Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DIAPER RASH

DISUSUN OLEH :
1. CHUSNUL KHOTIMAH (2102021813)
2. FIRDA WARDATUL MA’WA (2102021810)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN


2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan semua rahmatnya,
kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Tak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu SULISTYOWATI, SST., M.Kes
selaku Dosen mata kuliah Asuhan Kebiadanan Neonatus Dan Bayi Baru Lahir, yang sudah
memberikan banyak bantuan untuk menyusun makalah ini. kami juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang sudah membantu penyusunan makalah ini.

Makalah berjudul “DIAPER RASH”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Asuhan Kebiadanan Neonatus Dan Bayi Baru Lahir. Melalui tugas ini, kami mendapatkan banyak
ilmu baru tentang bagaimana memahami dan memanfaatkan materi tersebut dengan baik.
Tentu penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Meskipun begitu, kami berharap
bahwa makalah ini bisa bermanfaat untuk orang lain. Apabila ada kritik dan saran yang ingin
disampaikan, kami sangat terbuka dan dengan senang hati menerimanya.

Lamongan,23 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................................

KATA PENGANTAR ...............................................................................................


DAFTAR ISI.................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................


Latar Belakang ..............................................................................................................................

Rumusan Masalah .........................................................................................................................


Tujuan ...........................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................................


a. Pengertian diaper rash…..................................................................................................
b. Etiologi dari diaper rash…................................................................................................
c. Tanda dan gejala dari diaper rash. ...................................................................................
d. Patofisiologi dari diaper rash…........................................................................................
e. Klasifikasi dari diaper rash. ..............................................................................................
f. Pemeriksaan penunjang pada diaper rash. .......................................................................
g. Penatalaksanaan untuk penderita diaper rash....................................................................
h. Komplikasi pada diaper rash ............................................................................................. .
i. Pencegahan yang dilakukan untuk penderita diaper rash. ................................................
j. Cara penularan diaper rash. ...............................................................................................

BAB III PENUTUP ......................................................................................................................


KESIMPULAN .............................................................................................................................
SARAN .........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memiliki anak yang sehat merupakan dambaan setiap orang tua. Semua bayi memiliki kulit
yang sangat peka, berbeda dengan kulit orang dewasa yang tebal dan mantap, kondisi kulit
pada bayi yang relatif tipis menyebabkan bayi lebih rentan terhadap infeksi, iritasi, dan alergi.
Secara struktural, kulit bayi dan balita belum berkembang dan berfungsi secara optimal,
sehingga diperlukan perawatan yang lebih menekankan peda perawatan kulit, sehingga bisa
meningkatkan fungsi utama kulit sebagai pelindung dari pengaruh luar tubuh. Selain perawatan
kulit rutin, para orang tua juga perlu memperhatikan perawatan kulit pada daerah yang tertutup
popok agar tidak terjadi gangguan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
ganguan kulit tersebut adalah dengan perawatan perianal (Manulang, 2018)
Diaper rash (ruam popok) dikenal dengan sebutan ruam popok, karena gangguan kulit ini
timbul di daerah yang tertutup popok, yaitu sekitar alat kelamin, bokong, serta pangkal paha
bagian dalam. Tanda-tanda diaper rash (ruam popok) adalah kulit sekitar daerah tersebut
meradang, berwarna kemerahan kadang lecet. Biasanya, ruam kulit ini membuat si kecil
merasa gatal dan tidak nyaman. Penyebab diaper rash (ruam popok) biasanya karena kulit bayi
lembab dan penggunaan diaper yang cukup lama. Daerah yang langsung berhubungan dengan
popok terutama adalah lipat paha, pantat dan paha bagian dalam, sehingga kulit tersebut mudah
sekali menderita kelainan. Banyak faktor penyebabkan terjadinya diaper rash (ruam popok).
Diantaranya faktor fisik (pakaian, popok), faktor kimiawi (bahan kimia dalam urine dan
fecese), faktor enzimatik (bahan kimia yang bereaksi secara enzim) dan adanya mikroba (jamur
dan bakteri pada urine dan fecese yang terdapat pada popok) (Suririnah, 2016). Walaupun
diaper rash (ruam popok) bukan merupakan kelainan yang mematikan, namun bila dibiarkan
akan semakin meluas schingga bisa mengganggu pertumbuhan si kecil. Ketika dia sudah
dewasa kelak, bukan tidak mungkin dia akan merasa malu karena bercak yang muncul sewaktu
kecil itu akan membekas hingga dewasa.
Dampak terburuk dari penggunaan popok yang salah, selain mengganggu kesehatan kulit
juga dapat mengganggu perkembangan pertumbuhan bayi dan balita. Hal itu diutarakan oleh
seorang pakar kesehatan kulit di Jakarta rendahnya pengetahuan pemakaian popok bayi yang
benar memang telah menggejala di Indonesia. Pencegahan diaper rash harus segera dilakukan
dengan menghindari pemakaian popok yang basah. Bayi atau balita penderita diaper rash akan
mengalami gangguan seperti rewel dan sulit tidur. Gejala itu dapat berkembang menjadi
granuloma yang dapat terinfeksi jamur Candida Albicans jika tidak segera diatasi. Karena itu,
seorang ibu disarankan segera mengganti popok setiap kali bayi ngompol (Aisyah, 2015)
Ketepatan dalam perawatan daerah perianal memerlukan ketepatan perilaku ibu dalam
menjaga kesehatan kulit bayi. Kebanyakan ibu lebih memilih diapers dari pada memilih popok
kain, dengan alasan diapers bayi lebih praktis karena tidak perlu sering mengganti popok yang
basah akibat buang air, selain itu membuat rumah lebih bersih tidak terkena air kencing bayi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian diaper rash?
2. Apa etiologi dari diaper rash?
3. Bagaimana tanda dan gejala dari diaper rash?
4. Bagaimana patofisiologi dari diaper rash?
5. Bagaimana klasifikasi dari diaper rash?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada diaper rash?
7. Bagaimana penatalaksanaan untuk penderita diaper rash?
8. Apa komplikasi yang muncul pada diaper rash?
9. Bagaimana pencegahan yang dilakukan untuk penderita diaper rash?
10. Bagaimana cara penularan diaper rash?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian diaper rash.
2. Untuk mengetahui etiologi dari diaper rash.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari diaper rash.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari diaper rash.
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari diaper rash.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada diaper rash.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk penderita diaper rash.
8. Untuk mengetahui komplikasi pada diaper rash.
9. Untuk mengetahui pencegahan yang dilakukan untuk penderita diaper rash.
10. Untuk mengetahui cara penularan diaper rash.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diaper Rash

Diaper rash (ruam popok) adalah sebuah ruam atau iritasi pada kulit bayi terjadi di daerah
bokong. Diaper rash ini merupakan bentuk ruam kontak iritan primer yang paling umum di
temukan , disebabkan oleh kontak kulit dengan urin dan feses yang berkepanjangan, karna urin
dan feses mengandung bahan kimia yang bersifat iritan seperti urea dan enzi,-enzim usus. Bisa
juga terjadi jika popok basahnya telah diganti, atau popoknya terlalu kasar dan tidaj menyerap
keringat, infeksi jamur atau bakteri atau bahkna eksema. Ruam popok atau diaper rash
merupakan masalah kulit pada daerah genital bayi yang di tandai timbulnya bercak merah-
merah di kulit, biasanya terjadi pada bayi yang memiliki kulit sensitive dan mudah terkena
iritasi. Bercak-bercak ini akan hilang dalam beberapa hari jika dibasuh dengan air hangat, dan
diolesi lotion atau krim khusus ruam popok, atau dengan melepaskan popokbeberapa waktu.
Ruam popok adalah yang lazim ditemuka pada bayi. Gangguan ini banyak mengenai bayi
berumur kurang dari 15 bulan, terutama pada kisaran usia 8-10 bulan.

Eksim popok yang disebut juga dermatitis popok adalah kelainan kulit yang timbul akibat
radang di daerah yang tertutup popok, yaitu di alat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipatan
paha dan perut bagian bawah. Penyakit ini sering terjadi pada bayi dan anak balita yang
menggunakan popok, biasanya pada usiakurang dari tiga tahun, paling banyak usia 9-12 bulan
(Rukiyah. A & Yulianti,2017).

Dermatitis diapers atau ruam popok adalah gangguan kulit yang timbul akibat radang di
daerah yang tertutup popok, yaitu di alat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipatan paha, dan
perut bagian bawah (Rukiyah, A & Yulianti, 2017).

B. Etiologi Diaper Rash


Diaper rash (ruam popok) disebabkan oleh rosiola dan erytema infectiosum (penyakit fith)
adalah tidak berbahaya dan biasanya mereda tanpa pengobatan. Ruam disebabkan campak,
rubelia dan cacar air menjadi tidak umum karena anak mendapatkan vaksin.

