Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS BENDUNGAN

ASI

Di susun oleh :

Kelompok

1. Heru mardiyono
2. Natalya purwanto
3. Kumberly kaligis
4. Novita maasawet
5. Yuliana lumeohe
6. Yoel katang
7. Asri Abusalam
8. Miracle Pinaria
9. Ignasius Dae

POLTEKKES KEMENKES MANADO


PRODI D III KEPERAWATAN
T.A 2021
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang : 

Menurut data WHO di Negara berkembang seperti Negara Amerika Serikat pada tahun 2015
menyumbang angka kejadian ibu yang mengalami bendungan ASI mencapai 66,34% dari 9.862
orang ibu nifas. Menurut data ASEAN pada tahun 2015 ibu yang mengalami bendungan ASI
sebanyak 76.543 ibu nifas. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat dalam mendorong
peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah. Menurut data Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2015 ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 77.231
atau 37,12% ibu nifas. Menurut data yang diperoleh di Klinik Arrizal Medika Pamarayan tahun
2017 ibu nifas yang mengalami bendungan ASI terdapat 15 ibu nifas yang mengalami
bendungan ASI dari 328 ibu nifas atau 4,6% dari 328 ibu nifas.

Tujuan : 

Dari asuhan kebidanan pada bendungan ASI adalah untuk meningkatkan kemampuan penulis
dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan ASI, dengan
menggunakan pendekatan menejemen kebidanan yang sesuai dengan standarisasi pelayanan
kebidanan. Metode yang digunakan pada kasus ini adalah kualitatif yaitu denan cara wawancara
mendalam atau observasi.

Manfaat :

 Setelah diberikan asuhan perawatan payudara (breastcare), menyusui bayi sesering


mungkin, mengeluarkan ASI setelah bayi selesai menyusu dengan pompa/tangan bila
terasa belum kosong, mengompres payudara dengan air hangat dan air dingin. Dilakukan
evaluasi 11 hari kemudian ibu kunjungan didapati bendungan ASI dapat ditangani.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Medis
1. Konsep dasar masa nifas
a. Pengertian Masa nifas (puerperium)
adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum
hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari
(Ambarwati, 2010).
b. Tahapan masa nifas menurut Vivian,dkk (2013) :
1) Puerpurium dini
yaitu suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan
2) Puerpurium intermedial
yaitu suatu masa kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih 6-8 minggu
3) Remote puerpurium
yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil
atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat bisa berminggu-
minggu, berbulan-bulan, atau tahunan
c. Asuhan yang diberikan dalam kunjungan nifas (Saleha, 2009)
1) Kunjungan I (6-8 jam post partum)
a) Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri
b) Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut
c) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang
disebabkan atonia uteri
d) Pemberian ASI awal
e) Menjaga kehangatan bayi
2) Kunjungan II (6 hari post partum)
a) Memastikan involusi uteri berjalan dengan normal (kontraksi uterus baik, TFU di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal),
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, perdarahan
c) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
d) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan
e) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui
f) Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir
3) Kunjungan III (2 minggu post partum) Asuhan yang diberikan sama dengan asuhan
yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum
4) Kunjungan IV (6 minggu post partum) Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami
ibu selama masa nifas, memberikan konseling KB secara dini
d. Tujuan Asuhan Masa Nifas
1) Tujuan umum Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh
anak.
2) Tujuan khusus
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya.
b) Melaksanakan skrining yang komprehensif, Mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
c) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,
menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat.
d) Memberikan pelayanan keluarga berencana (Syaifuddin, 2002)
2. Bendungan ASI
a. Pengertian
1) Menurut Prawirohardjo (2009) Bendungan ASI adalah peningkatan aliran vena dan
limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan
disebabkan overdistensi dari saluran sistem laktasi.
Menurut Manuaba (2010) Bendungan ASI terjadi karena sumbatan pada saluran ASI,
tidak dikosongkan seluruhnya.
3) Menurut Wheeler (2010) Bendungan ASI biasanya muncul bertahap menyebabkan
demam tinggi dan tidak berhubungan dengan gejala sistemik. Payudara terasa hangat dan
tampak mengkilat.
b. Penyebab Bendungan ASI
Menurut Wiknjosastro (2009) ada faktor yang menyebabkan terjadinya bendungan ASI
diantaranya:
1) Hisapan bayi yang tidak aktif Pada masa laktasi, bila ibu tidak menyusui bayinya
sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap maka juga akan menimbulkan
bendungan ASI
2) Posisi menyusui bayi yang tidak benar Teknik yang salah dalam menyusui dapat
mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi
menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan akan terjadi bendungan ASI
3) Puting susu terbenam Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, kemudian bayi tidak
menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI
4) Pengosongan mammae yang tidak sempurna Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan
produksi ASI pada ibu yang produksi ASInya berlebihan, apabila bayi sudah kenyang
dan selesai menyusu dan payudara tidak dikosongkan, maka terdapat sisa ASI di dalam
payudara. ASI tersebut yang menimbulkan bendungan ASI
5) Puting susu terlalu panjang Puting susu yang terlalu panjang menimbulkan kesulitan
pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus
laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan
bendungan ASI
c. Gejala Bendungan ASI
Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah (Saifuddin, 2006):
1) Bengkak pada payudara saat perabaan
2) Payudara terasa keras
3) Payudara terasa panas dan nyeri bila ditekan
4) Payudara bewarna kemerahan
d. Pencegahan terjadinya bendungan ASI (Wiknjosastro, 2009):
1) Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah
dilahirkan
2) Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)
3) Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4) Perawawatan payudara pasca persalinan
5) Menyusui sesering mungkin
6) Memakai BH yang dapat menyangga payudara
7) Hindari tekanan lokal pada payudara
e. Penatalaksanaan bendungan ASI (Wiknjosastro, 2009) :
1) Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek
2) Keluarkan ASI sebelum menyusui sehingga ASI keluar lebih mudah ditangkap dan
dihisap oleh bayi
3) Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4) Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin dan hangat
menggunakan handuk secara bergantian kiri dan kanan
5) Susukan ASI sesering mungkin tanpa dijadwal (on demand)
6) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI
f. Penanganan bendungan ASI menurut Suherni, dkk (2008) pada bayi hidup :
1) Keluarkan ASI secara manual/ASI tetap diberikan pada bayi
2) Menyangga payudara dengan BH yang menyokong
3) Kompres dengan kantong es (jika perlu)
4) Melakukan perawatan payudara
5) Pemberian analgetik
g. Penatalaksanaan bendungan ASI karena bayi meninggal :
1) Kosongkan payudara dengan tangan (memerah)
2) Kosongkan payudara dengan pompa payudara
3) Pembalutan mamae dengan kapas atau handuk kering
4) Berikan obat estrogen untuk supresi seperti tablet lynoral dan parlodel
5) Memakai BH yang menyokong
Faktor predisposisi :

a. Hisapan bayi yang


tidak aktif

b. Posisi menyusui
yang tidak benar
Penatalaksanaan :
c. Puting susu
a. Keluarkan sedikit ASI
terbenam
sebelum menyusui agar
d. Pengosongan payudara lebih lembek
mammae yang tidak
b. Keluarkan asi sebelum
menyusui sehingga asi keluar
lebih mudah ditangkap dan
Tanda dan Gejala :
dihisap oleh bayi
Berhasil:
a. Bengkak pada payudara
c. Sesudah bayi kenyang
saat perabaan Lakukan asuhan pada ibu
keluarkan sisa ASI
nifas
b. Payudara terasa keras
d. Untuk mengurangi rasa sakit
c. Payudara terasa panas pada payudara berikan
kompres dingin dan hangat
d. Payudara terasa nyeri
menggunakan handuk secara
bila ditekan
bergantian kiri dan kanan
e. Payudara bewarna
e. Susukan ASI sesering Tidak berhasil:
kemerahan
mungkin tanpa dijadwal (on
Kolaborasi dengan dokter
demand)
obgin

f. Keluarkan ASI dengan


tangan atau pompa bila
Diagnosa :
produksi melebihi kebutuhan
Bendungan ASIV ASI
Langkah 1:

pengkajian data Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data
dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tandatanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang (Varney, 2004) Proses
pengumpulan data mencakup data subjektif dan data objektif, adalah sebagai berikut:

a. Data subyektif
Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi data
kejadian, informasi tersebut dapat ditentukan dengan informasi atau komunikasi
(Asrinah, 2010) 1) Biodata pasien menurut Sulistyawati (2012)
a) Nama : untuk mengenal dan mengetahui pasien
b) Umur : untuk mengetahui faktor resiko
c) Agama : untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
pasien
d) Suku Bangsa : untuk mengetahui faktor bawaan atau ras
e) Pendidikan : untuk mengetahui tingkat intelektual
f) Pekerjaan : mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap masalah klien.
g) Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal pasien dan lingkungannya.
2) Alasan dating
Alasan datang merupakan alasan pasien datang ke tempat bidan/klinik, yang
diungkapkan dengan kata-katanya sendiri. (Hani,dkk, 2011)
3) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan alasan bagi pasien untuk datang ke tempat bidan/klinik, yang
diungkapkan dengan kata-katanya sendiri (Varney, 2004). Pada ibu nifas dengan
bendungan ASI biasanya mempunyai keluhan bengkak pada payudara saat perabaan,
payudara terasa keras, payudara terasa panas dan nyeri bila ditekan, payudara bewarna
kemerahan (Saifuddin, 2006).
4) Riwayat menstruasi
Dikaji untuk mengetahui tentang menarch, siklus, volume, berapa lama menstruasi,
banyaknya menstruasi, keluhan, dan untuk mengetahui hari pertama menstruasi serta
untuk menentukan umur kehamilan dan tanggal kelahiran. (Salmah,dkk, 2006)
6) Riwayat persalinan
sekarang, menurut Sulistyawati (2012) yaitu:
a) Tempat melahirkan
b) Penolong saat persalinan
c) Jenis persalinan (spontan/bedah sesar)
d) Lama persalinan (dari pembukaan hingga pengeluaran bayi dan plasenta)
e) Komplikasi/kelainan dalam persalinan
f) Keadaan plasenta (spontan, kelengkapan plasenta)
g) Keadaan perineum (utuh,ada robekan, episiotomi)
h) Perdarahan (kalaI-kala IV)
i) Bayi lahir (pemeriksaan antopometri) Pada keadaan ibu sekarang dapat membantu
menentukan keadaan ibu, bayi, perdarahan, dan komplikasi yang terjadi (Salmah,dkk,
2006)
7) Riwayat kehamilan
persalinan, dan nifas yang lalu Dikaji untuk mengetahui pada tanggal, bulan, tahun,
berapa anaknya lahir, tempat persalinan, umur kehamilan, umur kelahiran, jenis
persalinan, penolong persalinan, penyulit, jenis kelamin, berat badan lahir, panjang badan
lahir, riwayat nifas yang lalu dan keadaan anak sekarang (Saifuddin, 2007)
8) Riwayat keluarga
berencana Dikaji untuk mengetahui jenis alat kontrasepsi yang pernah digunakan ibu
sebelumnya dan untuk mengetahui rencana KB yang akan digunakan ibu setelah
melahirkan (Varney, 2004)
9) Pola kebiasaan
a) Nutrisi
Penting diketahui supaya dapat menggambarkan bagaimana pasien mencukupi asupan
gizinya. Mulai dari menu apa saja yang dimakan, frekuensi makan dan minum, dan ada
keluhan atau tidak (Varney, 2004)
b) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui pola BAB dan BAK,adakah kaitannya dengan obstipasi atau
tidak (Varney, 2004)
c) Istirahat
Istirahat sangat diperlukan oleh ibu nifas, oleh karena itu bidan perlu mengenali
kebiasaan istirahat ibu nifas supaya dapat diketahui hambatan yang mungkin muncul jika
didapatkan data yang senjang antara pemenuhan kebutuhan istirahat. Pada bendungan
ASI dianjurkan istirahat cukup (Ambarwati, 2008)
d) Hubungan seksual
Dikaji untuk mengetahui berapa kali frekuensi ibu melakukan hubungan seksual dalam
seminggu, pola seksual, dan keluhan (Varney, 2004)
e) Personal hygine
Dikaji untuk mengetahui berapa kali dalam sehari ibu menjaga kebersihan diri. Mandi,
gosok gigi, keramas, dan ganti pakaian. (Sulistyawati, 2012)
f) Aktifitas
Perlu di kaji untuk mengetahui apakah bendungan ASI yang dialami ibu disebabkan
karena aktivitas fisik secara berlebihan (Saifuddin, 2006)
g) Perokok dan pemakaian obat-obatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu perokok dan pemakai obat-obatan yang tidak
dianjurkan (Saifuddin, 2007) 10) Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan menurut Hani
dalam buku asuhan kebidanan pada ibu nifas (2011) meliputi :
a) Riwayat penyakit sekarang
Dikaji untuk mengetahui penyakit yang saat ini sedang diderita oleh ibu
b) Riwayat penyakit yang lalu
Perlu dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit DM, hipertensi, jantung, asma,
TBC, epilepsi, atau penyakit lain yang pernah di derita.
c) Riwayat penyakit keluarga
Dikaji, apakah dalam keluarga ada yang mempunyai penyakit menurun seperti DM,
hipertensi, jantung, asma, TBC, epilepsi, hepatitis, atau penyakit lain yang menurun
d) Riwayat operasi
Dikaji apakah ibu pernah melakukan operasi, terutama operasi obstetrik. 23
11) Psikososial budaya
Untuk mengetahui bagaimana keadaan mental ibu dalam menjalani masa nifas ini,
dan respon keluarga. Biasanya ibu nifas dengan bendungan ASI, akan cemas
(Saifuddin, 2007)
b. Data objektif
Data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnosis lain (Asrinah dkk, 2010)
1) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum awal yang dapat diamati meliputi adanya kecemasan yang dialami
pasien. (Salmah,dkk, 2006)
b) Kesadaran
Untuk mengetahui gambaran kesadaran pasien. Dilakukan dengan pengkajian tingkat
kesadaran mulai dari keadaan Composmentis (keadaan maximal) sampai dengan
koma (pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2012)
c) Tekanan darah
Tekanan darah pada ibu nifas biasanya menjadi lebih rendah ini diakibatkan oleh
perdarahan, sedangkan tekanan darah tinggi pada ibu nifas merupakan tanda
terjadinya preeklamsi postpartum (Ambarwati, 2008).
e) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan, apakah ada peningkatan atau tidak, suhu normal
36,5–37,5°C. (Sulistyawati, 2012)
F) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang di hitung dalam menit. Batas normal 60-100 kali
permenit. (Hani,dkk, 2011)
G) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung dalam menit. Batas
normal 16-20 kali permenit (Salmah,dkk, 2006)
H) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan ibu, karena jika berat badan ibu berlebih dapat
beresiko menyebabkan komplikasi (Salmah,dkk, 2006)
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak, bersih atau kotor, dan berketombe atau
tidak (Sulistyawati, 2012)
b) Muka
Apakah terdapat odema atau tidak, muka pucat atau tidak (Hani,dkk, 2011)
c) Mata
Untuk mengetahui warna konjungtiva pucat atau tidak, sklera putih/kuning (Varney,
2004)
d) Hidung
Untuk mengetahui adanya kelainan, cuping hidung, benjolan, dan sekret (Hani,dkk,
2011)
f) Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga, ada kotoran/serumen atau tidak. (Sulistyawati,
2012)
g) Mulut, gigi, dan gusi
Untuk mengetahui adanya stomatitis, karies gisi, gusi berdarah atau tidak
(Sulistyawati,2012)
h) Leher
Untuk mengetahui ada tidaknya pembengkakan kelenjar limfe, kelenjar tyroid, dan
pembesaran vena jugularis (Hani,dkk, 2011)
i) Dada dan Axila
menurut Ambarwati (2008) dalam buku Asuhan Kebidanan pada ibu nifas, yaitu:
(1) Mamae
Untuk mengetahui adanya pembesaran pada mamae, simetris atau tidak, puting
susu menonjol atau tidak, ada benjolan atau tidak, dan sudah ada pengeluaran
kolostrum atau belum
(2) Axila
Untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan adanya benjolan pada daerah axila
j) Genetalia
Untuk mengetahui apakah ada varises pada vagina, dan adakah pengeluaran
pervaginam yaitu pengeluaran lokea (warna, bau, banyaknya, konsistensi), serta
adakah robekan jalan lahir dan kontraksi uterus (Varney, 2004)
k) Anus
Untuk mengetahui adakah Hemoroid, dan varises pada anus (Sulistyawati, 2012)
l) Ekstermitas
Untuk mengetahui adakah varises, odema atau tidak, apakah kuku jari pucat, suhu
atau kehangatan, dan untuk mengetahui reflek patella (Hani,dkk, 2011)
3) Pemeriksaan khusus obstetric
a) Inspeksi
adalah proses pengamatan dilakukan untuk menilai keadaan (Saifuddin, 2006)
(1) Muka Terdapat cloasma gravidarum atau tidak,oedem atau tidak
(2) Payudara Simetris, ada retraksi dada atau tidak, puting menonjol atau tidak
(3) Abdomen Untuk mengetahui adanya luka bekas operasi obstetric
(4) Genetalia Untuk mengetahui keadaan perineum, pengeluaran lokea (warna, bau,
banyaknya, konsistensi), robekan jalan lahir
b) Palpasi
adalah pemeriksaan dengan indera peraba yaitu tangan dilakukan untuk menentukan
keadaan payudara yaitu terasa keras dan nyeri bila ditekan (Saifuddin, 2006) (1)
payudara
Untuk mengetahui adanya benjolan pada payudara yang abnormal, kolostrum dan
ASI yang keluar
(2) Abdomen
Untuk mengetahui TFU, konsistensi uterus, kontraksi uterus, kandung kemih
b. Langkah II.Merumuskan diagnosa/masalah aktual Interpretasi
data (data dari hasil pengkajian) mencakup diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
dirumuskan diagnosa masalah yang spesifik (Varney, 2004).
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa yang ditegakkan dalam ruang lingkup praktek kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan. Dianosa kebidanan yang
ditegakkan pada ibu nifas dengan bendungan ASI adalah Ny..... umur ....tahun,
post partum .... jam/hari .... dengan bendungan ASI Data dasar : Data subyektif :
1) Ibu mengatakan kelahiran anak yang ke ....
2) Ibu mengatakan tidak pernah keguguran
3) Ibu mengatakan post partum ......jam/hari...
4) Ibu mengatakan payudara bengkak saat perabaan
5) Ibu mengatakan payudara terasa panas dan nyeri bila ditekan, bewarna
kemerahan
6) Ibu mengatakan istirahat dengan cukup
7) Ibu mengatakan tidak ada hambatan dalam beraktifitas
8) Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit menurun dan menahun

Data objektif :
1) Keadaan umum dan vital sign
2) Pemeriksaan fisik ibu
3) Pemeriksaan khusus
4) Genetalia Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney, 2004).
Masalah yang sering timbul pada ibu nifas dengan bendungan ASI yaitu payudara
terasa keras dan nyeri saat perabaan, bengkak pada payudara, payudara bewarna
kemerahan (Saifuddin, 2006) Kebutuhan : Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien
dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisis data (Varney, 2004). Kebutuhan untuk ibu nifas dengan
bendungan ASI adalah konseling tentang teknik menyusui yang benar
c. Langkah III. Merumuskan diagnosa atau masalah potensial
Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi,
oleh karena itu membutuhkan antisipasi pencegahan serta pengawasan pada ibu
nifas dengan bendungan ASI (Varney, 2004)
Pada ibu nifas dengan bendungan ASI diagnosa potensial yang mungkin terjadi
adalah mastitis (Manuaba, 2010)
d. Langkah IV.Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi
Menunjukan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan
prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya, setelah bidan
merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa atau
masalah potensial yang sebelumnya. Penanganan segera pada kasus bendungan
ASI ini adalah melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter
obsgyn (Varney, 2004)
e. Langkah V. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditentukan pada tahap
sebelumnya, juga mengantisipasi diagnosa dan masalah kebidanan secara
komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang relevan dan diakui
kebenarannya sesuai kondisi dan situasi berdasarkan analisa dan asumsi yang
seharusnya boleh dikerjakan atau tidak oleh bidan. Rencana asuhan yang di
berikan pada ibu nifas dengan bendungan ASI menurut penatalaksanaan
bendungan ASI Wiknjosastro (2009) adalah:
1) Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek
2) Keluarkan asi sebelum menyusui sehingga asi keluar lebih mudah
ditangkap dan dihisap oleh bayi
3) Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4) Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin dan
hangat menggunakan handuk secara bergantian kiri dan kanan
5) Susukan ASI sesering mungkin tanpa dijadwal (on demand)
6) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi
kebutuhan ASI Dari penatalaksanaan bendungan ASI tersebut untuk asuhan
kebidanan yang di berikan pada klien dapat dilakukan :
1) Menganjurkan ibu untuk banyak beristirahat
2) Memberikan konseling tentang kebutuhan nutrisi selama masa nifas
3) Memberikan konseling tentang cara menyusi yang benar
4) Memberitahu ibu untuk melakukan pengompresan dengan air hangat pada
kedua payudara
f. Langkah VI. Impelementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan asuhan yang menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini dapat dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh klien
atau tenaga lainya (Varney, 2004)
g. Langkah VII. Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dan seluruh asuhan yang sudah diberikan, apakah
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di
dalam masalah diagnosa. (Varney, 2004) Evaluasi pada ibu nifas dengan
bendungan ASI menurut Wiknjosastro (2009)
1) Terpenuhinnya kebutuhan ibu untuk banyak beristirahat
2) Ibu mengerti tentang tentang kebutuhan nutrisi selama masa nifas
3) Ibu mengerti tentang cara menyusui yang benar
4) Ibu mengerti dan akan melakukan pengompresan pada payudara
3. Data perkembangan
Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan 7 langkah Varney, sebagai
catatan perkembangan dilakukan asuhan kebidanan SOAP dalam
pendokumentasian. Menurut Varney dalam Asrinah (2010) sistem
pondokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP yaitu:
a. S (Subyektif) : menggambarkan dan mendokumentasikan Hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah satu Varney.
b. O (Objektif) : menggambarkan dan mendokumentasikan
Hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan tes diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan langkah satu Varney.
c. A (Assesment) : menggambarkan dan mendokumentasikan Hasil analisa
dan interpretasi data subjektif dan objektif suatu identifikasi.
d. P (Planning) : menggambarkan dan mendokumentasikan dari tindakan dan
evaluasi perencanaan berdasarkan pada assesment sebagai langkah V, VI, VII
Varney.

ANALISA DATA

NO Data Penyebab Masalah


keperawatan

1. DS: Nifas hari ke 7,


Klien mengatakan nyeri Peningkatan laktasi Nyeri
pada bagian payudara ↓
kanan dan puting susu kelainan puting susu
masuk ke dalam DO: ↓
Skala nyeri 5 Gangguan sekresi ASI
Klien tampak meringis

menahan sakit saat di
Terjadi bendungan ASI
lakukan palpasi pada

bagian payudara kanan
Nyeri pada payudara
TD : 120/80 mmhg

HR : 84 x/ i
Nyeri dan ketidaknyamanan
RR :20 x/ i
T : 37,5

DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)


1. Nyeri berhubungan dengan adanya sumbatan asi, peningkatan aliran vena dan limfe ditandai dengan
payudara bengkak, keras, dan nyeri tekan.

Hari/ No. Dx Perencanaan Keperawatan


tanggal

Tujuan dan Kriteria Hasil :


1. Nyeri teratasi, dengan keriteria
suhu menurun,payudara tidak bengkak lagi,dan nyeri
berkurang
2. Ibu dapat melakukan perawatan payudara.
Rencana Tindakan Rasional
Sabtu, 24 1. - Kaji keluhan nyeri, lokasi, - membantu dalam
januari Nyeri lama, dan intensitas nyeri menentukkan
2021 identifikasi derajat
ketidaknyamanan dan
dapat diberikan terapi
- Lakukan kompres hangat. yang tepat
- kompres hangat dapat
menyebabkan
vasodilatasi,sehingga aliran
- Anjurkan ibu tidak darah lancar.
menggunakan penyangga
yang terlalu ketat. - Penyangga yang terlalu
ketat dapat menumbulkan
- Anjurkan ibu untuk rasa sakit.
melakukan perawatan
payudara
- dengan perawatan yang
benar dan konsistensi
dapat mengurangi rasa
nyeri

PENATALAKSANAN KEPERAWATAN
Sabtu, 24 No. Implementasi Keperawatan Evaluasi
Januari Dx (SOAP)
2021

09:00 1. o Mengkaji keluhan nyeri dan S:


intensitas yang di alami Ny. Ny. R mengatakan
R pada bagian payudara bahwa ia mengalami
kanan nyeri,bengkak pada
09:30 bagian payudara kanan
o Menganjurkan kompres air
hangat unntuk mengurangi O:
rasa nyeri yang di rasakan TD: 120/80 mmhg
pada bagian payudara RR: 20x/i
10:00 HR: 80x/i

o Mengkaji tindakan apa yang T : 37

di lakukan pada saat nyeri Skala intensitas nyeri yang

berlangsung di alami 5

10:40 o Mengkaji apakah Ny. R A : Masalah belum

mengetahui tentang teratasi

perawatan payudara
P : Intervensi di lanjutkan
11:00 o Mengkaji TTV
1
TD, HR, RR, T

Senin,11
o Mengkaji nyeri yang dialami
klien, apakah sudah
berkurang atau tidak setelah
Januari dilakukan kompres air hangat
2021 S:
o Mengkaji kembali keadaan Ny. R mengatakan nyeri
09:30 yang dirasakan mulai
payudara klien
berkurang dari nyeri yang

o Menganjurkan Ny. R untuk dirasakan sebelumnya,

tidak mengunakan setelah dilakukan

penyanggah atau BH yang kompres air hangat O:


10:00 TD : 110/80 mmhg
terlalu ketat
RR: 18x/i
o Menjelaskan pada Ny. R HR: 80x/i
10:30 tentang perawatan payudara T: 37
Klien sudah dapat
o Mengajarkan Ny. R merawat mengatasi nyeri yang
payudara dengan breast care, dial;aminya A:
10:50 pijat oksitosin dan merawat Masalah belum
putting susu yang terbenam teratasi
atau datar dengan cara di pjat P : Intervensi dilanjutkan
11:30 dengan tangan atau
menggunakan spuit yang di
potong ujungnya untuk
menarik atau menyedot
putting susu agar keluar

o Menganjurkan klien konsumsi


makanan untuk
memperlancar atau
memperbanyak produksi Asi

12:00 contohnya daun katuk

o Mengkaji TTV TD,HR,RR,T S:


Klien mengatakan nyeri
12:20 o Mengevaluasi apakah Ny.R
mengerti dan paham apa
yang sudah di jelaskan
o
Januari dilakukan kompres air hangat
2021 S:
o Mengkaji kembali keadaan Ny. R mengatakan nyeri
09:30 yang dirasakan mulai
payudara klien
berkurang dari nyeri yang

o Menganjurkan Ny. R untuk dirasakan sebelumnya,

tidak mengunakan setelah dilakukan

penyanggah atau BH yang kompres air hangat O:


10:00 TD : 110/80 mmhg
terlalu ketat
RR: 18x/i
o Menjelaskan pada Ny. R HR: 80x/i
10:30 tentang perawatan payudara T: 37
Klien sudah dapat
o Mengajarkan Ny. R merawat mengatasi nyeri yang
payudara dengan breast care, dial;aminya A:
10:50 pijat oksitosin dan merawat Masalah belum
putting susu yang terbenam teratasi
atau datar dengan cara di pjat P : Intervensi dilanjutkan
11:30 dengan tangan atau
menggunakan spuit yang di
potong ujungnya untuk
menarik atau menyedot
putting susu agar keluar

o Menganjurkan klien konsumsi


makanan untuk
memperlancar atau
memperbanyak produksi Asi

12:00 contohnya daun katuk


S:
o Mengkaji TTV TD,HR,RR,T Klien mengatakan nyeri

12:20
o Mengevaluasi apakah Ny.R
mengerti dan paham apa
yang sudah di jelaskan
tentang masalah yang di sudah berkurang,asi
alaminya. keluar walaupun sedikit
Selasa,26 dan putting sudah mulai
Januari o Menanyakan kepada klien timbul setah di lakukan
2021 apakah cara yang di perawatan payudara
10:00 anjurkan di lakukan
O:

o Mengevaluasi keadaan TD : 120/70 mmgh

payudara dan putting susu RR :20 x/i

setelah di ajarkan tehnik HR : 78 x/i

breast care,pijat oksitosin T : :37


10:30 dan perawatan putting Intensitas nyeri sudah

menggunakan spuit. berkurang menjadi ringan


yaitu 3

o Kaji TTV
10:40 A: Masalah teratasi
TD, HR, RR , T
sebagian

P: Intervensi di lanjutkan

11:30
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Pada bab ini penulis akan membuat kesimpulan dari pengelolaan dan pembahasan asuhan keperawatan
gangguan Rasa nyaman: nyeri dengan bendungan ASI di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia.
Pengkajian pada Ny. R didapatkan data Subjektif klien merasakan nyeri di bagian payudara kanan dan
klien juga mengatakan puting susu masuk ke dalam. Data obyektif : TD : 120/ 80 mmhg, RR : 20x/i, HR :
80x/i dan T : 37 , dan skala nyeri yang di dapat 5. Dari hasil pengkajian tersebut dapat dirumuskan
diagnosa keperawatan yaitu: Gangguan Rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan ketidaknyamanan
fisik pada nyeri payudara.

Intervensi diagnosa pertama Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan Ketidaknyamanan
Fisik pada Nyeri Payudara. Kaji skala nyeri, anjurkan klien untuk melakukan kompres air hangat untuk
mengurasi rasa nyeri yang di rasakan, asi selalu di perah dan melakukan perawatan payudara.
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada klien sesuai dengan perencanaan tindakan asuhan
keperawatan yang bertujuan sesuai dengan kriteria hasil.

Evaluasi diagnosa gangguan rasa nyaman: nyeri payudara akibat bendungan ASI mendapatkan hasil
masalah teratasi sebagian.

Saran

Bagi Keluarga
Diharapkan dapat membantu Ny. R dalam mengatasi rasa nyeri yang di alami dengan mengguankan cara
yang sudah di ajarkan

Bagi Penulis
Mahasiswa dapat memahami kesenjangan antara teori dan aplikasi asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah gangguan rasa nyaman: nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Ginekologi,FK.Unpad. (1993). Obstetri. Elstar. Bandung.

Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Taylor, C.M. (2010). Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan, Edisi 10, Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai