Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERINSIP DAN KONSEP PENCEGAHAN INFEKSI


Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah KD II

Dosen Pembimbing
Inggrid Rahayu, SKP.,MKM.

Disusun oleh :
Sinta juliani 191FK03016
Rianti Damayanti Ruhiat 191FK03024
Maya permatasari 191FK03027
Regi bayu anggara 191FK03018
Aldy rifaldy pratama 191FK03020

Kelompok B
Kelas 1A

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan kesempatan


kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad
SAW.
Makalah ini memuat mengenai Perinsip dan konsep pencegahan infeksi .
Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang
cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya
mohon untuk saran dan kritik nya. Terimakasih.

Bandung, maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
 Masyarakat yang menerima pelayanan medis dan kesehatan, baik
dirumah sakit atau klinik, dihadapkan kepada resiko terfeksi kecuali
kalaudilakukan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya infeksi.Persalinan
aman dan bersih merupakan salah satu pilar safe motherhood 
.Bersih artinya bebas dari infeksi. Infeksi dalam kehamilan, persalinan dan
masanifas merupakan penyebab utama kedua dari kematian ibu dan
perinatal.Persalinan terjadi di rumah sakit atau rumah sakit bersalin yang
telahmenjalankan praktik pencegahan infeksi dengan baik. Dengan demikian,infeksi
nosokomial atau dengan organisme yang kebal terhadap banyak obatmenjadi rendah.
Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dalam dandari setiap komponen
perawatan BBL. Pencegahan yang dilakukan antara lainadalah imunisasi maternal
(tetanus, rubella, varisela, hepatitis B). Dengandemikian risiko infeksi bayi baru lahir
dapat di minimalkan
1.2 Rumusan Masalah
Apa pengertian pencegahan infeksi?2.
  Apa penyebab infeksi?
Apa saja tipe infeksi ?
Bagaimana proses infeksi ?
Bagaimana pertahanan terhadap infeksi?
Apa saja tanda tanda infeksi?
Apa factor mempengaruhi infeksi?
Bagaimana pencegahan infeksi?
1.3 tujuan
Memahami pengertian infeksi
  Mengetahui penyebab infeksi
  Mengetahui tipe infeksi
Memahami proses infeksi
Mengetahui pertahanan infeksi
Mengetahui tanda tanda infeksi
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 pengertian konsep dasar infeksi

Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dalam dan dari


setiap komponen perawatan BBL. BBL sangat rentan terhadap infeksi
karena system imunitasnya masih kurang sempurna,
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan
berproliferasi didalam tubuh yang menyebabkan sakit (potter & Perry
2005). Sedangkan menurut Smeltzer & Brenda (2002), infeksi adalah
beberapa penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan organisme
patogenik dalam tubuh.

2.2 penyebab infeksi


Tipe mikroorganisme penyebab infeksi dibagi menjadi empat
kategori, yaitu :
1) Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan
spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan dapat
hidup didalam tubuhnya. Bakteri bisa masuk antara lain melalui udara,
tanah, air, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
2) Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nukleat acid) karenanya harus
masuk dalam sel hidup untuk di produksi.
3) Parasit
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok
parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda.
4) Fungi
Fungi terdiri dari ragi dan jamur.

2.2 Tipe Infeksi


1) Kolonisasi
Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi
flora yang menetap/residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan
berkembang biak tetapi tidak bisa menimbulkan penyakit. Infeksi
terjadi ketika mikroorganisme yang menetap tadi sukses
menginvasi/menyerang bagian tubuh/host manusia yang system
pertahanannya tidak efektif dan pathogen menyebabkan kerusakan
jaringan.
2) Infeksi local
Spesifik dan terbatas pada bagian tubuh dimana
mikroorganisme tinggal.
3) Infeksi Sistemik
Terjadi bila microorganisme menyebar kebagian tubuh yang lain
dan menimbulkan kerusakan.
4) Bakterimia
Terjadi ketika didalam darah ditemukan adanya bakteri.
5) Septikimia
Multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik.
6) Infeksi akut
Infeksi yang muncul dalam waktu singkat.
7) Infeksi kronik
Infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama
(dalam hitungan bulan/tahun).

2.3 Rantai Infeksi


Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait antar
berbagai faktor yang saling mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir,
portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host atau penjamu yang
rentan.

Agen infeksi

Host/pejamu Reservoir

Portal de exit Portal de entry

Cara penularan
(Perry & Potter 2005)

1) Agen Infeksi
Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain
bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme dikulit bisa
merupakan flora transient maupun resident. Mikroorganisme transient
normalnya ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan
berbiak dikulit. Organisme transient melekat pada kulit saat seseorang
kontak dengan objek atau orang lain dalam aktivitas normal.
Organisme ini siap ditularkan kecuali dengan cuci tangan. Organisme
residen tidak dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan
dengan sabun dan detergen biasa kecuali bila gosokan dilakukan
dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi
tergantung pada: jumlah mikroorganisme, virulensi (kemampuan
menyebabkan penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup
dalam host serta kerentanan dalam host/pejamu.
2) Reservoir (sumber mikroorganisme)
Adalah tempat dimana mikroorganisme pathogen dapat hidup
baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berkembang sebagai
reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda
lain. Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, terutama dikulit,
mukosa, cairan atau drainase. Adanya mikroorganisme pathogen
dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada hostnya.
Sehingga reservoir yang didalamnya terdapat mikroorganisme
pathogen bisa menyebabkan orang lain bisa menjadi sakit (carier).
Kuman dapat hidup dan berkembang biak dalam reservoir jika
karakteristik reservoirnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut
adalah air, suhu, ph, udara dan pencahayaan.
3) Portal of exit
Mikroorganisme yang hidup didalam reservoir harus
menemukan jalan keluar untuk masuk ke dalam host dan
menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme
harus keluar terlebih dahulu dari reservoirnya. Jika reservoirnya
manusia, kuman dapat keluar melalui saluran pencernaan, pernafasan,
perkemihan, genetalia, kulit, membrane mukosa yang rusak serta
darah.
4) Cara penularan
Kuman dapat berpindah atau menular ke orang lain dengan
berbagai cara seperti kontak langsung dengan penderita melalui oral,
fekal, kulit atau darahnya. Kontak tidak langsung melalui jarum atau
balutan bekas luka penderita, peralatan yang terkontaminasi, makanan
yang diolah tidak tepat, melalui vector nyamuk atau lalat.
5) Portal masuk
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk
dalam tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap
masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit
dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk kedalam tubuh
melalui rute yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang
menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan pathogen
masuk kedalam tubuh.
6) Daya tahan hospes (manusia)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap
agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh
individu terhadap pathogen. Meskipun seseorang secara konstan
kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi
tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan
jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia,
keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terafi medis,
pemberian obat dan penyakit penyerta.

2.4 proses infeksi


Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien
tergantung dari tingkat infeksi, patogenisitas mikroorganisme dan
kerentanan penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat, maka akan
meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan
infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.
Berbagai komponen dari system imun memberikan jaringan
kompleks mekanisme yang sangat baik yang jika utuh, berfungsi
mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme asing dan sel-sel
ganas. Pada beberapa keadaan, komponen-komponen baik respon
spesifik maupun non spesifik bisa gagal dan hal tersebut bisa
mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes. Orang-orang yang
mendapat infeksi yang disebabkan oleh defisiensi dalam pertahanan dari
segi hospesnya disebut hospes yang melemah. Sedangkan orang-orang
dengan kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik
disebut hospes yang terimunosupres.Ciri-ciri umum yang berkaitan
dengan hospes yang melemah adalah : infeksi berulang, infeksi kronik,
ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan
terhadap kanker tertentu.

Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut :


1) Periode inkubasi
Interval antara masuknya pathogen kedalam tubuh dan
munculnya gejala pertama.
2) Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala non spesifik (malaise,
demam ringan, keletihan) sampai gejala yang spesifik. Selama masa
ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih
mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.
3) Tahap sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap
jenis infeksi.
4) Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi.

2.5 Pertahanan terhadap infeksi


Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal
tubuh yang tinggal didalam dan luar tubuh melindungi seseorang dari
beberapa pathogen. Setiap system organ memiliki mekanisme pertahanan
terhadap agen infeksius. Flora normal, system pertahanan tubuh dan
inflamasi adalah pertahanan non spesifik yang melindungi terhadap
mikroorganisme.
1) Flora normal
Secara normal tubuh memiliki mikroorganisme yang ada pada
lapisan permukaan dan didalam kulit, saliva, mukosa oral dan saluran
gastrointestinal. Manusia secara normal mengekskresi setiap hari
triliyunan mikroba melalui usus. Flora normal biasanya tidak
menyebabkan sakit tetapi biasanya justru turut berperan dalam
memelihara kesehatan. Flora ini bersaing dengan mikroorganisme
penyebab penyakit untuk mendapatkan makanan. Flora normal juga
mengekskresi substansi antibakteri dalam usus. Flora normal kulit
menggunakan tindakan protektif dengan menghambat multiplikasi
organisme yang menempel dikulit. Flora normal dalam jumlah banyak
mempertahankan keseimbangan yang sensitive dengan mikroorganisme
lain untuk mencegah infeksi. Setiap faktor yang mengganggu
keseimbangan ini mengakibatkan individu semakin beresiko
mendapatkan penyakit infeksi.
2) Pertahanan system tubuh
Sejumlah system organ tubuh memiliki pertahanan unik
terhadap mikroorganisme. Kulit, saluran pernafasan dan saluran
gastrointestinal sangat mudah dimasuki oleh mikroorganisme.
Organisme pathogen dengan mudah menempel pada permukaan kulit,
di inhalasi melalui pernafasan atau dicerna melalui makanan. Setiap
system organ memiliki mekanisme pertahanan yang secara fisiologis
disesuaikan dengan struktur dan fungsinya. Berikut ini adalah
mekanisme pertahanan normal terhadap infeksi :
3) Inflamasi
Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskular dengan
menghantarkan cairan, produk darah dan nutrien ke jaringan
interstisial ke daerah cidera. Proses ini menetralisasi dan
mengeliminasi patogen atau jaringan mati (nekrotik) dan memulai
cara-cara perbaikan jaringan tubuh. Tanda inflamasi termasuk
bengkak, kemerahan, panas, nyeri/nyeri tekan, dan hilangnya fungsi
bagian tubuh yang terinflamasi. Bila inflamasi menjadi sistemik akan
muncul tanda dan gejala demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual,
muntah dan pembesaran kelenjar limfe.
Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik, kimiawi atau
mikroorganisme. Respon inflamasi termasuk hal berikut ini:
a) Respon seluler dan vaskuler
Arteriol yang menyuplai darah yang terinfeksi atau yang
cidera berdilatasi, memungkinkan lebih banyak darah masuk dala
sirkulasi. Peningkatan darah tersebut menyebabkan kemerahan
pada inflamasi. Gejala hangat lokal dihasilkan dari volume darah
yang meningkat pada area yanginflamasi. Cidera menyebabkan
nekrosis jaringan dan akibatnya tubuh mengeluarkan histamin,
bradikinin, prostaglandin dan serotonin. Mediator kimiawi tersebut
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah kecil. Cairan, protein
dan sel memasuki ruang interstisial, akibatnya muncul edema lokal.
Tanda lain inflamasi adalah nyeri. Pembengkakan jaringan yang
terinflamasi meningkatkan tekanan pada ujung syaraf yang
mengakibatkan nyeri.
b) Pembentukan eksudat inflamasi
akumulasi cairan dan jaringan mati serta SDP membentuk
eksudat pada daerah inflamasi. Eksudat dapat berupa serosa (jernih
seperti plasma), sanguinosa (mengandung sel darah merah) atau
purulen (mengandung SDP dan bakteri). Akhirnya eksudat disapu
melalui drainase limfatik. Trombosit dan protein plasma seperti
fibrinogen membentuk matriks yang berbentuk jala pada tempat
inflamasi untuk mencegah penyebaran.
c) Perbaikan jaringan
Sel yang rusak akhirnya digantikan oleh sel baru yang sehat. Sel
baru mengalami maturasi bertahap sampai sel tersebut mencapai
karakteristik struktur dan bentuk yang sama dengan sel sebelumnya.

