat mukus ini lebih kental dan sulit dilewati sperma, dan dengan mengurangi
kerja peristaltik tuba falopi sehingga sperma yang tetap hidup sangat sulit atau tidak mungkin
mencapai uterus.
Efek samping yang umum terjadi:
• Sering pusing
2. Pil sekuensial
Pil ini hanya mengandung estrogen di minum selama setengah pertama siklus mentruasi dan kemudian
selama setengah siklus yang kedua diberikan pil yang mengandung baik estrogen maupun
progesterone. Efek keseimbangan hormone ini ialah penekanan ovulasi, dan karena kadar estrogen
tinggi, maka juga akan menekan laktasi apabila diberikan kepada pasien post natal. Sekuensial
memberikan banyak efek samping, yang meliputi bertambahnya berat badan, perubahan payudara,
mual, sakit kepala dan penurunan libido.
Secara umum ada beberapa komplikasi yang terjadi pada kontrasepsi oral, yaitu mencakup sebagai
berikut :
A – Abdominal pain, mengindikasikan masalah pada hepar atau kandung empedu.
C – Chest pain atau sesak napas, mengindikasikan adanya sumbatan pembuluh darah pada paru
atau jantung.
H – Headaches, disebabkan oleh gangguan kardiovaskular atau hipertensi.
E – Eye problem, mengindikasikan gangguan vascular atau hipertensi.
S – Severe leg pain, mengidikasikan proses trombo-emboli.
3. Implant
Implant terdiri dari 6 tabung kecil dan lunak yang ditempatkan dibawah kulit lengan. Tabung ini
mengandung hormon progestin dan bekerja seperti mini-pi. Mereka bisa mencegah kehamilan selama 5
tahun. Merk dagang yang tersedia adalah Norplant.
Cara pemakaian implant
Seorang petugas kesehatan yang terlatih membuat sayatan kecil di kulit lengan untuk memasukan dan
mengeluarkan implant. Ini biasanya dilakukan di klinik atau di puskesmas.
4. KB Suntikan
Konrasepsi suntikan progestin yang pertama dikembangkan tahun 1953 oleh Karl Junkmann. Tahun 1957
Junkmann dan kawan-kawan menemukan NET EN. Pada sata yang sama Upjohn Company di Amerika
Serikan menemukan DMPA yang berasal dari hormon alamiah progesteron. NET EN merupakan suntikan
progestin pertama yang pakai sebagai kontrasepsi dan diberi nama dagang Noristerat. Percobaan-percobaan
pertama dari DMPA sebagai metode kontrasepsi dimulai pada tahun 1963, diikuti percobaan-percobaan di
lapangan pada tahun 1965. Pada tahun 1967 Upjohn Company meminta FDA US untuk memasarkan
DMPA sebagai kontrasepsi di Amerika Serikat. Pada saat itu telah diketahui dengan jelas bahwa estrogen
dalam kontrasepsi hormonal per-oral merupakan penyebab munculnya efek samping. Seperti, mual,
muntah, munculnya bekuan darah, sehingga adanya metode kontrasepsi yang bebas esterogen seperti
DMPA dan mini-pil merupakan hal yag sangat menarik. Tetapi pada tahun 1970, penelitian-penelitian
menunjukkan bahwa progestin, termasuk DMPA, menyebabkan timbulan benjolan-benjolan pada payudara
binatang percobaan anjing beagle, sehingga menyebabkan timbulnya kewaspadaan dari FDA. Pada bulan
September 1974, FDA menyatakan keinginannya untuk menyetujui DMPA sebagai suatu metode
kontrasepsi tetapi hanya bagi wanita yang telah mengalami kegagalan kontrasepsi dengan metode lain.
