Anda di halaman 1dari 31

CARDIAC TAMPONADE

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Gawat Darurat
Yang dibina oleh Ns. Cipto Susilo.,S.Kep.,M.Kep

Oleh
Kurniawan Dwi Prasetyo (1811011057)
Awaliya Dias Putranto (1811011077)
Nadia Sabillah Utami (1811011079)
Chintya Tri Utami (1811011080)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU K EPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
Mei, 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala,


Rabb Penguasa alam, Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan
dan karunia kepada semua makhluk-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas
makalah kesehatan ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, serta
orang-orang yang mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan izin Allah saya telah menyelesaikan tugas makalah
kesehatan tentang ”Cardiac Tamponade”. Penyusunan makalah ini dapat terwujud
tak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak.
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena
keterbatasan kemampuan maupun pengalaman kami.Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki kekurangan
ataupun kekeliruan yang ada.Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca untuk menambah wawasan di bidang kesehatan.

Jember, 22 Mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................3
2.1 Konsep Dasar Medis...................................................................................3
2.1.1 Anatomi Fisiologi..................................................................................3
2.1.2 Pengertian..............................................................................................5
2.1.3 Etiologi..................................................................................................6
2.1.4 Patofisiologi...........................................................................................7
2.1.5 Manifestasi Klinis.................................................................................. 9
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................10
2.1.7 Penatalaksanaan.....................................................................................13
2.1.8 Komplikasi............................................................................................14
2.2 Asuhan Keperawatan..................................................................................15
2.2.1 Pengkajian.............................................................................................15
2.2.2 Analisis Data.........................................................................................19
2.2.3 Diagnosa Keperawatan..........................................................................19
2.2.4 Intervensi Keperawatan.........................................................................20
2.2.5 Implementasi.........................................................................................22
2.2.6 Evaluasi.................................................................................................22
2.3 Prasat Laboratorium Perikardiosentesis..................................................... 22
BAB III PENUTUP.........................................................................................26
4.1 Kesimpulan.................................................................................................26
4.2 Saran...........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tamponade jantung adalah suatu kondisi kompresi (penekanan) jantung
yang dapat mengancam jiwa akibat penumpukan cairan berlebihan di ruang antara
perikardium (selaput pembungkus jantung) dan jantung yang mengurangi kinerja
jantung. Apabila kondisi ini dibiarkan begitu saja dapat menyebabkan tekanan
darah rendah yang berbahaya, renjatan (syok), sampai kematian.  Jumlah cairan
yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung adalah 250 cc bila
pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat dan 100 cc bila pengumpulan
cairan tersebut berlangsung lambat karena  pericardium mempunyai kesempatan
untuk meregang dan menyesuaikan diri dengan volume cairan yang bertambah
tersebut ( Muttaqin,2010).
Insidens temponade jantung di Amerika Serikat adalah 2 kasus per 10.000
populasi. Lebih sering pada anak laki-laki (7:3) sedangkan pada dewasa tidak ada
perbedaan bermakna ( laki-laki : perempuan – 1,25 : 1). Mordibitas dan
mortalitas sangat tergantung dari kecepatan diagnosis, penatalaksanaan yang tepat
( Munthe,2011)
Jadi, temponade jantung adalah kompresi pada jantung yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan
dalam pericardium (250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat,
dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat ) yang
menyebabkan penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik,
dimana ini merupakan salah satu komplikasi yang paling faal dan memerlukan
tindakan darurat.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas masalah temponade
jantung, agar dapat memberikan manfaat baik bagi dosen maupun mahasiswa/i.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan temponade jantung ?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan temponade
jantung ?
3. Apa saja yang menjadi penyebab temponade jantung ?
4. Bagaimana perjalanan penyakit atau patofisiologi temponade jantung ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari temponade jantung ?
6. Apa saja jenis pemeriksaan penunjang temponade jantung ?
7. Bagaimana penatalaksanaan temponade jantung ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan temponade jantung ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari temponade jantung
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan
temponade jantung
3. Untuk mengetahui penyebab temponade jantung
4. Untuk mengetahui dan memahami perjalanan penyakit temponade jantung
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik temponade jantung
6. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang temponade
jantung
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan temponade jantung
8. Untuk memahami asuhan keperawatan pada temponade jantung

1.4 Manfaat Penulisan


Bagi mahasiswa hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan
untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam memahami temponade
jantung
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Medis


