Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

REUMATOID HEART DISEASE


(RHD)

DOSEN PENGAMPU : DANIA RELINA SITOMPUL S. Kep.,Ners. M.Kep

DI SUSUN OLEH :

ERNY MANGGEURY 113063C117009


EUSTACHIA ARI WIJAYANTI 113063C117010
EVA VELYANA 113063C117011

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN BANJARMASIN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2019/ 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang kami susun dengan judul “REUMATOID HEART DISEASE (RHD)”.
Makalah ini kami susun berdasarkan tugas yang diberikan kepada kami dalam matakuliah
Keperawatan Anak II. Dalam penyusunan, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari para
pembaca. Dan terimakasih untuk dosen yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
:

1. Dania Relina Sitompul S. Kep Ners, M,.Kep

Kami penyusun memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Akhir
kata kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Banjarmasin, 27 Agustus 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN .................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1

A. Latar Belakang ................................................................................................1


B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan ..............................................................................................................1
D. Manfaat ............................................................................................................1

BAB II TEORI DAN ASKEP ....................................................................................2

A. Anatomi Kardiuvaskuler ................................................................................2


B. Definisi Reumatoid Heart Disease .................................................................4
C. Etiologi Reumatoid Heart Disease .................................................................5
D. Manifestasi Reumatoid Heart Disease ..........................................................6
E. Pemeriksaan Penunjang Reumatoid Heart Disease ....................................7
F. Penatalaksanaan Reumatoid Heart Disease .................................................7
G. Masalah Keperawatan pada Reumatoid Heart Disease ..............................8
H. Discharge planning Reumatoid Heart Disease .............................................9
I. Komplikasi pada Reumatoid Heart Disease .................................................9
J. Patofisiologi Reumatoid Heart Disease .........................................................9
K. Asuhan Keperawatan Reumatoid Heart Disease .......................................13

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN .................................................................18

BAB IV PENUTUP ...................................................................................................20

KESIMPULAN ........................................................................................................20

SARAN .......................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................22

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Jantung Reumatik (PJR) adalah komplikasi yang paling serius dari
demam rematik. Demam rematik akut terjadi pada 0,3% kasus faringitis oleh
Streptococcus Beta Hemolitikus Grup A (SGA) pada anak. Sebanyak 39% dari pasien
dengan demam rematik akut akan berkembang menjadi pankarditis dengan berbagai
derajat disertai insufusiensi katup, gagal jantung, perikarditis, dan bahkan kematian.
Pada penyakit jantung rematik kronik, pasien dapat mengalami stenosis katup dengan
berbagai derajat regurgitasi, dilatasi atrium, aritmia, dan disfungsi ventrikel.
Pengenalanan sedini mungkin terhadap keterlibatan jantung menjadi bgian penting
dalam mencegah terjadinya kerusakan jantung lebih lanjut. Oleh karena itu dalam
makalah ini akan di bahas mengenai Teori – teori dan Asuhan Keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Reumatoid Heart Disease?
2. Apa penyebab Reumatoid Heart Disease?
3. Apa tanda dan gejala dari Reumatoid Heart Disease?
4. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Reumatoid Heart Disease?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari Reumatoid Heart Disease?
6. Apa masalah keperawatan yang muncul pada Reumatoid Heart Disease?
7. Apa komplikasi yang dapat terjadi pada Reumatoid Heart Disease?
8. Bagaimana perjalanan Reumatoid Heart Disease pada tubuh manusia?

C. Tujuan
1. Mampu memahami definisi dari Reumatoid Heart Disease
2. Mampu memahami penyebab Reumatoid Heart Disease
3. Mampu memahami tanda dan gejala dari Reumatoid Heart Disease
4. Mampu memahami pemeriksaan penunjang pada Reumatoid Heart Disease
5. Mampu memahami penatalaksanaan dari Reumatoid Heart Disease
6. Mampu memahami masalah keperawatan yang muncul pada Reumatoid Heart
Disease
7. Mampu memahami komplikasi yang dapat terjadi pada Reumatoid Heart Disease
8. Mampu memahami perjalanan Reumatoid Heart Disease pada tubuh manusia

D. Manfaat
1. Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mahasiswa mengenai penyakit
RHD yang telah kami susun dalam bentuk makalah
2. Mahasiswa mampu dan dapat memahami nursing management untuk RHD itu
sendiri

1
BAB II
TEORI DAN ASKEP

A. Anatomi

Jantung merupakan salah satu organ yang sangat vital dalam tubuh manusia,
bagaimana tidak jantung merupakan salah satu media yang memiliki peranan sangat
penting untuk bisa mengalirnya darah yang membawa oksigen dan sari-sari makanan ke
seluruh tubuh. Jantung terletak di rongga mediastinum yang berada di belakang
sternum, diantara paru kanan dan kiri, dan didepan vertebra torakal.
Jantung memiliki ukuran sekepalan genggaman tangan kanan orang dewasa kurang
lebih dengan panjang 5" (12 cm), dan lebar 3,5" (9 cm), berat jantung 350 gram pada
orang dewasa.
Adapun jantung terdiri dari:

1. Tiga lapisan (Epikardium, Miokardium, dan Endokardium)


2. Ada 2 pace maker alami utama yang berada di lapisan miokardium (SA
Nodes, AV Nodes)
3. Empat ruang (2 Atrium, dan 2 Ventrikel)
4. Empat katup (Katup Atrioventrikuler - trikuspitdalis dan mitral, Katup
Semilunar -pulmonal dan aorta)
5. Pebuluh darah koroner (Penyuplai darah untuk otot-otot jantung

Fisiologi jantung
Secara umum jantung merupakan satu-satunya pememompa utama darah ke
seluruh tubuh, sehingga sangat penting untuk mengidentifikasi apakah fungsi jantung
ini masih berjalan atau tidak, ada beberapa metode untuk mengetahui apakah jantung
masih bekerja dengan baik atau tidak
Dengan meraba denyut nadi. Denyut nadi ini dapat dirasakan pada pembuluh darah
arteri, adapun pembuluh darah arteri yang kerap di palpasi untuk mengetahui adanya
kerja nadi atau tidak adalah

1. Arteri radialis (berada di pergelangan tangan sejajar dengan ibu jari)

2
2. Arteri Brachialis (berada di lipatan siku bagian atas sejajar dengan jaris manis
dan jari tengah)
3. Arteri Karotis (berada di sisi kanan dan kiri tulang tiroid)
4. Arteri Femoralis (berada di pangkal paha kiri dan kanan)
5. Arteri popliteal (berada di lipatan kaki di bagian belakang)
6. Arteri Dorsalis pedis (berada di punggung kaki sejajar dengan telunjuk jari
kaki)

Fase istirahat jantung


1. Fase Depolarisasi cepat
2. Fase Repolarisasi parsial
3. Fase Plateu
4. Fase Repolarisasi cepat

Pembuluh darah (vaskular)


Secara garis besar pembuluh darah dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Pembuluh darah arteri
2. Pembuluh darah vena
Adapun urutan jalur pembuluh darah dari dan ke jantung adalah sebagai berikut:
Jantung (ventrikel kiri) --> Aorta --> Arteri --> Arteriola --> Kapiler --> Venula -->
Vena --> Vena Cava superior dan inferior --> Jantung (atrium kanan)

Karakterististik pembuluh darah


1. Arteri
Memiliki tekanan tinggi --> membawa darah ke jaringan Dapat teraba
denyutan Memiliki dinding pembuluh darah yang tebal dengan jaringan elastis
Membawa darah yang kaya akan oksigen sehingga darah lebih terlihat merah
segar Darah keluar memancar (jika terjadi perlukaan) Tidak memiliki katup di
sepanjang pembuluh (hanya ada pada permulaan aorta).

2. Kapiler
Memiliki penampang yang paling luas karena tersebar di dalam seluruh
tubuh Disebut juga pembuluh darah rambut karena hanya memiliki diameter
0,008 mm Tempat terjadinya pertukaran dan transport O2/CO2, zat-zat
nutrien, dan berbagai jenis elektrolit yang dibutuhkan tubuh ke dalam jaringan
(sel) Menyerap zat-zat nutrien dari usus.

3. Vena
Bersemabungan dengan vena yang lebih besar yang disebut vena
Cava Dinding pembuluh tipis dan tidak elastis Memiliki katup disepanjang
pembuluh darah Membawa darah yang kaya akan CO2 sehingga warna
darah lebih terlihat pucat Darah keluar tidak memancar hanya menetes (jika
terjadi luka) Tidak teraba denyutan Luas penampang pembuluh darah.

a. Aorta --> 2,5 cm2


b. Arteri --> 20 cm2
c. Arteriola --> 40 cm2
d. Kapiler --> 2500 cm2
e. Venula --> 250 cm2

3
f. Vena --> 80 cm2
g. Vena Cava --> 8 cm2

4. Tekanan darah terhadap pembuluh darah


Pada saat kita melakukan pengukuran tekanan darah, yang sejatinya kita
ukur adalah adalah tekanan darah terhadap pembuluh darah, sehingga tekanan
darah sangat dipengaruhi oleh:

a. Luasnya penampang pembuluh darah --> sehingga pada kasus-kasus


seperti aterosklerosis ataupun arteriosklerosis sangatlah mempengaruhi
tekanan darah
b. Jumlah darah yang berada didalam pembuluh darah --> seperti pada
keadaan syok hipovolemik, tekanan darah ataupun nadi penderita lebih
cenderung akan menurun

