Cincin vagina adalah sejenis alat berbentuk cincin yang fleksibel yang dimasukkan ke dalam
vagina. Alat ini mengandung hormon yang bertujuan untuk mencegah kehamilan. Apakah
penggunaan vaginal ring aman? Bagaimana cara pakainya? Adakah efek samping yang
mungkin terjadi? Untuk lebih jelasnya simak artikel berikut.
Vaginal ring adalah salah satu alat kontrasepsi berbentuk lingkaran yang terbuat dari plastik
bebas lateks yang mengandung hormon estrogen dan progesteron.
Alat ini sudah lolos uji FDA (Food and Drug Association) untuk digunakan pada wanita.
Namun, Anda perlu meminta persetujuan dokter atau tenaga medis lainnya sebelum
menggunakannya.
Untuk saat ini (sampai artikel ini ditayangkan), produk cincin vagina yang mengandung
hormon, termasuk merek Mirena dan NuvaRing, belum tersedia di Indonesia.
Di Indonesia sendiri, alat kontrasepsi yang mengandung obat hormonal yang dimasukkan ke
dalam vagina hanya berupa IUD dengan merek dagang Mirena.
Selama dipakai, hormon progesteron dan estrogen yang terkandung di dalam cincin tersebut
dilepaskan ke dalam tubuh.
Hormon-hormon yang terdapat pada cincin tersebut juga berfungsi untuk hal berikut.
Selama terpasang, hormon yang dilepaskan ke dalam tubuh dapat mencegah terjadinya
kehamilan dan menstruasi.
Setelah 3 minggu, Anda dapat melepaskan cincin tersebut dan membiarkan tubuh mengalami
menstruasi.
Hormon-hormon yang terkandung dalam alat ini sebenarnya dapat bertahan selama 5
minggu.
Oleh sebab itu, bila ingin menunda haid sedikit lebih lama, Anda bisa melepasnya setelah 5
minggu, kemudian membiarkan tubuh mengalami menstruasi selama 1 minggu.
Setelah menstruasi selesai, Anda bisa memasang kembali vaginal ring yang baru. Disarankan
agar jadwal melepas dan memasang alat yang baru tepat di hari yang sama.
Misalnya bila Anda melepas vaginal ring di hari Sabtu, sebaiknya memasang alat yang baru
di hari Sabtu pula pada pekan berikutnya.
Lalu setelah 3 minggu, 4 minggu, atau 5 minggu pemakaian, lepaskan alat tersebut di hari
Sabtu juga.
Untuk jenis yang hanya bertahan sampai 5 minggu, Anda perlu mengganti dengan alat yang
baru setelah melepaskannya.
Sementara untuk jenis yang bisa bertahan sampai 1 tahun, Anda tidak perlu mengganti
setelah melepaskannya. Cukup mencuci dan menyimpannya, lalu alat ini bisa dipakai
kembali 1 minggu kemudian.
Selain itu, alat ini dapat meningkatkan risiko gangguan pembekuan darah, serangan jantung,
stroke, kanker hati, penyakit kantung empedu, dan toxic shock syndrome.
Segeralah memeriksakan diri ke dokter terdekat bila Anda mengalami gejala-gejala seperti:
Pada umumnya menggunakan vaginal ring aman, tetapi tidak disarankan bila Anda
mengalami kondisi-kondisi berikut ini.
Merokok dan berusia di atas 35 tahun.
Baru berhenti merokok dalam 1 tahun terakhir.
Berat badan berlebih.
Sensitif terhadap salah satu komponen alat tersebut.
Sedang menjalani pengobatan hepatitis C.
Mengonsumsi obat-obatan yang mungkin berinteraksi dengan alat ini.
Telah melakukan operasi besar yang mengharuskan untuk tidak banyak bergerak.
Tidak bisa menahan cincin agar tetap berada di dalam vagina.
Selain itu, alat ini tidak disarankan bila Anda mengalami masalah kesehatan berikut.
Macam alat kontrasepsi kini makin bervariasi dan menimbulkan rasa penasaran. Inovasi
kontrasepsi ini dilakukan tak lain untuk menyesuaikan kebutuhan penggunanya. Salah satu
alat kontrasepsi yang unik namun belum banyak dikenal di Indonesia adalah koyo KB atau
sering disebut dengan patch KB.
Koyo kontrasepsi adalah kontrasepsi yang berbentuk seperti tempelan “koyo” yang akan
melepaskan hormon ke dalam tubuh melalui kulit yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.
Koyo kontrasepsi ini mengandung hormon esterogen dan progestin. Koyo kontrasepsi ini
berbentuk segi empat, kecil, dan mempunyai perekat sehingga dapat ditempelkan ke bagian
tubuh kita.
Cara kerja koyo kontrasepsi ini sebenernya mirip dengan pil KB kombinasi. Hormon yang
terkandung dalam koyo kontrasepsi akan mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) setiap bulan.
Selain itu, koyo kontrasepsi akan mengentalkan lendir pada mulut rahim, yang membuat
sperma lebih sulit untuk bergerak melalui mulut rahim, serta menipiskan lapisan rahim
sehingga sel telur yang telah dibuahi cenderung tidak dapat implantasi (menempel pada
dinding rahim).
Menurut National Health Service (NHS), tingkat efektivitas koyo kontrasepsi ini mencapai
99% bila digunakan dengan benar. Bila penggunaan tidak benar dan tidak tepat waktu, maka
tingkat efektivitasnya akan berkurang menjadi 91%. Contohnya, bila kita lupa mengganti
koyo kontrasepsi, walaupun hanya terlambat 1 hari, ternyata bisa menurunkan efektivitasnya.
2. Tentukan bagian kulit tubuh yang akan ditempelkan koyo KB. Kita bisa pilih lengan atas,
perut, punggung, maupun bokong. Namun, hindari menempelkan koyo KB di daerah yang
lebih banyak bulunya, bagian dada, bagian kulit yang basah, dan juga bagian kulit yang
sedang luka atau iritasi.
3. Buka lapisan perekat, tempelkan pada bagian tubuh, tahan sampai 10 detik.
5. Pakai selama 3 minggu berturut-turut, lalu hentikan pemakaian pada 1 minggu berikutnya
6. Sebaiknya, ganti bagian tubuh yang akan ditempel setiap minggunya untuk menghindari
terjadinya iritasi kulit.
Berapa harganya?
Harga koyo KB ini cukup mahal dengan kisaran Rp 350.000 – Rp 550.000 untuk satu
kemasan isi 3 koyo. Sehingga, untuk 1 bulan mungkin kita akan butuh biaya sekitar 600.000
untuk menggunakan koyo KB ini. Cukup mahal memang, tapi mungkin sebanding dengan
kelebihan dan kemudahan penggunaannya.
Tidak semua orang akan memiliki efek samping, tetapi beberapa masalah umum yang terjadi
meliputi:
2. Nyeri payudara
4. Ruam atau kemerahan pada sekitar kulit yang ditempel koyo kontrasepsi
Koyo KB dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius seperti pembekuan darah,
stroke, dan serangan jantung. Meskipun demikian, hal ini jarang terjadi. Karena itu, ada
beberapa kondisi yang tidak disarankan untuk menggunakan koyo KB, seperti wanita di atas
35 tahun, perokok, mengalami obesitas, hipertensi, memiliki penyakit jantung, kanker
payudara, migrain, atau penyakit liver (hati).