Anda di halaman 1dari 19

Makalah Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang

Management Patient Safety

Disusun Oleh: Kelompok 7

Alfina Yuli Prasetia NIM 20002

Dwi Rasya Nafisah NIM 20018

Elvira Putri PJ NIM 20020

Rizka Fadlia Mahfuz NIM 20043

Stephanie Joanna NIM 20047

Yunita NIM 20050

AKADEMI KEPERAWATAN KERIS HUSADA

Jl. Yos Sudarso Komplek Marinir Cilandak, Jakarta Selatan


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi atau
teknisi yang memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu
melindungi klien dan pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam
lingkungan keperawatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang
menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap
jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur
invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory, klien dapat terpajan pada
mikroorganisme baru atau berbeda,yang beberapa dari mikroorganisme tersebut
dapat saja resisten terhadap banyak antibiotik. Dengan cara mempraktikan
teknik pencegahan dan pengendalian infeksi perawat dapat menghindarkan
penyebaran mikroorganisme terhadap klien.

Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi atau
teknisi yang memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu
melindungi klien dan pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam
lingkungan keperawatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang
menurun terhadap mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap
jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur
invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory, klien dapat terpajan pada
mikroorganisme baru atau berbeda,yang beberapa dari mikroorganisme tersebut
daaapat saja resisten terhadap banyak antibiotik. Dengan cara mempraktikan
teknik pencegahan dan penembalian infeksi perawat dapat menghindarkan
penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
B. Tujuan

1. Mengetahui definisi infeksi

2. Mengetahui tindakan dan pencegahan infeksi


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Infeksi

Infeksi adalah perpindahan agen infeksi antara pasien, dokter gigi dan petugas
kesehatan dalam lingkungan pelayanan kesehatan gigi. Infeksi dapat disebabkan
oleh kecelakaan seperti tertusuk instrumen tajam, tangan yang tidak steril, serta
melalui mulut dan saluran pernafasan. Tindakan dalam praktek dokter gigi
menempatkan dokter gigi beresiko tinggi terutama terhadap penyakit menular
berbahaya yang disebabkan oleh bakteri dan virus.

Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme
gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakit
akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan
normal. (Potter & perry .Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 –
942:2005)

Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan


tubuh,terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi
metabolisme,toksin,replikasi intra selular,atau respon antigen-antibodi (Kamus
Saku Kedokteran Dorland,edisi 25.hal :555:1998)

Definisi Infeksi adalah reaksi tubuh atas masuknya mikroorganisme sebagai


penyebab penyakit.

Perlu dibedakan istilah kontaminasi dan istilah infeksi silang. Arti Kontaminasi
adalah terpaparnya seseorang oleh mikroorganisme dan belum menimbulkan
infeksi. Pengertian Infeksi silang adalah penularan penyakit dari seseorang
kepada orang lain, yang umumnya melalui suatu perantara. Media perantara
penularan mikroorganisme penyebab infeksi dapat terjadi melalui cara kontak
langsung dengan contohnya melalui cairan mulut dan darah. Kontak tidak
langsung, dapat melalui suatu objek yang tercemar mikroorganisme pathogen,
yang umumnya terjadi karena instrumen yang digunakan tidak steril.

1. Rantai Proses Infeksi

Rantai proses infeksi adalah rangkaian proses masuknya kuman ke dalam


tubuh manusia yang dapat menimbulkan radang atau penyakit. Proses
tersebut melibatkan beberapa unsur, di antaranya :

a. Reservoir, merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan


mikroorganisme, dapat berupa manusia,hewan,tumbuhan, maupun tanah.

b. Jalan masuk, merupakan jalan masuknya mikroorganisme ke


tempat penampungan dari berbagai kuman seperti saluran pernafasan,
pencernaan,kulit,dan lain-laina

c. Inang(host),merupakan tempat perkembangan mikrooganisme


yang dapat di dukung oleh ketahanan kuman.

d. Jalan keluar, merupakan tempat keluar mikroorgsnisme dari


reservoir , seperti sistem pernafasan,sistem pencernaan , alat kelamin dan
lain-lain.

e. Jalur penyebaran,merupakan jalur yang dapat menyebarkan jalur


berbagai kuman mikrooganisme ke berbagai tempat, seperti
air,makanan,udara dan lain-lain.

2. Cara penularan mikroorganisme

Proses penyebaran mikroorganisme ke dalam tubuh, baik manusia maupun


hewan, dapat melalui berbagai cara,di anatara nya:

a. Kontak Tubuh . kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses


penyebaran secara langsung maupun tidak langsung . penyebaran secara
langsung melalui sentuhan dengan kulit sedangkan secara tidak langsung
melalui benda yang terkontaminasi oleh kuman
b. Makanan dan Minuman. Terjadinya penyebaran dapat melalui
makanan dan minuman yang telah terkontaminasi, seperti pada penyakit
tifus abdominalis,penyakit infeksi cacing dan lain-lain

c. Serangga. Proses penyebaran kuman melelui serangga adalah


penyebaran penyakit malaria oleh plasmodium pada nyamuk aedes dan
beberapa penyakit saluran pencernaan yang dapat di tularkan melalui lalat.

d. Udara. Proses penyebaran kuman melalui udara dapat di jumpai


melalui penyebaran penyakit sistem pernafasan (penyebaran kuman
tuberkulosis) atau sejenisnya.

3. Faktor yang mempengaruhi proses infeksi

a. Sumber penyakit. Sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah


infeksi berjalan dengan cepat atau lambat.

b. Kuman penyebab. Dapat menentukan jumlah,kemampuan


mikroorganisme masuk ke dalam tubuh,dan virulensinya.

c. Cara membebaskan sumber dari kuman. Dapat menentukan proses


infeksi cepat teratasi atau di perlambat, seperti tingkat keasaman
(pH),suhu,penyinaran ,dan lain-lain.

d. Cara penularan. Seperti kontak langsung ,melalui makanan atau


udara,dapat menyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh.

e. Cara masuknya kuman. Proses penyebaran kuman berbeda


,tergantung dari sifatnya. Kuman dapat masuk melalui saluran pernafasan ,
saluran pencernaan, kulit dan lain-lain.

f. Daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat
proses infeksi atau mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula
sebaliknya daya tahan tubuh yang buruk dapat memperburuk proses
infeksi.
B. Pengendalian / Pencegahan Infeksi Silang

Pencegahan infeksi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan


masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh termasuk di dalamnya bakteri, virus,
fungi dan parasit. Definisi-definisi yang berhubungan dengan pencegahan
infeksi antara lain :

a. Antisepsis adalah proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit,


selaput lender, atau jaringan lainnya dengan menggunakan bahan anti microbial
(anti septic).

b. Asepsis dan teknik aseptic adalah semua usaha yang dilakukan untuk
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dan berpotensi untuk
menimbulkan infeksi. Tujuan asepsis adalah menurunkan kembali ke tingkat
aman atas jumlah mikroorganisme pada permukaan hidup (kulit dan jaringan)
dan obyek mati (alat-alat kedoketeran gigi, alat bedah dan barang-barang yang
lain).

c. Dekontaminasi adalah proses yang membuat alat menjadi lebih aman


untuk ditangani.

d. Desinfeksi tingkat tinggi adalah proses menghilangkan semua


mikroorganisme kecuali beberapa endospora pada alat-alat dengan merebus,
mengukus atau penggunaan desinfeksi kimia.

e. Pembersihan atau pencucian alat adalah proses secara fisik menghilangkan


semua debu, kotoran darah atau yang lainnya, yang tampak pada benda atau alat-
alat dan membuang atau menghilangkan sejumlah mikroorganisme untuk
mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau yang menangani alat
tersebut.

1. Pengendalian Infeksi dan Cara Mencegah Terjadinya Infeksi

Pengendalian infeksi dapat melalui berbagai upaya yang dilakukan untuk


mengurangi kejadian infeksi yang diakibatkan oleh mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi. Upaya tersebut ditujukan bagi pasien, klien dan tenaga
kesehatan, dengan kata lain upaya ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan
yang aman bagi semua dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, tanpa
memperhatikan ukuran fasilitas maupun lokasi pelayanan.

Bila pengendalian infeksi tidak terlaksana dengan baik kemungkinan makin


besar kejadian infeksi dan risiko penyebaran melalui fasilitas kesehatan juga
meningkat. Maka semua alat yang terkontaminasi seperti jarum, alat suntik dan
perlengkapan lain dari pasien harus senantiasa ditangani sebagai benda
terinfeksi. Pengendalian infeksi dapat mengandalkan daerah barier antara
penjamu dan mikroorganisme yang tujuannya memutus rantai penyebaran pada
beberapa tempat, misalnya melalui proses fisik, mekanik atau kimia dalam
mencegah penyebaran infeksi dari penderita satu ke penderita yang lain.

Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi
antara lain :

a. Petugas : Bekerja hanya di waktu sehat, dilakukan pemeriksaan kesehatan


secara teratur (tiap 6 bulan), tidak bekerja bila menderita penyakit
infeksi/menular, bekerja sesuai prinsip aseptic dan antiseptic, bekerja sesuai
prosedur yang benar, mencuci tangan dengan teknik yang benar, memperhatikan
hygiene perorangan yang baik, menjaga kebersihan lingkungan, melakukan
asuhan keperawatan yang benar, isolasi dalam keadaan tertentu, bekerja sesuai
peraturan tata tertib yang berlaku.

b. Alat-alat : Selalu disimpan dalam keadaan kering, bersih steril dan


disimpan dalam tempat khusus, tidak memakai alat yang rusak, tidak memakai
alat yang diragukan sterilitasnya, linen harus bersih, kering dan licin, satu set
alat untuk satu tindakan, tidak memakai alat yang kadaluwarsa, alat yang ada
diruang perawatan seharusnya terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak
terkontaminasi oleh penyakit tertentu.

c. Pasien : Melakukan isolasi pada penyakit yang menderita penyakit


menular, merawat personal hygiene pasien, memberikan perhatian khusus pada
pasien dengan penyakit yang diyakini bisa menularkan penyakit
d. Lingkungan : Penerangan / sinar matahari harus cukup, sirkulasi udara
harus cukup, menjaga kebersihan, menghindarkan serangga, mencegah air
menggenang, tempat sampah selalu dalam keadaan tertutup, permukaan lantai
rata dan tidak berlubang, dinding ruang perawatan licin, mudah dibersihkan dan
tidak bersudut, ruangan dibersihkan secara rutin.

2. Upaya pengendalian infeksi bersifat multidisiplin

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian infeksi :

a. Disipline : Perilaku petugas kesehatan harus didasari disiplin yang tinggi


untuk mematuhi prosedur aseptic, teknik invansif, upaya profilaksi, dan
sebagainya.

b. Defence mechanism : Melindungi pasien dengan mekanisme pertahanan


diri supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.

c. Drug : Pemakaian obat-obatan antiseptic, antibiotic dan lain-lain yang


dapat mempengaruhi kejadian infeksi.

d. Design : Rancang bangun ruang perawatan akan berpengaruh terhadap


risiko penularan infeksi, khususnya melalui udara (airbone), atau kontak fisik
yang dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup memadai.

e. Device : peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan,


misalnya pakaian pelindung, masker, kaca mata pelindung, sarung tangan dan
sebagainya.

Infeksi di rumah sakit atau infeksi nosokomial merupakan persoalan serius yang
menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Walaupun
beberapa kejadian infeksi nosokomial tidak menyebabkan kematian pasien,
namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama akibatnya pasien harus
membayar lebih mahal.
3. Sterilisasi

Sterilisasi adalah proses pengolahan suatu alat atau bahan dengan tujuan
mematikan semua mikroorganisme termasuk endospora pada suatu alat / bahan.
Proses sterilisasi di rumah sakit sangat penting sekali dalam rangka pengawasan
pencegahan infeksi nosokomial.

Keberhasilan usaha tersebut akan tercermin pada kualitas dan kuantitas


mikroorganisme yang terdapat bahan, alat serta lingkungan kerja rumah sakit.

Sebaiknya proses sterilisasi di RS dilaksanakan secara sentralisasi dengan tujuan


agar tercapainya :

1. Efisiensi dalam menggunakan peralatan dan sarana.

2. Efisiensi tenaga.

3. Menghemat biaya investasi, instalasi dan pemeliharaannya.

4. Sterilisasi bahan dan alat yang disterilkan dapat dipertanggung jawabkan.

5. Penyederhanaan dalam pengembangan prosedur kerja, standarisasi dan


peningkatan pengawasan mutu.

Untuk kerja yang bertanggung jawab terhadap proses sterilisasi di rumah sakit
adalah Instalasi Sterilisasi Sentral. Instalasi Sterilisasi Sentral mempunyai
kegiatan mengelola semua kebutuhan peralatan dan perlengkapan tindakan
bedah serta non bedah. Mulai dari penerimaan, pengadaan, pencucian,
pengawasan, pemberian tanda steril penyusunan dan pengeluaran barang –
barang hasil sterilisasi ke unit pemakaian di RS.

a. Macam-macam sterilisasi

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara


mekanik, fisik dan kimiawi.

1) Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan


yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga
mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk
sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.

2) Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan &


penyinaran.

a) Pemanasan

1. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung,
contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.

2. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas


kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung
reaksi dll.

3. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang
mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi
dehidrasi.

4. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf

b) Penyinaran dengan UV

Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet
dengan disinari lampu UV.

3) Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan


antara lain alkohol.

1. Tehnik Sterilisasi

Sebelum memilih tehnik sterilisasi yang tepat dan efisien diperlukan


pemahaman terhadap kemungkinan adanya kontaminasi dari bahan dan alat
yang akan disterilkan.
Kontaminasi terjadi karena adanya perpindahan mikroorganisme yang berasal
dari berbagai macam sumber kontaminasi.

Sumber kontaminasi dapat berasal dari :

a. Udara yang lembab atau uap air.

b. Perlengkapan dan peralatan di rumah sakit.

c. Personalia yang di rumah sakit ( kulit, tangan, rambut dan saluran nafas
yang terinfeksi ).

d. Air yang tidak disuling dan tidak disterilkan.

e. Ruang yang tidak dibersihkan dan di desinfektan.

f. Pasien yang telah terinfeksi.

Sterilisasi dimaksudkan untuk membunuh atau memisahkan semua


mikroorganisme ditetntukan oleh daya mikroorganisme terhadap tehnik
sterilisasi.

Tehnik sterilisasi ada beberapa cara :

a. Sterilisasi dengan pemanasan :

ü Pemanasan basah dengan Autoklaf

ü Pemanasan kering dengan pemijatan dan udara panas.

ü Pemanasan dengan bactericid.

b. Sterilisasi dengan penyaringan.

c. Sterilisasi dengan menggunakan zat kimia.

d. Sterilisasi dengan penyinaran.

2. Pemilihan tehnik sterilisasi berdasarkan pertimbangan

a. Tehnik yang murah, cepat dan sederhana.


b. Hasil yang diperoleh benar – benar steril.

c. Bahan yang disterilkan tidak boleh mengalami perubahan.

3. Pengawasan

Suatu bahan steril yang dihasilkan selama dalam penggunaan harus dapat
dijamin kualitas dan kuantitasnya. Waktu kadaluwarsa suatu bahan steril sangat
tergantung kepada tehnik sterilisasi. Pengawasan terhadap proses sterilisasi
dapat dilakukan dengan cara mentest bahan atau alat yang dianggap masih steril
dengan memakai indicator fisika, kimia dan biologi tergantung pada tehnik
sterilisasi yang digunakan waktu mensterilkan bahan / alat tersebut.

4. Pengujian

Ada tiga pilihan yang dapat digunakan sebagai tehnik dalam pengujian sterilisasi
:

a. Pemanasan sample langsung pada media pembenihan.

b. Pembilasan penyaring, hasil pembilasan diinkubasikan setelah ditanam


dalam media pembenihan.

c. Penambahan media pembenihan paket ke dalam larutan yang akan diuji


kemudian diinkubasi.

Jaminan hasil penguian dapat dicapai jika pengawasan dimulai semenjak


pemilihan bahan dan alat yang akan disterilkan. Tehnik sterilisasi yang akan
dipakai sampai dengan proses penyimpanan dan pendistribusian bahan / alat
yang sudah steril.

4. Desinfeksi

1. Pengertian

Desinfeksi adalah suatu proses baik secara kimia atau secara fisika
dimana bahan yang patogenik atau mikroba yang menyebabkan penyakit
dihancurkan dengan suatu desinfeksi dan antiseptic.
Desinfektan adalah senyawa atau zat yang bebas dari infeksi yang
umumnya berupa zat kimia yang dapat membunuh kuman penyakit atau
mikroorganisme yang membahayakan menginaktifkan virus.

Antiseptik adalah zat – zat yang dapat membunuh atau menghambat


pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan hidup.

Unit kerja yang bertanggung jawab terhadap penyediaan desinfektan dan


antiseptic di rumah sakit adalah Instalasi Farmasi.

Instalasi Farmasi mempunyai kegiatan mulai dari perencanaan,


pengadaan, pembuatan, penyusunan dan penyaluran desinfektan /
antiseptic ke unit pemakai di rumah sakit.

Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :

a. Golongan pertama

Desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan Hepatitis B.

1. Klorhexidine (Hibitane, Savlon).

2. Cetrimide (Cetavlon, Savlon).

3. Fenol-fenol (Dettol).

Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan :

1. Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan dahak).

2. Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung


tangan yang terkena darah.

b. Golongan kedua

Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatistis B.

a) Desinfektan yang melepaskan klorin.


Contoh : Natrium hipoklorit (pemutih, eau de javel), Kloramin (Natrium
tosilkloramid, Kloramin T) Natrium Dikloro isosianurat (NaDDC), Kalsium
hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih)

b) Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine


(Betadine, Iodine lemah)

1. Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, etanol.

2. Aldehid : formaldehid (formalin), glutaraldehid (cidex).

3. Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2. (Imbang, 2009)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi suatu desinfektan adalah:

1. Waktu dan lamanya kontak dengan mikroba

2. Suhu desinfektan

3. Konsentrasi desinfektan

4. .Jumlah dan tipe dari mikroorganisme

5. Keadaan bahan yang didesinfektan

Bahan kimia menimbulkan suatu pengaruh yang lebih selektif terhadap jasad
renik dibandingkan dengan perlakuan fisik seperti panas dan radiasi.

Dalam memilih bahan kimia sebagai suatu desinfektan atau antiseptik perlu
diperhatikan hal-hal berikut :

1. Sifat mikrosida (membunuh jasad renik)

Spora pada umumnya lebih tahan daripada bentuk vegetatif dan hanya beberapa
desinfektan sebagaihalogen, formalin, dan etilen oksida yang efektif terhadap
spora.

2. Sifat mikrostatik (menghambat pertumbuhan jasad renik)

Beberapa komponen kimia pada konsentrasi rendah tidak dapat membunuh jasad
renik, tetapi hanya menghambat pertumbuhannya, misalnya senyawa tertentu
yang terdapat pada rempah-rempah, dan komponen ini mempunyai sifat
bakteriostatik atau fungisid.

3. Kecepatan penghambatan

Komponen kimia mempunyai kecepatan membunuh yang berbeda-beda


terhadap jasad renik. Beberapa komponen lainnya hanya efektif setelah beberapa
jam. Sel yang sedang tumbuh atau berkembang biak lebih sensitive dan mudah
dibunuh dibandingkan dengan sel dalam keadaan istirahat atau statik

4. Sifat-sifat lain

Dalam pemilihan suatu desinfektan harus disesuaikan dengan harga yang tidak
mahal, efektivitasnya tetap dalam waktu yang lama. Larut dalam air dan stabil
dalam larutan. Juga perlu diperhatikan sifat racunnya dan sifat iritasi pada kulit.

2. Penggunaan Desinfektan

Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Desinfektan akan
membantu mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan
maupun dari staf medis yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah
tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien. Perlu diperhatikan bahwa
desinfektan harus digunakan secara tepat (Imbang, 2009).

3. Tehnik Desinfeksi

Tehnik desinfeksi yang dilakukan tidak mutlak bebas dari mikroorganisme


hidup seperti pada sterilisasi karena desinfektan / antiseptic tidak menghasilkan
sterilisasi.

Pemilihan desinfetan yang tepat seharusnya memenuhi criteria berikut :

a. Daya bunuh kuman yang tinggi dengan toksisitas yang rendah.

b. Spektrum luas, dapat mematikan berbagai macam mikroorganisme.

c. Dalam waktu singkat dapat mendesinfeksi dengan baik.

d. Stabil selama dalam penyimpanan.


e. Tidak merusak bahan yang didesinfeksi.

f. Tidak mengeluarkan bau yang mengganggu.

g. Desinfektannya sederhana dan tidak sulit pemakaiannya.

h. Biaya murah dan persediaannya tetap ada dipasaran.

Faktor yang mempengaruhi pemilihan desinfektan yaitu sifat – sifat zat kimia
yang akan digunakan seperti konsentrasi, temperature, pH dan bentuk
formulasinya disamping itu kepekaan mikroorganisme terhadap kerja zat kimia
serta lingkungan dimana desinfektan tersebut akan digunakan.

4. Pengawasan Desinfeksi

Pengawasan desinfeksi dilakukan terhadap penggunaan desinfeksi sangat


tergantung kepada pengaruh suhu, pencemaran, pH, aktifitas permukaan, jumlah
mikroorganisme dan adanya zat – zat yang mengganggu pada waktu
mempergunakan desinfektan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal
dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakit akan timbul
jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. (Potter &
perry .Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 – 942:2005)

Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan


tubuh,terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi
metabolisme,toksin,replikasi intra selular,atau respon antigen-antibodi (Kamus Saku
Kedokteran Dorland,edisi 25.hal :555:1998)

Definisi Infeksi adalah reaksi tubuh atas masuknya mikroorganisme sebagai penyebab
penyakit.

Rantai proses infeksi adalah rangkaian proses masuknya kuman ke dalam tubuh
manusia yang dapat menimbulkan radang atau penyakit. Proses tersebut melibatkan
beberapa unsur

Pencegahan infeksi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan


masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh termasuk di dalamnya bakteri, virus, fungi
dan parasit.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat A.A., 2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia (Buku 1).Jakarta : Salemba


Medika

http://nersunair.blogspot.com/2011/09/konsep-asepsis.html

http://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.com/2012/12/pengendalian-infeksi.html

Sudianto KF. Modul Penggunaan dan Pemeliharaan Alat-alat Kesehatan Gigi. Akademi
Kesehatan Gigi. Surabaya; 2000.

Tietjen L, Bossemeyer, D dan McIntosh N. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas


Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2004.

Anda mungkin juga menyukai