Anda di halaman 1dari 43

I

Makalah jantung rematik

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Ajar Keperawatan Anak II

Dosen Pembimbing : Denni Fransiska Helena M, S.Kep., M.Kep.

Disusun oleh:

Nama: Rianty Darmayanti Ruhiat Nim: 191FK03024

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

TAHUN AJARAN 2019 -2020

KATA PENGANTAR

1
I

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan oleh ibu dosen
Denni Fransiska Helena M, S.kep., M.kep selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan para pembaca dan juga bagi para penulis.

Saya menyadari bahwa karena keterbatasan waktu dan pengetahuan yang saya
miliki, dalam pemaparan makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kami
sangat mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun guna
memperbaiki laporan ini agar menjadi lebih baik sehingga dapat member manfaat
bagi saya maupun orang lain.

Sumedang, November 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

2
I

KATA
PENGATAR……………………………………………………………………………………
……………………….i
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………………………
……………………..ii
BAB I 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah..................................................................................................2
BAB II 3
TINJAUAN PUSAKA 3
2.1 Pengertian penyakit jantung rematik..................................................................3
2.2 Anatomi dan Fisiologi jantung rematik..............................................................4
2.2.1
Anatomi…………………………………………………………………………………………
………………….
2.2.2
Fisiologi…………………………………………………………………………………………
……………………
2.3 Etilogi penyakit jantung rematik........................................................................7
2.4 Manifestasi klinis penyakit jantung rematik.......................................................8
2.5 Klasifikasi penyakit jantung rematik..................................................................9
2.6 Pemeriksaan penunjang penyakit jantung rematik..................................10
2.7 Komplikasi penyakit jantung rematik.....................................................11
2.8 Dampak terhadap sistem tubuh lainya penyakit jantung rematik...........11
2.9 Asuhan keperawatan secara teori dari penyakit jantung rematik............13
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan.........................................................................................34

3
I

DAFTAR PUSAKA….
…………………………………………………………………………………...35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit jantung reumatik adalah kondisi dimana katup jantung mengalami
kerusakan akibat komplikasi dari demam reumatik, yaitu sebuah penyakit
peradangan yang dapat memengaruhi berbagai organ tubuh. Penyakit jantung
reumatik perlu mendapat penanganan segera dan penanganannya akan
disesuaikan dengan kerusakan yang terjadi. Bila tidak segera ditangani, penyakit
jantung reumatik berpotensi menimbulkan gagal jantung hingga kematian
1.2 Rumusan masalah
1. Apa itu definisi dari penyakit jantung reumatik
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi jantung rematik
3. Bagaimana etiologi jantung rematik
4. Apa saja manifestasi klinis jantung rematik
5. Apa saja klasifikasi jantung rematik
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang jantung rematik
7. Apa komplikasi jantung rematik
8. Apa dampak terhadap sistem tubuh lainnya dari jantung rematik
9. Bagaiaman asuhan keperawatan secara teori jantung rematik
1.3 Tujuan masalah
1. Untuk menegtahui definisi dari penyakit jantung rematik

4
I

2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi jantung rematik


3. Untuk mengetahui etiologi jantung rematik
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis jantung rematik
5. Untuk mengetahui klasifikasi jantung rematik
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang jantung rematik
7. Untuk mengetahui komplikasi jantung rematik
8. Untuk menegtahui dampak terhadap sistem tubuh lainnya dari jantung rematik
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan secara teori jantung rematik

5
I

BAB II
TINJAUAN PUSAKA

2.1 Definisi dari jantung rematik

Penyakit jantung reumatik (Reumatic Heart Disease) merupakan penyakit


jantung didapat yang sering ditemukan pada anak. Penyakit jantung reumatik
merupakan kelainan katup jantung yang menetap akibat demam reumatik akut
sebelumnya, terutama mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jarang mengenai
katup trikuspid, dan tidak pernah menyerang katup pulmonal. Penyakit jantung
reumatik dapat menimbulkan stenosis atau insufisiensi atau keduanya

2.2 Anatomi dan fisiologi jantung rematik

2.2.1 Anatomi

Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan
tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah dengan
kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat ruang, 2 ruang
jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di bawahnya dinamakan
ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa. Dinding yang memisahkan kedua atrium
dan ventrikel menjadi bagian kanan dan kiri dinamakan septum.

Batas-batas jantung:
 Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava
inferior (VCI)
 Kiri : ujung ventrikel kiri

6
I

 Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri


 Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis
 Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal
sepanjang diafragma sampai apeks jantung
 Superior : apendiks atrium kiri
Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan
keempat katup yang mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan
menjaga agar darah tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat katup
ini adalah katup trikuspid yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel
kanan, katup pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal,
katup mitral yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri dan katup
aorta, terletak di antara ventrikel kiri dan aorta. Katup mitral memiliki 2 daun
(leaflet), yaitu leaflet anterior dan posterior. Katup lainnya memiliki tiga daun
(leaflet) .8
Jantung dipersarafi aferen dan eferen yang keduanya sistem saraf
simpatis dan parasimpatis. Saraf parasimpatis berasal dari saraf vagus melalui
preksus jantung. Serabut post ganglion pendek melewati nodus SA dan AV,
serta hanya sedikit menyebar pada ventrikel. Saraf simpatis berasal dari
trunkus toraksik dan servikal atas, mensuplai kedua atrium dan ventrikel.
Walaupun jantung tidak

mempunyai persarafan somatik, stimulasi aferen vagal dapat mencapai tingkat


kesadaran dan dipersepsi sebagai nyeri.9
Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria. Arteri koroner kanan
berasal dari sinus aorta anterior, melewati diantara trunkus pulmonalis dan
apendiks atrium kanan, turun ke lekukan A-V kanan sampai mencapai lekukan
interventrikuler posterior. Pada 85% pasien arteri berlanjut sebagai arteri
posterior desenden/ posterior decendens artery (PDA) disebut dominan kanan.
Arteri koroner kiri berasal dari sinus aorta posterior kiri dan terbagi menjadi

7
I

arteri anterior desenden kiri/ left anterior descenden (LAD) interventrikuler


dan sirkumfleks. LAD turun di anterior dan inferior ke apeks jantung.9
Mayoritas darah vena terdrainase melalui sinus koronarius ke atrium
kanan. Sinus koronarius bermuara ke sinus venosus sistemik pada atrium
kanan, secara morfologi berhubungan dengna atrium kiri, berjalan dalam celah
atrioventrikule

2.2.2 Fisiologi Jantung


Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait
fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-
ventrikel kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa
jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan
bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk
seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini adalah
suatu proses yang berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk asupan
oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya

2.3 Etiologi jantung rematik

Etiologi terpenting dari penyakit jantung reumatik adalah demam


reumatik. Demam reumatik merupakan penyakit vaskular kolagen multisistem
yang terjadi setelah infeksi Streptococcus grup A pada individu yang
mempunyai faktor predisposisi. Keterlibatan kardiovaskuler pada penyakit ini
ditandai oleh inflamasi Etiologi terpenting dari penyakit jantung reumatik
adalah demam reumatik. Demam reumatik merupakan penyakit vaskular
kolagen multisistem yang terjadi setelah infeksi Streptococcus grup A pada
individu yang mempunyai faktor predisposisi. Keterlibatan kardiovaskuler
pada penyakit ini ditandai oleh inflamasi Etiologi terpenting dari penyakit
jantung reumatik adalah demam reumatik. Demam reumatik merupakan

8
I

penyakit vaskular kolagen multisistem yang terjadi setelah infeksi


Streptococcus grup A pada individu yang mempunyai faktor predisposisi.
Keterlibatan kardiovaskuler pada penyakit ini ditandai oleh inflamasi
endokardium dan miokardium melalui suatu proses ’autoimunne’ yang
menyebabkan kerusakan jaringan. Inflamasi yang berat dapat melibatkan
perikardium. Valvulitis merupakan tanda utama reumatik karditis yang paling
banyak mengenai katup mitral (76%), katup aorta (13%) dan katup mitral dan
katup aorta (97%). Insidens tertinggi ditemukan pada anak berumur 5-15
tahun.

2.4 Manifestasi klinis jantung rematik

Untuk diagnosis rheumatic fever digunakan kriteria Jones yang pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1944, dan kemudian dimodifikasi beberapa kali. Kriteria
ini membagi gambaran klinis menjadi dua, yaitu manifestasi mayor dan minor

Manifestasi mayor Manifesta


si minor
Karditis Klinis :
Poliartritis migrans
- artralgia: nyeri sendi tanpa merah dan bengkak

- demam tinggi (>390 C)


Chorea sydenham Laboratorium:
Eritema marginatum
- peningkatan penanda peradangan yaitu
Nodul subkutan
erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau C
Reactive Protein (CRP)
- pemanjangan interval PR pada EKG
Ditambah

9
I

Bukti infeksi streptococcus beta hemolyticus grup A sebelumnya (45 hari


terakhir)

- Kultur hapusan tenggorok atau rapid test antigen streptococcus beta


hemolyticus grup A hasilnya positif
- Peningkatan titer serologi antibodi streptococcus beta hemolyticus

grup A.4,11

- Kriteria
Mayokarditis
Karditis adalah komplikasi yang paling serius dan paling sering terjadi
setelah poli artritis. Pankarditis meliputi endokarditis, miokarditis dan
perikarditis. Pada stadium lanjut, pasien mungkin mengalami dipsnea ringan-
sedang, rasa tak nyaman di dada atau nyeri pada dada pleuritik, edema, batuk
dan ortopnea. Pada pemeriksaan fisik, karditis paling sering ditandai dengan
murmur dan takikardia yang tidak sesuai dengan tingginya demam. Gambaran
klinis yang dapat ditemukan dari gangguan katup jantung dapat dilihat pada
tabel 2.

Gangguan Ma
nif
est
asi
- Aktivitas ventrikel kiri meningkat
 Regurgitasi Mitral
- Bising pansistolik di apeks, menyebar
ke aksila bahkan ke punggung
- Murmur mid-diastolik (carrey
coombs

10
I

murmur) di apeks
- Aktivitas ventrikel kiri meningkat

- Bising diastolik di ICS II kanan/kiri,


 Regurgitasi aorta menyebar ke apeks
- Tekanan nadi sangat lebar (sistolik
tinggi, sedangkan
diastolik sangat rendah
bahkan
hingga 0 mmHg)
- Aktivitas ventrikel kiri negatif
 Stenosis mitral
- Bising diastolik di daerah apeks,
dengan S1 mengeras

Gagal jantung kongestif bisa terjadi sekunder akibat insufisieni katup


yang parah atau miokarditis, yang ditandai dengan adanya takipnea, ortopnea,
distensi vena jugularis, ronki, hepatomegali, irama gallop, dan edema

perifer.12
Friction rub pericardial menandai perikarditis. Perkusi jantung yang
redup, suara jantung melemah, dan pulsus paradoksus adalah tanda khas efusi

perikardium dan tamponade perikardium yang mengancam.12

-Poliartritis Migrans

Merupakan manifestasi yang paling sering dari rheumatic fever, terjadi


pada sekitar 70% pasien rheumatic fever. Gejala ini muncul 30 hari setelah
infeksi Streptococcus yakni saat antibodi mencapai puncak. Radang sendi
aktif ditandai dengan nyeri hebat, bengkak, eritema pada beberapa sendi.
Nyeri saat istirahat yang semakin hebat pada gerakan aktif dan pasif
merupakan tanda khas. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi-sendi