Beberapa faktor penyebab terjadinya ruam popok ( diaper rash, diaper dermatitis, napkin
dermatitis ), antara lain:

a. Iritasi atau gesekan antara popok dengan kulit.


b. Kurangnya menjaga hygiene. popok jarang diganti atau terlalu lama tidak segera diganti
setelah pipis atau BAB (feces).
c. Infeksi mikro-organisme (terutama infeksi jamur dan bakteri)
d. Alergi bahan popok.
e. Gangguan pada kelenjar keringat di area yang tertutup popok.
f. Kebersihan kulut yang tidak terjaga.
g. Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing.
h. Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab
i. Akibat mencret
j. Reaksi kontak terhadap karet, plastik, detergen

C. Tanda dan Gejala Diaper Rash


a. Intasi pada kulit yang terkena muncul sebagai crytaema
b. Crupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti pantat, alat kemaluan, perut bawah paha
atas.
c. Keadaan lebih parah terdapat : crythamatrosa.
d. Kulit kemerahan dan lecet. Kulit pada lipatan kaki lecet dan berbau tajam.
e. Awal ruam biasanya timbul di dacrah kelamin. bukan di dubur.
f. Beruntutan di daerah kelamin. partat, dan pangkai paha.
g. Timbul lepuh-lepuh di seluruh daerah popok.
h. Bila penyakit telah berlangsung lebih dari 3 hari, daerah tersebut sering terkolonisasi (
ditumbuhi) oleh jamur, terutama jenis Candida Albicans, sehingga kelainan kuht
bertambah merah dan basah
i. Mudah terjadinya infeksi kuman, biasanya staphylococcus aurcus atau Sreptococcus beta
hemolyticus sehingga kulit menjadi lebih bengkak, serta di dapatkan nanah dan keropeng
j. Bayi menjadi rewel karena rasa nyeri.

❖ Dampak bagi tingkah laku Anak:


a. rewel karena gatal.
b. susah tidur, gelisah.
c. garuk-garuk, bisa sampai baret dan berdarah-darah kalo langsung digaruk ditempat
yang ruam.
❖ Bagi Orang tua:
a. Gelisah. tidak tenang, apalagi kalau sudah di treatment, tapi tidak sembuh-sembuh
sampai lama.
b. Ikut sedih kalo anak lagi rewel karena gatel.
c. Semakin khawatir kalau ruam sampai tergaruk, baret, dan berdarah

D. Patofisiologi Diaper Rash

Hampir semua bayi pernah mengalami ruam atau lecet karena pemakaian popok. Lokasi
yang sering terkena adalah bagian pantat, sekitar kemaluan, maupun paha. Bahkan, jika bakteri
yang terdapat dalam urine bayi Anda terurai menjadi amonia, ruam ini bisa bertambah parah.
Tentu saja keadaan ini sangat tidak menyenangkan buat si kecil.
Bayi yang senang tidur lama sebenarnya tidak ada masalah. Tetapi masalahnya bila
popoknya basah berkali-kali dan membuatnya lembab. Karena penyebab ruam popok yang
paling utama adalah popok yang lembab. Popok yang lama terkena air seni dan tinja bisa
menimbulkan iritasi pada kulit. Bila Bunda tak segera membersihkannya, bakteri dan jamur
akan tumbuh. Selain karena lembab ada juga bayi yang memang alergi terhadap popok sekali
pakai. Lebih baik gunakan popok tradisonal dengan resiko Bunda harus lebih sering
menggantinya bila bayi buang air kecil atau besar.

Penggunaan produk bayi yang mengandung parfum juga bisa meningkatkan resiko terkena
ruam popok termasuk juga deterjen untuk mencuci pakaiannya. Disarankan menggunakan
diapers tanpa pewangi. Tetapi alangkah baiknya bila melakukan upaya pencegahan, seperti :
a. Ganti popok sesering mungkin. Bila si kecil buang air besar, jangan menunda-nunda
untuk segera menggantinya.
b. Minimalisasikan penggunaan tissue basah untuk membersihkan area popoknya. Air
bersih adalah pilihan terbaik.
c. Hindari menggesek kulit bayi walau pun dengan handuk Jembut. Sebaiknya tepuk-
tepuk dan angin-anginkan saja pantat si kecil untuk mengeringkannya.
d. Beri sirkulasi udara untuk area kulitnya yang terkena popok dengan Cara menggunakan
popok kain, khususnya pada waktu udur.
e. Jangan mengikat atau merekatkan popok terlalu kencang.
Perhatian :
• Bila ruam tidak hilang lebih dari 3 hari konsultasikan segera ke dokter, terutama
bila timbul demam dan tidak nafsu makan.
• Jangan mengolesi ruam (bintik-bintik merah) dengan lotion atau baby oil. Gunakan
salep anti jamur yang mengandung Zinc di bawah pengawasan dokter.