Tidak beberapa lama setelah itu, FDA kembali menangguhkan maksud nya tersebut, setelah timbul
pertanyaan paakah DMPA dapat meninggikan risiko karsinoma serviks. Tahun 1975 dinyatakan tidak ada
bukti-bukti tanda bertambahnya karsinoma serviks, dan diusulkan kembali penggunaan DMPA untuk
kalangan wanita yang terbatas. Tetapi pada tahun 1978 FDA secara resmi menolak pemakaian DMPA
sebagai suatu metode kontrasepsi, dengan alasan :
1. Masalah timbulnya benjolan-benjolan pada payudara binatang anjing beagle yang diberikan DMPA
belum terpecahkan.
2. Adanya risiko potensial timbulnya cacad bawaan pada kasus kegagalan kontrasepsi.
3. Pemberian esterogen untuk menaggulangi perdarahan haid ireguler karena DMPA, akan
mengurangi keuntungan dari kontrasepsi berisi progestin saja.
4. Belum dapat ditunjukkan adanya kebutuhan yang mendesak dari pemakaian DMPA di Amerika
Serikat.
Disamping itu pihak-pihak yang menyetujui metode kontrasepsi suntikan juga menyatakan bahwa :
a. Wanita mungkin tidak mengetahui obat apa yang disuntikkan kepadanya atau wanita disuntik tanpa
seizinnya (tanpa irformed consent).
b. Sebagai obat suntik berdaya kerja panjang, efeknya termasuk efek smaping utama maupun yang
minor tidk dapat segera dihentikan dengan jalan menghentikan suntikannya. Baru pada bulan Oktober
1992 FDA menyetujui Depo Provera sebagai kontrasepsi suntikan.
Kontrasepsi Suntikan (Injektables)
Salah satu tujuan utama dari penelitian kontrasepsi adalah untuk mengembangkan suatu metode
kontrasepsi yang berdaya kerja panjang (lama), yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap
akan bersanggama, tetapi tetap reversibel.
Dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang sekarang banyak dipakai adalah :
1. DMPA (Depot Medroxyprogesterone asetat) = Depo Provera
a. Dipakai di lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih 20 tahun dan smapai saat
ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita.
b. Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg.
2. NET-EN (Norethindrone enanthate) = Noristerat
a. Dipakai lebih dari 40 negara, dengan jumlah akseptor kira-kira 1,5 juta wanita.
b. Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan
pertama (= 3x suntikan pertama), kemudin selanjutnya sekali setiap 12 minggu.
Baik DMPA maupun NET EN sangat aktif dengan angka kegagalan untuk :
DMPA: < 1 per 100 wanita pertahun
NET EN: 2 per 100 wanita pertahun
Efek samping utama : gangguan pola haid.Sedangkan efek samping lain kecil sekali, antara lain :
− Sebagian besar wanita belum kembali fertilitasnya selama 4-5 bulan setelah menghentikan suntikannya.
Penelitian-penelitian membuktikan bahwa sampai saat ini kontrasepsi suntikan tidak menambah risiko
terjadinya karsinoma seperti karsinoma payudara atau serviks, progesteron, termasuk DMPA digunakan
untuk mengobati karsinoma endometrium.
Farmakologi dari Kontrasepsi Suntikan
DMPA:
1. Tersedia dalam larutan mikrokristaline.
2. Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar puncak, lalu kadarnya tetap tinggi untuk 2-3
bulan, selanjutnya menurun kembali.
3. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari penyuntikan, tetapi umumnya ovulasi baru timbul
kembali setelah 4 bulan atau lebih.
4. Pada pemakaian jangka alama, tidak tejadi efek akumulatif dari DMPA dalam darah/serum.
NET EN :
1. Merupakan suatu progestin yang berasal dari testosterone, dibuat dalam larutan minyak. Larutan
minyak tidak mempunyai ukuran partikel yang tetap dengan akibat pelepasan obat dari tempat suntikan
kedalam sirkulasi darah dapat sangat bervariasi.
2. Lebih cepat di metabolisir dan kembalinya kesuburan lebih cepat dibandingkan dengan DMPA.
3. Setelah disuntikkan, NET EN harus di ubah menjadi norethindrone (NET) sebelum ia menjadi aktif
secara biologis.