11
I

besar seperti sendi lutut, pergelangan kaki, siku, dan pergelangan tangan.
Gejala ini bersifat asimetris dan berpindah-pindah (poliartritis migrans).
Peradangan sendi ini dapat sembuh spontan beberapa jam sesudah serangan
namun muncul pada sendi yang lain. Pada sebagian besar pasien dapat
sembuh dalam satu minggu dan biasanya tidak menetap lebih dari dua atau
tiga minggu

-Chorea Sydenham/Vt. Vitus’ Dance

Chorea sydenham terjadi pada 13-14% kasus rheumatic fever dan dua
kali lebih sering pada perempuan. Gejala ini muncul pada fase laten yakni
beberapa bulan setelah infeksi Streptococcus (mungkin 6 bulan). Manifestasi
ini mencerminkan keterlibatan proses radang pada susunan saraf pusat,
ganglia basal, dan nukleus kaudatus otak. Periode laten dari chorea ini cukup
lama, sekitar tiga minggu sampai tiga bulan dari terjadinya rheumatic fever.
Gejala awal biasanya emosi yang lebih labil dan iritabilitas. Kemudian diikuti
dengan gerakan yang tidak disengaja, tidak bertujuan, dan inkoordinasi
muskular. Semua bagian otot dapat terkena, namun otot ekstremitas dan
wajah adalah yang paling mencolok. Gejala ini semakin diperberat dengan

adanya stress dan kelelahan, namun menghilang saat beristirahat.12

-Eritema Marginatum

Eritema marginatum merupakan ruam khas pada rheumatic fever yang

terjadi kurang dari 10% kasus. 12 Ruam berbentuk anular berwarna


kemerahan yang kemudian ditengahnya memudar pucat, dan tepinya
berwarna merah berkelok-kelok seperti ular. Umumnya ditemukan di tubuh

(dada atau punggung) dan ekstremitas.4

-Nodulus Subkutan

12
I

Nodulus subkutan ini jarang dijumpai, kurang dari 5% kasus. Nodulus


terletak pada permukaan ekstensor sendi, terutama pada siku, ruas jari, lutut,
dan persendian kaki. Kadang juga ditemukan di kulit kepala bagian oksipital
dan di atas kolumna vertebralis. Nodul berupa benjolan berwarna terang
keras, tidak nyeri, tidak gatal, mobile, dengan diameter 0,2-2 cm. Nodul
subkutan biasanya terjadi beberapa minggu setelah rheumatic fever muncul
dan menghilang dalam waktu sebulan. Nodul ini selalu menyertai karditis

rematik yang berat. 13

- Kriteria Minor

Demam biasanya tinggi sekitar 39oC dan biasa kembali normal dalam waktu 2-3
minggu, walau tanpa pengobatan. Artralgia, yakni nyeri sendi tanpa disertai tanda-
tanda objektif (misalnya bengkak, merah, hangat) juga sering dijumpai. Artralgia
biasa melibatkan sendi-sendi yang besar. Penanda peradangan akut pada
pemeriksaan darah umumnya tidak spesifik, yaitu LED dan CRP umumnya
meningkat pada rheumatic fever. Pemeriksaan dapat digunakan untuk menilai
perkembangan penyakit

2.5 Klasifikasi jantung rematik


Perjalanan klinis penyakit demam/penyakit jantung rematik dapat di
bagi dalam 4 stadium menurut Ngastiyah, 1995-99 adalah

1. stadium I

Berupa infeksi saluran nafas oleh kuman Beta Strepococcus Hemolyticus Grup
A. Keluhan : Demam, Batuk, Rasa sakit waktu menelan, muntah, Diare,
Peradangan pada tonsil yang disertai eskudat

2. Stadium II

13
I

Stadium ini disebut juga preiode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus
dengan permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1-3
minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan
kemudian

3. Stadium III

Yang dimaksud dengan stadium III ini fase akut demam reumatik/ penyakit
jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala
peradangan umum dan manifestasi spesifik demam rematik / penyakit jantung
remaatik

Gejala peradangan umum : Demam yang tinggi, lesu, anoreksia, lekas


tersinggung, berat bada menurun, kelihatan pucat, epistaksis, athralgia, rasa sakit
di sekitar sendi, sakit perut.

4. Stadium IV

Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa
kelainan jantung/ penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup
tidak menunjukkan gejala apa-apa.

Pada penderita penyakit jantung rematik dengan gejala sisa kelainan katup
jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pada fase
ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-
waktu dapat mengalami reaktivitas penyakitnya

2.6 Pemeriksaan penunjang jantung rematik

Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk


mendukung diagnosis dari rheumatic fever dan rheumatic heart disease
adalah :