E. Klasifikasi Diaper Rash

Ada beberapa pembagian diaper rash atau ruam popok :


1. Derajat sedikit ruam popok.
- Terjadinya kemerahan samar-samar didaerah popok
- Terdapat papula dengan jumlah sedikit.
- Kulit sedikit mengalami kekeringan.
2. Derajat ringan ruam popok
- Terjadi kemerahan yang kecil pada daerah popok.
- Tersebar benjolan (popula).
- kulit mengalami kekeringan skala sedang.
3. Derajat ringan-sedang ruam popok
- Terjadi kemerahan samar-samar pada daerah popok yang lebih besar.
- Terjadi kemerahan pada daerah popok dengan luas yang kecil.
- Terjadi kemerahan yang intens didaerah yang sangat kecil.
- Kulit mengalami kekeringan dengan skala sedang.
4. Derajat sedang ruam popok
- Terjadi kemerahan pada daerah yang lebih besar
- Terjadi kemerahan yang intens didaerah yang sangat kecil
- Terjadi benjolan (popula) dan beberapa benjolan (0-5) terdapat cairan didalamnya
(pustules)
- Kulit mengalami sedikit pengelupasan
- Mungkin terjadi pembengkakan (edema)
5. Derajat berat ruam popok
- Terjadi kemerahan yang intens didaerah yang lebih besar
- Terjadi pengelupasan kulit yang parah
- Terjadi pembengkakan (edema) yang parah
- Beberapa daerah popok mengalami kehilangan lapisan kulit dan terjadi pendarahan
- Banyak terjadi benjolan (popula) dan tiap benjolan terdapat cairan (pustula)

F. Pemeriksaan Penunjang Diaper Rash


Pemeriksaan darah lengkap dapat membantu terutama jika terdapatdemam dan dicurigai
adanya infeksi sekunder bakteri. Pemeriksaan kultur untuk mengetahui ada atau tidaknya
infeksi polimikroba. misalnya sreptococcus, Enterobacteriaceae, dan bakteri anaerob pada
hampir setengah dari kasus Adapun pemeriksaan KOH diperlukan untuk menegakkan
tiologikausa jamur. Pada pemeriksaan histopatologi. ditemukan gambaran histologis pada
umumnya menunjukkan dermatitis iritan primer dengan spongiosisepidermal dan inflamasi
ringan pada dermis
Keadaan diaper rash umumnya dapat didiagnosis secara klinis, pemeriksaan penunjang
memiliki beberapa keterbatasan dan kekurangan dalam mendiagnosis dermautis ini. Namun
pemeriksaan penunjang kadang kala digunakan untuk eliminasi diagnosa banding lainnya.
a. Tes Rutin:
Hitung darah lengkap dapat membantu terutama jika ada demam atau diduga
infeksi sekunder. Jika hasil tes ditemukan anemia menandakan keadaan berkaitan
dengan hepatosplenomegali dengan kemungkinan diagnosis Histiositosis sel
Langerhans atau sifilis kongenital. Jika dicurigai sifilis kongenital, serologi yang
relevan harus dikirim bidang pemeriksaan mikroskopis gelap untuk spirochctes dari
setiap kerokan lesi bulosa yang dapat dilakukan :
1. Kultur dari lesi yang mengering serta infeksi yang sudah jelas diindikasikan untuk
tes sensitifitas antibiotik.
2. Pewarnaan Gram atau kultur bula karakteristik impetigo untuk S. aureus dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis ini. Kultur rutin menunjukkan infeksi
polimikrobial (misalnya, streptokokus, Enterobacteriaceae, dan anaerob) dalam
hampir satu setengah dari kasus.
3. Kerokan Kalium hidroksida (KOH) dari lesi pustul dapat menunjukkan
pseudohyphae dalam kasus dugaan kandidiasis.
4. Jika ditemukan tungau dapat didiagnosa skabses.
b. Tes lain
1. Tingkat Serum zinc kurang dari 50 mcg/dL dapat mendiagnosa
2. Biopsi kulit dapat dilakukan untuk membantu membedakan granuloma gluteal
infantum dari proses granulomatosa dan neoplastik. Histopatologi: granuloma
gluteal infantum nampek infiltrasi inflamasi yang terdiri dari ncutrofil, limfosit,
histiosit, sel plasma, sel raksasa kadang-kadang, dan cosinofil, kadang-kadang
dengan peningkatan jumlah kapiler. Pemeriksaan granuloma gluteal menggunakan
mikroskop elektron mengungkapkan 3 jenis sel raksasa: di tipe pertama, sel-sel ini
secara luas terjadi pembesaran retikulum endoplasma, jenis kedua, sel-sel
memfagositosis entrosit: dan dalam jenis ketiga, sel-sel memiliki vesikula dan
butiran dan mirip dengan histiasit.

G. Penatalaksanaan Diaper Rash


1. Non Medikamentosa
a. Popok harus dibiarkan terbuka sesering mungkin ketika bayi tidur, untuk pengeringan
kulit.
b. Direkomendasikan untuk membersihkan kulit dengan air bersih, dan hindari gesekan
atau digosok.
c. Popok harus diganti sesering mungkin dan secepatnya setelah buang air.
d. Edukasi orang tua dan pengasuh. Tujuan utama penatalaksanaan diaper rash adalah
mengurangi kelembaban, karena yang paling penung adalah keberhasilan yang baik
dan menjaga daerah popok agar tetap bersih dan kering dengan mengganti popok secara
teratur dan menggunakan popok sekali pakai seperti popok golongan sintesis yang
mengurangi kontak kulit dengan uria.
2. Medikamentosa
a. Pasta Zinc oxide, petrolatum, dan campuran lainnya, sebagai pelindung merupakan
terapi utama. Pasta atau salep dioleskan setiap sehabis popok diganti. Diaper rash
sedang dan berat udak akan mengalami perbaikan bila hanya menggunakan krim
pelindung. Pada keadaan tersebut, dianjurkan penggunaan kortikosteroid topikal
potensi rendah dan krim pelindung. Krim hidrokortison 18 digunakan dua kali sehari
selama 3-5 hari. Bila dicurigai terjadi superinfeksi dengan kandida dapat digunakan
klotrimazol 19 atau mikonazol 286.
b. Hidrokortison dan anti jamur dioleskan bersamaan dua kali sehari pada saat mengganti
popok. kemudian dioleskan barier ointment di atasnya. Dapat pula digunakan
hidrokortison kuat sebab popok bersifat oklusif dan meningkatkan absorpsi
kortikosteroid yang dapat menimbulkan atrofi kulit dan penekanaan kelenjar adrenal.
Untuk terapi lanjutan dan pencegahan digunakan nistatin, amphoterin B atau imidazol
dalam bentuk powder.
c. Anti-kandida topikal diberikan jika ada tanda-tanda infeksi kandida. Pada diaper rash
dengan infeksi Candida albicans sedang hingga berat diberikan mupirocin 29
.Mupirocin 296 mengeradikasi Candida albicans dalam waktu 2-6 hari.Pada diaper rash
yang disertai infeksi jamur saluran cerna, dianjurkan menambah nistatin oral 150.000
unit tiga kali sehari. Neomisin seringmenimbulkan sensitasi sehingga udak digunakan
pada pengobatan diaper rash. Infeksi yang melipuu sebagian tubuh kadang
membutuhkan antibiotic sistemik.Pada infeksi Staphylococcus sebaiknya
menggunakan sepalosporin generasi pertama, dicloxacin atau amoxilin-clavunat dan
sebaiknya menghindari pemakaian enitromusin.

H. Komplikasi Diaper Rash


Adanya maserasi dan abrasi kulit yang tertutup popok, menyebabkan ulserasi kulit dan
infeksi sekunder oleh Candida albicans dapat terjadi. Reaksi psoriasis mengarah ke suatu
psoriaticlike erupsi papul dan plak setelah terapi awal infeksi kandida yang mengenai anggota
tubuh dan biasanya ekstremitas, terjadi beberapa hari setelah terapi anufungi dimulai.
Komplikasi dari diaper rash yaitu ulkus punch-out atau erosi dengan tepi meninggi (Jacguet
erosive dieper dermatitis), papul dan nodul pseudoverucous dan plak dan nodul Violaceous
(granuloma gluteale infantum). Pada jacguet erosive diaper dermatitis memberikan gambaran
eritema, berlapis, terdapat fisura dan area erosi pada kulit yang kontak dengan popok.

Granuloma gluteal infantum merupakan penyakit yang tidak biasa dengan ciri nodul merah
keunguan dengan ukuran yang berbeda-beda (0.5-0.3 cm) timbul pada arca popok pada bayi
umur 2-9 bulan. Pada pemeriksaan biopsi didapatkan infiltrat limfosit, sel plasma, netrofil, dan
eosinofil.

I. Pencegahan Diaper Rash


Pencegahan merupakan tindakan yang paling baik. Tujuannya adalah untuk mengurangi
kontak antara kulit dengan bahan iritan. Semakin sering popok diganti semakin kecil
kemungkinan terkena diaper rash. Popok harus diganti segera setelah BAK/BAB untuk
membatasi jumlah bahan iritan ini dan mencegah tercampurnya feses dan urin. Penggunaan
popok dengan daya serap kuat mengurangi kelembaban pada daerah popok.
Pencucian dan penggosokan yang berlebihan pada dacrah popok akan menimbulkan iritasi
kulit. Setelah BAK/BAB, pencucian dapat dilakukan dengan air hangat dan pembersih ringan.
Preparat protektif yang digunakan terdiri dari losion, krim atau ointment, yang
mengandung emolien dapat ditambah dengan kaolin, talk atau zinc oxide. Penggunaan preparat
ini akan mengurangi gesekan dan absorbsi bahan iritan. pH kulit sedikit lebih bersifat asam
dan mendekati pH normal kulit dan berfungsi sebagai buffer terhadap pH yang lebih tinggi
yang disebabkan oleh adanya amona.Emolien digunakan 2-3 kali sehari.

J. Penularan Diaper Rash


Diaper rash ini sifatnya tidak menular.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diaper rush adalah iritasi pada kulit bayi yang terjadi di daerah bokong. Ini bisa terjadi jika
popok basahnya telat diganti, atau popoknya terlalu kasar dan tidak menyerap keringat, infeksi
jamur atau bakteri atau bahkan eksema. Ruam popok atau diaper rush merupakan masalah kulit
pada daerah genual bayi yang ditandai dengan timbulnya bercak-bercak merah dikulit,
biasanya terjadi pada bayi yang memiliki kulit sensitif dan mudah terkena iritasi. Bercak-
bercak ini akan hilang dalam beberapa hari jika dibasuh dengan air hangat, dan diolesi lotion
atau cream khusus atau dengan melepaskan popok beberapa waktu.
Meskipun ruam popok menyebabkan sakit dan sangat mengganggu bayi ibu, namun
biasanya tidak berbahaya. Ruam popok pada umumnya terjadi pada bayi dengan kulit yang
lebih sensitive. Jika ruam pada bayi ibu disebabkan oleh popok yang basah atau infeksi jamur,
maka hanya dengan melepas popok dan membiarka kulitnya terkena angin sudah mampu
menyembuhkan. Pasukan ibu mengganti popoknya dengan rutin. Membasuh pantatdan
mengeringkannya sebelum memakaikan yang baru. Bisa juga menggunakan krim khusus
untuk membantu melindungi iritasi pada kulit bayi akibat ruam popok.

B. Saran
Selain digunakan sebagai intervensi mandiri dalam memberikan asuhan pada bayi yang
mengalami diaper rash, juga dapat mengajarkan orang tua yang mempunyai bayi menderita
ruam popok, serta menambah pemahaman dan informasi mengenai diaper rash (ruam popok)
pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (2015). Jurnal Universitas Islam Lamongan. Hubungan Pemakaian Diaper Dengan
Kejadian Ruam Popok Pada Bayi Usia 6-12 Bulan , 34-41

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2013.Perawatan Kulit Pada Bayi Dan Balita


Jakarte: FKUI

Fenwick,Elizabet.2015.Merawat Bayi.Jakarta: Dian Rakyat

Manulang, Y. F. (2018). Pengetahuan dan Tindakan Ibu Dalam Perawatan Perianal Terhadap
Pencegahan Ruam Popok Pada Neonatus di Klinik Bersalin Sally Medan.

Rukiyah, A. Y., & Yulianti, L. (2017). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.Jakarta: Trans
Info Media.

Surininah. (2016). Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan. Jakarta:PT. Ikrar Mandiri Abadi

Anda mungkin juga menyukai