5. Tekanan darah
Tekanan darah terdiri dari dua jenis tekanan:

a. Tekanan sistolik (batas atas) --> Merupakan tekanan tertinggi arteri yang
dihasilkan ketika kontraksi ventrikel sehingga terjadinya ejeksi awal
ventrikel ke aorta sehingga jumlah darah dalam pembuluh darah arteri
meningkat secara signifikan. Tekan sistolik normal berkisar 140 s/d 100
mmHg
b. Tekanan diastolik (batas bawah) --> Merupakan tekanan terendah arteri
yang terjadi ketika relaksasinya ventrikel, dan jumlah darah dalam
pembuluh darah sudah mulai berkurang sebelum terjadinya ejeksi
ventrikel kembali. Tekanan diastolik normal berkisar 90 s/d 60 mmHg

B. Definisi Reumatoid Heart Disease (RHD)


Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Reumatoid Heart
Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan – jaringan
penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme
streptococcus hemolitic – b group A. (Pusdiknakes, 1993).
(Nurarif, Kusuma. 2015)

Reumatoid Heart Disease (RHD) merupakan penyebab terpenting dari penyakit


jantung ynag di dapat, baik pada anak maupun pada dewasa. Reumatoid Fever adalah
peradangan akut yang sering diawali oleh peradangan pada faring. Sedangkan RHD
adalah penyakit berulang dan kronis. Pada umumnya seseorang menderita penyakit
Reumatoid Fever Akut kira – kira 2 minggu sebelumnya pernah menderita radang
tenggorokan.

Reumatoid Heart Disease (RHD) adalah suatu penyakit peradangan autoimun


yang mengenai jaringan kognetif seperti pada jantung, tulang, jaringan subkutan
pembuluh darah dan pada sistem pernapasan yang diakibatkan oleh infeksi
streptococcus hemolitic-b group A

4
Menurut WHO penyakit jantung rematik adalah cacat jantung akibat karditis
rematik yang merupakan sekuele dari demam rematik (DR)

DR merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik non-sukuratif dengan proses


delayed autoimmune
(PPT ibu Dania Relina Situmpol, S.Kep., Ners. M.Kep)

C. Etiologi
Disebabkan oleh karditis reumatic akut dan fibrosis, dan beberapa faktor predisposisi
lainnya, menurut LAB/ UPF ilmu kesehatan anak, 1994;83 seperti :
1. Faktor Genetik
Banyak penyakit jantung reumatik yang terjadi pada satu keluarga maupun pada
anak –anak kembar, meskipun pengetahuan tentang faktor genetik pada penyakit
jantung reumatik ini tidak lengkap, namun pada umumnya disetujui bahwa ada
faktor keturunan pada penyakit jantung reumatik, sedangkan cara penurunannya
belum dapat di pastikan.
2. Jenis Kelamin
Dahulu sering dinyatakan bahwa lebih sering didapatkan pada anak wanita
dibanding anak laki – laki, tetapi data yang lebih besar menunjukan tidak ada
perbedaan jenis kelamin. Kelainan katup sebagai gejala sisa penyakit jantung
reumatik menunjukan perbedaan jenis kelamin. Pada orang dewasa gejala sisa
berupa stenosis mitral sering didapatkan pada wanita. Sedangkan insufisiensi aorta
lebih sering ditemukan pada laki – laki
3. Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya penyakit
jantung reumatik, penyakit ini paling sering mengenai anak berumur 5-18 tahun
dengan puncak sekitar umur 8 tahun, tidak biasa di temukan pada anak antara umur
3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun.
(Nurarif, Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-noc. Jogjakarta : Mediaction Buplishing)
4. Bakteri
Endokarditis bakteri atau infeksi, juga disebut sebagai endokarditis bakteri subakut
adalah infeksi akut dan lapisan dalam jantung. Meskipun ini dapat terjadi tanpa
didasari oleh penyakit jantung, endokarditis infektif paling sering adalah akibat
bakteremia pada anak yang memiliki anomali didapat atau anomali kongenital pada
jantung atau pembuluh darah besar. Kondisi ini khusus nya memengaruhi anak
dengan abnormalitas katup, katup prostesis, bedah jantung baru dengan selang
invasif danpenyakit jantung rematik yang mengenai katup. Selain itu, masalah
yang terus berkembang adalah endokarditis yang dikaitkan dengan penyalahgunaan
obat (dajani dan taubert,1995). Agens penyebab paling umum adalah streptococcus
viridans; agens penyebab lain adalah staphylococcus aureus, bakteri gram-negatif,
dan jamur seperti candida albicans.
(Nurarif, Kusuma. 2015)