14
I

a. Pemeriksaan Laboratorium

- Reaktan Fase Akut

Merupakan uji yang menggambarkan radang jantung ringan. Pada


pemeriksaan darah lengkap, dapat ditemukan leukosistosis terutama
pada fase akut/aktif, namun sifatnya tidak spesifik. Marker inflamasi
akut berupa C- reactive protein (CRP) dan laju endap darah (LED).
Peningkatan laju endap darah merupakan bukti non spesifik untuk
penyakit yang aktif. Pada rheumatic fever terjadi peningkatan LED,
namun normal pada pasien dengan congestive failure atau meningkat
pada anemia. CRP merupakan indikator dalam menetukan adanya
jaringan radang dan tingkat aktivitas penyakit. CRP yang abnormal

digunakan dalam diagnosis rheumatic fever aktif. 8


- Rapid Test Antigen Streptococcus

Pemeriksaan ini dapat mendeteksi antigen bakteri Streptococcus grup

A secara tepat dengan spesifisitas 95 % dan sensitivitas 60-90 %.4


- Pemeriksaan Antibodi Antistreptokokus

Kadar titer antibodi antistreptokokus mencapai puncak ketika gejala


klinis rheumatic fever muncul. Tes antibodi antistreptokokus yang
biasa digunakan adalah antistreptolisin O/ASTO dan
antideoxyribonuklease B/anti DNase B. Pemeriksaan ASTO dilakukan
terlebih dahulu, jika tidak terjadi peningkatan akan dilakukan
pemeriksaan anti DNase B. Titer ASTO biasanya mulai meningkat
pada minggu 1, dan mencapai puncak minggu ke 3-6 setelah infeksi.
Titer ASO naik > 333 unit pada anak-anak, dan > 250 unit pada
dewasa. Sedangkan anti-DNase B mulai meningkat minggu 1-2 dan
mencapai

15
I

puncak minggu ke 6-8. Nilai normal titer anti-DNase B= 1: 60 unit

pada anak prasekolah dan 1 : 480 unit anak usia sekolah. 4


- Kultur tenggorok

Pemeriksaan kultur tenggorokan untuk mengetahui ada tidaknya


streptococcus beta hemolitikus grup A. Pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukan sebelum pemberian antibiotik. Kultur ini umumnya negatif
bila gejala rheumatic fever atau rheumatic heart disease mulai

muncul.4

b. Pemeriksaan Radiologi dan Pemeriksaan Elektrokardiografi

Pada pemeriksaan radiologi dapat mendeteksi adanya kardiomegali


dan kongesti pulmonal sebagai tanda adanya gagal jantung kronik pada
karditis. Sedangkan pada pemeriksaan EKG ditunjukkan adanya
pemanjangan interval PR yang bersifat tidak spesifik. Nilai normal batas
atas interval PR uuntuk usia 3-12 tahun = 0,16 detik, 12-14 tahun = 0,18

detik , dan > 17 tahun = 0,20 detik. 4


c. Pemeriksaan Ekokardiografi

Pada pasien RHD, pemeriksaan ekokardiografi bertujuan untuk


mengidentifikasi dan menilai derajat insufisiensi/stenosis katup, efusi
perikardium, dan disfungsi ventrikel. Pada pasien rheumatic fever dengan
karditis ringan, regurgitasi mitral akan menghilang beberapa bulan.
Sedangkan pada rheumatic fever dengan karditis sedang dan berat memiliki
regurgitasi mitral/aorta yang menetap. Gambaran ekokardiografi terpenting
adalah dilatasi annulus, elongasi chordae mitral, dan semburan regurgitasi
mitral ke postero-lateral.

2.7 Komplikasi jantung rematik

16
I

Penyakit jantung rematik yang tidak mendapatkan penanganan berpotensi


menimbulkan koplikasi, diantaranya :

 Gagal jantung

 Aritmia

 Edema paru

 Emboli paru

 Endokarditis

 Dapat terdengar murmur jantung pada individu yang sebelumnya


tidak memperlihatkan murmur, atau memburuknya murmur yang
sudah ada sebelumnya, jika terjadi penyakit jantung reumatik

 Dapat juga terjadi kardiomegali (pembesaran ukuran jantung),


perikarditis, atau gagal jantung kongestif pada orang yang
sebelumnya sehat

2.8 Dampak terhadap bagian tubuh lainnya

a. Munculnya Dispne

Gejala peratama yang muncul dan banyak dirasakan penderita penyakit


jantung adalah efek sesak nafas penderita menyadari bahwa satu upaya seperti
menaiki tangga pesawat yang sebelumnya tidak pernah menimbulkan
kesulitan baginya, akan menimbulkan perasaan tidak enak seolah-olah tidak
cukup udara yang masuk ke paru-paru. Kadang-kadang menimbulkan
perasaan dada menyempit, seolah terikat tali

b. Munculnya Edema

17
I

Perifer biasanya keluhan dari penderita adalah pada saat bangun tidur di pagi
hari, kaki masih tampak normal. Namun semakin siang kaki dan pergelangan
kaki membengkak dan apabila ia membuka sepatu, maka ia tidak akan dapat
lagi mengenakannya

c. Munculnya sianosis
Sinus-sinus hati pada gagal jantung selalu terdapat darah yang sangat
berlebihan, sehingga hati akan membengkak dan pada palpasi akan terasa
lunak dan sakit (Citra Kunia putrid dan Trisna insane nor, 2013)
d. Selain mengenai jantung demam rematik juga menimbulkan efek sistemik
lain. Efek tersebut antara lain adalah inflamasi dan nyeri sendi migratoei
(berpindah-pindah), munculnya nodus-nodus kulit, dan kadang-kadang
ruam. Sistem saraf pusat dapat terserang sehingga terjadi perubahan
perilaku, kecanggungan dalam berjalan dan berbicara, dan munculnya jenis
gerakan yang disebut korea yang di tandai dengan gerakan spontan
menyentak. Manifestasi sistem saraf ini biasanya berkurang dalam beberapa
minggu atau bulan.

