Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PATOFISIOLOGI

“ PROSES INFEKSI“

Dosen : Ns.Esther Tamunu, S.Kep,M.Kep

DISUSUN OLEH :
Kelompok 4
Siti S Ayu Cahyani
Zagita Pungus
Ovelia Weol
Putri Nanono
Vinky Malahedi

POLTEKKES KEMENKES MANADO


2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada kami
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Proses Infeksi tepat waktu. Makalah Proses Infeksi disusun guna
memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Patofisilogi di kampus. Selain itu, kami juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang bagaimana proses terjadinya
infeksi. Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu selaku dosen mata kuliah.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni kami. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Manado, 1 3 Agustus 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Definisi infeksi 4
2.2 Pencegahan Infeksi 5
2.3 Faktor yang mempengaruhi Proses Infeksi 8
2.4 Konsep isolasi 9
BAB III PENUTUP 10
3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
BAB I
PENDAHULUAN
1 .1 Latar Belakang Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi atau
teknisi yang memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan
pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan keperawatan beresiko
terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius,
meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme
dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory. Dengan cara mempraktikan
teknik pencegahan dan penembalian infeksi perawat dapat menghindarkan penyebaran
mikroorganisme terhadap klien. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya
angka kesakitan dan kematian di dunia.Maka dari itu,pengetahuan tentang infeksi ini sangat
penting,karena dengan ini semua terlihat jelas tentang infeksi ini,
1 .2 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah managemen pencegahan infeksi ?
b. Apa saja faktor yang mempengaruhi infeksi ?
c. Apa yang dimaksud dengan isolasi ?
1 .3 Tujuan
- Tujuan Umum :
Memahami tentang pencegahan dan pengendalian infeksi ?
- Tujuan Khusus :
a. Mengetahui managemen pencegahan infeksi.
b. Mengetahui faktor yang memengaruhi infeksi.
c. Mengetahui apa yang dimaksud isolasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Infeksi Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal
dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan. Penyakit akan timbul jika
patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. (Potter & perry
Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 – 942:2005)

 Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen – elemen berikut a.
Agen Infeksius Infeksi terjadi akibat adanya mikroorganisme, termasuk bakteri,virus,jamur dan
protozoa. Kemungkinan bagi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan penyakit
bergantung pada faktor – faktor berikut :
• Organisme dalam jumlah yang cukup
• Virulensi atau kemampuan untuk menyebabkan sakit
• Kemampuan untuk masuk dan hidup dalam pejammu
• Pejamu yang rentan
b. Reservoar Reservoar adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat atau tidak
berkembang biak. Reservoar yang paling umum adalah tubuh manusia. Berbagai
mikroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga tubuh, cairan dan keluaran. Untuk
berkembang biak dengan cepat mkroorganismer memerlukan lingkungan yang sesuai, termasuk
makanan, oksigen, air, suhu yang tepat, pH dan cahaya.
c. Portal Keluar Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang
biak, mereka harus menemukan jalan keluar jika mereka masuk ke pejamu lain dan
menyebabkan penyakit. Mikroorganisme dapat keluar melalui berbagai tempat, seperti kulit dan
membran mukosa, traktus respiratoris, traktus urinarius, traktus gastrointestinal, traktus
reproduktif dan darah.
d. Cara Penularan Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoar ke pejamu.
Penyakit infeksius tertentu cenderung ditularkan secara lebih umum melalui cara yang spesifik.
Namun, mikroorganisme yang sama dapat ditularkan melalui satu rute. Meskipun cara utama
penularan mikroorganisme adalah tangan dari pemberi layanan kesehatan, hampir semua objek
dalam lingkungan dapat menjadi alat penularan patogen. Semua personel rumah sakit yang
memberi asuhan langsung dan memberi pelayanan diagnostik dan pendukung harus mengikuti
praktik untuk meminimalkan penyebaran infeksi.
e. Portal Masuk Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama dengan yang
digunakan untuk keluar. Misalnya,pada saat jarum yang terkontaminasi mengenai kulit klien,
organisme masuk ke dalam tubuh. Setiap obstruksi aliran urine memungkinkan organisme untuk
berpindah ke uretra. Kesalahan pemakaian balutan steril pada luka yang terbuka memungkinkan
patogen memasuki jaringan yang tidak terlindungi. Faktorfaktor yang menurunkan daya tahan
tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.
f. Hospes Rentan Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan dan bergantung pada
derajat ketahanan individu terhadap patogen, meskipun seseorang secara konstan kontak dengan
mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan
terhadapjumlah mikroorganisme tersebut. Makin banyak virulen suatu mikroorganisme makin
besar didapati muncul di lingkungan perawatan akut.

 Tipe Mikroorganisme Penyebab Infeksi


1 . Bakteri Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan spesies bakteri
dapatmenyebabkan penyakit pada tubuh manusia dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa
masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
2. Virus Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel
hidup untuk diproduksi.
3. Fungi Fungi terdiri dari ragi dan jamur.
4. Parasit Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa,
cacing dan arthropoda.
 Proses Infeksi Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari
tingkat infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses
perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit.
Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan. Berbagai
komponen dari sistem imun memberikan jaringan kompleks mekanisme yang sangat baik, yang
jika utuh, berfungsi mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme asing dan sel-sel ganas.
Secara umum proses infeksi, yaitu :
1 . Periode/Masa Inkubasi Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya
gejala pertama. Contoh: flu 1 -3 hari, campak 2-3 minggu, mumps/gondongan 1 8 hari.
2. TahapProdormal Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan,
keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.
3. Tahap Sakit Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi.
Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan dengan
sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.
4. Pemulihan Interval saat munculnya gejala akut infeksi.
2.2 Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya resiko penularan infeksi mikroorganisme dari lingkungan klien dan tenaga
kesehatan (Nakes). Di masa lalu, fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan
kesehatan adalah mencegah infeksi, meskipun infeksi serius pascabedah masih merupakan
masalah di beberapa negara, terutama dengan munculnya penyakit Acquired
ImmunodeficiencySyndrome(AIDS) dan Hepatitis B yang belum ditemukan obatnya. Saat ini,
perhatian utama ditujukan untuk mengurangi risiko perpindahan penyakit, tidak hanya terhadap
pasien, tetapi juga kepada pemberi pelayanan kesehatan dan karyawan, termasuk pekarya, yaitu
orang yang bertugas membersihkan dan merawat ruang bedah.

 Tindakan pencegahan infeksi


1 . Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk
menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke
dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah
mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda hidup
maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.
2. Antiseptik, yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
3. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas
kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan.
Contohnya adalah meja pemeriksaan, alat-alat kesehatan, dan sarung tangan yang terkontaminasi
oleh darah atau cairan tubuh di saat prosedur bedah/tindakan dilakukan.
4. Pencucian, yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh, atau setiap benda asing
seperti debu dan kotoran.
5. Sterilisasi, yaitu tindakan menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit, dan
virus) termasuk bakteri endospora dari benda mati.
6. Desinfeksi, yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua) mikroorganisme
penyebab penyakit dari benda mati.

 Pedoman Pencegahan Infeksi Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke
orang atau dari peralatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang di antara
mikroorganisme dan individu (pasien atau petugas kesehatan). Penghalang ini dapat berupa fisik,
mekanik, ataupun kimia, meliputi :
1 . Pencucian tangan. Apa yang harus digunakan untuk mencuci tangan :
a. Dekontaminasi tangan rutin dengan sabun dan air mengalir
b. Desinfeksi kulit (hibiscrub, handyclean)
Kapan kita harus mencuci tangan :
a. Sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Setelah kontak dengan cairan tubuh
c. Setelah memegang alat yang terkontaminasi (jarum, cucian)
d. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien di ruang isolasi
e. Setelah menggunakan kamar mandi
f. Setelah melayani makan dan minum
g. Pada saat akan tugas dan akhir tugas
2. Penggunaan sarung tangan (kedua tangan), baik pada saat melakukan tindakan, maupun saat
memegang benda yang terkontaminasi (alat kesehatan/ alat tenun bekas pakai).
3. Penggunaan cairan antiseptik untuk membersihkan luka pada kulit.
4. Pemrosesan alat bekas pakai (dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi tingkat tinggi atau
sterilisasi).
5. Pembuangan sampah.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Proses Infeksi

 Faktor-faktor yang memengaruhi proses infeksi adalah :


1 . Sumber Penyakit. Sumber penyakit dapat memengaruhi apakah infeksi berjalan dengan cepat
atau lambat.
2. Kuman Penyebab. Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh, dan virulensinya.
3. Cara Membebaskan Sumber dari Kuman. Cara membebaskan kuman dapat menentukan
apakah proses infeksi cepat teratasi atau diperlambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu,
penyinaran (cahaya), dan lainlain.
4. Cara Penularan. Cara penularan seperti kontak langsung, melalui makanan atau udara, dapat
menyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh.
5. Cara Masuknya Kuman. Proses penyebaran kuman berbeda, tergantung dari sifatnya. Kuman
dapat masuk melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, kulit, dan lain-lain.
6. Daya Tahan Tubuh. Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau
mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya, daya tubuh yang buruk dapat
memperburuk proses infeksi. Selain faktor-faktor di atas, terdapat faktor lain sperti status gizi
atau nutrisi, tingkat stres pada tubuh, faktor usia, dan kebiasaan yang tidak sehat.
2.4 Konsep Isolasi          
Isolasi yaitu pemisahan penderita atau pemisahan orang atau binatang yang terinfeksi selama
masa inkubasi dengan kondisi tertentu untuk mencegah atau mengurangi terjadinya penularan
baik langsung maupun tidak langsung dari orang atau binatang yang rentan. Sebaliknya,
karantina adalah tindakan yang dilakukan untuk membatasi ruang gerak orang yang sehat yang
di duga telah kontak dengan penderita penyakit menular tertentu. CDC telah merekomendasikan
suatu “Universal Precaution atau Kewaspadaan Umum” yang harus diberlakukan untuk semua
penderita baik yang dirawat maupun yang tidak dirawat di Rumah Sakit terlepas dari apakah
penyakit yang diderita penularanya melalui darah atau tidak. Hal ini dilakukan dengan asumsi
bahwa darah dan cairan tubuh dari penderita (sekresi tubuh biasanya mengandung darah, sperma,
cairan vagina, jaringan, Liquor Cerebrospinalis, cairan synovia, pleura, peritoneum, pericardial
dan amnion) dapat mengandung Virus HIV, Hepatitis B dan bibit penyakit lainnya yang
ditularkan melalui darah. Tujuan dari pada di lakukannya “Kewaspadaan Umum” ini adalah agar
para petugas kesehatan yang merawat pasien terhindar dari penyakit-penyakit yang di tularkan
melalui darah yang dapat menulari mereka melalui tertusuk jarum karena tidak sengaja, lesi
kulit, lesi selaput lendir. Alat-alat yang dipakai untuk melindungi diri antara lain pemakaian
sarung tangan, Lab jas, masker, kaca mata atau kaca penutup mata. Ruangan khusus diperlukan
jika hygiene penderita jelek. Limbah Rumah Sakit diawasi oleh pihak yang berwenang.

 Syarat-syarat ruang isolasi :


a. Pencahayaan Menurut KepMenKes 1 204/Menkes/SK/X/2004, intensitas cahaya untuk ruang
isolasiadalah 0,1 ± 0,5 lux dengan warna cahaya biru.Selain itu ruang isolasi harus mendapat
paparan sinar matahari yang cukup.
b. Pengaturan sirkulasi udara Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada dasarnya
menggunakan prinsip tekanan yaitu tekanan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Berdasarkan tekanannya ruang isolasi dibedakan atas :
a) RuangIsolasi Bertekanan Negatif Pada ruang isolasi bertekanan negatif udara di dalam ruang
isolasi lebih rendah dibandingkan udara luar. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara yang
keluar dari ruangan isolasi sehingga udara luar tidak terkontaminasi oleh udara dari ruang isolasi.
Ruang isolasi bertekanan negatif ini digunakan untuk penyakit- penyakit menular khususnya
yang menular melalui udara sehingga kuman-kuman penyakit tidak akan mengkontaminasi udara
luar. Untuk metode pembuangan udara atau sirkulasi udara digunakan sistem sterilisasi dengan
HEPA.
b) RuangIsolasi Bertekanan Positif Pada ruang isolasi bertekanan positif udara di dalam ruang
isolasi lebih tinggi dibandingkan udara luar sehingga mennyebabkan terjadi perpindahan udara
dari dalam ke luar ruang isolasi. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara luar yang masuk ke
ruangan isolasi sehingga udara ruang isolasi tidak terkontaminasi oleh udara luar. Ruang isolasi
bertekanan positif ini digunakan untuk penyakit-penyakit immuno deficiency seperti HIV AIDS
atau pasien-pasien transplantasi sum sum tulang. Untuk memperoleh udara di ruang isolasi
sehingga menghasilkan tekanan positif di ruang isolasi digunakan udara luar yang sebelumnya
telah disterilisasi terlebih dahulu.
c. Pengelolaan Limbah Pada prinsipnya pengelolaan limbah pada ruang isolasi sama dengan
pengelolaan limbah medis infeksius yang umumnya terdiri dari penimbunan, penampungan,
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

 Macam-macam isolasi, diantaranya :


1 . Isolasi ketat Kategori ini dirancang untuk mencegah transmisi dari bibit penyakit yang sangat
virulen yang dapat ditularkan baik melalui udara maupun melalui kontak langsung. Cirinya
adalah selain disediakan ruang perawatan khusus bagi penderita juga bagi mereka yang keluar
masuk ruangan diwajibkan memakai masker, lab jas, sarung tangan. Ventilasi ruangan tersebut
juga dijaga dengan tekanan negatif dalam ruangan.
2. Isolasi kontak Diperlukan untuk penyakit-penyakit yang kurang menular atau infeksi yang
kurang serius, untuk penyakit-penyakit yang terutama ditularkan secara langsung sebagai
tambahan terhadap hal pokok yang dibutuhkan, diperlukan kamar tersendiri, namun penderita
dengan penyakit yang sama boleh dirawat dalam satu kamar, masker diperlukan bagi mereka
yang kontak secara langsung dengan penderita, lab jas diperlukan jika kemungkinan terjadi
kontak dengan tanah atau kotoran dan sarung tangan diperlukan jika menyentuh bahan-bahan
yang infeksius.
3. Isolasi pernafasan Dimaksudkan untuk mencegah penularan jarak dekat melalui udara,
diperlukan ruangan bersih untuk merawat penderita, namun mereka yang menderita penyakit
yang sama boleh dirawat dalam ruangan yang sama. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok
yang diperlukan, pemakaian masker dianjurkan bagi mereka yang kontak dengan penderita, lab
jas dan sarung tangan tidak diperlukan.
4. Isolasi terhadap Tuberculosis (Isolasi BTA) Ditujukan bagi penderita TBC paru dengan BTA
positif atau gambaran radiologisnya menunjukkan TBC aktif. Spesifikasi kamar yang diperlukan
adalah kamar khusus dengan ventilasi khusus dan pintu tertutup. Sebagai tambahan terhadap hal-
hal pokok yang dibutuhkan masker khusus tipe respirasi dibutuhkan bagi mereka yang masuk ke
ruangan perawatan, lab jas diperlukan untuk mencegah kontaminasi pada pakaian dan sarung
tangan atidak diperlukan.
5. Kehati-hatian terhadap penyakit Enterie Untuk penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan
langsung atau tidak langsung melalui tinja. Sebagai tambahan terhadap hal-hal pokok yang
diperlukan, perlu disediakan ruangan khusus bagi penderita yang hygiene perorangannya rendah.
Masker tidak diperlukan jika ada kecenderungan terjadi soiling dan sarung tangan diperlukan
jika menyentuh bahan-bahan yang terkontaminasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan
sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera
yang serius terhadap sel atau jaringan. Proses Infeksi Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya
infeksi pada klien tergantung dari tingkat infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan
penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan
meminimalkan penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang
diberikan.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah yang ditulis oleh kami, semoga para pembaca bisa memahami tentang
proses infeksi. Dan kami berharap agar bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai
pencegahan. Saran dari kami agar para pembaca tetap menjaga kebersihan dan menerapkan
pencegahan infeksi serta dengan makalah ini semoga bisa membantu para pembaca untuk
menambah wawasan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/mobile/robin2dompas/konsep-infeksi

Anda mungkin juga menyukai