DIAPER RASH
DISUSUN OLEH :
1. CHUSNUL KHOTIMAH (2102021813)
2. FIRDA WARDATUL MA’WA (2102021810)
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan semua rahmatnya,
kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Tak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu SULISTYOWATI, SST., M.Kes
selaku Dosen mata kuliah Asuhan Kebiadanan Neonatus Dan Bayi Baru Lahir, yang sudah
memberikan banyak bantuan untuk menyusun makalah ini. kami juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang sudah membantu penyusunan makalah ini.
Makalah berjudul “DIAPER RASH”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Asuhan Kebiadanan Neonatus Dan Bayi Baru Lahir. Melalui tugas ini, kami mendapatkan banyak
ilmu baru tentang bagaimana memahami dan memanfaatkan materi tersebut dengan baik.
Tentu penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Meskipun begitu, kami berharap
bahwa makalah ini bisa bermanfaat untuk orang lain. Apabila ada kritik dan saran yang ingin
disampaikan, kami sangat terbuka dan dengan senang hati menerimanya.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................................
A. Latar Belakang
Memiliki anak yang sehat merupakan dambaan setiap orang tua. Semua bayi memiliki kulit
yang sangat peka, berbeda dengan kulit orang dewasa yang tebal dan mantap, kondisi kulit
pada bayi yang relatif tipis menyebabkan bayi lebih rentan terhadap infeksi, iritasi, dan alergi.
Secara struktural, kulit bayi dan balita belum berkembang dan berfungsi secara optimal,
sehingga diperlukan perawatan yang lebih menekankan peda perawatan kulit, sehingga bisa
meningkatkan fungsi utama kulit sebagai pelindung dari pengaruh luar tubuh. Selain perawatan
kulit rutin, para orang tua juga perlu memperhatikan perawatan kulit pada daerah yang tertutup
popok agar tidak terjadi gangguan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
ganguan kulit tersebut adalah dengan perawatan perianal (Manulang, 2018)
Diaper rash (ruam popok) dikenal dengan sebutan ruam popok, karena gangguan kulit ini
timbul di daerah yang tertutup popok, yaitu sekitar alat kelamin, bokong, serta pangkal paha
bagian dalam. Tanda-tanda diaper rash (ruam popok) adalah kulit sekitar daerah tersebut
meradang, berwarna kemerahan kadang lecet. Biasanya, ruam kulit ini membuat si kecil
merasa gatal dan tidak nyaman. Penyebab diaper rash (ruam popok) biasanya karena kulit bayi
lembab dan penggunaan diaper yang cukup lama. Daerah yang langsung berhubungan dengan
popok terutama adalah lipat paha, pantat dan paha bagian dalam, sehingga kulit tersebut mudah
sekali menderita kelainan. Banyak faktor penyebabkan terjadinya diaper rash (ruam popok).
Diantaranya faktor fisik (pakaian, popok), faktor kimiawi (bahan kimia dalam urine dan
fecese), faktor enzimatik (bahan kimia yang bereaksi secara enzim) dan adanya mikroba (jamur
dan bakteri pada urine dan fecese yang terdapat pada popok) (Suririnah, 2016). Walaupun
diaper rash (ruam popok) bukan merupakan kelainan yang mematikan, namun bila dibiarkan
akan semakin meluas schingga bisa mengganggu pertumbuhan si kecil. Ketika dia sudah
dewasa kelak, bukan tidak mungkin dia akan merasa malu karena bercak yang muncul sewaktu
kecil itu akan membekas hingga dewasa.
Dampak terburuk dari penggunaan popok yang salah, selain mengganggu kesehatan kulit
juga dapat mengganggu perkembangan pertumbuhan bayi dan balita. Hal itu diutarakan oleh
seorang pakar kesehatan kulit di Jakarta rendahnya pengetahuan pemakaian popok bayi yang
benar memang telah menggejala di Indonesia. Pencegahan diaper rash harus segera dilakukan
dengan menghindari pemakaian popok yang basah. Bayi atau balita penderita diaper rash akan
mengalami gangguan seperti rewel dan sulit tidur. Gejala itu dapat berkembang menjadi
granuloma yang dapat terinfeksi jamur Candida Albicans jika tidak segera diatasi. Karena itu,
seorang ibu disarankan segera mengganti popok setiap kali bayi ngompol (Aisyah, 2015)
Ketepatan dalam perawatan daerah perianal memerlukan ketepatan perilaku ibu dalam
menjaga kesehatan kulit bayi. Kebanyakan ibu lebih memilih diapers dari pada memilih popok
kain, dengan alasan diapers bayi lebih praktis karena tidak perlu sering mengganti popok yang
basah akibat buang air, selain itu membuat rumah lebih bersih tidak terkena air kencing bayi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian diaper rash?