2.9 Asuhan keperawatan secara teori jantung rematik

A. Pengkajian

Penyakit jantung rematik kebanyak menyerang pada anak-anak


dan dewasa hal ini lebih dikarenakan bakteri streptococcus sering
berada di lingkungan yang tidak bersih. Peyakit ini lebih sering
terkena pada anak perempuan

1. Identitas klien : nama, umur, alamat, pendidikan


2. Riwayat kesehatan : demam, nyeri, dan pembengkakan sendi
3. Riwayat penyakit dahulu : tidak pernah mengalami penyakit yang
sama, hanya demam biasa

18
I

4. Riwayat penyakit sekarang : kardiomegali, bunyi jantung muffled


dan perubahan EKG
5. Riwayat kesehatan keluaga : ada keluarga yang menderita penyakit
jantung
6. Riwayat kesehatan lingkungan : keadaan sosial ekonomi yang
buruk, iklim geografi, dan cuaca
7. Imunisasi
8. Riwayat nutrisi : adanya penurunan nafsu makan selama sakit
sehingga mempengaruhi status nutrisi berubah

Pemeriksaan fisik Head to Toe

1. Kepala : ada gerakan yang tidak disadari pada wajah, sclera


anemis, terdapat napas cuping hidung, membran mukosa mulut
pucat
2. Kulit : turgor kulit kembali setelah 3 detik, peningkatan suhu tubuh
390C
3. Jantung
a. Inspeksi : iktus kordis tampak
b. Palpasi : dapat terjadi kardiomegali
c. Perkusi : redup
d. Auskultasi : terdapat murmur, gallop
4. Abdomen
a. Inspeksi perut simetris
b. Palpasi kadang-kadang dapat terjadi hepatomegali
c. Auskultasi bising usus normal
5. Genetalia : tidak ada kelainan
6. Ekstremitas : pada inspeksis sendi terlihat bengkak, dan merah, ada
gerakan yang tidak disadari, pada palpasi teraba hangat dan terjadi
kelemahan otot.

19
I

7. Data fokus yang terdapat antara lain :


a. Peningkatan suhu tidak terlalu tinggi kurang dari 390C namun
tidak terpola
b. Adanya riwayat infeksi saluran napas
c. Tekanan menurun, denyut nadi meningkat, dada berdebar-
debar
d. Nyeri abdomen, mual, anoreksia, dan penurunan hemoglobin.
e. Arthralgia, gangguan fungsi sendi
f. Kelemahan otot
g. Akral dingin
h. Mungkin adanya sesal
8. Pengkajian data khusus
a. Karditis : takikardi terutama saat tidur, kardiomegali, suara
sistolik, perubahan suara, jantung, perubahan
elektrokardiogram (EKG), nyeri prekornial, leokositosis,
peningkatan laju endap darah (LED), peningkatan anti
streptolisin (ASTO).
b. Poliatritis : nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi, menyebar
pada sendi lutut, siku, bahu, dan lengan (gangguan fungsi
sendi).
c. Nodul subkutan : timbulnya benjolan di bawah kulit, teraba
lunak dan bergerak bebas. Biasanya muncul sesaat dan
umumya langsung diserap. Terdapat pada permukaan ekstensor
persendian.
d. Khorea : pergerakan ireguler pada ekstremitas, infolunter dan
cepat, emosi labil, kelemahan otot.
e. Eritemia marginatum : bercak kemerahan umumnya pada
batang tubuh dan telapak tangan, bercak merah dapat

20
I

berpindah lokasi, tidak permanen, eritema bersifat non-pruritus


(Aspiani, 2010).
B. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraksi otot jantung. Ditandai dengan wajah pasien pucat.
Dada terasa berdebar-debar, suara jantung abnormal yaitu
murmur, takikardi, hipotensi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
Ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada.
3. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit. Ditandai
dengan peningkatan suhu yaitu 380C.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan pasien
mengeluh tidak ada nafsu makan.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
ditandai dengan pasien cepat lelah saat melakukan aktivitas
berlebihan.
C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan NOC Intervensi NIC


Keperawatan
1. Penurunan Goal : pasien tidak Perawatan jantung
curah jantung akan mengalami 1. Lakukan
berhubungan penurunan curah penilaian
dengan jantung selama dalam kompehere
perubahan perawatan. nsif
kontraksi otot Objektif : pasien tidak terhadap
jantung mengalami perubahan sirkulasi
kontraksi otot jantung perifer

21
I

setelah dilakukan (misalnya


tindakan keperawatan : cek nadi
selama 3x24 jam perifer,
dengan kretia hasil : edema,
1. Tekanan darah pengisian
dalam rentang kapiler,
normal dan suhu
2. Toleransi ektremitas
terhadap ).
aktivitas 2. Catat
3. Nadi perifer adanya
kuat distritmea
4. Tidak ada tanda dan
distritmea gejala
5. Tidak ada 3. Observasi
bunyi jantung tanda-
abnormal yaitu tanda vital
terdengar 4. Kolaborasi
murmur dalam
6. Tidak ada pemberian
angina terapi
7. Tidak ada aritmia
kelelahan sesuai
kebutuhan
5. Intruksi
klien dan
keluarga
tentang

22
I

pematasan
aktivitas
2. Nyeri akut Goal : pasien tidak Manajemen nyeri
berhubungan akan mengalami nyeri 1. Kaji
dengan agen selama dalam secara
cedera biologis perawatan komphere
Objektif : klien akan nsif
terbebas dari nyeri tentang
setelah dilakukan nyeri,
tindakan keperawatan meliputi
selama 1x24 jam lokasi,
dengan kriteria hasil : karakterist
1. Mengontrol ik nyeri,
nyeri : durasi,
mengenal frekuensi,
faktor intersitas
penyebab atau
nyeri, tindakan beratnya
pencegahan, nyeri, dan
tindakan faktor
pertolongan presipitasi
non analgetik, 2. Berikan
menggunakan informasi
analgetik tentang
dengan tepat, nyeri,
mengenal seperti
tanda-tanda penyebab,
pencetus nyeri berapa
untuk mencari lama

23
I

pertolongan, terjadi,
melaporkan dan
gejala kepada tindakan
tenaga pencegaha
kesehaan n
2. Menunjukkan 3. Ajarkan
tingkat nyeri pengunaan
frekuensi teknik
nyeri, lama non-
nyeri, ekspresi farmakolo
nyeri gi
(misalnya
: relaksasi,
imajinasi
terbimbing
, terapi
musik,
diktraksi,
imajinasi
terbimbing
masase)
4. Evaluasi
keefektifa
n dari
tindakan
mengontro
l nyeri
5. Kolaborasi

24
I

pemberian
analgetik
3. Hipertermi Goal : pasien tidak Penanganan
berhubungan akan mengalami hipertermia
dengan proses hipertemi selama 1. Observasi
penyakit dalam perawatan. suhu
Objektif : pasien dapat sesering
menunjukkan mungkin
termoregulasi yang 2. Observasi
baik setelah dilakukan tekanan
tindakan keperawatan darah,
selama 1x24 jam nadi, dan
dengan kriteria hasil : frekuensi
1. Suhu tubuh nafas
dalam batas 3. Observasi
normal penurunan
2. Tidak sakit tingkat
kepala kesadaran
3. Nadi dalam 4. Observasi
batas normal adanya
4. Frekuensi aritmea
nafas dalam 5. Berikan
batas normal anti piretik
5. Tidak ada 6. Berikan
perubahan pengobata
warna kulit n untuk
mengatasi
penyebab
demam

25
I

7. Selimuti
klien
8. Berikan
cairan
intravena
9. Kopres
cairan
pada
lipatan dan
aksila
4. Keridakseimba Goal : pasien akan Manajemen
ngan nutrisi meningkatkan asupan nutrisi dan
kurang dari nutrisi yang adekuat observasi nutrisi
kebutuhan selama dalam 1. Identifikas
berhubungan perawatan i faktor
dengan Objektif : kebutuhan penyebab
anoreksia nutrisi adekuat setelah mual.
dilakukan tindakan Muntah
keperawatan selama 2. Tanyakan
4x24 jam dengan pada klien
kreteria hasil: tentang
1. Adanya alergi
peningkatan makanan
berat badan 3. Timbang
2. Tidak berat
terjadinya badan
penurunan klien pada
berat badan interval
3. Klien mampu yang tepat

26
I

mengidentifika 4. Anjurkan
si kebutuhan masukan
nutrisi kalori
4. Asupan nutrisi yang tepat
dan cairan yang
adekuat sesuai
5. Klien dengan
melaporkan gaya hidup
keadekuatan 5. Anjurkan
tingkat energi peningkata
n
pemasuka
n protein
dan
vitamin b
6. Anjurkan
agar
banyak
makan dan
buah serta
minum
7. Diskusi
dengan
ahli gizi
dalam
menentuka
n
kebutuhan

27
I

kalori dan
protein
8. Ciptakan
lingkunga
yang
menyenan
gkan
sebelum
makan
5. Intoleransi Goal : pasien akan Manajemen
aktivitas meningkatkan energi
toleransi terhadap 1. Tentukan
aktivitas selama dalam keterbatas
perawatan an klien
Objektif : klien dapat terhadap
menunjukan toleransi aktivitas
terhadap aktivitas 2. Dorong
setelah dilakukan pasien
tindakan keeprawatan untuk
selama 1x24 jam mengungk
dengan kriteria hasil : apkan
1. Klien dapat perasaan
menentukan tentang
aktivitas yang keterbatas
sesuai dengan an
peningkatan 3. Motivasi
nadi untuk
2. Mempertahank melakukan
an warna dan periode

28
I

kehangatan istirahat
kulit dan dan
aktivitas aktivitas
3. Melaporkan 4. Rencanaka
peningkatan n periode
aktivitas aktivitas
harian. saat klien
memiliki
banyak
tenaga
5. Bantu
klien
untuk
bangun
dari
tempat
tidur atau
duduk
disamping
tempat
tidur atau
berjalan
6. Bantu
klien
untuk
mengident
ivikasi
aktivitas

29
I

yang lebih
disukai
7. Evaluasi
program
peningkata
n tingkat
aktivitas

D. Implementasi

Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan


berdasarkan diagnosa keperawatan yag sudah ditegakkan.

E. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah yang telah dilakukan


berhasil untuk mengatasi masalah pasien dan dilihat juga berdasarkan
tujuan yang telah ditetapkan

Kasus

Seorang anak laki-laki (an.D) usia 8 tahun, dibawa ibunya


kerumah sakit Bhakti Kencana Bandung dengan keluhan utama sesak
nafas sejak 2 hari lalu, keluhan disertai batuk dan demam. Hasil
wawancara dengan ibunya (Ny.D) mengatakan 2 minggu yang lalu
anaknya mengalami demam dan sakit tenggorokan, ibu juga
mengatakan anaknya mengeluh sakit yang berpindah-pindah, sakit
perut dan cepat lelah setelah beraktifitas. Hasil pengkajian didapatkan
hasil S 37,20C, RR : 43x/menit, Nadi : 143x/menit, TD 130/60 mmHg,
kesadaran composmentis, terdapat eritema marginatum di kulit, nodul

30
I

subcutan didaerah persendian, chorea (+), akral dingin, lesu dan


terlihat pucat, konjugtiva anemis, wajah simetris, penglihatan jelas,
klien tidak nafsu makan, mual tidak ada, muntah tidak ada.

FORMAT DOKUMENTASI ILMU KEPERAWATAN ANAK


DALAM KONTEKS KELUARGA

JUDUL: ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.D(USIA 8 TAHUN) DENGAN


GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER: PENYAKIT JANTUNG
REMATIK
DI RUANG ................... RS.............

A. Pengkajian
I. Identitas klien dan keluarga (Penanggung jawab)
a. Identitas Kien
Nama : An. D
Umur : 8 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama :
Pendidikan :
Suku Bangsa :
Alamat :
No.Medrec :
Dx. Medis : Penyakit jantung rematik
Tgl. Masuk :
Tgl. Pengkajian :
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny.D

31
I

Umur :
Pekerjaan :
Hub. Dengan klien : Keluarga (ibu)

II. Alasan datang ke Rumah Sakit


Seorang anak laki-laki (an.D) usia 8 tahun, dibawa ibunya
kerumah sakit Bhakti Kencana Bandung dengan keluhan utama sesak
nafas sejak 2 hari lalu, keluhan disertai batuk dan demam. Hasil
wawancara dengan ibunya (Ny.D) mengatakan 2 minggu yang lalu
anaknya mengalami demam dan sakit tenggorokan, ibu juga
mengatakan anaknya mengeluh sakit yang berpindah-pindah, sakit
perut dan cepat lelah setelah beraktifitas. Hasil pengkajian didapatkan
hasil S 37,20C, RR : 43x/menit, Nadi : 143x/menit, TD 130/60 mmHg,
kesadaran composmentis, terdapat eritema marginatum di kulit, nodul
subcutan didaerah persendian, chorea (+), akral dingin, lesu dan
terlihat pucat, konjugtiva anemis, wajah simetris, penglihatan jelas,
klien tidak nafsu makan, mual tidak ada, muntah tidak ada.
III. Keluhan Utama
sesak nafas sejak 2 hari lalu, keluhan disertai batuk dan demam, sakit
yang berpindah-pindah, sakit perut dan cepat lelah setelah beraktifitas.
IV. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sesak nafas yang sudah disertai batuk dan demam,
kemudian ibu klien mengatakan bahwa anaknya mengalami demam
dan sakit tenggorokan disertai sakit sendi yang berpindah-pindah dan
cepat lelah saat beraktifitas
V. Riwayat kesehatan Dahulu
a. Riwayat Reproduksi ( Kehamilan dan Kelaahiran)
Tidak dikaji
b. Riwayat pemberian makan

32
I

Tidak dikaji
c. Penyakit, operasi, pemeriksaan/tindakan medis atau cedera
Sebelumnya
Tidak dikaji
d. Penyakit pada masa kanak-kanak
Tidak dikaji
e. Riwayat alergi
Tidak dikaji
f. Imunisasi
Tidak dikaji
g. Pengobatan
Tidak dikaji
VI. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Riwayat Pertumbuhan
Tidak dikaji
b. Riwayat Perkembangan
Tidak dikaji

VII. Riwayat Psikososial Anak


Tidak dikaji
VIII. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak dikaji
IX. Spritual Anak dan Keluarga
Tidak dikaji
X. Pola Pengetahuan Keluarga
Tidak dikaji
XI. Pola Aktivitas Sehari-hari
Di Rumah Di RS
NO
Pola Aktivitas Sebelum Masuk

33
I

RS
1 Nutrisi:
a. Makan
 Jenis, jumlah porsi dan frekuensi
(berapa kali sehari) makanan yang apa
saja yang dimakan (termasuk makan
pokok, dan cemilannya)
 Untuk bayi ASI / PASI, Makanan
tambahan sejak kapan diberikan
 Nafsu makan Kurang nafsu
makan

 Makanan disukai dan tidak


disukai
 Pantangan / alergi makanan
 Perubahan BB selama sakit
 Makan sendiri / dibantu
 Terpasang NGT / tidak
b. Minum / Cairan
 Jenis, jumlah porsi dan frekuensi
minuman / cairan yang dikonsumsi
(termasuk air putih, dan minuman yag
lainnya)
 Minuman yang disukai dan tidak disuk
2 Eliminasi
a. BAK
 Berapa kali sehari, jumlah yang keluar
(cc/ liter) per berapa jam atau hari, warna,
bau

34
I

 Kesulitan dalam BAK


 Terpasang kateter / tidak
b. BAB
 Berapa kali sehari, jenis BAB (cair,
lembek, padat, ) per berapa jam atau
hari, warna, bau
 Kesulitan dalam BAB (konstipasi)
 Memakai pencahar / tidak
 Wash out
3 Istirahat dan Tidur
a. Siang
 Berapa jam (dari jam berapa sampai jam
berapa)
 Kualitas tidur (nyenyak / tidak)
 Rutin / tidak dilakukan
 Tidur sendiri / ditemani
 Pengantar tidur ada / tidak (cerita
dongeng, ruangan yang terang / agak
gelap, dll)
b. Malam
 Berapa jam (dari jam berapa sampai jam
berapa)
 Kualitas tidur (nyenyak / tidak
 Tidur sendiri / ditemani
 Kesulitan tidur
 Pengantar tidur (cerita dongeng, ruangan
4 Aktivitas berteman / bermain dan Rekreasi
 Jenis permainan yang dilakukan dan

35
I

disukai
 Teman bermain yang disukai
 Waktu - waktu yang digunakan ketika
bermain
5 Kebersihan Diri (personal Hygiene)
 Mandi
Berapa kali sehari, memakai
sabun/tidak,mandi sendir/dibantu,
memakai air dingin/hangat.
 Sikat Gigi
Berapa kali sehari, memakai
odol/tidak,sikat gigi sendiri/dibantu
 Cuci Rambut
Berapa kali sehari/minggu,
memakai shampoo/tidak, dibantu/sendiri

XII. Pemeriksaan Fisik


a. Penampilan Umum
Wajah klien simetris, klien tampak lesu dan terlihat pucat, tingkat
kesadaran klien composmentis
b. Ukuran pertumbuhan(saat pengkajian dan cantumkan nilai
normalnya)
Tidak dikaji
c. Tanda-tanda Vital(Saat pengkajian dan cantumkan nilai
normalnya)
Suhu (S) = 37,20C
Denyut Nadi = 143x/menit
Pernafasan = 43x/menit
Tekanan Darah = 130/60 mmHg

36
I

d. Pemeriksaan Head to toe


1. Rambut
Tidak dikaji
2. Kepala
tidak dikaji
3. Kulit kepala
a) Mata
Pengkajian mata eksternal
kongjungtiva anemis
pengkajian mata ekstraokular
penglihatan jelas
Pengkajian penglihatan warna(uji ishihara/buta warna)
Ketajaman penglihatan warna (uji snellen)
Pemeriksaan Ostalmoskopik
b) Hidung
Tidak dikaji
c) Mulut
Nyeri tenggorokan
d) Telinga
Tidak dikaji
4. Leher
Tidak dikaji
5. Thorax/Dada
a. Paru-paru
Sesak nafas
b. Jantung
Cepat mudah lelah saat beraktivitas
6. Abdomen
Sakit perut

37
I

7. Genetalia
Genitalia wanita
Genetalia pria
Tidak dikaji
Anus
Tidak dikaji

8. Ekstemitas
sakit sendi yang berpindah-pindah, nodul subcutan didaerah
persendian, dan chorea (+)
XIII. Data penunjang
Tidak terkaji
XIV. Analisa Data
Analisa data memuat interpretasi terhadap data senjang sehingga
memunculkan masalah keperawatan, dibuat dalam table analisa

No Data senjang Etiologi (interpretasi Masalah


data) Keperawatan
1. Data subjektif (DS)
- Ibu klien mengatakan Rheumatc heart disiase Nyeri Akut
anaknya mengeluh
sendi yang berpindah- Persendian
pindah
Peradangan paada
membran sinovial

Poliartritis/Artalgia

38
I

Nyeri Akut

Bakteri streptococus Demam


2. beta hemplyticus A
Data subjektif (DS)
- Ibu klien mengatakan 2 Menginfeksi
minggu yang lalu anak tenggorokan
mengalami demam
Data Objektif (DO) Sel B memproduksi
- S : 37,20C antobodi
- RR : 43x/menit
- Nadi : 143x/menit Reaksi antigen
- TD : 130/60 mmHg antibodi

Demam

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS


1. Nyeri akut berhubungan dengan rematik heart disiase
2. Demam berhubungan dengan Streptococus Beta Hemolyticus A

XV. NURSING CARE PLANNING


Menyusun rencana tindakan keperawatan yang didokumentasikan dalam
table berikut :

39
I

DIAGNOSA INTERVENSI
NO KEPERAWAT RENCANA
TUJUAN RASIONAL
AN TINDAKAN
Nyeri akut b.d Tujuan jangka 1. Kolaborasi 4. Mengurangi
1. rematik heart pendek : untuk rasa nyeri
disiasae Nyeri akut b.d pemberian 5. Untuk
rematik heart obat kenyamanan
disesae analgetik pasien
Tujuan jangka 2. Mengatur 6. Untuk
panjang : posisi tubuh mengurangi
Setelah pasien tingkat
dilakukan 3. Edukasi kepanikan
tindakan pasien pasien
keperawatan terhadap 7. Untuk
2x24 jam. nyeri mengetahui
Diharapkan 4. Pantuan perkembang
nyeri akut nyeri an nyeri
terasi

Kriteria Hasil :
- Tidak 1. Observasi
ada TTV 1. Untuk
eritma 2. Kompres mengetahui
klien pada penurunan
daerah suhu klien
3. Kolaborasi 2. Mengurangi
untuk suhu tubuh
Tujuan jangka pemberian klien

40
I

2. Demam b.d pendek : obat 3. Untuk


bakteri Demam b.d mempercepa
streptococus beta bakteri t pemulihan
hemolyticus A streptococus klien
beta A
Tujuan jangka
panjang :
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
2x24 jam.
Diharapakan
nyeri akut
terasi

Kriteria hasil
- Suhu :
360C

(normal)

41
I

BAB III
KESIMPULAN
2.9 Kesimpulan
Demam rematik adalah suatu penyakit radang yang terutama menyerang sususan
saraf pusat, kulit dan jaringan subkutis, penyebab penyakit dan faktor
lingkungan. Infeksi streptococcus beta hemolyticus grup A pada tenggorokan
selalu mendahului terjadinya demam rematik, baik pada serangan pertama
maupun serangan ulangan untuk menyebabkan serangan demam rematik,
pemeriksaan diagnostic / penunjang pada diagnosis demam rematik akut di bagi
3 golongan. Demam rematik tidak akan kambuh bila infeksi diatasi

42
I

Daftar Pustaka

D oleh, PMI permana, D oleh K suardamana…- simdos.unud.ac.id

Buku saku patofisiologi Elizabeth J. Corwin, PhD, MSN, CNP Associate


professor The college of nursing The Ohio State University Colombus, Ohio

J. Fitriany, I. A. (2019). Demam Reumatik Akut. AVRROUS : Jurnal


Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh, 11.
nurarif huda, a., & kusuma, h. (2015). aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosis medis& NANDA NIC-NOC jilid 3. Yogyakarta.
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=komplikasi+jantung+rematik&oq=komplikasi+jantung+re&
rlz=#d=gs_qabs&u=%23p%3DaTEsIoVISA0J

https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=anatomi+dan+fisiologi+jantujg+rematik&btnG=&rlz=

43

Anda mungkin juga menyukai