2.1.1 Anatomi Fisiologi Sistem Jantung
Pericardium merupakan kantung elastis membran yang dilapisi oleh
membran serosa skuamosa sederhana dan diisi dengan cairan serosa yang
membungkus jantung dan aorta serta pembuluh darah besar lainnya dan menjadi
angkar jantung di mediastinum; kantung sendiri terdiri dari lapisan fibrosa
( dengan lampiran ke diafragma , sternum, dan kartilago kosta) dan lapisan
perietalis dalam serosa sedangkan lapisan serosa viseral meluas ke permukaan
eksternal dari miokardium, itu berfungsi sebagai penghalang pelindung dari
penyebaran infeksi atau peradangan dari struktur yang berdekatan ke dalam ruang
perikardial dan berfungsi untuk mengandung jantung dan batas overfiling dari
ruang ; lapisan membran serosa mengeluarkan cairan perikardial yang melumasi
permukaan jantung seperti cekungan dan tonjolan dalam ruang perikardial
(Darling,2012). Yang dibagi menjadi dua lapisan yaitu :
1. Pericardium Viceral (Epicardium)
Lapisan yang mengelilingi jantung dan melekat padanya adalah perikardium
viseral, atau epikardium. Jantung dapat meluncur dengan mudah pada
perikardium viseral, sehingga memungkinkan untuk berkontraksi dengan
bebas. Perikardium viseral memiliki lapisan luar dari sel mesothelial datar,
yang terletak di stroma jaringan penunjang fibrocollagenous.Jaringan
penunjang ini mengandung serat elastis, serta arteri besar yang memasok
darah ke dinding jantung, dan cabang vena besar yang membawa darah ke
dinding jantung, dan cabang vena besar yang membawa darag dari dinding
jantung (Darling,2012).
2. Pericardium Parietalis
Lapisan luar dari pericardium, yang disebut perikardium parealis, terdiri dari
lapisan luar yang kuat, jaringan ikat tebal ( disebut perikardium fibrosa) dan
lapisan serosa dalam (pericardium serosa). Lapisan fibrosa perikardium
parietalis melekat pada bagian diafragma dan berdifusi dengan dinding luar
4

dari pembuluh darah besar yang memasuki dan meninggalkan jantung.


Dengan demikian, perikardium parietalis membentuk kantung pelindung yang
kuat untuk jantung dan berfungsi juga untuk jangkar dalam mediastinum.
Lapisan serosa dari perikardium parietalis, sebagian bear terdiri dari
mesothelium bersama-sama dengan jaringan ikat kecil, membentuk epitel
skuamosa sederhana dan mengeluarkan sejumlah kecil cairan (biasanya
sekitar 25-35ml), yang membuat dua lapisan perikardium dari bergesekan
sama lain dan menyebabkan gesekan selama kontraksi otot jantung. Di bagian
atas jantung, lapisan viseral lipatan atas bergabung dengan lapisan perietalis.
Flip ini disebut refleksi pericardium (Darling,2012).

Gambar1 Penampang Jantung dan Pericardium (Sumber: healthwise)

Gambar2 Jantung Normal dan Mengalami Penyakit (Sumber: healthwise)


5

2.1.2 Pengertian Temponade Jantung


Temponade Jantung merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal
dan memerlukan tindakan darurat. Terjadi pengumpulan cairan di pericardium
dalam jumlah yang cukup untuk menghambat aliran darah ke ventrikel,
(Mansjoer,dkk.2010)
Temponade jantung adalah sindrom klinik dimana terjadi penekanan yang
cepat atau lambat terhadap jantung akibat akumulasi caoran, nanah, darah, bekua
darah, atau gas diperikardium, sebagai akibat adanya efusi, trauma , atau ruptur
jantung (Spodick,2012)
Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan temponade jantung adalah
250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 100 ccbila
pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat, karena pericardium mempunyai
kesempatan untuk meregang dan menyesuaikan diri dengan volume cairan yang
bertambah tersebut (Muttaqin,2010)
Dari beberapa definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
tempinade jantung adalah kompresi pada jantung yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan intraperikardial akibat pengumpulan darah atau cairan dalam
pericardium (250cc bila pengumpulannya cepat dan 100cc bila pengumpulannya
lambat) yang menyebabkan penurunan pengisian ventrikel disertai gangguan
hemodinamik, dimana ini merupakan salah satu komplikasi yang palingfatal dan
memerlukan tindakan darurat.

Gambar3 Jantung yang Mengalami Tamponade Jantung


(Sumber: https://www.informasikedokteran.com/2016/04/tamponade-jantung_14.html)
6

2.1.3 Etiologi
1. Perikarditis
Perikarditis adalah iritasi dan peradangan pada lapisan tipis berbentuk
kantong yang melapisi jantung (perikardium). Perikardium berfungsi
untuk menjaga agar jantung tidak berpindah posisi, serta melindungi jantung
dari gesekan atau penyebaran infeksi dari jaringan lain (Watson,S.2018)
2. Neoplasma
Tumor atau neoplasma adalah sel-sel yang mengalami pertumbuhan
secara tidak normal. Pada sebagian besar kasus, tumor tidak berbahaya
karena bersifat jinak. Meski begitu, tumor bisa juga bersifat ganas atau
menjadi kanker, sehingga bisa menyerang jaringan sehat di sekitarnya
atau bahkan menyerang bagian tubuh lain yang letaknya jauh (Shiel
W.C,2018)
3. Uremia
Uremia adalah kondisi ketika kadar urea dalam tubuh sangat tinggi
sehingga menjadi racun bagi tubuh. Uremia merupakan salah satu gejala
utama dari gagal ginjal dan juga menjadi tanda tahap akhir penyakit
ginjal kronis. Uremia bisa terjadi karena ginjal tidak dapat berfungsi
dengan semestinya. Kondisi ini membuat ginjal tidak dapat menyaring
dan membuang zat sisa metabolisme, termasuk urea, melalui urine.
Akibatnya, urea tetap berada di dalam darah. Uremia dapat berakibat
fatal dan mengancam nyawa (Alper,2019)
4. Kanker paru end-stage
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru itu sendiri (primer) maupun
keganasan dari luar paru (metastasis). Dalam pengertian klinis yang
dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal
dari epitel bronkus (karsinoma bronkus) ( Junita,2020).
5. Miokard Infark Akut
Infark miokard akut adalah istilah medis dari serangan jantung. Kondisi
ini terjadi saat aliran darah ke arteri koroner jantung mengalami
penyempitan. Kedua hal ini akan membuat otot jantung kekurangan
7

oksigen dan mengalami kerusakan. Infark miokard akut serangan


jantung terjadi karena arteri koroner mengalami penyempitan. Arteri
koroner adalah pembuluh darah yang sangat penting dalam
sistem kardiovaskular. Pembuluh ini bertugas mengalirkan darah yang
membawa oksigen dan nutrisi ke otot jantung atau miokard (Afari,2019)
6. Perdarahan ke dalam ruang perocardial akibat trauma, operasi, atau
infeksi.

2.1.4 Patofisiologi
Tamponade jantung terjadi bila jumlah efusi perikardium menyebabkan
hambatan serius aliran darah ke jantung (gangguan diastolik ventrikel) penyebab
tersering adalah neolasma dan uremi. Neoplasma menyebabkan terjadinya
pertumbuhan sel secara abnormal pada otot jantung. Sehingga terjadi hiperplasia
sel yang tidak terkontrol, ynag menyebabkan pembentukan massa (tumor). Hal ini
yang dapat mengakibatkan ruang pada kantong jantung (perikardium) dengan
lapisan paling luar jantung (epikardium). Uremia juga mengakibatkan temponade
jantung. Dimana orang yang mengalami uremia di dalam darahnya terdapat toksik
metabolik yang dapat menyebabkan inflamasi (dalam hal ini inflamasi terjadi
pada perikardium). Selain itu, temponade jantung juga dapat di sebabkan akibat
trauma tumpul / tembus. Jika trauma ini mengenai ruang perikardium akan terjadi
perdarahan sehingga darah banyak terkumpul di ruang perikardium. Hal ini
mengakibatkan jantung terdesak oleh akumulasi ciran tersebut.
8
9

2.1.5 Manifestasi Klinis


Gejala klinik tamponade bervariasi, tergantung proses yang mendasarinya.
Pada efusi pericard, ada 3 faktor yang menentukan apakah tetap tenang secara
klinis atau menimbulkan gejala akibat kompresi jantung: (1) volume cairan, (2)
laju terakumulasinya cairan, (3) karakter komplians pericardium.
Suatu peningkatan mendadak volume perikard, contohnya pada kasus
trauma dada dengan perdarahan intrapericard, mengakibatkan peningkatan
signifikan tekanan perikard dan berpotensi menimbulkan kompresi berat pada
ruang rongga jantung. Jumlah cairan yang sedikitpun dapat meningkatkan
peningkatan signifikan tekanan jika pericard secara patologis non-komplians,
misalnya pada keberadaan tumor atau fibrosis kantung.Berbeda dengan hal-hal
tersebut, jika efusi perikard terakumulasi dengan lambat, dalam jangka waktu
mingguan hingga bulanan, perikard perlahan teregang. Dengan adaptasi, perikard
bisa mengakomodasi volume yang lebih besar tanpa peningkatan signifikan
tekanan intraperikardia. Akumulasi lambat memberi kesempatan kompensasi
jantung yang lebih baik yaitu: takikardi, peningkatan resistensi vaskuler perifer
dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Tetapi akumulasi yang cepat akan
menimbulkan peregangan pericardium yang tidak adekuat dan berakibat fatal
dalam beberapa menit.
Anamnesa yang komprehensif terhadap riwayat pasien dapat membantu
mengidentifikasi kemungkinan etiologi dari efusi pericardial, yang dapat
menyebabkan tamponade jantung:
1. Pasien dengan Nyeri penyakit sistemik dan keganasan dengan penurunan
berat badan, lemas, dan anoreksia.
2. dada pada pasien pericarditis dan infark miokard.
3. Nyeri musculoskeletal atau panas tampak pada pasien dengan kelainan
jaringan ikat.
4. Riwayat gagal ginjal menyebabkan uremia sebagai penyebab efusi pericard.
5. Seksama terhadap obat pasien terkait obat lupus yang mengarah ke efusi
perikardial
10

6. Riwayat terakhir bedah kardiovaskular, intervensi koroner, atau trauma


yang dapat menyebabkan pengumpulan cepat cairan pericard dan
menyebabkan tamponade.
7. Riwayat terakhir pemasangan pacemaker atau insersi kateter vena central
yang dapatb menyebabkan pengumpulan cepat cairan pericard dan
menyebabkan tamponade.
8. Pertimbangkan HIV efusi pericardial dan tamponade jika pasien memiliki
riwayat penggunaan narkoba suntik atau infeksi oportunistik.
9. Tanyakan tentang radiasi dinding dada (misal untuk kanker paru,
mediastinum, atau esophagus)
10. Tanyakan tentang gejala keringat malam, demam, dan penurunan berat
badan, yang mengindikasikan tuberculosis.
Tamponade jantung memiliki 3 tanda khas. Tanda-tanda ini dikenal dengan
istilah Beck’s triad. Tanda tersebut meliputi:
 Tekanan darah rendah dan denyut nadi lemah karena volume darah yang
dipompa jantung berkurang
 Detak jantung cepat disertai suara jantung yang melemah akibat adanya
timbunan cairan di dalam ruang perikardium
 Pembuluh darah vena di leher menonjol karena kesulitan mengembalikan
darah ke jantung

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


a) Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium disesuaikan dengan etiologi
terjadinya tamponade jantung, misalnya pemeriksaan berikut:
1) Peningkatan creatine kinase dan isoenzim pada MI dan trauma jantung.
2) Profil renal dan CBC uremia dan penyakit infeksi yang berkaitan
dengan pericarditis.
3) Protrombin time (PT) dan aPTT (activated partial thromboplastin time)
menilai resiko perdarahan selama intervensi misalnya drainase
perikardial.
11

b) Elektrokardiografi (EKG)
 Didapatkan PEA (Pulseless Electric Activity), sebelumnya dikenal
sebagai Electromechanical Dissociation, merupakan dimana pada EKG
didapatkan irama sedangkan pada perabaan nadi tidakditemukan
pulsasi. PEA Amplitude gelombang P dan QRS berkurang pada setiap
gelombang berikutnya.
 PEA dapat ditemukan pada tamponade jantung, tension pneumothorax,
hipovolemia, atau ruptur jantung.
 Dengan EKG 12 lead berikut suspek tamponade jantung:
– Sinus tachycardia
– Kompleks QRS Low-voltage
– Electrical alternans : kompleks QRS alternan, biasanya rasio 2:1,
terjadi karena pergerakan jantung pada ruang pericardium. Electrical
ditemukan juga pada pasien dengan myocardial ischemia, acute
pulmonary embolism, dan tachyarrhythmias.
– PR segment depression
 EKG juga digunakan untuk memonitor jantung ketika melakukan
aspirasi perikardium

Gambar EKG pada Efusi perikardial


(sumber: Zurwida, & Gani, A. (2019). Diagnosis dan manajemen kegawatdaruratan efusi
perikardium dengan tamponade jantung akut. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, 2(3), 8–18.)

Elektrokardiografi (EKG): takikardia, gelombang QRS rendah, elevasi segmen ST


yang cekung, dan electrical alternans
12

. Jika kompleks QRS dipengaruhi, setiap kompleks QRS lainnya


tegangannya lebih kecil, sering dengan polaritas terbalik. Dikombinasikan P
dan QRS, hampir spesifik untuk tamponade. Volume efusi yang dapat
menyebabkan tamponade adalah sedang sampai besar (300 sampai 600 mL).
Temponade jantung terjadi sekitar 20% dari semua kasus, electrical
alternans adalah tanda tidak sensitif kecuali terjadi secara keseluruhan pada
ekg.
c) Pulse Oksimetri. Variabilitas pernapasan di pulse-oksimetri gelombang
dicatat pada pasien dengan paradoksus pulsus. Dalam kelompok kecil
pasien dengan tamponade, Stone dkk mencatat peningkatan variabilitas
pernapasan di pulsa-oksimetri gelombang pada semua pasien. Ini harus
meningkatkan kecurigaan untuk kompromi hemodinamik. Pada pasien
dengan atrial fibrilasi, pulsa oksimetri-dapat membantu untuk mendeteksi
keberadaan paradoksus pulsus.

Gambar Alat Pulse Oksimetri


d) Rontgen dada Menunjukkan gambaran “water bottle-shape heart”,
kalsifikasi perkardial. Jika cairan lebih dari 250 mL, sering juga dijumpai
efusi pleura.
13

Gambar; Foto Thorax AP : Jantung membesar berbentuk botol


(sumber: Zurwida, & Gani, A. (2019). Diagnosis dan manajemen kegawatdaruratan efusi
perikardium dengan tamponade jantung akut. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, 2(3), 8–18.)

2.1.7 Penatalaksanaan
a. Primary survey
1) Airway dengan control servikal
Penilaian: Perhatikan patensi airway (inspeksi, auskultasi, palpasi) Penilaian
akan adanya obstruksi
Management: Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan control servikal in-
line immobilisasi Bersihkan airway dari bendaasing.
2) Breathing dan ventilasi
Penilaian
 Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan control
servikal in-line immobilisasi.Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
 Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan
terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian
otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya.
 Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
 Auskultasi thoraks bilateral
Management: Oksigenasi Ventilasi mekanik tekanan positif sebaiknya
dihindari karena dapat menurunkan venous return dan memperberat gejala
tamponade.
3) Circulation dan kontol perdarahan
Penilaian (pada trauma):
14

 Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal


 Mengetahui sumber perdarahan internal
 Periksa nadi: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus. Tidak
diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda
diperlukannya resusitasi massif segera.
 Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
 Periksa tekanan darah
Management:
 Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
 Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah
untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, golongan darah dan cross-match
serta Analisis Gas Darah (BGA).
 Beri cairan kristaloid 1-2 liter yang sudah dihangatkan dengan tetesan
cepat
 Bed rest dengan elevasi tungkai untuk membantu venous return
 Transfusi darah jika perdarahan massif dan tidak ada responos terhadap
pemberian cairan awal.
 Obat-obatan Inotropic (misalnya : dobutamine) : ini bermanfaat karena
meningkatkan cardiac output tanpa meningkatkan resistensi vascular
sistemik.
 Pemasangan kateter urin untuk monitoring indeks perfusi jaringan.

2.1.8 Komplikasi
1. Gagal Jantung
Salah satu komplikasi yang dapat terjadi disebabkan oleh tamponade
jantung adalah gagal jantung. Gangguan ini merupakan suatu kondisi ketika
jantung tidak lagi mampu memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh
secara efisien. Hal ini dapat menyebabkan gangguan di seluruh tubuh.
2. Syok Kardiogenik
Syok adalah kondisi yang mengancam jiwa dan terjadi ketika tubuh tidak
mendapatkan aliran darah yang cukup. Kurangnya aliran darah berarti sel dan
organ tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup untuk berfungsi dengan
15

baik. Hal ini juga dapat menyebabkan banyak organ menjadi rusak. Syok yang
terjadi membutuhkan perawatan segera dan bisa menjadi lebih buruk dengan
sangat cepat. Sebanyak 1 dari 5 orang yang mengalami syok dapat mengalami
kematian mendadak.
3. Henti Jantung
Seseorang yang mengalami tamponade jantung mungkin saja mengalami
kematian. Pasalnya, jantung bisa saja berhenti berdetak karena tekanan yang
terlalu kuat. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada detak jantung, sehingga
mungkin saja berhenti berdetak dan berakhir pada kematian.
4. Edema Paru
Komplikasi lainnya yang dapat terjadi ketika kamu mengalami tamponade
jantung adalah edema paru. Hal ini terjadi ketika cairan yang bertumpuk pada
jantung pindah ke paru-paru. Hal ini dapat menyebabkan penumpukan cairan pada
paru-paru sehingga menyebabkan sesak napas.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian Primer
Contoh kasus :
Tn A, 17 tahun, pelajar SMA, dikeroyok oleh sekelompok pelajar
saat tawuran. Ia mengalami luka tusukan obeng di dada kanan belakang.
Saat ditolong oleh petugas kesehatan, ia mengeluh sesak napas. . Setelah
melakukan pertolongan setingkat Bantuan Dasar Hidup (Basic
LifeSupport), petugas kesehatan membawa Boy ke UGDRS
Muhammadiyah. Sesampai di UGD, Boytertidur, namun tetap membuka
mata bila dipanggil.
Data Subyektif 
1) Riwayat Penyakit Sekarang
a) Cedera tumpul atau cedera tembus pada dada
b) Nyeri dada
2) Riwayat kesehatan
a) Tidak ada
16

Data Objektif
1) Airway
- Terlihat sesak napas hebat (RR: 40 x/mnt), HR: 128 x/mnt,
Temp: 36,6 C,
- Rasa adanya pergerakan udara
- Ada nafas gerak dada (gerak otot-nafas-tambahan)
- Raba nadi ardialis
- Pasien tak sadar
2) Breathing
- Memastikan pasien tidak bernafas
- Melihat,mendengar, merasakan,memastikan jalan nafas
- Memberikan bantuan nafas mulut ke mulut ,mulut ke hidung,
mulut ke stoma bag valve mask (AMBU BAG)
- Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi
dari pasien yang mengalami henti jantung atau henti nafas
melalui resusitasi jantung paru (RJP).
- Periksa kembali keadaan korban dengan cara
menggoncangkan bahu korban segera berteriak minta
pertolongan memeriksa jalan nafas,memperbaiki posisi korban/
pasien memperbaiki posisi penolong membuka jalan nafas.
- Jika mengalami kesulitan untuk memberikan nafas buatan
yang efektif ,periksa apakah masih ada sumbatan di mulut
pasien serta perbaiki posisi tengadah kepala dan angkat dagu
yang belum adekuat.
3) Circulation
- Memastikan ada tidaknya denyut jantung, memastikan ada
tidaknya denyut jantung
- TD: 90/60 mmHg. Kepala : dalam batas normal Leher : terlihat
trakea bergeser ke kiri, vena jugularis distensi, lainnya dalam
batas normal.
- Arteri brakhialis
- Arteri karotis
17

- Bila arteri karotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas buatan


dan kompresi jantung luar denagn perbandingan15:2
- Jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tualng iga
kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada
- Tepatkan badan penolong vertikal diatas pasien dengan
bertumpu pada kedua lengan yang diluruskan diatas sternum
pasien dan tekan sternum tegak lurus sedalam 3.8-5 cm
- Lepaskan tekanan tanpa melepas kontak antra tangan dan
sternum pasien
- Trias classic beck berupa :
 Distensis vena leher
 Bunyi jantung melemah / redup
 Hipotensi didapat pada sepertiga penderita dengan
tamponade
 Tekanan nadi terbatas
 Kulit lembab, bibir, jari tangan dan kaki sianosis
4) Disability
- Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya
respons terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak
dianjurkan mengukur Glasgow Coma Scale
- AWAKE = A
- RESPONS BICARA (verbal) = V
- RESPONS NYERI = P
- TAK ADA RESPONS = U
- Cara ini cukup jelas dan cepat.
Pengkajian sekunder
1) Exposure
- Adanya jejak trauma tajam dan tumpul di daerah dada
2) Five intervensi
- Foto thorax menunjukkan pembesaran jantung
18

- EKG menunjukkan electrical alternas atau amplitude


gelombang P dan QRS yang berkurang pada setiap gelombang
berikutnya
- Echocardiografi adanya efusi pleura
- Hasil pemeriksaan Echocardiografi pada tamponade jantung
menunjukkan :
 Kolaps diastole pada atrium kanan
 Kolaps diastole pada ventrikel kanan
 Kolaps pada atrium kiri
 Peningkatan pemasukan abnormal pada aliran katup
trikuspidalis dan terjadi penurunan pemasukan dari aliran
katup mitral > 15 %
 Peningkatan pemasukan abnormal pada ventrikel kanan
dengan penurunan pemasukan dari ventrikel kiri
 Penurunan pemasukan dari katup mitral
 Pseudo hipertropi dari ventrikel kiri
- Pemeriksaan droppler
Analisis Doppler terhadap tanda morfologi jantung dapat
membantu dalam menegakkan keakuratan diagnosa klinis dan
mendukung pemerikasaan laboraturium dari pola hemodinamik
pada tamponade.
3) Give comvort
- Tidak terdapat tanda dan gejala
4) Head to toe
- Kepala dan wajah : pucat, bibir sianosis.
- Leher : peninggian vena jugularis.
- Dada : ada jejas trauma tajam dan tumpul di daerah dada, tanda
kusmaul, takipnea, bunyi  jantung melemah / redup dan pekak
jantung melebar.
- Abdomen dan pinggang : tidak ada tanda dan gejala.
- Pelvis dan Perineum : tidak ada tanda dan gejala.
- Ekstrimitas : pucat, kulit dingin, jari tangan dan kaki sianosis.
19

5) Inspeksi back / posterior surface


- Tidak ada tanda dan gejala

2.2.2 Analisis Data


No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS:
- Px mengatakan
bahwa dadanya
terasa sesak
- Px mengatakan
bahwa tidak nyaman
saat bernafas sambil Hiperventilasi Pola Nafas Tidak Efektif
berbaring
DO:
- Pola nafas takipnea
- Pernafasan kussmaul
- Pernafasan cuping
hidung
2. DS:
- Px mengatakan
bahwa dadanya
terasa sesak

DO:
- TD :90/60mmHg Perubahan Penurunan Curah
- Wajah terlihat pucat Sekuncup Jantung Jantung
- Kulit dingin
- Jari tangan dan kaki
sianosis
- Terdapat distensi
vena jugularis
Perubahan EKG

2.2.3 Diagnosa Keperawatan


1) Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan takipnea,
tanda kusmaul.
2) Penurunan curah jantung b.d perubahan sekuncup jantung ditandai
dengan distensi vena  jugularis, perubahan EKG, TD menurun,
kulit dingin, pucat, jari tangan dan kaki sianosis,
20

2.2.4 Intervensi Keperawatan


Tujuan dan
Diagnosa Intervensi
Kriteria Hasil Rasional
(SDKI) (SIKI)
(SLKI)
Observasi:
1. Mengetahui tanda
dan gejala awal pola
Manajemen Jalan Nafas nafas tidak efektif
(1.01011) 2. Mengetahui adanya
Observasi: sumbatan pada jalan
1. Monitor pola nafas nafas dan
(frekuensi, kedalaman, perkembangan status
Tujuan : usaha nafas) kesehatan pasien
setelah diberikan 2. Monitor bunyi nafas 3. Mengetahui
asuhan keperawatan tambahan (mis, produksi sputum yang
diharapkan pola gurgling, mengi, dihasilkan dan untuk
nafas efektif  wheezing, ronkhi menegakkan diagnosa
kering)
Kriteria Hasil : 3. Monitor sputum Teraupetik:
Pola Nafas (jumlah, warna, aroma) 4. Memberikan posisi
(L.01004) yang nyaman untuk
 Takipnea Teraupetik: pasien, mengurangi
D. 0005 menurun 4. Posisikan semi sesak nafas
Pola nafas  Penggunaan fowler atau fowler 5. Membantu
tidak efektif otot bantu nafas 5. Berikan minum mengencerkan
b.d menurun hangat produksi sputum
hiperventilasi
 Pernafasan 6. Lakukan fisioterapi 6. Membantu untuk
ditandai
cuping hidung dada, jika perlu mengeluarkan
dengan
menurun 7. Berikan oksigen, jika produksi sputum
takipnea,
 Frekuensi nafas perlu 7. Memberikan
tanda kusmaul
membaik atau tambahan oksigen
TTV dalam Edukasi: dan mengurangi
rentang batas 8. Anjurkan asupan perburukan keadaan
normal (RR : cairan 2000 ml/ hari,
16 – 20 X/ jika tidak ada kontra Edukasi:
mnt). indikasi 8. Mencukupi jumlah
 Kedalaman 9. Ajarkan teknik batuk kebutuhan cairan
nafas membaik efektif klien untuk mencegah
 Tanda kusmaul dehidrasi
tidak ada Kolaborasi: 9. Memudahkan
10. Kolaborasi pasien untuk dapat
pemberian mengeluarkan sputum
bronkodilator,
ekspsctoran, mukolitik, Kolaborasi:
jika perlu 10. Mengencerkan
sputum sehingga
melancarkan saluran
pernafasan
21

Tujuan dan
Diagnosa Intervensi
Kriteria Hasil Rasional
(SDKI) (SIKI)
(SLKI)
D. 0008 Tujuan : setelah Perawatan Jantung 1. TTV merupakan
Penurunan diberikan asuhan (1.02075) indicator keadaan
curah jantung keperawatan umum tubuh
b.d perubahan diharapkan curah Observasi: (jantung).
sekuncup jantung ke seluruh 1. Monitor tekanan darah 2. Pada tamponade
jantung tubuh adekuat (termasuk tekanan darah jantung, terjadi
ditandai ortostatik, jika perlu) abnormalitas irama
dengan distensi Kriteria Hasil : 2. Monitor EKG 12 jantung dan terdapat
vena jugularis, Curah Jantung sadapoan siluet pembesaran
perubahan (L. 02008) 3. Monitor aritmia jantung.
EKG, TD  TTV dalam (kelainan irama dan 3. Perubahan suara,
menurun, kulit batas normal frekwensi) atau frekuensi dan irama
dingin, pucat, (Nadi : 60- Auskultasi suara jantung, jantung dapat
jari tangan dan 100 x/mnt, kaji frekuensi dan irama mengindikasikan
kaki sianosis TD : 110-140 jantung. adanya penurunan
mmHg). 4. Palpasi nadi perifer curah jantung.
 Nadi perifer dan periksa pengisian 4. Curah jantung
teraba kuat perifer. yang kurang
 Suara jantung 5. Kaji akral dan adanya mempengaruhi kuat
normal. sianosis atau pucat dan lemahnya nadi
 Sianosis dan 6. Kaji adanya distensi perifer.
pucat tidak vena jugularis 5. Penurunan curah
ada. jantung
 Kulit teraba Terapeutik: menyebabkan aliran
hangat 7. Berikan oksigen untuk ke perifer menurun.
 EKG aritmia memepertahankan 6. Tamponade
saturasi oksigen >94% jantung menghambat
8. Berikan cairan aliran balik vena
intravena sesuai indikasi sehingga terjadi
atau untuk akses distensi pada vena
emergenc jugularis.

Edukasi: Terapeutik:
9. Anjurkan beraktivitas 7. Oksigen yang
fisik sesuai toleransi adekuat mencegah
hipoksia.
Kolaborasi: 8. Mencegah
10. Lakukan tindakan terjadinya
perikardiosintesis. kekurangan cairan.

Edukasi:
9. Aktivitas fisik
sesuai toleransi
untuk menjaga
kinerja jantung
22

Kolaborasi:
10. Dengan
perikardiosintesis
cairan dalam ruang
pericardium dapat
keluar.

2.2.5 Implementasi
Implementasi adalah tahap keempat dalam proses keperawatan yang
merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada
klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.

2.2.6 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah
keperawatan telah teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi

2.3 Prasat Laboratorium Perikardiosentesis


Pengertian :
Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi efusi perikard atau pungsi
perikard.
Lokasi :
di Subxiphoid atau di ICS 6 left midclavikularis
23

Sumber Gambar: https://www.researchgate.net/figure/Subxiphoid-view-of-the-normal-heart-and-


probe-position-above-Parasternal-long-axis_fig3_236610004

Tujuan :
 Evakuasi cepat darah dari perikard merupakan indikasi bila dengan syok
hemoragik tidak memberikan respon pada resusitasi cairan dan kemungkinan
tamponade jantung.
 Monitoring EKG untuk menunjukkan tertusuk nyamiokard (↑ voltase
gelombang T atau terjadi disritmia).
Indikasi
 Efusi perikardium berulang atau masif dengan tamponade jantung
 Biopsi Perikardium
 Pemasangan alat pacu jantung epikardium
24

Kontra Indikasi
 Efusi perikardium berulang, kronis Berta "bloody"
 Perikarditis infeksiosa
 Etiologi Efusi Perikardium
 Infeksi
 Keganasan

Teknik:
1. Pasien disandarkan pada sandaran dengan sudut 45° sehingga
memungkinkan jantung ke posterior menjauhi dinding thorax.
2. Lakukan tindakan aseptic dan anestesi lokal dengan prokain 2% atau
xilokain 2%.
3. Jarum nomer 18-16 dihubungkan dengan spuit 20-50 ml dihubungkan
dengan pemantau EKG melalui alligator atau hemostat.
4. Arahkan jarum ke postero sepalad, membentuk sudut 450 dengan
permukaan dinding dada.
5. Tusukan jarum 2-4 cm sampai terasa tahanan lapisan perikard
6. Bila jarum pungsi menembus perikard dan kontak dengan otot jantung,
akan timbul elevasi segmen ST (injury) dan ekstra sistol ventrikel dengan
amplitude tinggi. Bila hal ini terjadi, maka jarum pungsi harus ditarik
sedikit dan di arahkan ke tempat lain.
7. Apabila cairan perikard kental, dapat di pakai trokar yang lebih besar.
8. Apabila tidak diperoleh cairan yang mengalir, jarum ditarik perlahan-
lahan dan ditusuk kembali kearah lain atau lebih dalam sedikit.
9. Hindarkan tusukan yang tiba-tiba, kasar atau pemindahan arah tusukan
secara kasar. Perubahan arah tusukan harus dilakukan secara perlahan
tepi konstan sambil diisap secara kontinyu.
10. Kateter vena sentral dapat dipasangkan melalui jarum tersebut dan
dibiarkan di tempat yang memungkinkan tindakan aspirasi periodic untuk
mencegah pengumpulan cairan kembali.
11. Setelah selesai, cabut jarum dan pasang perban di atas tempat pungsi.
25

Gambar 11 Pericardiosintesis
(Sumber: https://media.springernature.com/lw785/springer-static/image/chp%3A10.1007%2F978-
1-60327-372-5_8/MediaObjects/978-1-60327-372-5_8_Fig5_HTML.jpg)

Catatan
Untuk pasien hemodinamik tidak stabil atau dengan tamponade berulang,
memberikan perawatan berikut:
 Operasi pembuatan jendela perikardial : operasi untuk menghubungkan
ruang perikardial dan ruang intrapleural. Hal ini biasanya pendekatan
subxiphoidian dengan reseksi xifoideus. Baru-baru ini, pendekatan
paraxiphoidian kiri tanpa reseksi xifoideus. Open torakotomi dan atau
pericardiotomy mungkin diperlukan dalam beberapa kasus, dan ini harus
dilakukan oleh ahli bedah yang berpengalaman.
 Pericardiocentesis atau sclerosing perikardium : Ini adalah pilihan terapi
untuk pasien dengan efusi perikardial berulang atau tamponade. Melalui
kateter intrapericardial, kortikosteroid, tetrasiklin, atau obat antineoplastik
(misalnya, anthracyclines, bleomycin) dapat dimasukkan ke dalam ruang
perikardial.
 Pericardio-peritoneal shunt: pada beberapa pasien dengan efusi perikardial
ganas, pembuatan pericardio-peritoneal shunt membantu mencegah
tamponade berulang.
 Pericardiectomy: Reseksi dari perikardium (pericardiectomy) melalui
sternotomy median atau torakotomi kiri, jarang diperlukan untuk mencegah
efusi perikardial berulang dan tamponade.
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Tamponade
jantung adalah suatu kondisi kompresi (penekanan) jantung yang dapat
mengancam jiwa akibat penumpukan cairan berlebihan di ruang antara
perikardium (selaput pembungkus jantung) dan jantung yang mengurangi kinerja
jantung. Apabila kondisi ini dibiarkan begitu saja dapat menyebabkan tekanan
darah rendah yang berbahaya, renjatan (syok), sampai kematian.  Jumlah cairan
yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung adalah 250 cc bila
pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat dan 100 cc bila pengumpulan
cairan tersebut berlangsung lambat karena  pericardium mempunyai kesempatan
untuk meregang dan menyesuaikan diri dengan volume cairan yang bertambah
tersebut ( Muttaqin,2010).
Keluhan dan gejala yang mungkin ada yaitu adanya jejas trauma tajam dan
tumpul di daerah dada atau yang diperkirakan menembus jantung, gelisah, pucat,
keringat dingin, peninggian vena junggularias, pekak jantung melebar, suara
jantung redup dan pulsus parodoksus. Trias classic beck distenis vena leher, bunyi
jantung melemah dan hipotensi didapat pada sepertiga penderita dengan
tamponade.

3.2 Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti
bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien yang mengalami
tamponade jantung, dan paham bagaimana patofisiologi yang terjadi pada pasien
yang mengalami penyakit tersebut. Sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan
tindakan keperawatan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Afari, A. M. Medscape (2019). Myocardial Infarcti


Alper, A. B. Medscape (2019). Uremia.
dr. Verury Verona Handayani. 2019. Komplikasi dari Kondisi Tamponade Jantung.
Halodoc: https://www.halodoc.com/artikel/4-komplikasi-dari-kondisi-
tamponade-jantung (diakses 22 Mei 2021, 19.00)

Mansjoer, Arif, dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Media Aesculapius.
Munthe, Eva. 2011.Tamponade Jantung et causa Perikarditis Tuberkulosis.
Laporan Kasus CDK 184/Vol. 38 no. 3
Muttaqin, A. 2010. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Shiel, W. C. Medicine Net (2018). Medical Definition of Tumor
Watson, S. Healthline (2018). Pericardium.

27

Anda mungkin juga menyukai