2. Apa etiologi dari diaper rash?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari diaper rash?
4. Bagaimana patofisiologi dari diaper rash?
5. Bagaimana klasifikasi dari diaper rash?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada diaper rash?
7. Bagaimana penatalaksanaan untuk penderita diaper rash?
8. Apa komplikasi yang muncul pada diaper rash?
9. Bagaimana pencegahan yang dilakukan untuk penderita diaper rash?
10. Bagaimana cara penularan diaper rash?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian diaper rash.
2. Untuk mengetahui etiologi dari diaper rash.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari diaper rash.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari diaper rash.
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari diaper rash.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada diaper rash.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk penderita diaper rash.
8. Untuk mengetahui komplikasi pada diaper rash.
9. Untuk mengetahui pencegahan yang dilakukan untuk penderita diaper rash.
10. Untuk mengetahui cara penularan diaper rash.
BAB II
PEMBAHASAN
Diaper rash (ruam popok) adalah sebuah ruam atau iritasi pada kulit bayi terjadi di daerah
bokong. Diaper rash ini merupakan bentuk ruam kontak iritan primer yang paling umum di
temukan , disebabkan oleh kontak kulit dengan urin dan feses yang berkepanjangan, karna urin
dan feses mengandung bahan kimia yang bersifat iritan seperti urea dan enzi,-enzim usus. Bisa
juga terjadi jika popok basahnya telah diganti, atau popoknya terlalu kasar dan tidaj menyerap
keringat, infeksi jamur atau bakteri atau bahkna eksema. Ruam popok atau diaper rash
merupakan masalah kulit pada daerah genital bayi yang di tandai timbulnya bercak merah-
merah di kulit, biasanya terjadi pada bayi yang memiliki kulit sensitive dan mudah terkena
iritasi. Bercak-bercak ini akan hilang dalam beberapa hari jika dibasuh dengan air hangat, dan
diolesi lotion atau krim khusus ruam popok, atau dengan melepaskan popokbeberapa waktu.
Ruam popok adalah yang lazim ditemuka pada bayi. Gangguan ini banyak mengenai bayi
berumur kurang dari 15 bulan, terutama pada kisaran usia 8-10 bulan.
Eksim popok yang disebut juga dermatitis popok adalah kelainan kulit yang timbul akibat
radang di daerah yang tertutup popok, yaitu di alat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipatan
paha dan perut bagian bawah. Penyakit ini sering terjadi pada bayi dan anak balita yang
menggunakan popok, biasanya pada usiakurang dari tiga tahun, paling banyak usia 9-12 bulan
(Rukiyah. A & Yulianti,2017).
Dermatitis diapers atau ruam popok adalah gangguan kulit yang timbul akibat radang di
daerah yang tertutup popok, yaitu di alat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipatan paha, dan
perut bagian bawah (Rukiyah, A & Yulianti, 2017).
Beberapa faktor penyebab terjadinya ruam popok ( diaper rash, diaper dermatitis, napkin
dermatitis ), antara lain:
Hampir semua bayi pernah mengalami ruam atau lecet karena pemakaian popok. Lokasi
yang sering terkena adalah bagian pantat, sekitar kemaluan, maupun paha. Bahkan, jika bakteri
yang terdapat dalam urine bayi Anda terurai menjadi amonia, ruam ini bisa bertambah parah.
Tentu saja keadaan ini sangat tidak menyenangkan buat si kecil.
Bayi yang senang tidur lama sebenarnya tidak ada masalah. Tetapi masalahnya bila
popoknya basah berkali-kali dan membuatnya lembab. Karena penyebab ruam popok yang
paling utama adalah popok yang lembab. Popok yang lama terkena air seni dan tinja bisa
menimbulkan iritasi pada kulit. Bila Bunda tak segera membersihkannya, bakteri dan jamur
akan tumbuh. Selain karena lembab ada juga bayi yang memang alergi terhadap popok sekali
pakai. Lebih baik gunakan popok tradisonal dengan resiko Bunda harus lebih sering
menggantinya bila bayi buang air kecil atau besar.
Penggunaan produk bayi yang mengandung parfum juga bisa meningkatkan resiko terkena
ruam popok termasuk juga deterjen untuk mencuci pakaiannya. Disarankan menggunakan
diapers tanpa pewangi. Tetapi alangkah baiknya bila melakukan upaya pencegahan, seperti :
a. Ganti popok sesering mungkin. Bila si kecil buang air besar, jangan menunda-nunda
untuk segera menggantinya.
b. Minimalisasikan penggunaan tissue basah untuk membersihkan area popoknya. Air
bersih adalah pilihan terbaik.
c. Hindari menggesek kulit bayi walau pun dengan handuk Jembut. Sebaiknya tepuk-
tepuk dan angin-anginkan saja pantat si kecil untuk mengeringkannya.
d. Beri sirkulasi udara untuk area kulitnya yang terkena popok dengan Cara menggunakan
popok kain, khususnya pada waktu udur.
e. Jangan mengikat atau merekatkan popok terlalu kencang.
Perhatian :
• Bila ruam tidak hilang lebih dari 3 hari konsultasikan segera ke dokter, terutama
bila timbul demam dan tidak nafsu makan.
• Jangan mengolesi ruam (bintik-bintik merah) dengan lotion atau baby oil. Gunakan
salep anti jamur yang mengandung Zinc di bawah pengawasan dokter.
Granuloma gluteal infantum merupakan penyakit yang tidak biasa dengan ciri nodul merah
keunguan dengan ukuran yang berbeda-beda (0.5-0.3 cm) timbul pada arca popok pada bayi
umur 2-9 bulan. Pada pemeriksaan biopsi didapatkan infiltrat limfosit, sel plasma, netrofil, dan
eosinofil.
A. Kesimpulan
Diaper rush adalah iritasi pada kulit bayi yang terjadi di daerah bokong. Ini bisa terjadi jika
popok basahnya telat diganti, atau popoknya terlalu kasar dan tidak menyerap keringat, infeksi
jamur atau bakteri atau bahkan eksema. Ruam popok atau diaper rush merupakan masalah kulit
pada daerah genual bayi yang ditandai dengan timbulnya bercak-bercak merah dikulit,
biasanya terjadi pada bayi yang memiliki kulit sensitif dan mudah terkena iritasi. Bercak-
bercak ini akan hilang dalam beberapa hari jika dibasuh dengan air hangat, dan diolesi lotion
atau cream khusus atau dengan melepaskan popok beberapa waktu.
Meskipun ruam popok menyebabkan sakit dan sangat mengganggu bayi ibu, namun
biasanya tidak berbahaya. Ruam popok pada umumnya terjadi pada bayi dengan kulit yang
lebih sensitive. Jika ruam pada bayi ibu disebabkan oleh popok yang basah atau infeksi jamur,
maka hanya dengan melepas popok dan membiarka kulitnya terkena angin sudah mampu
menyembuhkan. Pasukan ibu mengganti popoknya dengan rutin. Membasuh pantatdan
mengeringkannya sebelum memakaikan yang baru. Bisa juga menggunakan krim khusus
untuk membantu melindungi iritasi pada kulit bayi akibat ruam popok.
B. Saran
Selain digunakan sebagai intervensi mandiri dalam memberikan asuhan pada bayi yang
mengalami diaper rash, juga dapat mengajarkan orang tua yang mempunyai bayi menderita
ruam popok, serta menambah pemahaman dan informasi mengenai diaper rash (ruam popok)
pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S. (2015). Jurnal Universitas Islam Lamongan. Hubungan Pemakaian Diaper Dengan
Kejadian Ruam Popok Pada Bayi Usia 6-12 Bulan , 34-41
Manulang, Y. F. (2018). Pengetahuan dan Tindakan Ibu Dalam Perawatan Perianal Terhadap
Pencegahan Ruam Popok Pada Neonatus di Klinik Bersalin Sally Medan.
Rukiyah, A. Y., & Yulianti, L. (2017). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta: Trans
Info Media.
Surininah. (2016). Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan. Jakarta:PT. Ikrar Mandiri Abadi