5
Klasifikasi
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantung reumatik dapat dibagi
dalam 4 stadium menurut Ngastiyah,1995:99 adalah:
1. Stadium I
Berupa infeksi saluran napas oleh kuman Beta stepcoccus hemolyticus group A.
Keluhan :demam, batuk, rasa sakit waktu menelan, muntah, diare, peradangan pada
tonsil yang disertai eksudat
2. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus
dengan permulaan gejala demam rematik; biasanya periode ini berlangsung 1-3
minggu , kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau berbulan-bulan kemudian.
3. Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium 3 ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini
timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik/penyakit jantung reumatik.
Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan dan
manifestasi spesifik demam reumatik/penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum: demam yang tinggi, lesu, anoreksia, lekas tersinggung,
berat badan menurun, kelihatan pucat, epistaksis, athralgia, rasa sakit disekitar
sendi, sakit perut.
4. Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa
kelainan jantung/ penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak
menunjukan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup
jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta berat nya kelainan. Pasa fase
ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung rematik sewaktu-
waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.
(Nurarif, Kusuma. 2015)

D. Manifestasi Klinis
1. Kriteria mayor:
a. Poliarthritis: pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah-pindah,
radang sendi-sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku
(poliartitis migran).
b. Karditis: peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis)
c. Eritema marginatum: tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tagan
yang tidak gatal.
d. Nodul Subkutan: terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas
jari, lutut, persendian kaki; tidak nyeri dan dapat bebas digerakan.
e. Khorea syndendham: gerakan yang tidak disengaja/gerakan abnormal, sebagai
manifestasi perdangan pada sistem saraf pusat
(Nurarif, Kusuma. 2015)

6
2. Kriteria minor:
a. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung
reumatik
b. Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien
kadang-kadang sulit menggerakan tungkainya
c. Demam tidak lebih dari 39’c
d. Leukositosis
e. Peningkatan laju endap darah (LED)
f. C-reaktif protein (CRP) positif
g. P-R interval memanjang
h. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur
i. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)
(Nurarif, Kusuma. 2015)

E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium: didapatlan peningkatan ASTO, peningkatan laju endap
darah (LED), terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan hemoglobin.
2. Radiologi : fhoto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
3. Pemeriksaan echokardiogram : menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat
lesi.
4. Pemeriksaan elektrokardiogram : menunjukan interval P-R memanjang.
5. Hapusan tenggorokan : ditemukan steptococcus hemolotikus b grub A
(Nurarif, Kusuma. 2015)

F. Penatalaksanaan
1. Tatalaksana infeksi streptococcus
a. <6 tahun : benzatine penicillin 600.000 U IM
b. >6 tahun : benzatine penicillin 1,2 juta U IM
c. Dewasa : penicillin 500.000 U oral 2 kali sehari selama 10 hari
Sensitif terhadap penicillin
a. <6 tahun : erythromycine 4 x 125 mg oral selama 10 hari
b. >6 tahun : erythromycine 4 x 250 mg 0ral selama 10 hari
2. General treatment
a. Anti inflamasi : salisilat obat terpilih. Steroid adalah obat pilihan kedua
dimana salisilat gagal.
Klinis Obat Dosis
Tanpa karditis atau Aspirin 100 mg/kg/hari oral
karditis, kardiomegali selama 2 minggu
(-)
Karditis, kardiomegali prednison 2 mg/kg/hari
dengan gagal jantung (maksimal 60
mg/hari) selama 2
minggu

7
Kurangi aspirin 75
mg/kg/hari setelah 2
minggu, diteruskan
6 inggu 4x sehari
oral
b. Terapi korea
Konservatif : valproic acid, imunnoglobulin, steroid
3. Cardiac management
a. Pasien karditis : bed rest
b. Tanpa karditis :istirahat ditentukan 2 minggu, mobilisasi bertahap 2 minggu
c. Karditis tanpa kardiomegali : istirahat ditentukan 4 minggu, mobilisasi
bertahap 4 minggu
d. Karditis dengan kardiomegali : istirahat ditentukan 6 minggu, mobilisasi
berharap 6 minggu
e. Karditis dengan gagal jantung : istirahat ditentukan selama ada gagal jantung,
mobilisasi bertahap 3 bulan
4. Profilaksis golongan penisilin
Diberikan menyusul eradikasi :
a. Benzatin penisilin G 1,2 juta U IM/4 atau 3 minggu (resiko tinggi rekuren)
b. Penisilin V 2 x 500 mg oral
c. Sulfadiazin 1 g/hr oral
Profilaksis sekunder tidak dihentikan pada penderita PJR dengan riwayat
sering rekuren dalam waktu 10 tahun setelah mendapatkan serangan demam
reumatik.
5. Diet
Makanan yang cukup kalori, protein, dan vitamin
(Nurarif, Kusuma. 2015)

G. Masalah yang lazim muncul


1. Penurunan curah jantung b.d adanya gangguan pada penutupan katup mitral
2. Nyeri akut b.d distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi
sendi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan asam
lambung akibat kompensasi sistem saraf simpati
4. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah keperifer
6. Hipertermia b.d proses penyakit, peradangan pada sendi
7. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot
8. Resiko cidera b.d disfungsi integrative (gerakan infolunter)
9. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan pigmentasi kulit (peradangan)
(Nurarif, Kusuma. 2015)

8
H. Discharge planning
Pencegahan penyakit rheumatic heart disease menurut LAB/UPF ilmu kesehatan anak,
1994;89 adalah :
1. Penisilin benzatin 600.000 U untuk anak dengan berat badan kurang dari 30 kg dan
1,2 juta U bila berat badan lebih dari 30 kg diberikan sekali dalam 4 minggu
2. Sulfadiazin 1 x 500 mg/hari untuk anak dibawah 30 kg dan i g untuk anak lebih
dari 30 kg
3. Pencegahan diberikan sekurang-kurangnya sampai 5 tahun bebas serangan ulang
deman reumatic
4. Pada penderita dengan penyakit jantung reumatic dengan gagal jantung atau katub
buatan dianjurkan pemberian pencegahan seumur hidup
(Nurarif, Kusuma. 2015)

I. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada Penyakit Jantung Reumatik (PJR)
diantaranya adalah gagal jantung, pankarditis (infeksi dan peradangan di seluruh bagian
jantung), pneumonitis reumatik (infeksi paru), emboli atau sumbatan pada paru,
kelainan katup jantung, dan infark (kematian sel jantung).

J. Patofisiologi dan pathway


Streptococcus Hemolitikus b group A (melepaskan endotoksin dipharing dan tonsil)
menyebabkan Pharingitis dan tonsilitis Tubuh mengeluarkan antibody berlebihan dan tidak
dapat membedakan antibody dan antigen menyebabkan Respon imunologi abnormal/autoimun
Penyakit jantun rematik(PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart Disease
(RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada kutub jantung yang bisa
berupa penyempitan atau kebocoran. Terutama katub mitral (stenosis katub mitral)
sebagai akibat adanya gejala sisa dari demam rematik (DR). Bagian yang serius dari
penyakit ini ialah bahaya yang diakibatkannya pada katup – katup jantung.
Penyebabnya adalah kuman streptococcus yang terdapat di kerongkongan, karena
adanya kuman – kuman itu, tubuh menjadi sangat sensitif dan reaksi alergi inilah yang
menyebabkan kerusakan. Penyakit demam rematik umumnya sering terjadipada anak –
anak usia 5-15 tahun, jarang sekali pada kasus penyakit demam rematik yang terjadi
pada anak dibawah umur 5 tahun maupun orang dewasa. Ciri ciri penyakit jantung
rematik ini : gejala awalnya si anak akan merasa sakit di kerongkongan, beberapa hari
atau minggu kemudian kemungkinan si anak akan merasa demam, sakit di persendian,
kadang – kadang kurang/ hilang nafsu makan, berkeringat banyak dan timbul ruam atau
seperti cacat bintik – bintik merah dan gatal. Dalam manifestasinya, gejala bisa berbeda
beda. penyakit jantung rematik ini termasuk penyakit menular dari gen orang tua pada
anaknya, seperti orang tua waktu masa kanak – kanaknya mengalami penyakit jantung
rematik, kemungkinan anak akan menderita DR. Meski awalnya infeksi tenggorokan
disebabkan oleh bakteri, tapi penyakit demam rematik dapat berkembang bukan karena
bakteri, namun karena respons kekebalan tubuh. Saat tubuh mengalami infeksi
streptococcus, sistem imun tubuh melindungi diri secara otomatis dengan cara
menyerang bakteri kembali, tetapi terkadang sistem imun ini justru menyerang jaringan

9
tubuh, seperti jantung dan sendi. Serangan pada jantung menyebabkan katup jantung
membengkak sehingga memicu timbulnya jaringan parut pada pintu katup (valve).

(PPT ibu Dania Relina Situmpol, S.Kep., Ners. M.Kep)

10
PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY

Streptococcus Pharingitis dan tonsilitis Tubuh mengeluarkan


Hemolitikus b group A antibody berlebihan dan
(melepaskan endotoksin Respon imunologi tidak dapat membedakan
dipharing dan tonsil) abnormal/ autoimun antibody dan antigen

SSP RHD

Kulit Persendian Jantung

Peradangan kulit dan Peradangan pada Peradangan katub mitral


jaringan subcutan membran senovial

Bercak merah/ eritema Polyartritis/ Atralgia Hipertermi


marginatum

Nyeri Akut Peningkatan sel


Kerusakan Integritas retikuloendotelial, sel
Kulit Jaringan Parut plasma dan limfosit

Gerakan involunter, Penurunan curah


Stenosis katub mitral
irigulaer, cepat dan jantung
kelemahan otot/ khorea
Merangsang medulla Baroreseptor: meningkatkan
oblongata VOL dan TD

Intoleransi Aktifitas
Kompensasi saraf GI Tract
simpatis
Kerja lambung
meningkat
Jantung Pembuluh darah

HCL meningkat
Pengisian atrium
kanan meningkat Vasokontriksi
Mual, anoreksia
Penumpukan darah Penurunan
diparu metabolisme Ketidakseimbangan
terutama perifer nutrisi kurang dari
Gangguan fungsi kebutuhan tubuh
alveoli
Perfusi Jaringan
Kerusakan Perifer Tidak Efektif
pertukaran gas 11
Cardiac Care
Masalah Keperawatan a. Monitor status kardiovaskular
b. Catat adanya disritmia jantung
Penurunan curah jantung c. Monitor status pernafasan yang menandakan
b.d adanya gangguan pada gagal jantung
penutupan katup mitral d. Monitor adanya perubahan tekanan darah
(stenosiskatup) e. Atur periode latihan dan istirahat
Vital sign monitoring

a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


b. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
seteah aktivitas
c. Monitor kualitas dari nadi
d. Monitor jumlah dan irama jantung
e. Monitor bunyi jantung

Fever Treatment

Hipertermia b.d proses a. Monitor suhu sesering mungkin


b. Monitor intake output
penyakit, peradangan pada
c. Lakukan tapid sponge
sendi
d. Kompres pasien pada lipat paha dan axila
e. Kolaborasi pemberian cairan intravena

Activity Therapy

Intoleransi a. Bantu untuk mengidentifikasi dan


aktivitas b.d mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
kelemahan otot aktivitas yang diinginkan
b. bantu untuk memilih aktivitas yang konsisten,
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi, dan social.
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
d. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas

Peripheral sensation management (manajemen sensasi


perifer)
Ketidakefektifan
a. Monitor adanya paretese
perfusi jaringan
b. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
perifer b.d penurunan
terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
sirkulasi darah
c. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
keperifer d. Monitor kemampuan BAB
e. Kolaborasi pemberian analgetik
12
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat penyakit
2. Monitor komplikasi jantung (CHF dan arrhythmia)
3. Auskultasi jantung; bunyi jantung melemah dengan irama derap diastole
4. Tanda-tanda vital
5. Kaji adanya nyeri
6. Kaji adanya peradangan sendi
7. Kaji adanya lesi pada kulit

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d adanya gangguan pada penutupan katup mitral
(stenosiskatup)
2. Hipertermia b.d proses penyakit, peradangan pada sendi
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah keperifer

C. Intervensi
1. Dx 1: penurunan curah jantung b.d adanya gangguan pada penutupan katup mitral
(stenosiskatup)
NIC
Cardiac Care
a. Monitor status kardiovaskular
b. Catat adanya disritmia jantung
c. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
d. Monitor adanya perubahan tekanan darah
e. Atur periode latihan dan istirahat
Vital sign monitoring

a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


b. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan seteah aktivitas
c. Monitor kualitas dari nadi
d. Monitor jumlah dan irama jantung
e. Monitor bunyi jantung

2. Dx 2: hipertermia b.d proses penyakit, peradangan pada sendi


NIC
Fever Treatment
a. Monitor suhu sesering mungkin
b. Monitor intake output
c. Lakukan tapid sponge
d. Kompres pasien pada lipat paha dan axila
e. Kolaborasi pemberian cairan intravena

3. Dx 3: intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot

13
NIC
Activity Therapy
a. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
b. bantu untuk memilih aktivitas yang konsisten, yang sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi, dan social.
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
d. Bantu pasien untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

4. Dx 4: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah


keperifer
NIC
Peripheral sensation management (manajemen sensasi perifer)
a. Monitor adanya paretese
b. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
c. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
d. Monitor kemampuan BAB
e. Kolaborasi pemberian analgetik

D. Implementasi
1. Dx 1: penurunan curah jantung b.d adanya gangguan pada penutupan katup mitral
a. Memonitor status kardiovaskular
b. Mencatat adanya disritmia jantung
c. Memonitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
d. Memonitor adanya perubahan tekanan darah
e. Mengatur periode latihan dan istirahat

2. Dx 2 : hipertermia b.d proses penyakit, peradangan pada sendi


a. Memonitor suhu sesering mungkin
b. Memonitor intake output
c. Melakukan tapid sponge
d. Mengkompres pasien pada lipat paha dan axila
e. Mengkolaborasi pemberian cairan intravena

3. Dx 3: intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot


a. Membantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
b. Membantu untuk memilih aktivitas yang konsisten, yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi, dan social.
c. Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
d. Membantu pasien untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

4. Dx 4: ketidakefektifan perfusi jaringan periferb.d penurunan sirkulasi darah


keperifer
14
a. Memonitor adanya paretese
b. Memonitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
c. Membatasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
d. Memonitor kemampuan BAB
e. Mengkolaborasi pemberian analgetik
E. Rasional
1. Dx 1: penurunan curah jantung b.d adanya gangguan pada penutupan katup mitral
(stenosiskatup)
Cardiac care
a. Monitor status kardiovaskular
Rasionalnya: untuk mengetahui perubahan adanya gangguan yang lebih
signifikan dan dominan
b. Catat adanya disritmia jantung
Rasionalnya: untuk mengetahui adanya disritmia yang lebih parah atau
berkurang
c. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
Rasionalnya: untuk mengantisipasi adanya indikasi gagal jantung
d. Monitor adanya perubahan tekanan darah
Rasionalnya: untuk mengetahui dan mengantisipasi adanya hipertensi dan
hipotensi
e. Atur periode latihan dan istirahat
Rasionalnya: untuk mengatur waktu agar kerja jantung tidak terlalu berat
akibat padatnya aktivitas dan tidak dibatasi

2. Dx 2: hipetermia b.d proses penyakit, peradangan pada sendi

a. Monitor suhu sesering mungkin


Rasionalnya: agar mampu mengetahui adanya perubahan suhu dan mampu
mengantisipasinya
b. Monitor intake output
Rasionalnya: untuk mengetahui berapa yang harus di nintake kan dan di ouput
kan
c. Lakukan tapid sponge
Rasionalnya: untuk mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer keseluruh
tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit kelingkungan sekitar akan lebih
cepat
d. Kompres pasien pada lipat paha dan axila
Rasionalnya: rasionalnya kurang lebih sama seperti tindakan tapid sponge
e. Kolaborasi pemberian cairan intravena
Rasionalnya: umtuk membantu mempercepat penurunan suhu badan yang
lebih signifikan

3. Dx 3: intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot

15
a. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
Rasionalnya: Mengatur penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah
kelelahan dan mengoptimalkan fungsi aktififitas
b. Bantu untuk memilih aktivitas yang konsisten, yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi, dan social.
Rasionalnya: Memberi anjuran tentang dan bantu dalam aktifitas fisik,
psikologi, sosial
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
d. Rasionalnya: Membantu pasien dalam aktifitas yang tidak dapat dilakukan
e. Bantu pasien untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
Rasionalnya: Membantu pasien memenuhi aktifitas yang di perlukan

4. Dx 4: ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke


perifer
a. Monitor adanya paretese
Rasionalnya:
b. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
Rasionalnya: untuk mengantisipasi adanya kerusakan atau makin signifikan
dari sirkulasi darah ke perifer
c. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
Rasionalnya: untuk mengurangi faktor terjadinya ketidakefektifan perfusi
jaringan akibat banyak nya aktivitas
d. Monitor kemampuan BAB
Rasionalnya: untuk mengetahui apakah tingkat kemampuan BAB nya, apakah
normal atau ada kelainan
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasionalnya: untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien
F. Evaluasi
1. Dx 1: penurunan curah jantung b.d adanya gangguan pada penutupan katup mitral
(stenosiskatup)
S : klien mengatakan lemah, letih, lesu
O: K/u lemas, TTV: TD:80/60 mmHg, N: 87x/menit, S: 36,8’C, RR: 21x/menit,
tampak lemah, akral teraba dingin, CRT: 2 detik, sering keluar keringat
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

2. Dx 2: hipetermia b.d proses penyakit, peradangan pada sendi


S: klien mengatakan suhu badan masih panas
O: K/u teraba hangat, S: 38’C, tampak lesu
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

16
3. Dx 3: intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot
S : klien mengatakan agak susah dalam bergerak, karena otot terasa kaku
O: K/u klien tampak terbatas dalam bergerak, dan sulit untuk menggerakan otot-
otot nya
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

5. Dx 4: ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke


perifer
S : klien mengatakan masih ada bengkak pada bagian kaki dan tangan nya
O: tampak adanya udem, CRT >2 detik, akral teraba hangat
A: masalah belum teratasi
P : lanjtukan intervensi

17
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

Kasus :

Seorang anak berumur 6 tahun di rawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan demam dan
nyeri sendi kurang lebih 3 hari ini, dan radang tenggorokan 1 minggu yang lalu.. Pasien
mengalami sesak nafas dan aritmia. Pasien mempunyai riwayat faringitis,. Hasil pengkajian
pasien cepat lelah saat bermain, mukosa bibir kering, tekanan darah 90/60 mmHg, T 37,8 0C
dan nyeri tekan sekitar sendi.

Pembahasan :

Masalah keperawatan dari kasus di atas ialah reumatoid heart disease (RHD), dan diagnosa
yang bisa di angkat ialah :
1. penurunan curah jantung b.d adanya gangguan pada penutupan katup mitral
(stenosiskatup)
2. hipertermia b.d proses penyakit, peradangan pada sendi
3. intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot
4. ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah ke perifer

dari diagnosa di atas maka dapat di lakukan intervensi untuk nursing manajementnya seperti
diagnosa penurunan curah jantung b.d adanya gangguan pada penutupan katup mitral :
1. Monitor status kardiovaskular
2. Catat adanya disritmia jantung
3. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
4. Monitor adanya perubahan tekanan darah
5. Atur periode latihan dan istirahat
Vital sign monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan seteah aktivitas
3. Monitor kualitas dari nadi
4. Monitor jumlah dan irama jantung
5. Monitor bunyi jantung
Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa hipertermia b.d proses penyakit, peradangan pada
sendi :

Fever Treatment
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor intake output
3. Lakukan tapid sponge
4. Kompres pasien pada lipat paha dan axila
5. Kolaborasi pemberian cairan intravena
Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot :

18
Activity Therapy
1. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
2. bantu untuk memilih aktivitas yang konsisten, yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi, dan social.
3. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d
penurunan sirkulasi darah ke perifer :

Peripheral sensation management (manajemen sensasi perifer)


1. Monitor adanya paretese
2. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
3. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
4. Monitor kemampuan BAB
5. Kolaborasi pemberian analgetik

19
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
1. Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Reumatoid Heart Disease
(RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan – jaringan penyokong
tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus
hemolitic – b group A
2. Penyebab RHD: faktor genetik, jenis kelamin, umur, bakteri
3. Terdapat beberapa tanda dan gejala yang muncul pada RHD antara lain: mayor dan
minor
4. Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada RHD: pemeriksaan laboratorium,
radiologi, pemeriksaan echokardiogram, pemeriksaan elektrokardiogram, hapusan
tenggorokan
5. Kolaborasi manajemen yang dapat dilakukan untuk RHD berupa: tatalaksana infeksi
streptococcus, general treatment, cardiac management, profilaksis golongan penisilin,
diet
6. Diagnosa yang sering muncul :
- Penurunan curah jantung b.d adanya gangguan pada penutupan katup mitral
- Nyeri akut b.d distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi
sendi
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan asam
lambung akibat kompensasi sistem saraf simpati
- Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler
- Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah keperifer
- Hipertermia b.d proses penyakit, peradangan pada sendi
- Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot
- Resiko cidera b.d disfungsi integrative (gerakan infolunter)
- Kerusakan integritas kulit b.d perubahan pigmentasi kulit (peradangan)
7. Komplikasi yang muncul pada RHD adalah gagal jantung, pankarditis (infeksi dan
peradangan di seluruh bagian jantung), pneumonitis reumatik (infeksi paru), emboli atau
sumbatan pada paru, kelainan katup jantung, dan infark (kematian sel jantung
8. Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart Disease
(RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada kutub jantung, terutama
katub mitral. Penyebabnya adalah kuman streptococcus yang terdapat di kerongkongan,
karena adanya kuman – kuman itu, tubuh menjadi sangat sensitif dan reaksi alergi inilah
yang menyebabkan kerusakan. Meski awalnya infeksi tenggorokan disebabkan oleh
bakteri, tapi penyakit demam rematik dapat berkembang bukan karena bakteri, namun
karena respons kekebalan tubuh. Saat tubuh mengalami infeksi streptococcus, sistem
imun tubuh melindungi diri secara otomatis dengan cara menyerang bakteri kembali,
tetapi terkadang sistem imun ini justru menyerang jaringan tubuh, seperti jantung dan
sendi. Serangan pada jantung menyebabkan katup jantung membengkak sehingga
memicu timbulnya jaringan parut pada pintu katup (valve).

20
Saran
Saran untuk tenaga kesehatan agar lebih bisa memahami penyakit dari setiap pasien itu
sendiri agar mampu menjalankan nursing management dengan benar sesuai dengan SOP
yang berlaku.

21
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-noc. Jogjakarta : Mediaction Buplishing)

Wong, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Balaban, Bobick. 2014. Seri Ilmu Pengetahuan Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Indeks

22

Anda mungkin juga menyukai