2.6 Tanda tanda infeksi


Tanda-tanda infeksi menurut Abrams, 1995; Rukmono, 1973;
Mitchell & Cotran, 2003 antara lain :
1) Rubor
rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di
daerah yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul,
terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah
peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi
lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah.
Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna
merah lokal karena peradangan akut.
2) Kalor
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi
peradangan akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang
meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37oC disalurkan ke
permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada ke
daerah normal.
3) Dolor
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat
merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau
zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan
pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan jaringan yang
meradang.
4) Tumor
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian
besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi
darah ke jaringan-jaringan interstitial.
5) Functio laesa
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang
hilang (Dorland, 2002). Functio laesa merupakan reaksi peradangan
yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendalam
mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.
2.7 Faktor yang mempengaruhi Proses Infeksi
1) Sumber Penyakit
Sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi berjalan
dengan cepat atau lambat.
2) Kuman Penyebab
Kuman penyebab dapat menentukan jumah mikroorganisme,
kemampuan mikroorganisme masuk kedalam tubuh dan virulensinya.
3) Cara Membebaskan Sumber Dari Kuman      
Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah proses
infeksi cepat teratasi atau diperlambat, seperti tingkat keasaman (pH),
suhu, penyinaran (cahaya) dan lain-lain.
4) Cara Penularan
Cara penularan seperti kontak langsung melalui makanan atau
udara dapat menyebabkan penyebaran kuman kedalam tubuh.
5) Cara Masuknya Kuman
Proses penyebaran kuman berbeda tergantung dari sifatnya. Kuman
dapat masuk melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, kulit dan
lain-lain.
6) Daya Tahan Tubuh
Daya tahan tubh yang baik dapat memperlambat proses infeksi
atau mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya, daya
tahan tubuh yang buruk dapat memperburuk proses infeksi.
Selain faktor- faktor diatas, terdapat faktor lain seperti status gizi atau
nutrisi, tingkat stress pada tubuh, faktor usia, dan kebiasaan yang tidak
sehat.

2.8 pencegahan infeksi


Pencegahan infeksi merupakan bagian esensial dari asuhan lengkap yang
yang di berikan kepada klien untuk melindungi petugas kesehatan itu sendiri.
1. Prinsip Pencegahan infeksi
a. Antiseptik
Antiseptik adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau
jaringan tubuh lainnya.
b. Aseptik
Aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam mencegah
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan
menyebabkan infeksi. Tujuannya adalah mengurangi atau
menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda
hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat digunakan
dengan aman.
c. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan
bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda
(peralatan medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang
terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Cara memastikannya adalah
segera melakukan dekontaminasi terhadap benda - benda tersebut
setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh
d. Desinfeksi
Tindakan yang tindakan menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme penyebab penyakit dari benda mati.
e. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Suatu proses yang menghilangkan mikroorganisme kecuali beberapa
endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus, atau
penggunaan desinfektan kimia.
f. Mencuci dan membilas
Suatu proses yang secara fisik menghilangkan semua debu, kotoran,
darah, dan bagian tubuh lain yang tampak pada objek mati dan
membuang sejumlah besar mikro organisme untuk mengurangi
resiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau menangani benda
tersebut (proses ini terdiri dari pencucian dengan sabun atau deterjen
dan air, pembilasan dengan air bersih dan pengeringan secara
seksama).
g. Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
semua mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk
endospora bakteri pada benda-benda mati atau instrument.
2. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi meliputi :
a. Pencucian tangan.
b. Penggunaan sarung tangan.
c. Penggunaan cairan antiseptic untuk membersihkan luka pada kulit.
d. Pemrosesan alat bekas pakai (dekontaminasi, cuci dan bilas,
desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi).
e. Pembuangan sampah.
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan
berproliferasi didalam tubuh yang menyebabkan sakit. infeksi adalah
beberapa penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan organisme
patogenik dalam tubuh. Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan
yang aman. Praktisi atau teknisi yang memantau untuk mencegah
penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja keperawatan
kesehatan dari penyakit

3.2 Saran
Setelah seorang mahasiswa mendapatkan ilmu mengenai konsep
dasar infeksi ini, Sebaiknya sebagai seorang mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana cara mencegah infeksi agar tidak terjadi penularan.
DAFTAR PUSTAKA
Azis, alimul H.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba
Medika
Ester, Monica.2005.Pedoman Perawatan Pasien.Jakarta:EGC
library2006pdf3keperawatanpdf0910712026/bab2.pdf

Anda mungkin juga menyukai