4. Kadar puncak dalam serum tercapai dlam 7 hari setelah penyuntikan, kemudian menurun secara tetap
dan tidak ditemukan lagi dalam waktu 2,5 – 4 bulansetelah disuntikkan.
Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan
1. Primer: Mencegah ovulasi
Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge). Respons kelenjar hypofisis
terhadap gonadotropin-releasing hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi
di hipothalamus daripada kelenjar di hypofisis. Ini berbeda dengan POK, yang tampaknya menghambat
ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hypofisis. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak
menyebabkan hipo-estrogenik.
Pada pemakaian PDMA, endometrium menjadi tipis dan atrofi dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif.
Sering stroma menjadi edematous. Pemakaian jangka panjang, endometrium dapat menjadi sedemikian
tipisnya, sehingga tidak dapat atau sedikit sekali jaringan bila dilakukan biopsi. Tetapi, perubahan-
perubahan tersebut akan kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA terakhir.
2. Sekunder:
a. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga dapat menjadi barier terhadap spermatozoa
b. Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi
c. Kemungkinan besar mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopii
Efektivitas Kontrasepsi Suntikan
a. Baik DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100
wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA, dan 2 per 100 wanita per-tahun
pemakaian NET EN
b. Kontrasepsi suntikan sama efektifnya seperti POK (Pil Oral Kombinasi), dan lebih efektif daripada
IUD
c. Dosis DMPA dengan daya kerja kontraseptif yang paling sering dipakai 150 mg setiap 3 bulan
adalah dosis yang tinggi. Setelah suntikan DMPA, ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal 14 minggu.
Sehingga terdapat periode “tenggang-waktu/ waktu kelonggaran” (grace period) selam 2 minggu untuk
akseptor DMPA yang disuntik ulang setiap 3 bulan
d. Penelitian dalam skala kecilk akhir-akhir ini menemukan bahwa dosis lebih rendah dari DMPA –
100 mg sekali setiap 3 bulan hampir sama efektifnya dngan suntikan 150 mg, dengan angka kegagalan
0,44 per 100 wanita per tahun.
Sedangkan pemberian sekali setiap 6 bulan dengan dosis 250, 300, 400 atau 450 mg DMPA umumnya
menujukkan angka kegagalan yang sedikit lebih tinggi, 0-3,6 kehamilan per 100 wanita-per tahun.
e. NET EN 200 mg lebih efektif bila diberikan dalam jarak waktu yang lebih pendek. Penyuntikan
sekali setiap 8 minggu: angka kegagalan 0,4-1,8 per 100 wanita per 24 bulan. Penyuntikan sekali setiap
12 minggu angka kegagalan 6,6 per 100 wanita per 24 bulan
f. Masa kerja NET EN lebih singkat daripada DMPA, sehingga tidak terdapat “tenggang-waktu”waktu-
kelonggaran” (grace period) untuk akseptor NET EN yang terlambat disuntik-ulang.
Menurut WHO pemakaian sekali setiap 8 minggu sedikit lebih efektif dibandingkan sekali setiap 8
minggu selama 6 bulan yang disusul suntikan sekali setiap 12 minggu.
Kontra-Indikasi Suntikan
WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntikan pada:
- Kehamilan
- Ca Mammae
- Ca Traktus Genitalia
- Pendarahan Abnormal Uterus
Disamping itu WHO juga menganjurkan untuk:
- Mempertimbangkan kontra indikasi yang berlaku untuk POK
- Pada wanita dengan DM atau riwayat DM selama kehamilan, harus dilakukan follow up dengan teliti,
karena dari beberapa percobaan laboratorium, ditemukan bahwa DMPA mempengaruhi metabolism
karbohidrat.
Efek Samping Suntikan
- Gangguan haid; ini yang paling sering terjadi dan paling sering mengganggu.
a. Pola haid yang normal dapat berubah menjadi:
- Amenore
- Perdarahan ireguler
- Perdarahan bercak
- Perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah darah yang hilang
b. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian
Perdarahan inter-menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan
kejadian amenore bertambah besar.
c. Insidens yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan atrofi endometrium. Sedangkan
sebab-sebab dari perdarahan ireguler masih belum jelas, dan tampaknya tidak ada hubungan dengan
perubahan dalam kadar hormone atau histologi endometrium.
d. DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan, perdarahan- bercak dan amenore dibandingkan
dengan NET EN, dan amenore pada DMPA tampaknya lebih sering terjadi pada akseptor dengan
berat badan tinggi
e. Bila terjadi amenore, berkurangnya darah haid sebenarnya memberikan efek yang
menguntungkan yakni berkurangnya insidens anemia
f. Untung bahwa perdarahan yang hebat, yang dapat membahayakan diri akseptor, jarang terjadi.
- Berat badan yang bertambah
a. Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara < 1kg- 5 kg pada tahun
pertama
b. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak
tubuh dan bukan karena retensi cairan tubuh
c. Hipotesa para ahli: DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hypothalamus, yang
menyebabkan ekseptor makan lebih banyak dari pada biasanya.
- Sakit Kepala
Inseden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET EN dan terjadi pada kurang dari 1-17%
akseptor
- System kardiovaskular
a. Tampaknya hampir tidak ada efek pada tekanan darah atau system pembekuan darah maupun
system fibrinolitik. Tidak ditemukan bukti-bukti bahwa DMPA maupun NET EN menambah resiko
timbulnya bekuan darah atau gangguan sirkulasi lain.
b. Perubahan dalam metabolism lemak, terutama penurunan HDL kolesterol, baik pada DMPA
maupun NET EN dicurigai dapat menambah besar resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler. HDL
kolesterol rendah menyebabkan timbulnya arterosklerosis. Sedangkan terhadap trigliserida dan
kolesterol total tidak ditemukan efek apapun dari kontrasepsi suntikan.
Jenis kontrasepsi berdasarkan waktu pemberian:
a. Kontrasepsi suntikan jangka panjang yang baru
WHO meneliti dua macam kontrasepsi suntikan yang baru, yang merupakan senyawa ester berasal dari
NET atau Levonorgestrel. Ester adalah kombinasi streroid dengan suatu asam:
1) HRP002
Berisi levonorgestrel butanoate, dosis 20mg akan mencegah ovulasi untuk 3 bulan, beredar tahun
1992
2) HRP011
Berisi levonorgestrel 3-oxime cyclopentyl carboxylate, yang secara kimiawi serupa dengan
progestin lain yaitu norgestimate. Senyawa tersebut kurang mengakibatkan perubahan-perubahan
endometrium. Dosis yang sedang diteliti 20, 40, dan 60 mg. jangka penyuntikan 6 bulan beredar
pada pertengahan dasawarsa 1990.
Keuntungan dari kontrasepsi suntikan senyawa ester ini lebih banyak dibandingkan kontrasepsi
suntikan yang sudah ada atau standar:
➢ Pelepasan hormon dari tempat suntikan berjalan hampir konstan, tanpa pelepasan-awal
yang tinggi seperti yang terjadi pada DMPA dan NET EN
➢ Diberikan dalam larutan mikrokristaline yang aqueous seperti yang dipakai pada DMPA,
sehingga pembuatannya lebih mudah dan biaya nya lebih murah.
b. Kontrasepsi suntikan sekali sebulan
Banyak digunakan di Negara-negara latin dan RRC terdiri dari kombinasi dari estrogen dan
progesteron.
Kontrasepsi sekali sebulan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan kontrasepsi biasa atau
standar, yaitu:
1) Menimbulkan perdarahan teratur setiap bulan
2) Kurang menimbulkan perdarahan bercak atau perdarahan irregular lainnya
3) Kurang menimbulkan amenore
4) Efek samping lebih cepat menghilang setelah suntikan dihentikan
Adapun kekurangan dari kontrasepsi sekali sebulan adalah: