Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN DIAPER RASH

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. DEFENISI
Ruam popok adalah iritasi pada kulit bayi Ibu di daerah pantat. Ini bisa terjadi jika ia
popok basahnya telat diganti, popoknya terlalu kasar dan tidak menyerap keringat, infeksi
jamur atau bakteri atau bahkan eksema
Ruam popok merupakan masalah kulit pada daerah genital bayi yang ditandai dengan
timbulnya bercak-bercak merah dikulit, biasanya terjadi pada bayi yang memiliki kulit sensitif
dan mudah terkena iritasi. Bercak-bercak ini akan hilang dalam beberapa hari jika dibasuh
dengan air hangat, dan diolesi lotion atau cream khusus ruam popok, atau dengan melepaskan
popok beberapa waktu.
Ruam popok (diaper rash) adalah gangguan yang lazim ditemukan pada bayi. Gangguan
ini banyak mengenai bayi berumur kurang dari 15 bulan, terutama pada kisaran usia 8 – 10
bulan. (Yaya,2017).
2. ETIOLOGI
Ruam disebabkan oleh roseola dan erythema infectiosum (penyakit fith) adalah tidak
berbahaya dan biasanya mereda tanpa pengobatan. Ruam disebabkan campak, rubella, dan
cacar air menjadi tidak umum karena anak mendapatkan vaksin.
Beberapa faktor penyebab terjadinya ruam popok ( diaper rash, diaper dermatitis, napkin
dermatitis ), antara lain:
 Iritasi atau gesekan antara popok dengan kulit.
 Faktor kelembaban.
 Kurangnya menjaga hygiene. popok jarang diganti atau terlalu lama tidak segera diganti
setelah pipis atau BAB (feces).
 Infeksi mikro-organisme (terutama infeksi jamur dan bakteri)
 Alergi bahan popok.
 Gangguan pada kelenjar keringat di area yang tertutup popok.
3. PATOFISIOLOGI
Diaper rash adalah gambaran suatu dermatitis kontak iritan,atau dikenal dengan istilah
dermatitis popok iritan primer (DPIP). Penggunaan popok berhubungan dengan peningkatan
yang signifikan pada hidrasi dan ph kulit. Kedua faktor tersebut adalah hal penting untuk
kesehatan kulit pada daerah popok. Urine dan feses berperan penting pada peningkatan hidrasi
dan ph kulit.Pada keadaan hidrasi yang berlebihan, permeabilitas kulit akan meningkat
terhadap iritan, meningkatnya koefisien gesekan sehingga mudah terjadi abrasi, dan
merupakan kondisi yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme sehingga mudah terjadi
infeksi.
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya antara lain ruam kemerahan atau lecet pada kulit di daerah yang ditutupi popok.
Selain itu, bayi biasanya terlihat rewel, terutama saat penggantian popok. Bayi juga mungkin
menangis saat kulit di daerah yang ditutupi popok dicuci atau disentuh. Terdapat bercak-
bercak kemerahan pada daerah pantat karena iritasi popok.

Gejala dari ruam popok bervariasi :


a. Pada tahap dini, ruam tersebut berupa kemerahan di kulit pada daerah popok yang sifatnya
terbatas disertai lecet-lecet ringan atau luka pada kulit.
b. Pada derajat sedang berupa kemerahan dengan atau tanpa adanya bintil-bintil yang
tersusun seperti satelit, disertai dengan lecet-lecet pada permukaan luas. Biasanya disertai
rasa nyeri dan tidak nyaman.
c. Pada kondisi yang parah ditemukan kemerahan yang disertai bintil-bintil, bernanah dan
meliputi daerah kulit yang luas.
d. Bayi atau anak dengan kelainan itu dapat menjadi rewel akibat adanya rasa nyeri, terutama
pada waktu buang air kecil atau besar .
5. KOMPLIKASI
Jika tidak diobati atau diabaikan maka dapat terjadi:
a. Disuria, yaitu rasa sakit yang timbul saat buang air kecil
b. Retensio urine, yaitu tidak bisa buang air kecil. Hal ini biasanya terjadi karena adanya rasa
sakit, maka anak akan menahan keinginannya untuk buang air kecil.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ruam popok biasanya bisa ditegakkan melalui pemeriksaan fisik dan melihat
klinis pasien. Namun beberapa pemeriksaan penunjang, seperti kerokan kulit, bisa dilakukan.
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap tidak spesifik mendiagnosis ruam popok, tetapi dapat
dilakukan jika terdapat demam dan dicurigai ada infeksi sekunder atau infeksi sistemik
yang mendasari.
b. Kerokan Kulit
Pewarnaan gram atau kultur dari sediaan kerokan kulit atau bulla dapat dilakukan
untuk memastikan etiologi dan membantu dalam pemilihan antibiotic.
Kerokan KOH  juga bisa dilakukan apabila dicurigai adanya infeksi jamur. Kerokan
kulit diambil dari lesi kulit seperti papul atau pustul, kemudian ditetesi KOH dan dilihat di
bawah mikroskop. Gambaran pseudohifa akan muncul pada infeksi Candida.
c. Biopsi
Biopsi kulit hanya dilakukan jika dicurigai adanya lesi dengan etiologi keganasan.
7. PENATALAKSANAAN
a. Daerah yang terkena Diaper Rash, tidak boleh terkena air dan harus dibiarkan terbuka dan
tetap kering.
b. Bersihkan kulit yang iritasi dengan kapas halus yang mengandung minyak
c. Segera bersihkan dan keringkan bila anak kencing dan BAB.
d. Posisi tidur anak diatur supaya tidak menekan kulit atau daerah yang iritasi.
e. Beri makanan tetapi dengan porsi yang cukup.
f. Perhatikan kebersihan kulit dan kebersihan tubuh secara keseluruhan.
g. Memlihara kebersihan pakaian dan alat-alatnya.
h. Pakaian /celana yang basah oleh air kencing harus direndam dalam air yang dicampur
acidium boricum, bersihkan, dibilas sampai bersih dan keringkan.
i. Pengobatan :
Yang biasa diberikan adalah salep yang mengandung zinc oksida yang bersifat
mengeringkan,  serta mengandung zat anti-jamur dan atau anti-bakteri Salah
satu  sediaan  yang  tersedia  di  pasaran  adalah  miconazole  yang selainbersifat antijamur
juga memiliki aktivitas anti-bakteri
8. PENCEGAHAN
a. Gantilah popok segera setelah anak kencing atau berak. Hal ini mencegah lembab pada
kulit. Janganlah memakai popok dengan ketat khususnya sepanjang malam hari. Gunakan
popok dengan longgar sehingga bagian yang basah dan terkena tinja tidak menggesek kulit
lebih luas. Bersihkan dengan lembut daerah popok dengan air. Anda tidak perlu
menggunakan sabun setiap kali mengganti popok atau setiap kali buang air besar. (Bayi
yang mendapat ASI dapat BAB sebanyak 8 kali per hari). Gunakan sabun hanya bila tinja
tidak mudah keluar.
b. Jangan menggunakan bedak bayi atau talk karena dapat menyebabkan masalah dengan
pernapasan pada bayi anda.
c. Hindari selalu membersihkan dengan usapan yang dapat mengeringkan kulit. Alkohol atau
parfum pada produk tersebut dapat mengiritasi kulit bayi.
d. Sering-seringlah mengganti popok. Jangan biarkan popok yang sudah basah karena
menampung banyak urin berlama-lama dipakai bayi. Kontak yang lama antara urin atau
tinja dengan kulit bayi dapat menimbulkan ruam popok.
e. Saat membersihkan bayi, tepuk daerah yang biasa ditutupi popok (bokong, paha,
selangkangan, dan daerah genital bayi) secara perlahan dengan handuk bersih. Usahakan
