MAKALAH
Oleh
Kurniawan Dwi Prasetyo (1811011057)
Awaliya Dias Putranto (1811011077)
Nadia Sabillah Utami (1811011079)
Chintya Tri Utami (1811011080)
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................3
2.1 Konsep Dasar Medis...................................................................................3
2.1.1 Anatomi Fisiologi..................................................................................3
2.1.2 Pengertian..............................................................................................5
2.1.3 Etiologi..................................................................................................6
2.1.4 Patofisiologi...........................................................................................7
2.1.5 Manifestasi Klinis.................................................................................. 9
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................10
2.1.7 Penatalaksanaan.....................................................................................13
2.1.8 Komplikasi............................................................................................14
2.2 Asuhan Keperawatan..................................................................................15
2.2.1 Pengkajian.............................................................................................15
2.2.2 Analisis Data.........................................................................................19
2.2.3 Diagnosa Keperawatan..........................................................................19
2.2.4 Intervensi Keperawatan.........................................................................20
2.2.5 Implementasi.........................................................................................22
2.2.6 Evaluasi.................................................................................................22
2.3 Prasat Laboratorium Perikardiosentesis..................................................... 22
BAB III PENUTUP.........................................................................................26
4.1 Kesimpulan.................................................................................................26
4.2 Saran...........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Etiologi
1. Perikarditis
Perikarditis adalah iritasi dan peradangan pada lapisan tipis berbentuk
kantong yang melapisi jantung (perikardium). Perikardium berfungsi
untuk menjaga agar jantung tidak berpindah posisi, serta melindungi jantung
dari gesekan atau penyebaran infeksi dari jaringan lain (Watson,S.2018)
2. Neoplasma
Tumor atau neoplasma adalah sel-sel yang mengalami pertumbuhan
secara tidak normal. Pada sebagian besar kasus, tumor tidak berbahaya
karena bersifat jinak. Meski begitu, tumor bisa juga bersifat ganas atau
menjadi kanker, sehingga bisa menyerang jaringan sehat di sekitarnya
atau bahkan menyerang bagian tubuh lain yang letaknya jauh (Shiel
W.C,2018)
3. Uremia
Uremia adalah kondisi ketika kadar urea dalam tubuh sangat tinggi
sehingga menjadi racun bagi tubuh. Uremia merupakan salah satu gejala
utama dari gagal ginjal dan juga menjadi tanda tahap akhir penyakit
ginjal kronis. Uremia bisa terjadi karena ginjal tidak dapat berfungsi
dengan semestinya. Kondisi ini membuat ginjal tidak dapat menyaring
dan membuang zat sisa metabolisme, termasuk urea, melalui urine.
Akibatnya, urea tetap berada di dalam darah. Uremia dapat berakibat
fatal dan mengancam nyawa (Alper,2019)
4. Kanker paru end-stage
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru itu sendiri (primer) maupun
keganasan dari luar paru (metastasis). Dalam pengertian klinis yang
dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal
dari epitel bronkus (karsinoma bronkus) ( Junita,2020).
5. Miokard Infark Akut
Infark miokard akut adalah istilah medis dari serangan jantung. Kondisi
ini terjadi saat aliran darah ke arteri koroner jantung mengalami
penyempitan. Kedua hal ini akan membuat otot jantung kekurangan
7
2.1.4 Patofisiologi
Tamponade jantung terjadi bila jumlah efusi perikardium menyebabkan
hambatan serius aliran darah ke jantung (gangguan diastolik ventrikel) penyebab
tersering adalah neolasma dan uremi. Neoplasma menyebabkan terjadinya
pertumbuhan sel secara abnormal pada otot jantung. Sehingga terjadi hiperplasia
sel yang tidak terkontrol, ynag menyebabkan pembentukan massa (tumor). Hal ini
yang dapat mengakibatkan ruang pada kantong jantung (perikardium) dengan
lapisan paling luar jantung (epikardium). Uremia juga mengakibatkan temponade
jantung. Dimana orang yang mengalami uremia di dalam darahnya terdapat toksik
metabolik yang dapat menyebabkan inflamasi (dalam hal ini inflamasi terjadi
pada perikardium). Selain itu, temponade jantung juga dapat di sebabkan akibat
trauma tumpul / tembus. Jika trauma ini mengenai ruang perikardium akan terjadi
perdarahan sehingga darah banyak terkumpul di ruang perikardium. Hal ini
mengakibatkan jantung terdesak oleh akumulasi ciran tersebut.
8
9
b) Elektrokardiografi (EKG)
Didapatkan PEA (Pulseless Electric Activity), sebelumnya dikenal
sebagai Electromechanical Dissociation, merupakan dimana pada EKG
didapatkan irama sedangkan pada perabaan nadi tidakditemukan
pulsasi. PEA Amplitude gelombang P dan QRS berkurang pada setiap
gelombang berikutnya.
PEA dapat ditemukan pada tamponade jantung, tension pneumothorax,
hipovolemia, atau ruptur jantung.
Dengan EKG 12 lead berikut suspek tamponade jantung:
– Sinus tachycardia
– Kompleks QRS Low-voltage
– Electrical alternans : kompleks QRS alternan, biasanya rasio 2:1,
terjadi karena pergerakan jantung pada ruang pericardium. Electrical
ditemukan juga pada pasien dengan myocardial ischemia, acute
pulmonary embolism, dan tachyarrhythmias.
– PR segment depression
EKG juga digunakan untuk memonitor jantung ketika melakukan
aspirasi perikardium
2.1.7 Penatalaksanaan
a. Primary survey
1) Airway dengan control servikal
Penilaian: Perhatikan patensi airway (inspeksi, auskultasi, palpasi) Penilaian
akan adanya obstruksi
Management: Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan control servikal in-
line immobilisasi Bersihkan airway dari bendaasing.
2) Breathing dan ventilasi
Penilaian
Buka leher dan dada penderita, dengan tetap memperhatikan control
servikal in-line immobilisasi.Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan
terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak, pemakaian
otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya.
Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor
Auskultasi thoraks bilateral
Management: Oksigenasi Ventilasi mekanik tekanan positif sebaiknya
dihindari karena dapat menurunkan venous return dan memperberat gejala
tamponade.
3) Circulation dan kontol perdarahan
Penilaian (pada trauma):
14
2.1.8 Komplikasi
1. Gagal Jantung
Salah satu komplikasi yang dapat terjadi disebabkan oleh tamponade
jantung adalah gagal jantung. Gangguan ini merupakan suatu kondisi ketika
jantung tidak lagi mampu memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh
secara efisien. Hal ini dapat menyebabkan gangguan di seluruh tubuh.
2. Syok Kardiogenik
Syok adalah kondisi yang mengancam jiwa dan terjadi ketika tubuh tidak
mendapatkan aliran darah yang cukup. Kurangnya aliran darah berarti sel dan
organ tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup untuk berfungsi dengan
15
baik. Hal ini juga dapat menyebabkan banyak organ menjadi rusak. Syok yang
terjadi membutuhkan perawatan segera dan bisa menjadi lebih buruk dengan
sangat cepat. Sebanyak 1 dari 5 orang yang mengalami syok dapat mengalami
kematian mendadak.
3. Henti Jantung
Seseorang yang mengalami tamponade jantung mungkin saja mengalami
kematian. Pasalnya, jantung bisa saja berhenti berdetak karena tekanan yang
terlalu kuat. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada detak jantung, sehingga
mungkin saja berhenti berdetak dan berakhir pada kematian.
4. Edema Paru
Komplikasi lainnya yang dapat terjadi ketika kamu mengalami tamponade
jantung adalah edema paru. Hal ini terjadi ketika cairan yang bertumpuk pada
jantung pindah ke paru-paru. Hal ini dapat menyebabkan penumpukan cairan pada
paru-paru sehingga menyebabkan sesak napas.
Data Objektif
1) Airway
- Terlihat sesak napas hebat (RR: 40 x/mnt), HR: 128 x/mnt,
Temp: 36,6 C,
- Rasa adanya pergerakan udara
- Ada nafas gerak dada (gerak otot-nafas-tambahan)
- Raba nadi ardialis
- Pasien tak sadar
2) Breathing
- Memastikan pasien tidak bernafas
- Melihat,mendengar, merasakan,memastikan jalan nafas
- Memberikan bantuan nafas mulut ke mulut ,mulut ke hidung,
mulut ke stoma bag valve mask (AMBU BAG)
- Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi
dari pasien yang mengalami henti jantung atau henti nafas
melalui resusitasi jantung paru (RJP).
- Periksa kembali keadaan korban dengan cara
menggoncangkan bahu korban segera berteriak minta
pertolongan memeriksa jalan nafas,memperbaiki posisi korban/
pasien memperbaiki posisi penolong membuka jalan nafas.
- Jika mengalami kesulitan untuk memberikan nafas buatan
yang efektif ,periksa apakah masih ada sumbatan di mulut
pasien serta perbaiki posisi tengadah kepala dan angkat dagu
yang belum adekuat.
3) Circulation
- Memastikan ada tidaknya denyut jantung, memastikan ada
tidaknya denyut jantung
- TD: 90/60 mmHg. Kepala : dalam batas normal Leher : terlihat
trakea bergeser ke kiri, vena jugularis distensi, lainnya dalam
batas normal.
- Arteri brakhialis
- Arteri karotis
17
DO:
- TD :90/60mmHg Perubahan Penurunan Curah
- Wajah terlihat pucat Sekuncup Jantung Jantung
- Kulit dingin
- Jari tangan dan kaki
sianosis
- Terdapat distensi
vena jugularis
Perubahan EKG
Tujuan dan
Diagnosa Intervensi
Kriteria Hasil Rasional
(SDKI) (SIKI)
(SLKI)
D. 0008 Tujuan : setelah Perawatan Jantung 1. TTV merupakan
Penurunan diberikan asuhan (1.02075) indicator keadaan
curah jantung keperawatan umum tubuh
b.d perubahan diharapkan curah Observasi: (jantung).
sekuncup jantung ke seluruh 1. Monitor tekanan darah 2. Pada tamponade
jantung tubuh adekuat (termasuk tekanan darah jantung, terjadi
ditandai ortostatik, jika perlu) abnormalitas irama
dengan distensi Kriteria Hasil : 2. Monitor EKG 12 jantung dan terdapat
vena jugularis, Curah Jantung sadapoan siluet pembesaran
perubahan (L. 02008) 3. Monitor aritmia jantung.
EKG, TD TTV dalam (kelainan irama dan 3. Perubahan suara,
menurun, kulit batas normal frekwensi) atau frekuensi dan irama
dingin, pucat, (Nadi : 60- Auskultasi suara jantung, jantung dapat
jari tangan dan 100 x/mnt, kaji frekuensi dan irama mengindikasikan
kaki sianosis TD : 110-140 jantung. adanya penurunan
mmHg). 4. Palpasi nadi perifer curah jantung.
Nadi perifer dan periksa pengisian 4. Curah jantung
teraba kuat perifer. yang kurang
Suara jantung 5. Kaji akral dan adanya mempengaruhi kuat
normal. sianosis atau pucat dan lemahnya nadi
Sianosis dan 6. Kaji adanya distensi perifer.
pucat tidak vena jugularis 5. Penurunan curah
ada. jantung
Kulit teraba Terapeutik: menyebabkan aliran
hangat 7. Berikan oksigen untuk ke perifer menurun.
EKG aritmia memepertahankan 6. Tamponade
saturasi oksigen >94% jantung menghambat
8. Berikan cairan aliran balik vena
intravena sesuai indikasi sehingga terjadi
atau untuk akses distensi pada vena
emergenc jugularis.
Edukasi: Terapeutik:
9. Anjurkan beraktivitas 7. Oksigen yang
fisik sesuai toleransi adekuat mencegah
hipoksia.
Kolaborasi: 8. Mencegah
10. Lakukan tindakan terjadinya
perikardiosintesis. kekurangan cairan.
Edukasi:
9. Aktivitas fisik
sesuai toleransi
untuk menjaga
kinerja jantung
22
Kolaborasi:
10. Dengan
perikardiosintesis
cairan dalam ruang
pericardium dapat
keluar.
2.2.5 Implementasi
Implementasi adalah tahap keempat dalam proses keperawatan yang
merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada
klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.
2.2.6 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah
keperawatan telah teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi
Tujuan :
Evakuasi cepat darah dari perikard merupakan indikasi bila dengan syok
hemoragik tidak memberikan respon pada resusitasi cairan dan kemungkinan
tamponade jantung.
Monitoring EKG untuk menunjukkan tertusuk nyamiokard (↑ voltase
gelombang T atau terjadi disritmia).
Indikasi
Efusi perikardium berulang atau masif dengan tamponade jantung
Biopsi Perikardium
Pemasangan alat pacu jantung epikardium
24
Kontra Indikasi
Efusi perikardium berulang, kronis Berta "bloody"
Perikarditis infeksiosa
Etiologi Efusi Perikardium
Infeksi
Keganasan
Teknik:
1. Pasien disandarkan pada sandaran dengan sudut 45° sehingga
memungkinkan jantung ke posterior menjauhi dinding thorax.
2. Lakukan tindakan aseptic dan anestesi lokal dengan prokain 2% atau
xilokain 2%.
3. Jarum nomer 18-16 dihubungkan dengan spuit 20-50 ml dihubungkan
dengan pemantau EKG melalui alligator atau hemostat.
4. Arahkan jarum ke postero sepalad, membentuk sudut 450 dengan
permukaan dinding dada.
5. Tusukan jarum 2-4 cm sampai terasa tahanan lapisan perikard
6. Bila jarum pungsi menembus perikard dan kontak dengan otot jantung,
akan timbul elevasi segmen ST (injury) dan ekstra sistol ventrikel dengan
amplitude tinggi. Bila hal ini terjadi, maka jarum pungsi harus ditarik
sedikit dan di arahkan ke tempat lain.
7. Apabila cairan perikard kental, dapat di pakai trokar yang lebih besar.
8. Apabila tidak diperoleh cairan yang mengalir, jarum ditarik perlahan-
lahan dan ditusuk kembali kearah lain atau lebih dalam sedikit.
9. Hindarkan tusukan yang tiba-tiba, kasar atau pemindahan arah tusukan
secara kasar. Perubahan arah tusukan harus dilakukan secara perlahan
tepi konstan sambil diisap secara kontinyu.
10. Kateter vena sentral dapat dipasangkan melalui jarum tersebut dan
dibiarkan di tempat yang memungkinkan tindakan aspirasi periodic untuk
mencegah pengumpulan cairan kembali.
11. Setelah selesai, cabut jarum dan pasang perban di atas tempat pungsi.
25
Gambar 11 Pericardiosintesis
(Sumber: https://media.springernature.com/lw785/springer-static/image/chp%3A10.1007%2F978-
1-60327-372-5_8/MediaObjects/978-1-60327-372-5_8_Fig5_HTML.jpg)
Catatan
Untuk pasien hemodinamik tidak stabil atau dengan tamponade berulang,
memberikan perawatan berikut:
Operasi pembuatan jendela perikardial : operasi untuk menghubungkan
ruang perikardial dan ruang intrapleural. Hal ini biasanya pendekatan
subxiphoidian dengan reseksi xifoideus. Baru-baru ini, pendekatan
paraxiphoidian kiri tanpa reseksi xifoideus. Open torakotomi dan atau
pericardiotomy mungkin diperlukan dalam beberapa kasus, dan ini harus
dilakukan oleh ahli bedah yang berpengalaman.
Pericardiocentesis atau sclerosing perikardium : Ini adalah pilihan terapi
untuk pasien dengan efusi perikardial berulang atau tamponade. Melalui
kateter intrapericardial, kortikosteroid, tetrasiklin, atau obat antineoplastik
(misalnya, anthracyclines, bleomycin) dapat dimasukkan ke dalam ruang
perikardial.
Pericardio-peritoneal shunt: pada beberapa pasien dengan efusi perikardial
ganas, pembuatan pericardio-peritoneal shunt membantu mencegah
tamponade berulang.
Pericardiectomy: Reseksi dari perikardium (pericardiectomy) melalui
sternotomy median atau torakotomi kiri, jarang diperlukan untuk mencegah
efusi perikardial berulang dan tamponade.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Tamponade
jantung adalah suatu kondisi kompresi (penekanan) jantung yang dapat
mengancam jiwa akibat penumpukan cairan berlebihan di ruang antara
perikardium (selaput pembungkus jantung) dan jantung yang mengurangi kinerja
jantung. Apabila kondisi ini dibiarkan begitu saja dapat menyebabkan tekanan
darah rendah yang berbahaya, renjatan (syok), sampai kematian. Jumlah cairan
yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung adalah 250 cc bila
pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat dan 100 cc bila pengumpulan
cairan tersebut berlangsung lambat karena pericardium mempunyai kesempatan
untuk meregang dan menyesuaikan diri dengan volume cairan yang bertambah
tersebut ( Muttaqin,2010).
Keluhan dan gejala yang mungkin ada yaitu adanya jejas trauma tajam dan
tumpul di daerah dada atau yang diperkirakan menembus jantung, gelisah, pucat,
keringat dingin, peninggian vena junggularias, pekak jantung melebar, suara
jantung redup dan pulsus parodoksus. Trias classic beck distenis vena leher, bunyi
jantung melemah dan hipotensi didapat pada sepertiga penderita dengan
tamponade.
3.2 Saran
Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti
bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien yang mengalami
tamponade jantung, dan paham bagaimana patofisiologi yang terjadi pada pasien
yang mengalami penyakit tersebut. Sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan
tindakan keperawatan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Media Aesculapius.
Munthe, Eva. 2011.Tamponade Jantung et causa Perikarditis Tuberkulosis.
Laporan Kasus CDK 184/Vol. 38 no. 3
Muttaqin, A. 2010. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Shiel, W. C. Medicine Net (2018). Medical Definition of Tumor
Watson, S. Healthline (2018). Pericardium.
27