menghindari menggosok-gosok dengan keras daerah tersebut.
f. Sesekali biarkan bokong bayi terbuka (tidak memasang popok) selama beberapa saat.
Tindakan ini mungkin berguna menjaga daerah popok tetap kering dan bersih.
g. Hati-hati dalam memilih popok, karena beberapa jenis bahan popok dapat merangsang
ruam popok. Jika hal itu terjadi, gantilah popok merk lain yang lebih cocok.
h. Jika bayi anda memakai popok kain yang digunakan berulang kali, cucilah popok kain
tersebut dengan deterjen yang formulanya tidak terlalu keras. Hindari memakai pelembut,
karena pewangi dalam pelembut tersebut dapat mengiritasi kulit bayi. Pastikan untuk
membilas popok dengan baik agar deterjen tidak tertinggal di dalam popok.
i. Hindari memasang popok terlalu kuat. Usahakan ada ruang antara popok dengan kulit
bayi.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Identitas pasien dan keluarga, pola sensori, pemeriksaan fisik (status kesehatan umum,
pemeriksaan head to toe, pemeriksaan penunjang), pemeriksaan tanda-tanda fital dan riwayat
penggunaan obat-obatan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit / jaringan
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit karena
destruksi jaringan.
c. Gangguan mobilitas fisik, kerusakan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit / jaringan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil:
- Nyeri berkurang / terkontrol
- Ekspresi wajah rileks.
Intervensi:
1) Pastikan ibu mengganti popoknya secara rutin.
R/  supaya permukaan tidak dalam keadaan lembab/ basah.
2) Berikan tempat tidur ayunan secara indikasi
R/ peninggian linen dari luka membantu menurunkan nyeri
3) Membasuh pantat bayi dan mengeringkanya
R/ Untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit bayi
4) Melepas popok dan membiarkan kulitnya terkena angin
R/ Mempercepat penyembuhan ruam popok
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit karena
destruksi jaringan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam diharapkan masalah dapat
teratasi.
Kriteria Hasil:
- Menunjukan regenerasi jaringan
- Mencapai penyembuhan tepat waktu.
Intervensi:
1) Berikan perawatan ruam popok dengan tepat dan tindakan control infeksi.
R/ menyiapkan jaringan baru dan menurunkan infeksi.
2) Tinggikan area graft bila mungkin
R/ menurunkan pembengkakan / mengatasiresiko pemisahan graft
3) Pantau kondisi luka yang terjadi akibat ruam popok.
R/ memberikan informasi dasar tentang keb penanaman kulit
4) Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci dan minyai dengan krim.
R/ kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan perawatan khusus
c. Gangguan mobilitas fisik, kerusakan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan kep selama 2×24 jam diharapkan masalah dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
- Menunjukan keinginan berpartisipasi dalam aktifitas.
- Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tidak adanya kontraktus.
- Menunjukan teknik / perilaku yang memampukan melakukan aktivitas.
Intervensi:
1) Pertahankan posisi tubuh tepat dan dukungan
R/ meningkatkan fungsional pada ekstremitas.
2) Lakukan rehabilitasi pada penerima.
R/ akan lebih mudah membuat partisipasi
3) Berikan obat sebelum aktivitas/ latihan
R/ menurunkan kekuatan otot/ jaringan.
4) Bersihkan daerah luka dengan cepat.
R/ eksisi dinidiket untuk menurunkan jaringan parut serta resiko infeksi.

5) IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dapat dilaksanakan penuh pada masing-masing diagnosa keperawatan. Meliputi: monitor
tanda-tanda vital, monitor input-output, monitor kesadaran, monitor hipoglikemi, obserfasi
tanda infeksi, lakukan teknik aseptik perawatan kulit, jelaskan tentang penyebab, komplikasi
dan pengobatan atau terapi decubitus. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
obat-obatan.
6) EVALUASI
Keefektifan tindakan, peran anggota keluarga untuk membantu mobilisasi pasien,
kepatuhan pengobatan dan mengefaluasi masalah baru yang kemungkinan muncul.

Anda mungkin juga menyukai